Anda di halaman 1dari 7

IJTIHAD DAN

PENGEMBANGAN
PEMIKIRAN ISL AM
Oleh: Syafa’at prayogi
IJTIHAD
Kata ijtihad menurut bahasa berarti ‘daya upaya” atau “usaha
keras”. Dengan demikian ijtihad berarti “berusaha keras
untuk mencapai atau memperoleh sesuatu”. Dalam istilah
fikih, ijtihad berarti “berusaha keras untuk mengetahui
hukum sesuatu melalui dalil-dalil agama : Al-Qur’an dan
hadis” (Badzl al-wus’i fi nail hukm syar’i bi dalil syar’i min al-
kitab wa al-sunnah). Ijtihad dalam istilah fikih inilah yang
banyak dikenal dan digunakan di Indonesia.
DASAR-DASAR IJTIHAD
Adapun yang menjadi dasar hukum ijtihad ialah, Al-Qur’an yang menjadi dasar ijtihad adalah
sebagai berikut .
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu
mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan Kepadamu, dan janganlah kamu menjadi
penentang (orang yang tidak bersalah),karena (membela)orang-orang yang khianat.” (Q.S. Al-Nisa(4):105)

Adapun sunnah yang menjadi dasar ijtihad di antarannya hadis ‘Amr bin al-‘Ash yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari, Muslim, dan Ahmad yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad bersabda :
“Apabila seorang hakim menetapkan hukum dengan berijtihad,kemudian dia benar maka ia mendapatkan
dua pahala. Akan tetapi, jika ia menetapkan hukum dalam ijtihad itu salah maka ia mendapatkan satu
pahala” (Muslim,II,t.th:62)
FUNGSI IJTIHAD
Fungsi ijtihad adalah untuk mendapatkan solusi hukum jika ada
suatu masalah yang harus diterapkan hukumnya, tetapi tidak dijumpai
dalam Al-Quran maupun hadis. Jadi, jika dilihat dari fungsi ijtihad
tersebut, maka ijtihad mendapatkan kedudukan dan legalitas dalam
Islam. Meskipun demikian, ijtihad tidak bisa dilakukan oleh setiap
orang, tetapi hanya orang yang memenuhi syarat yang boleh berijtihad
yaitu para Mujtahid.
1. Memahami Al-Qur’an dengan asbabun SYARAT-
nuzulnya, nsikh- mansukh dan ayat-ayat SYARAT
yang nasikh dan mansukh.
2. Memahami hadits, ilmu hadits dirayah, MUJTAHID
hadits-hadits yang nasikh dan mansukh dan
asbabul wurud hadits. Disamping delapan syarat ini,
3. mengetahui pengetahuan yang mendalam beberapa ulama’
tentang bahasa Arab. menambahkan tiga syarat lagi,
4. Mengetahui tempat-tempat ijma’. yaitu :
a. Mendalami ilmu ushuluddin.
5. Mengetahui ushul fikih. b. Memahami ilmu manthiq
6. Mengetahui maksud-maksud syari’at. (ilmu logika).
7. Memahami masyarakat dan adat istiadatnya. c. Menguasai cabang-cabang
fikih.
8. Bersifat adil dan takwa
· Ijma'
· Qiyâs

JENIS-JENIS ·
·
Istihsân
Maslahah murshalah
IJTIHAD · Sududz Dzariah
· Istishab
· Urf
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai