Huhuh
Huhuh
Pentol pengecap di ujung lidah menurun jumlahnya terutama untuk rasa asin lansia
cenderung makan yg lebih asin
Farings dan esofagus
• Pada geriatri terjadi kelemahan otot polos sukar
menelan
• Kelemahan otot esofagus hernia hiatus
Lambung
• Terjadi atropi mukosa, sel kelenjar, sel parietal, sel
chief sekresi asam lambung, pepsin dan faktor
intrinksik berkurang rangsang rasa lapar berkurang
• Ukuran lambung lebih kecil daya tampung
makanan berkurang
Usus halus
• Atropi mukosa jumlah vili berkurang proses
absorbsi berkurang gangguan maldigesti dan
malabsobsi
Pankreas
• Produksi enzim amilase, tripsin dan lipase berkurang
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak
menurun
• Sering terjadi pankreatitis ec batu kandung empedu
Hati
Organ penting proses metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak. Proses detoksifikasi, sirkulasi,
penyimpanan vitamin, konjugasi bilirubin
Meningkatnya usia atrofi sel2 hati jaringan
fibrous menurunkan fungsi hati hati2 dalam
pemberian obat
Usus besar dan rectum
• Kelokan2 pembuluh darah meningkat motilitas
kolon menurun absorbsi air dan elektrolit
meningkat feses menjadi lebih keras konstipasi
• Peristaltik kolon melemah gagalnya pengosongan
rektum
• Dinding abdomen melemah kontraksi dinding
abdomen menurun konstipasi
Imunitas gastro intestinal pada usia
lanjut
Alat pertahanan primer tubuh manusia terhadap
faktor lingkungan yg masuk melalui mulut sistem
imun mukosal dinding traktus gastrointestinal
Faktor penting sistem imunitas terhadap infeksi pada
usia lanjut nutrisi
Gangguan dan penyakit pada
saluran cerna
1. Esofagus
Pd lansia proses degeneratif motilitas esofagus
menurun
Proses keganasan di daerah esofagus meningkat
Pemeriksaan endoskopi diperlukan
A. Gangguan motilitas
lansia keluhan disfagia (sulit menelan/nyeri
menelan) dievaluasi lebih lanjut pd ddg esofagus
radiografi, endoskopi, pemeriksaan otolaringeal
A1. disfagia orofaringeal
• Pd hipofarings dan esofagus bag atas ketidak
mampuan utk mengawali proses menelan
– impaksi bolus berlulang
– aspirasi
– Regurgitasi nasal
• Etiologi : disfungsi krikofaringeal, penyakit neurologis
sentral dan perifer, gangguan metabolik seperti DM
dan disfungsi tiroid
A2. disfagia esofageal
Kesulitan atau pasase makanan tak lengkap melalui
esofagus
Gejala : disfagia dan nyeri dada
Etiologi : akalasia, kelainan esofagus spastik, penyakit
jaringan ikat, degenerasi aorta, pembesaran atrium
kiri, aneurisma toraks atau mediastinal, post opbedah
toraks
A3. Penyakit refluks gastro-esofageal (GERD)
Insiden mencapai puncak pada usia 60-70 thn
Adanya refluks isi lambung ke esofagus
Etiologi : mekanisme anti refluks terganggu (
inkompetensi sfingter esofagus distal, lokasi sfingter,
Integritas ligamentum frenoesofageal, bersihan asam
di esofagus)
Zat yg menurun kompetensi sfingter esofagus distal :
coklat, alkohol, lemak, tembakau, kafein
meningkatkan GERD
• Gejala GERD : rasa panas di ulu hati, regurgitasi asam,
disfagia dan nyeri dada
• Komplikasi GERD : batuk, spasme bronkus, striktur
esofagus distal
• Terapi
– Tidur dgn posisi kepala tinggi
– Mengurangi membungkuk
– Menurunkan berat badan
– Berhenti merokok
– Farmakologik : Prokinetik (metoclorpropamide)
H2 bloker (ranitidin)
PPI (omeperazole, lanzoperazole)
A5. Hernia hiatus
60-90% pada usia 70 thn
Gejala : refluks, disfagi, hemorhagia akibat ulkus
peptikum pada esofagus dan volvulus lambung
Diagnosis foto barium, esofagoskopi
Terapi sama dengan terapi GERD
2. Penyakit dan Gangguan pada Lambung
1. Gangguan Motilitas Gastro Intestinal Primer
gangguan yang tidak berhubungan dengan penyakit
tertentu.
2. Gangguan Motilitas Gastro Intestinal Sekunder
Etiologi:
• Gangguan neuromuskular
• Gangguan vaskular kolagen
• Obat-obatan
• Tindakan bedah saluran cerna
gastroparesis
Gangguan Neuromuskular
Neuropati diabetik
Syndroma Shy-Drager ( kelainan degeneratif
susunan syaraf otonom)
Kelainan SSP
Trauma medula spinalis
Gangguan
Kelainan SSP paroksismal pengosongan
vertigo, migrain lambung
Lesi intrakranial
Hipertiroidisme
percepatan pengosongan lambung dan
metabolisme pencernaan di intestinum.
