Anda di halaman 1dari 57

PIODERMA

Rista Nurul Fitria


20134011076
PIODERMA

Definisi :
Penyakit kulit yang disebabkan oleh kuman Staphylococcus atau Streptococcus
atau oleh kedua-duanya

Etiologi
Penyebab utama : (gram positif)
 Staphylococcus aureus
 Streptococcus B hemolyticus
Jarang : Staphylococcus epidermidis (flora normal di kulit)
Gram positif
 Pseudomonas aerugunosa
 Proteus vulgaris
 Proteus mirabilis
 Escherichia coli
 Klebsiella
Epidemiology

 Pioderma merupakan penyakit yang paling


sering dijumpai.
 Penyakit ini berhubungan erat dengan
keadaan social ekonomi.
 Tidak ada ras tertentu yang cenderung

terkena pioderma.
 Pioderma dapat menyerang laki-laki
maupun perempuan pada semua usia
Faktor Predisposisi
1. Higiene yang kurang
2. Menurunnya daya tahan :
 Kekurangan gizi
 Anemia
 Penyakit kronik
 Neoplasma
 Diabetes melitus
3. Telah ada penyakit lain di kulit
epidermis rusak sehingga fungsi kulit sebagai pelindung
terganggu yang memudahkan terjadinya infeksi
Klasifikasi

1. Pioderma Primer
Timbul pada kulit yang normal, gejala klinik tertentu,
Etiologi satu macam mikroorganisme

2. Pioderma Sekunder
Timbul pada pada kulit yang telah ada penyakit kulit
Tanda : pus, pustul, bula purulen, krusta kuning kehijauan,
pembesaran KGB, leukositosis, demam.
Misalnya : dermatitis impetigenisata, skabies
impetigenisata
Pengobatan Umum
Sistemik

Contoh obat untuk pengobatan pioderma

1. Penisilin G prokain dan semi-sintetiknya

 Penisilin G prokain, obat ini sudah tidak dipakai lagi karena dianggap tidak praktis dan
pemakaiannya sering menimbulkan syok anafilaktik

 Ampisillin, dosis 4×500 mg, ante cunam

 Amoksisilin, dosisnya sama dengan ampisilin, dipakai post-cunam dan absorbsinya


lebih cepat sehingga kadar dalam plasma lebih tinggi.

 Golongan obat penisilin resisten-penisillinase, contohnya adalah oksasillin, kloksasillin,


dikloksasillin, flukloksasillin. Dosis 3×250 mg/hari ante-cunam. Kelebihan obat ini
adalah juga berkashiat pada Staphylococcus yang telah membentuk penisilinase.
Pengobatan Umum
2. Linkomisin dan Klindamisin
 Dosis linkomisin, 3×500 mg/hari. Klindamisin diabsorbsi
lebih banyak karenanya dosisnya lebih kecil yaitu 4×150
mg/hari/os, pada infeksi berat dosisnya 4×300-450 mg/hari.
Linkomisin agar tidak dipakai lagi dan digantikan oleh
Klindamisin karena potensial antibakterinya lebih besar dan
efek sampingnya lebih sedikit dan tidak terlalu terhambat
oleh adanya makanan dalam lambung.
Pengobatan Umum

3. Eritromisin
 Dosis 4×500 mg/hari/os. Efektivitasnya kurang
dibandingkan Linkomisin/klindamisin dan obat
golongan penisilin resisten-penisillinase. Cepat
menyebabkan resistensi dan kadang terjadi tak enak di
lambung
Pengobatan Umum

4. Sefalosporin
 Bila terjadi pioderma berat yang dengat obat diatas
tidak menunjukan hasil maka dipakailah
Sefalosporin. Ada empat generasi yang berkhasiat
untuk kuman gram positif yaitu generasi I juga
generasi IV. Contohnya adalah sefadoksil dari
generasi I dengan dosis dewasa, 2×500 mg atau
2×1000 mg/hari
Pengobatan Umum
 Topikal
 Bermacam obat topical dapat digunakan untuk pioderma, contohnya
basitrasin, neomisin, mupirosin. Sedangkan teramisin dan
kloramfenikol sebenarnya tidak terlalu efektif namun sering dipakai
karenanya harganya murah. Obat-obatan ini biasanya berbentuk salep
atau krim.

 Selain itu juga baik agar diberikan kompres terbuka contohnya, larutan
permanganas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1 o/oo dan yodium
povidon 7,5 % yang dilarutkan 10 kali
Pemeriksaan
 Pada pemeriksaan laboratorik (darah tepi) terdapat leukositosis.
 Pada kasus yang kronis dan sukar sembuh dilakukan kultur dan tes
resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya bukan stafilokokus melainkan
kuman negative-Gram.
 Hasil tes resistensi hanya bersifat menyokong, invivo tidak selalu sesuai
dengan in vitro.
 Terdapat leukositosis pada pemeriksaan lab. Pada kasus yang sulit sembuh
dilakukan kultur dan tes resistensi. Ada kemungkinan penyebabnya bukan
kedua bakteri penyebab pioderma yang sering terjadi
Bentuk Klinis Pioderma
1. Impetigo
2. Folikulitis
3. Furunkel / Karbunkel
4. Ektima
5. Pionikia
6. Erisipelas
7. Selulitis
8. Flegmon
9. Ulkus piogenik
10. Abses multipel kelenjar keringat
11. Hidraadenitis
12. Staphylococcal scalded skin syndrome
1. IMPETIGO

Pioderma superfisialis (terbatas pada epidermis)


Terdapat 3 bentuk klinis :
1. Impetigo krustosa

2. Impetigo bulosa

3. Impetigo neonatorum

Impetigo Krustosa
Sinonim : impetigo kontagiosa, impetigo vulgaris , impetigo Tillbury Fox
Etiologi : Streptococcus β hemolyticus
Mengenai anak-anak
Predileksi : sekitar lubang hidung & mulut
Impetigo Krustosa

Eritema & vesikel yang cepat pecah menjadi krusta tebal


berwarna kuning spt madu, terdapat erosi di bawahnya
Komplikasi : glomerulonefritis ( 2 – 5% )
Diagnosis banding : ektima
Pengobatan : salap antibiotika
antibiotika sistemik
Jika krusta sedikit, dilepaskan dan diberi salep
antibiotic, kalau banyak diberi pula antibiotic
sistemik.

Terapi antibiotik yang disarankan jika lesi banyak


dan disertai gejala konstitusi (demam,dll) adalah
dengan diberikan

 antibiotic sistemik, misalnya penisilin,


kloksasilin, atau sefalosporin.

 antibiotik topikal dapat menggunakan


polimiksin, neomisin, dan basitrasin
Impetigo Bulosa
Sinonim : impetigo vesiko-bulosa, impetigo cacar monyet
Etiologi : Staphylococcus aureus
Faktor predisposisi : banyak keringat
Klinis :
 Mengenai anak & dewasa
 Predileksi : ketiak, dada, punggung
 Lesi : eritema, bula, bula hipopion. Vesikel/ bula pecah tampak berupa
koleret dgn dasar eritematosa.
 Sering muncul bersama miliaria.
Diagnosis banding : dermatofitosis
Terapi : bila vesikel/ bula sedikit dipecahkan.
Cairan antiseptik, antibiotika topikal dan atau sistemik
 Salep antibiotic (kloramfenikol 2% atau eritromisin 3%).
 Jika ada demam, sebaiknya diberi antibiotic sistemik, misalnya penisilin 30-
50 mg/kgBB atau antibiotic yang sensitive
Impetigo Neonatorum

Varian impetigo bulosa pada neonatus.

