Anda di halaman 1dari 14

Nama kelompok

Adelika.i.kaitam
Elvince kokoya
Esti yewi
Italina salla
Lia wonda
DEFINISI
 obsesi (obsession) adalah pikiran, ide, atau dorongan yang
intrusive dan berulang yang sepertinya berada di luar
kemampuan seseorang untuk mengendalikannya. Obsesi dapat
menjadi sangat kuat dan persisten sehingga mengganggu
kehidupan sehari-hari dan menimbulkan distress serta
kecemasan yang signifikan. Tercakup di dalamnya adalah
keraguan-keraguan, impuls-impuls, dan citra (gambaran)
mental. Orang bisa bertanya-tanya tanpa berkesudahan apakah
pintu-pintu sudah dikunci dan jendela-jendela sudah di tutup.
 kompulsi (compulsion) adalah tingkah laku yang repetitive
(seperti mencuci tangan atau memeriksa kunci pintu atau
gembok) atau tindakan mental repetitive (seperti berdoa,
mengulang-ulang kata-kata tertentu, atau menghitung) yang
dirasakan oleh seseorang sebagai suatu keharusan atau
dorongan yang harus dilakukan).
EPIDEMIOLOGI
 Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi umum
diperkirakan adalah 2 sampai 3 persen. Beberapa peneliti telah memperkirakan
bahwa gangguan obsesif-kompulsif ditemukan sebanyak 10 persen pasien
rawat jalan di klinik psikiatrik. Angka tersebut menyebabkan gangguan
obsesif-kompulsif sebagai diagnosis psikiatrik tersering yang keempat setelah
fobia gangguan berhubungan zat, dan gangguan depresif berat.
 Untuk orang dewasa, laki-laki dan wanita memiliki kemungkinan yang sama
untuk terkena; tetapi, untuk remaja, laki-laki lebih sering terkena gangguan
obsesif-kompulsif. Gangguan obsesif-kompulsif dapat memiliki onset pada
masa remaja atau masa anak-anak, pada beberapa kasus dapat pada usia 2
tahunyang menikah, walaupun temuan tersebut kemungkinan mencerminkan
kesulitan yang dimiliki pasien dengan gangguan obsesif kompulsif dalam
mempertahankan suatu hubungan.
 Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif umumnya dipengaruhi oleh
gangguan mental. Prevalensi seumur hidup untuk gangguan depresif berat
pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah kira-kira 67 persen
dan untuk fobia sosial adalah kira-kira 25 persen. Diagnosis psikiatrik
komorbid lainnya pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah
gangguan penggunaan alcohol, fobia spesifik, gangguan panic, dan gangguan
makan.
ETIOLOGI
1. Faktor Biologis
 Neurotransmitter
Banyak uji coba klinis yang telah dilakukan terhadap berbagai obat mendukung
hipotesis bahwa suatu disregulasi serotonin terlibat di dalam pembentukan
gejala obsesi dan kompulsi dari gangguan. Data menunjukkan bahwa obat
serotonergic adalah lebih efektif dibandingkan obat yang mempengaruhi
system neurotransmitter lain.
 Genetika
Data genetika yang ada tentang gangguan obsesif-kompulsif adalah konsisten
dengan hipotesis bahwa penurunan gangguan obsesif-kompulsif memiliki
suatu komponen genetika yang bermakna. Tetapi, data tersebut belum
membedakan pengaruh kultural dan efek perilaku pada transmisi gangguan
 Data biologis lainnya
Penelitian elektrofisiologis, penelitian elektroensefalogram (EEG) tidur, dan
penelitian neuroendokrin telah menyumbang data yang menyatakan adanya
kesamaan antara gangguan depresif dan gangguan obsesif-kompulsif. Suatu
insidensi kelainan EEG nonspesifik yang lebih tinggi dari biasanya telah
ditemukan pada pasien gangguan obsesif-kompulsif seperti penurunan latensi
REM (rapid eye movement].
LANJUTAN
2. Faktor Perilaku
Menurut ahli teori belajar, obsesi adalah stimuli yang dibiasakan.
Kompulsi dicapai dengan cara yang berbeda. Seseorang
menemukan bahwa tindakan tertentu menurunkan kecemasan
yang berkaitan dengan pikiran obsessional. Jadi, strategi
menghindar yang aktif dalam bentuk perilaku kompulsi atau
ritualistic dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan. Secara
bertahap, karena manfaat perilaku tersebut dalam menurunkan
dorongan sekunder yang menyakitkan (kecemasan), strategi
menghindar menjadi terfiksasi sebagai pola perilaku kompulsif
yang dipelajari. Teori belajar memberikan konsep yang berguna
untuk menjelaskan aspek tertentu dari fenomena obsesif-
kompulsif-sebagai contohnya, kemampuan gagasan untuk
menimbulkan kecemasan adalah tidak selalu menakutkan bagi
dirinya sendiri dan menegakkan pola perilaku kompulsif.
LANJUTAN
3. Faktor Psikososial
Faktor kepribadian
Gangguan obsesif-kompulsif berbeda dari gangguan kepribadian.
Sebagian besar pasien gangguan obsesif-kompulsif tidak
memiliki gejala kompulsif premorbid; dengan demikian, sifat
kepribadian tersebut tidak diperlukan atau tidak cukup untuk
perkembangan gangguan obsesif-kompulsif. Sigmund Freud
menjelaskan tiga mekanisme pertahanan psikologis utama yang
menentukan bentuk dan kualitas gejala dan sifat karakter
obsesif-kompulsif; isolasi, meruntuhkan (undoing), dan
pembentukan reaksi. Isolasi adalah mekanisme pertahanan yang
melindungi seseorang dari afek dan impuls yang mencetuskan
kecemasan berhubungan dengan fase perkembangan anal-
sadistik.
LANJUTAN
 Faktor Ambivalensi
Ambivalensi adalah akibat langsung dari perubahan dalam karakteristik
kehidupan impuls. Hal ini adalah ciri yang penting pada anak normal
selama fase perkembangan anal-sadistik; yaitu, anak merasakan cinta
dan kebencian kepada suatu objek. Konflik emosi yang berlawanan
tersebut mungkin ditemukan pada pola perilaku melakukan-tidak
melakukan pada seorang pasien dan keragu-raguan yang
melumpuhkan dalam berhadapan dengan pilihan.
 Faktor Pikiran magis
Pikiran magis adalah regresi yang mengungkapkan cara pikiran awal,
ketimbang impuls; yaitu fungsi ego, dan juga fungsi id, dipengaruhi
oleh regresi. Yang melekat pada pikiran magis adalah pikiran
kemahakuasaan. Orang merasa bahwa mereka dapat menyebabkan
peristiwa di dunia luar terjadi tanpa tindakan fisik yang pikir tentang
peristiwa tersebut. Perasaan tersebut menyebabkan memiliki suatu
pikiran agresif akan menakutkan bagi pasien gangguan obsesif-
kompulsif.
DIAGNOSIS
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Obsesif-Kompulsif
A. Salah satu obsesi atau kompulsi
Obsesi seperti yang didefinisikan oleh :
(1) Pikiran, Impuls, atau bayangan-bayangan yang rekuren dan persisten
yang dialami, pada suatu saat selama gangguan, sebagai intrusif dan
tidak sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas.
(2) Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan tidak semata-mata
kekhawatiran yang berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.
(3) Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls,
atau bayangan-bayangan tersebut untuk menetralkannya dengan
pikiran atau tindakan lain.
(4) Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan
obsesional adalah keluar dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan
Kompulsi seperti yang didefinisikan oleh (1) dan (2)
GAMBARAN KLINIS
 Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif sering kali
pergi ke dokter lain dibandingkan dokter psikiatrik. Pasien
dengan obsesi maupun kompulsi merupakan sekurangnya
75 persen dari pasien yang terkena. Beberapa peneliti dan
klinisi percaya bahwa angka tersebut mungkin sangat
mendekati 100 persen jika pasien diperiksa secara cermat
untuk adanya kompulsi mental di samping perilaku.
Sebagai contoh, suatu obsesi tentang melukai seorang
anak mungkin diikuti oleh suatu kompulsi mental untuk
mengulangi doa tertentu dalam jumlah tertentu. Tetapi,
beberapa peneliti dan klinisi percaya bahwa beberapa
pasien memang hanya memiliki pikiran obsesif dan tidak
memiliki kompulsi.
LANJUTAN
 Pasien tersebut kemungkinan memiliki pikiran yang
berulang terhadap tindakan seksual atau agresif yang
dicela oleh pasien Gambaran obsesi dan kompulsi adalah
heterogen pada orang dewasa dan pada anak-anak dan
remaja. kemungkinan terkontaminasi. Objek yang ditakuti
sering kali sukar untuk dihindari (sebagai contoh, feses,
urin, debu, atau kuman). Pasien mungkin secara terus-
menerus menggosok kulit tangannya dengan mencuci
tangan secara berlebihan atau mungkin tidak mampu pergi
keluar rumah karena takut akan kuman. Walaupun
kecemasan adalah respons emosional yang paling sering
terhadap objek yang ditakuti, rasa malu dan kejijikan yang
obsesif juga sering ditemukan. Pasien dengan obsesi
kontaminasi biasanya percaya bahwa kontaminasi adalah
ditularkan dari objek ke objek atau orang ke orang dengan
kontak ringan.
PERJALANAN PENYAKIT DAN
PROGNOSIS
 Perjalanan penyakit biasanya lama tetapi bervariasi;
beberapa pasien mengalami perjalanan penyakit yang
berfluktuasi, dan pasien lain mengalami perjalanan
penyakit yang konsisten.
 Kira-kira 20 sampai 30 persen pasien dengan
gangguan obsesif kompulsif memiliki gangguan
depresif berat, dan bunuh diri adalah resiko bagi
semua pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif.
Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuaian sosial
dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus,
dan suatu sifat gejala yang episodic.
TERAPI
 Farmakoterapi
Kemanjuran farmakoterapi dalam gangguan obsesif-kompulsif
telah dibuktikan dalam banyak uji coba klinis. Manfaat tersebut
ditingkatkan oleh pengamatan bahwa penelitian menemukan
angka respons adalah kira-kira 5 persen. Banyak ahli terapi
memperkuat obat pertama dengan menambahkan lithium
(Eskalith). monoamine oxidase inhibitor), khususnya phenelzine
(Nardil). Terapi PerilakuWalaupun beberapa perbandingan
telah dilakukan, terapi perilaku adalah sama efektifnya dengan
farmakoterapi pada gangguan obsesif-kompulsif, dan beberapa
data menyatakan bahwa efek bermanfaat adalah berlangsung
lama dengan terapi perilaku. Dengan demikian, banyak klinisi
mempertimbangkan terapi perilaku sebagai terapi terpilih untuk
gangguan obsesif-kompulsif. Terapi perilaku dapat dilakukan
pada situasi rawat inap maupun rawat jalan.
PISIKOTERAPI
 Tanpa adanya penelitian yang adekuat tentang psikoterapi
berorientasi untuk gangguan obsesif-kompulsif, tiap
generalisasi yang sah tentang manfaatnya adalah sukar
untuk dibuat, walaupun terdapat laporan anecdotal
tentang keberhasilan tersebut.
 obsesif-kompulsif yang, walaupun gejalanya memiliki
berbagai derajat keparahan mampu untuk bekerja dan
membuat penyesuaian sosial. Dengan kontak yang kontinu
dan teratur dengan orang professional yang tertarik,
simpatik, dan mendorong, pasien mungkin mampu untuk
berfungsi berdasarkan bantuan tersebut.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH
WA.

Anda mungkin juga menyukai