Anda di halaman 1dari 23

Nama Kelompok

01 Pegi Ratna Apriliani (A1C017122)

02 Selvi Septiana (A1C017147)

03 Siti Handayani (A1C017151)

04 Yunisa Suri Lestari (A1C017165)

05 Rivani Safitri (A1C016135)


Apa Itu Pembukuan?
Pembukuan yaitu kegiatan atau
proses pencatatan yang dapat
menyajikan keterangan-keterangan
yang cukup untuk menghitung
Penghasilan Kena Pajak atau harga
perolehan dan penyerahan barang
atau jasa, guna perhitungan jumlah
pajak terhutang berdasarkan
ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan
Kapan Pembukuan itu
dilakukan?
Selama Tahun Berjalan

Siapa yang berhak


melakukan Pembukuan?
A. Wajib Pajak(WP) Badan
B. Wajib Pajak Orang Pribadi, yang m
elakukan kegiatan usaha atau pekerja
an bebas, kecuali Wajib Pajak Orang
Pribadi yang peredaran brutonya dala
m satu tahun kurang dari
Rp.1.800.000.000
Dimana Pembukuan
Disimpan?
Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain termasuk hasil pengolahan
data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau secara program on-line
wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun
di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau
tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi,
atau di tempat kedudukan Wajib Pajak
badan. Perubahan Tahun Buku Dan
Metode Pembukuan Perubahan terhadap
metode pembukuan dan atau tahun buku,
harus mendapat persetujuan dari Direktur
Jenderal Pajak.
Mengapa Pembukuan
dilakukan?
Pembukuan itu sendiri dilakukan deng
an tujuan untuk:
•Menetapkan besarnya jumlah Pajak
•yang terhitung;
•Mempermudah pengisian SPT;
Untuk penghitungan PPN&PPnBM
•Dan untuk mengetahui posisi
keuangan dan hasil kegiatan usaha at
au pekerjaan bebas
Bagaimana Syarat
Penyelenggaraan Pembukuan?

• Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik dan men
cerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya

• Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang r
upiah dan disusun dalam Bahasa Indonesia atau dalam Bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri
Keuangan.

• Perubahan terhadap metode pembukuan dan pencatatan serta dokumen lain yang berhubungan
dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak yang wajib disimpan selama 10 tahun

• Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku harus mendapat persetujuan dari
Direktur Jendral Pajak

• Pembukuan dengan menggunakan Bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat di selengga
rakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin dari Menteri Keuangan
Apa Itu Pencatatan?

Pencatatan pada pasal 28 ayat (9) UU KUP


yaitu pengumpulan data yang dikumpulkan
secara teratur tentang peredaran atau
penerimaan bruto dan/atau penghasilan
bruto sebagai dasar untuk menghitung
jumlah pajak yang terutang, termasuk
penghasilan yang bukan objek pajak
dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat 80%
final.
70%
Siapa WP yang wajib melakukan pencatatan?

Wajib pajak yang wajib melakukan pencatatan adalah :


Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam satu tahun
kurang dari Rp4.800.000.000,00
(empat milyar delapan ratus juta rupiah),
dapat menghitung penghasilan neto
dengan menggunakan norma
penghitungan penghasilan neto,
dengan syarat memberitahukan ke Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu
3 bulan pertama dari tahun pajak yang 80%
bersangkutan; atau Wajib pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas
70%
Dimana Pencatatan Disimpan?
Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen lain termasuk hasil pengolahan
data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau secara program on-line
wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun
di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau
tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi,
atau di tempat kedudukan Wajib Pajak
badan. Perubahan Tahun Buku Dan
Metode Pembukuan Perubahan terhadap 80%
metode pembukuan dan atau tahun buku,
harus mendapat persetujuan dari Direktur 70%
Jenderal Pajak.
Bagaimana cara pencatatan?

Pencatatan oleh WP orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan


pekerjaan bebas, meliputi peredaran/penerimaan bruto dan penerimaan
penghasilan lainnya.
Pencatatan harus dibuat secara lengkap dan benar, serta di dukung dengan
dokumen yang dijadikan dasar penghitungan peredaran/penerimaan bruto
dan/atau penghasilan bruto, serta penghasilan yang bukan objek pajak dan
atau penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat final.

80%
70%
Mengapa Pencatatan dilakukan?

Menetapkan besarnya jumlah Pajak yang terhitung;


• Mempermudah pengisian SPT;
• Untuk penghitungan PPN&PPnBM;
• Dan untuk mengetahui posisi keuangan dan
hasil kegiatan usaha atau pekerjaan bebas

80%
70%
Kapan Pencatatan dilakukan?
Selama tahun berjalan

80%
70%
Apa yang dimaksud
dengan pemeriksaan?
Serangkaian kegiatan menghimpun
dan mengolah data, keterangan,
dan/ataubukti yang dilaksanakan
secara objektif dan professional
berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji k
epatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau untuk tujuan
lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Mengapa Pembukuan
dilakukan?
Pembukuan itu sendiri dilakukan deng
an tujuan untuk:
•Menetapkan besarnya jumlah Pajak
•yang terhitung;
•Mempermudah pengisian SPT;
Untuk penghitungan PPN&PPnBM
•Dan untuk mengetahui posisi
keuangan dan hasil kegiatan usaha at
au pekerjaan bebas
Kapan Pemeriksaan
Dilakukan?
Paling lama 3 (tiga) bulan dan dapat
diperpanjang menjadi paling lama 6
(enam) bulan yang dihitung sejak
tanggal Wajib Pajak datang memen
uhi surat panggilan dalam rangka
Pemeriksaan Kantor sampai
dengan tanggal Laporan Hasil
Pemeriksaan.
???????

Paling lama 4 (empat) bulan dan


dapat diperpanjang menjadi paling
lama 8 (delapan) bulan yang
dihitung sejak tanggal Surat
Perintah Pemeriksaan sampai
dengan tanggal Laporan Hasil
Pemeriksaan.
Siapakah yang menjadi
pemeriksa pajak?
Pemeriksa Pajak adalah Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak atau
tenaga ahli yang ditunjuk oleh
Direktur Jenderal Pajak, yang
diberitugas ,wewenang, dan
tanggung jawab untuk
melaksanakan Pemeriksaan.
Mengapa Direktur jendral pajak
berwenang melakukan pemeriksaan?

Karena Direktur jenderal Pajak


berwenang melakukan
Pemeriksaan dengan tujuan
untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan
dan/atau untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Secion Break
Insert the title of your subtitle Here
Secion Break
Insert the title of your subtitle Here
Secion Break
Insert the title of your subtitle Here
Secion Break
Insert the title of your subtitle Here
Thank you

Anda mungkin juga menyukai