Klinis mirip impetigo bulosa namun lesi menyeluruh, demam (+)

Diagnosis banding : sifilis kongenital

Terapi :

 antibiotika sistemik

• lesi luas atau lesi bula, dikloksasilin 250-500 mg peroral 4x1 atau eritromisin 250-
500 mg peroral 4x1

• diberikan selama 5 hingga 7 hari (10 hari bila treptokokus terisolasi).

 bedak salisil 2%

 pembersihan krusta

 menjaga kebersihan
2. FOLIKULITIS

Definisi : radang folikel rambut


Etiologi : S. aureus
Klasifikasi : Folikulitis superfisialis dan profunda

Folikulitis superfisialis = impetigo Bockhart


Proses terbatas di epidermis
Predileksi : tungkai bawah, kepala anak dan pada area yang
berjanggut, aksia, ekstremitas, dan bokong pada dewasa
Lesi kulit : papul eritematosa/pustul biasanya multipel, di
tengahnya terdapat rambut
Folikulitis Profunda
Klinis seperti folikulitis superfisialis disertai infiltrat di
subkutan
Predileksi : sikosis barbe yang berlokasi di bibir atas
dan dagu, bilateral
Diagnosis banding : tinea barbe
Terapi : antibiotika sistemik / topikal
Terapi antibiotik yang disarankan ialah
• antibiotic sistemik jika luas : eritromisi
3x250 mg selama 7 – 14 hari ; atau
penisilin 600.000 – 1,5 juta IU
intramuscular selama 7 – 14 hari
• antibiotic topical, misalnya kemicetin
2% ; jika eksudasi kompres PK 1/5.000
(Siregar, 2005). Pengobatan lokal
dengan kompres hangat salin serta
krim musiprosin cukup untuk
mengontrol infeksi
3. Furunkel / Karbunkel

Definisi : radang folikel rambut dan sekitarnya


Furunkel yang lebih dari satu disebut furunkulosis.
Kumpulan furunkel disebut karbunkel
Etio : S. aureus
Klinis :
Keluhan : nyeri
Predileksi : friction area; aksila, bokong
Nodus eritematosa berbentuk kerucut, ditengahnya
terdapat pustul. Nodus melunak menjadi abses berisi pus &
jaringan nekrotik dan kemudian pecah
Terapi : antibiotika topikal, sistemik
Lesi yang berulang faktor predisposisi
Terapi antibiotik untuk furunkel yang disarankan
adalah
• antibiotic sistemik :
 eritromisin 4 x 250 mg atau penisilin
 jika lesi matang, lakukan insisi dan
aspirasi dan selanjutnya dikompres atau
diberi salep kloramfenikol 2%’

Setelah diinsisi jangan dilakukan dressing basah


karena infeksi dapat menyebar melalui maserasi
kulit.

Sedangkan antibiotik yang diberikan pada


karbunkel adalah
 eritromisin 4x250 mg selama 7 - 14 hari ;
penisilin 600.000 IU selama 5 - 10 hari.
 Antibiotik yang masih sensitif memberi hasil
yang memuaskan seperti sefalosporin atau
golongan kuinolon. Basitrasin topikal juga
efektif untuk pengobatan furunkel
EKTIMA

Ulkus superfisial dengan krusta diatasnya


Etio : S. β hemolyticus
GK/ : mengenai anak & dewasa
predileksi tungkai bawah
krusta tebal berwarna kuning, dibawahnya terdapat
ulkus dangkal
Diagnosis banding : impetigo krustosa (perbedaannya, impetigo krustosa
sering terjadi pada anak dan berlokasi di muka dan dasarnya adalah
erosi, ektima terjadi pada anak maupun dewasa tempat predileksi tungkai
bawah dan dasarnya adalah ulkus)

Terapi : antibiotika topikal/ sistemik


Ektima biasanya merupakan impetigo yang tidak tertangani dengan
baik.
Pengobatannya sama seperti impetigo yang diakibatkan oleh
stafilokokus
5. PIONIKIA

Radang di sekitar kuku oleh piokokus


Etiologi : S. aureus dan atau S. β hemolitycus
Klinis : - Riwayat trauma sebelumnya
- Muncul tanda radang di lipat kuku, menjalar ke

matriks & lempeng kuku terbentuk abses


subungual
Terapi : - kompres dgn larutan antiseptik
- antibiotika sistemik
- ekstraksi kuku jika terdapat abses sub-ubgual
6. ERISIPELAS

