Sebaran usia GNAPS 2,5-15 tahun dengan rerata usia tertinggi 8,46
tahun dan rasio laki laki : perempuan = 1,34:1
Nama : An. A
Agama : Islam
Identitas Pasien
Anamnesis (alloanamnesis)
Keluhan Utama : BAK berdarah
Keluhan tambahan : Pilek, benjolan pada leher
• ± 2 minggu sebelum masuk rumahsakit, timbul bengkak pada leher pasien, tepatnya dibawah
telinga kiri. Saat pembengkakan semakin membesar, teraba keras, berwarna kemerahan,
panas dan terasa nyeri, pasien juga mengalami demam yang mendadak tinggi, demam turun
saat mengkonsumsi obat penurun panas namun ± 10 jam kemudian demam naik lagi. Demam
berlangsung selama 4 hari, disertai menggigil (+), pilek (+), batuk (+) sesekali, dan nyeri
menelan (+). Bengkak pada leher hanya diobati dengan belao oleh ibu pasien, dan tidak
berobat ke dokter/klinik.
• ± 10 hari sebelum masuk rumahsakit, benjolan sudah mengecil dan tidak terasa nyeri lagi.
Namun os tiba-tiba mengalami BAK berdarah, warna merah kecoklatan sebanyak 3 kali
dengan volume ± 1 gelas aqua sekali BAK, urin berbuih (+), nyeri (-). Pasien lalu dirawat 4 hari
di RS Bayung Lencir, lalu pasien pulang saat BAK sudah jernih dan diberikan obat pulang
Yusimox.
• ± 2 hari sebelum masuk rumahsakit, pasien mengalami keluhan BAK darah yang sama seperti
sebelumnya, dengan frekuensi > 3 kali, bengkak pada kedua mata minimal, demam (-), pilek
(+), batuk sesekali, lalu pasien dibawa ke RS H. Abdul Manap Jambi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pemeriksaan Fisik
Jantung
Inspeksi :Iktus cordis tidak terlihat
PULMO Palpasi : Iktus cordis teraba pada
Inspeksi : simetris, retraksi (+) ICS V linea midclavicula
Palpasi : Fremitus taktil sinistra
kanan=kiri Perkusi : Batas jantung normal
Perkusi : sonor Auskultasi : Bunyi jantung I dan II
Auskultasi : vesikular(+/+) , reguler, murmur (-),gallop (-)
wheezing
(-/-), Rhonki (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi :Soepel, nyeri tekan (-),
organomegali (-)
Ekstremitas
Perkusi : Timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
• Superior : CRT <2 detik, akral
hangat, edema (-)
• Inferior : CRT <2 detik, akral
hangat, edema (-) terdapat bekas
luka di atas mata kaki kiri
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin (1 Juli 2019)
Pemeriksaan
Hasil Nilai rujukan
Serologi
Glomerulonefritis fokal
IgA-IgG nefropati
Diagnosa Kerja
Hematuria ec Glomerulonefritis Akut Pasca Streptococcus
+ Gizi baik
TATALAKSANA
• IVFD RL 10 gtt/i makro
• Inj. Ceftriaxon 1 x 1 gr
• Paracetamol syr 3 x 1,5 cc (k/p jika suhu>37,5)
• Tirah baring
• Diet rendah garam 14 gr/hari dan protein 14
gr/hari
Quo ad Vitam
Dubia ad bonam
PROGNOSIS
Patogenesis
Proses GNAPS dimulai ketika kuman streptokokus sebagai antigen masuk
kedalam tubuh penderita yang rentan, kemudian tubuh memberikan
respon dengan membentuk antibodi. Bagian mana dari kuman
streptokokus yang bersifat antigen masih belum diketahui.
Mekanisme terjadinya jejas renal pada GNAPS
• Terbentuknya plasmin sebagai akibat pemecahan plasminogen oleh
streptokinase yang akan menaktivasi reaksi kaskade komplemen.
• Terperangkapnya kompleks Ag-Ab yang sudah terbentuk sebelumnya kedalam
glomerulus.
• Antibodi antistreptokokus yang telah terbentuk sebelumnya berikatan dengan
molekul tiruan (molecul mimicry) dari protein renal yang menyerupai Ag
Streptokokus (jaringan glomerulus yang normal yang bersifat autoantigen).
Pada GNAPS terjadi reaksi radang pada glomerulus filtrasi glomeruli berkurang,
sedangkan aliran darah ke ginjal biasanya normal filtrasi fraksi berkurang sampai
di bawah 1%. reabsorbsi di tubulus proksimalis berkurang yang akan
mengakibatkan tubulus distalis meningkatkan proses reabsorbsinya, termasuk Na,
sehingga akan menyebabkan retensi Na dan air edema dan hipertensi
Diagnosis Anamnesis
Pemeriksaan Pemeriksaan
fisis penunjang
Diagnosis Banding
Tatalaksana
1. Istirahat/tirah baring
2. Diet garam 0,5-1 gr/kgBB dan diet protein 0,5-1 gr/kgBB
3. Antibiotik Amoksisilin 50 mg/kgbb dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari.
Namun dikarenakan resistensi yang makin meningkat, sebaiknya digantikan
oleh antibiotik golongan sefalosporin yang lebih sensitif dengan lama terapi
yang lebih singkat.
4. Simptomatis
Pengamatan
Dengan kemungkinan adanya hematuria mikroskopik dan atau proteinuria yang
berlangsung lama, maka setiap penderita yang telah dipulangkan dianjurkan
untuk pengamatan setiap 4-6 minggu selama 6 bulan pertama. Bila ternyata masih
terdapat hematuria mikroskopik dan atau proteinuria, pengamatan diteruskan
hingga 1 tahun atau sampai kelainan tersebut menghilang. Bila sesudah 1 tahun
masih dijumpai satu atau kedua kelainan tersebut, dipertimbangkan biopsi ginjal.
Komplikasi
1. Ensefalopati hipertensi (EH).
2. Gangguan ginjal akut (Acute kidney injury/AKI)
3. Edema paru
4. Posterior leukoencephalopathy syndrome
Prognosis
• Penyakit ini dapat sembuh sempurna dalam waktu 1-2 minggu bila tidak ada
komplikasi, sehingga sering digolongkan ke dalam self limiting disease. Walaupun
sangat jarang, GNAPS dapat kambuh kembali.
• Pada anak 85-95% kasus GNAPS sembuh sempurna, pada orang dewasa 50-75%
GNAPS dapat berlangsung kronis, baik secara klinik maupun secara histologik
atau laboratorik.
• Walaupun prognosis GNAPS baik, kematian bisa terjadi terutama dalam fase akut
akibat gangguan ginjal akut (Acute kidney injury), edema paru akut atau
ensefalopati hipertensi.
BAB IV
Analisis Kasus
Anamnesis
Pemeriksaan Penunjang
Urinalisa
Hematuria : didapatkan secara makroskopis dan mikroskopis.
Berdasarkan teorinya, hematuria mikroskopik merupakan kelainan yang
hampir selalu ada, karena itu adanya eritrosit dalam urin ini merupakan tanda
yang paling penting untuk melacak lebih lanjut kemungkinan suatu
glomerulonefritis. Pemeriksaan mikroskopis sedimen urin ditemukan eritrosit
dismorfik dan kas eritrosit, kas granular dan hialin, yang merupakan tanda
karakteristik dari lesi glomerulus hingga tanda terjadi peradangan pada
glomerulus (glomerulonefritis).
Urinalisa
Protenuria : didapatkan protenuria positif 2 pada pasien.
Secara kualitatif proteinuria berkisar antara negatif sampai dengan ++, jarang
terjadi sampai dengan +++. Secara kuantitatif proteinuria biasanya kurang dari 2
gram/ m2 LPB/24 jam, tetapi pada keadaan tertentu dapat melebihi 2 gram/ m2
LPB/24 jam. Hilangnya proteinuria tidak selalu bersamaan dengan hilangnya gejala-
gejala klinik, sebab lamanya proteinuria bervariasi. Bila proteinuria > 6 bulan masih
terdapat proteinuria disebut proteinuria menetap yang menunjukkan kemungkinan
suatu glomerulonefritis kronik yang memerlukan biopsi ginjal untuk membuktikannya.
Darah
Reaksi Serologis : didapatkan hasil ASTO positif
Titer ASTO merupakan reaksi serologis yang paling sering diperiksa, karena mudah
dititrasi. Titer ini meningkat 70-80% pada GNAPS yang menunjukkan adanya infeksi
streptokokus sebelumnya.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Hassanudin
(FK UNHAS) menerapkan diagnosis sementara (working diagnosis) SNA bagi pasien
yang memperlihatkan gejala nefritik saja, misalnya proteinuria dan hematuria atau
edema dan hematuria, mengingat gejala nefritik bukan hanya disebabkan oleh
GNAPS, tetapi dapat pula disebabkan oleh penyakit lain. Bila pada pemantauan
selanjutnya ditemukan gejala dan tanda yang menyokong diagnosis GNAPS (C3↓,
ASO↑, dll), maka diagnosis menjadi GNAPS.
Pada kasus ini berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan
penunjang, maka dapat ditegakkan diagnosis GNAPS.
Penatalaksanaan
• Nonfarmakologis
Tirah baring
Diet rendah garam 0,5-1 gr/kgbb/hari
Diet rendah protein 0,5-1 gr/kgbb/hari
Balance cairan
• Farmakologis
Inj. Ceftriaxon 1 x 1 gr.
Beberapa klinisi memberikan antibiotik hanya bila terbukti ada infeksi yang masih aktif, namun
sebagian ahli lainnya tetap menyarankan pemberian antibiotik untuk menghindarkan terjadinya
penularan dan wabah yang meluas. Pemberian terapi penisilin 10 hari sekarang bukan terapi baku
emas lagi resistensi yang makin meningkat digantikan oleh antibiotik golongan sefalosporin
yang lebih sensitif dengan lama terapi yang lebih singkat.
BAB IV
Simpulan