Hipotiroidisme
perlambatan pengosongan lambung dan pseudo
obstruksi intestinal.
Obat-obatan
agonis adrenergik, agonis dopaminergik, antagonis
kolinergik, opiat menghambat aktivitas
kontraktilitas dan pengosongan lambung.
3. Ulkus Peptikum
Lokasi: esofagus, lambung, duodenum
Usia > 60 tahun
Kadar asam lambung pada lansia menurun
insiden ulkus lambung > ulkus duodenum.
Pria:wanita 5-10 : 1
Penatalaksanaan:
Modifikasi diet untuk pasien gastroparesis, diet cair
dalam jumlah sedikit demi sedikit.
Retensi lambung persisten terapi prokinetik
(metoklopramid), meningkatkan kontraktilitas.
Gangguan berat tindakan bedah.
Gejala Klinik:
Mual
Rasa tidak enak di perut
Penurunan berat badan
PROGNOSIS ad bonam
kecuali penderita dengan komplikasi ad malam
4. Gastritis
Proses inflamasi pada lapisan mukosa dan
submukosa lambung
Gastritis dibagi menjadi beberapa bentuk, atas dasar:
a) Manifestasi klinik
b) Gambaran histologi
c) Distribusi anatomi
d) Kemungkinan patogenesis gastritis
Gatritis atrofikans terjadinya hipo atau akhlorhidia
Gastritis akut E/ konsumsi alkohol, obat-obatan
(anti inflamasi), toksin Stafilokokus.
Gastritis superfisial inflamasi, edema, produksi
mukus berlebihan.
Gastritis hipertrofikans endoskopik pembesaran
mukosa, ulserasi, dan erosi.
5. Gastritis Kronik
infiltrasi sel-sel radang pada lamina propia, daerah
epitelial atau pada kedua daerah tersebut, terdiri dari
limfosit dan sel plasma, granulosit neutrofil.
Etiologi ada 2 hal penting bagi gastritis kronik :
Imunologik
Bakteriologik H. pylori
Aspek lain : faktor refluks enterogaster cairan
pankreato-bilier, asam empedu, lisolesitin.
DIAGNOSIS
endoskopik dan biopsi histopatologik dan H. pylori
Urea breath test
Penatalaksanaan:
o Gastritis kronik autoimun terapi untuk anemia
pernisiosa (Vit. B12)
o Gastritis kronik bakteriologik eradikasi H. pylori
Colloid bismuth subnitrat 4 x 120 mg/hari
Untuk 1 – 2
minggu
PPI :
Omeprazol 2 x 20 mg atau Lasoprazole 2 x 40 mg
2 antibiotika dari:
Klaritromisin 2 x 500 mg, Amoksisilin 2 x 100 mg, atau
Metronidazol 2 x 500 mg
- Diagnosis : arteriografi
- Th/akut :
- embolektomi
- rekonstruksi arteri
kronis : by pass
• 6.4 PENYAKIT CROHN
- Bagian usus yang terkena : ileum yang menyebar ke
kolon
- Gejala : diare, nyeri perut dan anus
- Diagnosis : seringkali sulit gejala mirip divertikular
- Terapi : - Sulfasalasin dengan atau tanpa
kortikosteroid
- Metronidazole
- Asatioprin
- Koreksi anemia
- Hematokesia
- Nausea
- Vomitus
- Inkontinensia fekal
- Peritonitis
- Abses
- Konstipasi
- Terapi : - antibiotika
- diet tinggi serat
- komplikasi tindakan bedah
6.6 KOLITIS PSEUDOMEMBRANOSA
- Etiologi : pemakaian antibiotika spektrum luas
penekanan flora bakteri komensal di usus besar dan
pertumbuhan tak terkontrol kuman C. dificille di
kolon
- Gejala :
- diare hebat
- Lekositosis, albumin ↓
- Diagnosis :
- riwayat pemakaian antibiotika spektrum luas
- kultur feses C. difficille +
- Sigmoidoskopik
- Terapi : - penghentian antibiotika spektrum luas
- vankomisin atau metronidazol
6.7 KOLITIS ULSERATIVA
- Gejala klinik : - diare
- nyeri perut bawah
- Komplikasi : - perforasi kolon
- megakolon toksik
- Diagnosis : - Sigmoidoskopi + biopsi
- Radiografi kontras barium
- Terapi : - Sulfalasin
- Kortikosteroid
- Tindakan bedah jika ada komplikasi
6.8 KARSINOMA KOLON DAN REKTUM
- Keadaan prekondisi terjadinya keganasan
kolitis ulserativa, polip kolon, adenoma
- Gejala : - diare, inkontinensia fekal, konstipasi,
pardarahan per rektal
- massa di daerah kolon
- Diagnosis : - Radiologik dengan kontars barium
- Colonoscopy + biopsi
- Angka survival 5 thn setelah reseksi usus dan
sitostatika 65-80%