Etio : S. β hemolyticus
Klinis :
 Gejala konstitusi : demam, malese

 Predileksi : tungkai bawah (trauma)

 Kelainan kulit : eritema berwarna merah cerah, batas


tegas, pinggir meninggi, tanda radang akut (+). Bisa
disertai edema, vesikel, bula. Terdapat leukositosis.
 Dapat terjadi elefantiasis bila sering residif di tempat
yang sama
Diagnosis banding : selulitis ( terdapat infiltrat di subkutan)
Diagnosis bandingnya adalah selulitis, namun pada
penyakit ini infiltratnya di subkutan

Terapi awal diberikan benzylpenicillin selama 2 hingga beberapa hari kemudian


diberikan penisilin V selama 7-14 hari
Terapi antibiotik yang diberikan adalah penisilin 0,6 - 1,5 mega unit selama 5 - 10
hari, sefalosporin 4 x 400 mg selama 5 hari memberi hasil yang baik
7. SELULITIS

 Inflamasi kulit ini berada lebih dalam daripada erisipelas.


 Jaringan subkutan terlibat dan areanya lebih meninggi dan
bengkak serta eritemanya lebih tidak tegas daripada
erisipelas (Hunter, 2003).
 Kadang pada perabaan teraba krepitasi pada selulitis dan
terasa lebih keras daripada erisipelas (Fredberg, 2003).
 Selulitis sering diakibatkan adanya trauma sebelumnya dan
sering terjadi edema hipostatik. Streptokokus, stafilokokus
dan organisme lain bisa menjadi penyebab. Pengobatannya
berupa elevasi, rawat inap dan antibiotik sistemik
• Rekomendasi untuk pengobatan selulitis adalah flucloxacillin 1g qds jika
diberikan intra vena, sedangkan flucloxacilin 500 mg qds apabila ingin
diberikan terapi peroral.
• Terapi ini diberikan selama 5-7 hari.
• Pada kondisi yang berat dapat ditambahkan clindamycin 300-450 mg
per oral qds.
• Apabila pasien alergi terhadap penicillin atau suspect MRSA dapat
diberikan vancomycin intra vena atau doxycycline 200 mg per oral pada
hari pertamaa lalu dilanjutkan dengan 100 mg per oral
7. FLEGMON

FLEGMON
Selulitis yg mengalami supurasi

Terapi : - istirahat (elevasi tungkai)


- antibiotika sistemik
- kompres larutan antiseptik
- dapat diberikan diuretik jika terdapat edema
- insisi  flegmon
9. Ulkus Piogenik

Ulkus dengan gejala klinik tidak khas, disertai pus diatasnya


Anjuran kultur untuk menyingkirkan etiologi kuman lain
Antibiotik yang disarankan untuk pengobatan secara
sistemik adalah penisilin 600.000 - 1,2 juta IU intramuskular
selama 5 - 7 hari; eritromisin 4 x 500 mg selama 7 hari.
Siprofloksasin atau sefalosporin memberi hasil yang baik
10. Abses Multipel Kelenjar Keringat

Infeksi pada kelenjar keringat berupa abses


multipel, tidak nyeri, berbentuk kubah
Etiologi : S. aureus
Sering pada anak-anak
Keringat yang banyak menjadi salah satu
faktor predisposisi  sering bersama-sama
miliaria
10. Abses Multipel Kelenjar Keringat

Lesi kulit : nodus eritematosa, multipel, tidak nyeri,


berbentuk kubah, lama memecah
Diagnosis banding : furunkulosis
Terapi : antibiotika topikal dan sistemik
11. Hidradenitis Supurativa

