Anda di halaman 1dari 64

REFERAT

DEMENSIA DAN DELIRIUM

Pembimbing: Fakultas Kedokteran Dan Kesehatan


Dr. Desyanti. Sp.KJ
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Disusun oleh : RSJ Islam Klender
Endah Restu Amanda Hasanudin
Periode 26 Agustus – 28 September2019
Demensia
Demensia
Demensia merupakan suatu sindrom akibat penyakit atau gangguan otak yang
biasanya bersifat kronik-progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur
kortikal yang multiple (multipel higher cortical function), termasuk didalamnya :
daya ingat, daya pikir, orientasi daya tangkap (comprehension), berhitung,
kemampuan belajar, bahasa, dan daya nilai (judgment). Umumnya disertai, dan
ada kalanya diawali, dengan kemerosotan (deterioration) dalam pengendalian
emosi, perilaku social, motivasi hidup.
Etiologi Demensia
Semua penyakit yang menyebabkan disfungsi otak, antara lain :
- Penyakit Alzheimer,
- Penyakit serebrovaskular (stroke),
- Hidrosephalus,
- Parkinson,
- AIDS,
- Huntington,
- dan gangguan metabolik termasuk defisiensi vitamin
Klasifikasi Demensia
Demensia pada penyakit Alzheimer

Demensia Vaskular

Demensia pada Penyakit lain YDK

Demensia YTT (Tidak Spesifik)


Klasifikasi Demensia
Demensia pada penyakit Alzheimer

• Demensia pada penyakit Alzheimer dengan onset dini


• Demensia pada penyakit Alzheimer dengan onset lambat
• Demensia pada penyakit Alzheimer, tipe tidak khas atau campuran
• Demensia pada penyakit Alzheimer YTT
Klasifikasi Demensia
Demensia Vaskular

• Demensia vaskular onset akut


• Demensia Multi-Infark
• Demensia vascular Subkortikal
• Demensia vaskular campuran kortikal dan subkortikal
• Demensia vaskular lainnya
• Demensia vaskular YTT
Klasifikasi Demensia
Demensia pada Penyakit lain YDK

• Demensia pada penyakit Pick


• Demensia pada penyakit Creultzfeldt-Jacob
• Demensia pada penyakit Huntington
• Demensia pada penyakit HIV
• Demensia pada penyakit lain YDT YDK
Demensia Pada Penyakit Alzheimer
 50-60% dari semua jenis demensia
 Lima persen dari individu yang berusia 65 tahun mengalami demensia Alzheimer
 15-25% individu yang berusia 85 tahun akan menderita demensia Alzheimer
 lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria
 Awitan yang perlahan dan progresif
 Pasien dengan demensia Alzheimer memiliki rata-rata kelangsungan hidup 8 tahun (dengan
rentang 1 hingga 20 tahun).
Demensia Pada Penyakit Alzheimer
Gejala
Gejala

Penurunan memori Gangguan pada aktivitas sehari-hari

Deteriorisasi dan fungsi sebelumnya


Deteriorasi
- Secara bertahap
- dan tidak ada keadaan fisik menjelaskan keadaan tersebut,
termasuk delirium.
Demensia Pada Penyakit Alzheimer
Diagnosis
 Riwayat penyakit pasien dan pemeriksaan status mental
 Teknik pencitraan otak
 Histopatologik
Demensia Vaskular
Etiologi
- Stroke yang multiple,
- Iskemik otak
- dan seringkali berhubungan dengan infark lakunar subkortikal pada substansia nigra hemisfer
otak.
Demensia Vaskular
Gejala dan tanda
Sindrom demensia tanda neurological fokal seperti :
- Reflex tendon berlebihan,
- Respon plantar ekstensor,
- Pseudobulbar palsy,
- Gangguan cara berjalan,
- Kelemahan ekstremitas, abnormalitas pada pencitraan otak, adanya hubungan waktu antara
kejadian penyakit serebrovaskular dan adanya sindrom demensia
Demensia Pada Penyakit Lain YDK
Demensi pada Penyakit Pick/ Demensi Frontotemporal
 Lesi kortikal fokal, terutama di lobus frontal, yang menyebabkan  afasia, apraksia, dan
agnosia.
 Penyakit berakhir dari 2 sampai 10 tahun; rata-rata 5 tahun.
 Pada autopsi, pada otak terdapat inklusi intraneuronal yang disebut pick’s bodies, yang
berbeda dengan neurofibrilasi tangles pada demensia Alzheimer.
 Penyakit pick lebih jarang terjadi pada demensia Alzheimer, dan tidak terdapat
tatalaksana yang tersedia.
Demensia Pada Penyakit Lain YDK
Demensi pada Penyakit Pick/ Demensi Frontotemporal
Pedoman diagnostik demensia pada penyakit pick
 Adanya gejala demensia yang progresif
Gambaran neuropatologis berupa atrofi selektif dari lobus frontalis yang menonjol,
disertai euphoria, emosi tumpul, dan perilaku social yang kasar, disinhibisi, dan apatis
atau gelisah
Manifestasi gangguan perilaku pada umumnya mendahului ganguan daya ingat
Demensia Pada Penyakit Lain YDK
Demensi pada penyakit creutzfeldt-jacob
Pedoman diagnostik demensia pada penyakit creutzfeldt-jacob
Trias yang sangat mengarah pada diagnosis penyakit ini :
Demensia yang progresif merusak
Penyakit pyramidal dan ekstrapiramidal dengan mioklonus
Elektroensefalogram yang khas (trifasik)
Demensia Pada Penyakit Lain YDK
Demensi pada penyakit Huntington
Pedoman diagnostik demensia pada penyakit Huntington
 Ada kaitan antara gerakan koreiform (Choreiform), demensia, dan riwayat
keluarga dengan penyakit huntington.
 Gejala demensia ditandai dengan gangguan fungsi lobus frontalis pada tahap
dini, dengan daya ingat relative masih terpelihara, sampai saat selanjutnya.
Demensia Pada Penyakit Lain YDK
Demensi pada penyakit Huntington
Pedoman diagnostik demensia pada penyakit Huntington
 Gerakan koreiform yang involunter, terutama pada wajah, tangan, dan bahu,
atau cara berjalan yang khas, merupakan manifestasi dini dari gangguan ini.
Gejala ini biasanya mendahului gejala demensia, dan jarang sekali gejala dini
tersebut tak muncul sampai demensia menjadi sangat lanjut..
Demensia Pada Penyakit Lain YDK
Demensi pada penyakit Parkinson

 Demensia yang berkembang pada seseorang dengan penyakit Parkinson yang


sudah parah, tidak ada gambaran klinis khusus yang dapat ditampilkan
Demensia Pada Penyakit Lain YDK
Demensia pada penyakit HIV (Human immodeficiency Virus)

 Demensia yang berkembang pada seorang dengan HIV, tidak ditemukannya


penyakit atau kondisi lain bersamaan selain infeksi HIV itu
Demensia YTT (Tidak Spesifik)

Kategori ini digunakan bila kriteria umum untuk diagnosis demensia


terpenuhi, tetapi tdak mungkin diidentifikasi pada salah satu tipe
tertentu
Faktor Risiko Demensia

Faktor Risiko yang tidak dapat di modifikasi

Faktor Risiko yang dapat di modifikasi


Faktor Risiko Demensia
Faktor Risiko yang tidak dapat di modifikasi

 Usia
 Jenis Kelamin
 Riwayat Keluarga dan Faktor Genetik
Faktor Risiko Demensia
Faktor Risiko yang dapat di modifikasi

 Faktor Rsiko Kardiovaskular


 Hipertensi
Faktor Risiko Demensia
Faktor Risiko yang dapat di modifikasi

 Faktor Rsiko Kardiovaskular


 Hipertensi
Epidemiologi Demensia
 Demensia menjadi penyebab kedua yang menimbulkan ketidakmampuan
individu berusia lebih dari 65 tahun setelah artritis.
 Demensia merupakan gangguan intelektual yang bersifat progresif dan
ireversibel.
 Prevalensi demensia bertambah sering dengan bertambahnya usia.
Epidemiologi Demensia
 Hampir 5% pasien di Amerika yang berusia lebih dari 65 tahun mengalami
demensia berat, 15% mengalami demensia ringan.
 Populasi lanjut usia yang berusia lebih dari 80 tahun, 20% menderita demensia
berat.
 Faktor risiko yang diketahui untuk demensia adalah usia, riwayat keluarga dan
jenis kelamin perempuan
Gejala dan Tanda Demensia
Gangguan intelektual Progresif fungsi mental sebelumnya telah dicapai meghilang
perlahan-lahan
Gangguan fungsi kognisi, namun sering juga terjadi gangguan :
daya ingat, - Perilaku,
bahasa - Termasuk agitasi,
dan fungsi visuospasial, - Gelisah,
- Wandering,
- Penyerangan,
- Kekerasan,
- Berteriak,
- Disinhibisi social dan seksual,
- impulsivitas,
- gangguan tidur
- dan waham
Diagnosis
Domain Kognitif Pertanyaan
Amnesia Apakah sering lupa?
perlahan-lahan atau mendadak gejalanya?
Apakah semakin betambah berat?
Jika ya,apakah gejala dirasa hilang timbul/stepwise/menurun
perlahan-lahan?
jangka waktu pendek/panjang?
Dan salah satu di bawah ini:
Afasia Apakah sulit menemukan kata-kata atau kesulitan dalam berkomunikasi?
Apraksia Adakah kesulitan dalam mengancingkan/ memakai baju?
Adakah kesulitan dalam menggunakan peralatan makan saat
makan?
Diagnosis
Domain Kognitif Pertanyaan
Agnosia Adakah kesulitan mengenali keluarga?
Disfungsi eksekutif Apakah ada keluhan mengenai pengaturan uang?sering
kehilangan uang?Adakah perubahan dalam kemampuan
mengambil keputusan?Apakah pekerjaan menjadi tidak
terorganisasi?
Kecacatan yang signifikan Apakah pasien menjadi kurang mandiri dalam:
pada fungsi social dan - Komunitas?
pekerjaan - Merawat rumah?
- Perawatan diri?
Diagnosis
Domain Kognitif Pertanyaan
Agnosia Adakah kesulitan mengenali keluarga?
Disfungsi eksekutif Apakah ada keluhan mengenai pengaturan uang?sering
kehilangan uang?Adakah perubahan dalam kemampuan
mengambil keputusan?Apakah pekerjaan menjadi tidak
terorganisasi?
Kecacatan yang signifikan Apakah pasien menjadi kurang mandiri dalam:
pada fungsi social dan - Komunitas?
pekerjaan - Merawat rumah?
- Perawatan diri?
Diagnosis

Pedoman diagnostik demensia


Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya piker yang sampai mengganggu
kegiatan harian seseorang (personal activities of daily living) seperti: mandi,
berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil.
Tidak ada gangguan kesadaran (clear consciousness)
Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikitnya 6 bulan
Diagnosa Banding
Delirium
Depresi berat
Deteksi Dini

AD8 adalah tes penapisan praktis berupa 8 pertanyaan yang ditujukan kepada
keluarga pasien mencakup aspek kognisi dan fungsional dapat digunakan
sebagai tes skrining sebelum dimulai pemeriksaan status mental lainnya.
MMSE Merupakan tes fungsi kognisi yang paling sering digunakan
Komponen pertanyaan AD8

Skor total:
Penilaian: - Ya = nilai 1
- Tidak/tidak tahu = nilai 0
Interpretasi  Total skor 0-1: normal
 Toal Skor > 2: Gangguan kognisi
Penatalaksaan
Terapi Suportif

Terapi simtomatik

Terapi khusus

BPSD (Behaviour and psychological syndrome of


dementia)
Penatalaksaan
Terapi Suportif
- Berikan perawatan fisik yang baik, misalnya nutrisi yang bagus, kacamat, alat bantu dengar, alat
proteksi (untuk anak-anak tangga, kompor, obat-obatan) dan lain-lain sewaktu –waktu mungkin
perlu pembatasan/ penegakan secara fisik.
- Pertahankan pasien berada dalam lingkungan yang sudah dikenalnya dengan baik, jika
memungkinkan. Usahakan pasien dikelilingi oleh teman-teman lamanya dan benda-benda yang
biasanya ada didekatnya. Tingkatkan daya pengertian dan partisipasi anggota keluarga.
Penatalaksaan
Terapi Suportif
Perawatan harian
 Menetapkan jadwal bagi pasien, agar pasien tidak bingung karena kehilangan daya ingat. Misalnya,
menetapkan waktu makan dan jadwal kegiatan. Cobalah untuk menghindari kegiatan yang drastis di
malam hari.
 Pilih hal-hal yang pasien sukai, seperti pakaian dan makanan.
 Bantu pasien untuk merawat kebersihan diri dan kerapiannya. Dorong pasien untuk melakukan hal-
hal sederhana seperti berpakaian dan menyikat gigi. Bantu pasien hanya bila diperlukan.
 Pilih pakaian yang mudah dikenakan oleh pasien, seperti pakaian dengan jumlah kancing yang
sedikit. Tempatkan tanda di lemari atau laci sehingga pasien bisa mengambil berbagai hal dengan
mudah.
Penatalaksaan
Terapi Suportif
• Pertahankan keterlibatan pasien melalui kontak personal, orientasi yang sering (mengingatkan
nama hari, jam dsb). Diskusikan berita actual bersama pasien. Penggunaan kalender, radio,
televise. Aktivitas harian dibuat terstruktur dan terencana.
• Bantulah untuk mempertahankan rasa percaya diri pasien. Rawatlah mereka sebagai orang
dewasa (jangan perlakukan sebagai anak kecil, jaga dignity dari pasien- komentar penerjemah).
Rencana diarahkan kepada kekuatan / kelebihan pasien, bersikaplah menerima dan menghargai
pasien.
• Hindari suasana yang remang-remang, terpencil : juga hindari stimulasi yang berlebihan
Penatalaksaan
Terapi simtomatik
- Ansietas akut, kegelisahan, agresi, agitasi: Haloperidol 0,5 mg peroral 3 x sehari (atau kurang); risperidon 1 mg
peroral sehari. Hentikan setelah 4-6 minggu.
- Ansietas non psikotik, agitasi: diazepam 2 mg peroral dua kali sehari, venlafaxine XR. Hentikan setelah 4-6 minggu.
- Agitasi kronik : SSRI (missal fluoxetine 10-20 mg/hari) dan atau buspiron (15 mg dua kali sehari); juga
pertimbangkan beta bloker dosis rendah
- Depresi : pertimbangkan SSRI dan anti depresan baru lainnya dahulu; dengan trisiklik mulai perlahan-lahan dan
tingkatkan sampai ada efek missal desipramin 75-150 mg per oral sehari
- Insomnia : hanya untuk penggunaan jangka pendek. 2
Penatalaksaan
Terapi khusus
- Identifikasi dan koreki semua kondisi yang dapat diterapi
- Vitamin E
- Asetilkolin esterase inhibitor
Donepezil (Aricept 5-10 mg satu kali sehari, malam hari)
Rivastigmine (Exelon 6-12 mg dua kali sehari)
Galantamine (Remynil 8-16 mg, dua kali sehari)
Penatalaksaan
BPSD (Behaviour and psychological syndrome of
dementia)
 Perubahan perilaku  agitasi, wandering, depresi, delusi paranoid, apatis,
halusinasi dan agresivitas (verbal atau fisik) dapat diatasi
 stimulasi kognitif, mental dan afektif
 Berbagai aspek psikologis untuk keluarga
Prognosis Demensia
 Prognosis demensia bervariasi tergantung pada penyakit atau
kondisi medik yang mendasarinya.
Prognosis baik  demensia dapat dikoreksi
Prevensi dan Rehabilitasi
Pencegahan primer edukasi agar orang selalu mengaktifkan fungsi otaknya dengan:
- Bekerja atau melakukan aktivtas,
- Bersosialisasi
- Berfikir kreatif
- dan menyelesaikan problem / tantangan hidup.
Sekunder Pemberian obat  untuk menahan laju perkembangan
demensia
Tersier Program aktivitas dan stimulasi  untuk pecegahan perburukan
fungsi kognitif
Delirium
Definisi
Delirium adalah sindrom bukan penyakit dan memiliki banyak kausa,
yang semuanya mengakibatkan pola gejala yang serupa berkaitan
dengan tingkat kesadaran dan gangguan kognitif pasien. Delirium
tetap merupakan gangguan klinis yang kurang dikenali dan jarang
didiagnosis.
Klasifikasi Delirium
Klasifikasi Demensia
Delirium bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya

 Delirium, tak bertumpang tindih dengan


demensia
 Delirium, bertumpang tindih dengan demensia
 Delirium lainnya
 Delirium YTT (tidak spesifik) 1
Etiologi Delirium
Efek atau interaksi obat
withdrawal obat-obatan atau zat toksik.
Infeksi
Trauma kepala
Kekacauan metabolism :
Acyd-base balance
Dehydration
Malnutrition
Electrolyte inbalance
Blood glucose abnormality
- Carbo dioxide narcosis
- Uremic encephalopathy
- Hepatic encephalopathy
Etiologi Delirium
Efek atau interaksi obat
Insufisiensi serebrovaskular:
Congestive Heart Failure
Hypovolemia
Arrhytmias
Severe anemia
Transient ischemia
Acute CVA
Disfungsi endokrin
Status operatif cepat; postcardiotomy delirium
Faktor-faktor environmental; unit perawatan intensif psikosis
Kurang tidur
Gejala dan Tanda Klinis
Prodormal Biasanya pasien akan mengeluh, kelelahan, cemas, menjadi
iritabel, tidur terganggu.
Gangguan keasadaran Penurunan kejernihan tingkat keasadaran terhadap lingkungan
(kesadaran berkabut)
Kewaspadaan Terdiri dari hiperaktivitas dan hipoaktivitas. Hiperaktivitas,
kaitannya dengan sindrom putus zat, misalnya flushing,
berkeringat, takikardia, nausea, hipertermia dsb. Hipoaktivitas,
seluruh aktivitas menurun sehingga sering dikatakan sebagai
depresi.
Gangguan pemusatan Ditandai oleh adanya kesulitan mempertahankan,
perhatian memusatkan dan mengalihkan perhatian.
Gejala dan Tanda Klinis
Orientasi Gangguan orientasi waktu sering terjadi (pada delirium yang ringan),
bila delirium berat akan mencakup orientasi tempat dan orang.
Bahasa dan Sering terjadi abnormalitas dalam berbahasa dan terjadi inkoherensi.
Kognitif Daya ingat dan fungsi kognitif umum mungkin terganggu
Persepsi Halusinasi visual dan auditorik sering ditemukan
Mood Gejala yang sering Nampak adalah marah, mengamuk, ketakutan yang
tidak beralasan. Perubahan mood dapat berfluktuasi sepanjang hari
Gangguan tidur Individu sering menunjukan agitasi pada malam hari dan masalah
bangun perilaku pada saat waktu tidur keadaan ini disebut Sundowning
Gejala neurologi Meliputi disfasia, tremor, asteriksis, inkoordinasi dan inkotinensia
urine
Epidemiologi
 Penelitian mengenai epidemiologi delirium masih sangat sedikit,
 Diduga sekitar 10-15% pasien rawat bedah umum pernah mengalami delirium,
 15-25% pasien rawta medik umum pernah mengalami delirium selama
dirawat di rumah sakit.
 Juga diperkirakan sekitar 30% pasien bedah ICU dan 40-50% pasien ICCU
pernah mengalami delirium.
 Yang tertinggi yaitu 90% ditemukan pada pasien post cardiotomy
Diagnosis
Kriteria diagnosis delirium yang berhubungan dengan kondisi medik
umum (DSM IV- TR)
 Gangguan kesadaran
 hambatan dalam fungsi kognitif
 Awitan tiba-tiba, perjalanan penyakitnya singkat dan ada kecenderungan
berfluktuasi sepanjnag hari
 Berdasarkan bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium
untuk menemukan penyebab delirium ini
Diagnosis
Kriteria diagnostik delirium yang disebabkan intoksikasi zat (DSM IV
TR)
 Gangguan kesadaran
 hambatan dalam fungsi kognitif
 Awitan tiba-tiba, perjalanan penyakitnya singkat dan ada kecenderungan
berfluktuasi sepanjnag hari
 Berdasarkan bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium
untuk menemukan penyebab delirium ini
Diagnosis
Kriteria diagnostik delirium yang disebabkan intoksikasi zat (DSM IV
TR)
- Gejala pada kriteria A dan B berkembang selama intoksikasi zat.
- Penggunaan intoksikasi disini untuk mengatasi penyebab yang ada hubungan
dengan gangguannya. Intoksikasi zat yang menimbulkan delirium anatara lain:
Alkohol, amfetamin (atau yang mirip dengan amfetamin), kanabis, kokain,
halusinogen, inhalan, opioid, ansiolitik dsb. Juga zat lain seperti simetidin,
digitalis, benztropin.
Diagnosis
Kriteria diagnostik delirium yang disebabkan putus zat (DSM-IV-TR)

 Gangguan kesadaran
 hambatan dalam fungsi kognitif
 Awitan tiba-tiba, perjalanan penyakitnya singkat dan ada kecenderungan
berfluktuasi sepanjnag hari
 Berdasarkan bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium
untuk menemukan penyakit delirium ini dalam kriteria (A) dan (B). keadaaan ini
berkembang selama atau dalam waktu singkat sesudah sindroma putus zat
Diagnosis
Kriteria diagnostik delirium yang berkaitan dengan berbagai penyebab
(DSM-IV-TR)
 Gangguan kesadaran
 hambatan dalam fungsi kognitif
 Awitan tiba-tiba, perjalanan penyakitnya singkat dan ada kecenderungan
berfluktuasi sepanjnag hari
 Berdasarkan bukti dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik atau laboratorium
untuk menemukan etiologi delirium ini yang disebabkan oleh lebih dari satu
penyebab kondisi medik umum, disertai intoksikasi zat atau efek samping
medikasi
Diagnosis Banding
 Demensia
 skizofrenia
 Depresi berat
Penatalaksanaan
 Antipsikosis : haloperidol (untuk dua gejala utama delirium psikosis
dan insomnia)
Dosis : Haloperidol 2-10 mg IM dan dan dapat diulang jika agitasi
Haloperidol 5-50 mg dosis efektif

Hindari pemberian fenotiazine


Insomnia
Golongan benzodiazepine
- lorazepam dosis 1-2 mg sebelum tidur; waktu paruh pendek atau menengah
SIMPULAN
Demensia dan delirium merupakan salah satu jenis dari gangguan mental
organik. Kedua penyakit ini bisa bertumpang tindih satu sama lain atau tidak
bertumpang tindih. Perbedaan yang paling terlihat dari kedua penyakit ini
adalah perkembangannya, untuk demensia sendiri perkembangan penyakitnya
perlahan sedangkan pada delirium perkembangannya sangat cepat.
Alhamdulillah

Anda mungkin juga menyukai