Infeksi kelenjar apokrin


Etiologi : S. aureus
Predileksi : daerah banyak kelenjar apokrin (ketiak, perineum)
Klinis :
 Mengenai usia akil balik – dewasa
 Riwayat trauma sebelumnya (keringat, deodoran, rambut ketiak digunting)
 Gejala konstitusi : demam, malese
 Lesi kulit : nodus dengan tanda radang, kemudian melunak
menjadi abses pecah fistel
 Jika menahun ditemukan abses, fistel, sinus yang multipel
 Disertai leukositosis
11. Hidradenitis Supurativa

Diagnosis banding : skrofuloderma


Terapi :
antibiotika sistemik
klindamisin topikal dapat mencegah pembentukan lesi
baru
kompres
insisi dan drainase abses dan injeksi intralesi dengan
tiamnisolon 5-10 mg/mL dapat mengurangi insidensi
pembentukan scar dan sinus.
eksisi kelenjar apokrin jika kronik residif
12. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (S.S.S.S)

Sinonim : Dermatitis eksfoliativa neonatorum / Penyakit Ritter


von Rittershain
Etiologi : S. aureus grup II faga 52, 55, 71
Mengenai
 Anak < 5 thn ok fungsi ginjal yang belum sempurna
untuk mengeksresikan eksotoksin kuman
 Dewasa : kegagalan fungsi ginjal
gangguan imunologik
obat imunosupresif
12. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (S.S.S.S)

Patogenesis :
Sumber infeksi di mata, telinga, hidung dan tenggorokan.

Kuman menghasilkan eksotoksin (epidermolin dan eksfoliatin) yang


bersifat epidermolisis

Toksin sampai ke kulit

Lisis epidermis
12. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (S.S.S.S)

Klinis :
Demam tinggi
Infeksi sal. nafas atas
Lesi kulit : eritema mendadak di muka, leher, ketiak,
lipat pahaa akhirnya seluruh tubuh menyeluruh dalam 24 jam.
Dalam 24 - 48 jam kemudian muncul bula berdinding kendur,
tanda Nikolsky (+). Dalam 2-3 hr kemudian terjadi
pengeriputan spontan, pengelupasan kulit erosif
Mengering disertai deskuamasi
Penyembuhan dalam 10 – 14 hari tanpa sikatrik
Komplikasi : selulitis, pneumonia, septikemia
Laboratorium : bakteriologik dari suumber infeksi (mata, THT)
kuman tidak ditemukan di kulit
Histopatologi : lepuh intraepidermal, celah di stratum
granulosum, nekrosis sel (-)
Diagnosis banding : NET
Terapi : - antibiotika sistemik (kloksasilin, klindamisin, golongan
sefalosforin).
- sufratulle atau antibiotika topikal
Prognosis : kematian bayi ; 1 – 10% oleh karena

gangguan keseimbangan cairan/elektrolit, sepsis


Terapi : - antibiotika topikal
- sufratulle
Prognosis : kematian bayi ; 1 – 10% oleh karena
gangguan keseimbangan cairan/elektrolit,
sepsis
Terapi
1. Penisilin dan semisintetiknya :
Ampisilin : 4 x 500 mg/hr
Amoksisilin : 4 x 500 mg/hr
Golongan obat penisilin resisten- penisilinase:
Kloksasilin : 3 x 250 mg/hr
Dikloksasilin : 4 x 125 – 500 mg/hari

2. Klindamisin : 4 x 150 mg/hr


Efek samping : kolitis pseudomembranosa

3. Eritromisin : 4 x 500 mg/hr

4. Sefalosporin : ex : sefadroksil 2 x 500 - 1000 mg/hr


Terapi Topikal

Antibiotika topikal :
Basitrasin
Neomisin 0,5%
Polimiksin B
Asam fusidat 2%
Mupirosin 2%
Larutan Antiseptik :
Larutan Permanganas Kalikus 1/5.000 – 1/10.000
Larutan Rivanol 1/1.000
Povidon yodium 7,5 - 10% dilarutkan 10x
Larutan Asam Salisilat 1/1.000
Borwater 3%
Pemeriksaan Pembantu

Darah : Leukositosis
Kultur dan tes resistensi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai