Anda di halaman 1dari 64

Geomorfologi

Disusun Oleh:
1. Rini Rahmayanti (M1C118009)
2. Cressy Hotmauli Tambunan (M1C118011)
3. Syakira Rayhan Nisa (M1C1180)
4. Susi Alena (M1C118021)
5. Annisa Khairani Masni (M1C11802)
6. Siti Inayah Natasya (M1C118029)

Dosen Pengampu: dr. Fetty Febriasti Bahar, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JAMBI
2019
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Pokok Pembahasan

Bentang Alam
01 Definisi Geomorfologi 05 Daerah Terlipat

Konsep Dasar Bentang Alam


02 Geomorfologi 06 Daerah Tersesarkan

03 Proses Geomorfologi
07 Bentang Alam Karst

Siklus Perkembangan
04 Sungai 08 Bentang Alam Pantai
01 Definisi Geomorfologi

Ilmu yang mendeskripsi (secara genetis) bentuk-lahan dan proses-proses yang


mengakibatkan ter-bentuknya bentuklahan tersebut serta mencari antar
hubungan antara proses-proses dalam susunan keruangan (Van Zuidam, 1977)

Geomorfologi adalah ilmu tentang bentuklahan pada permukaan bumi, baik di


atas maupun bawah per-mukaan air laut, dan menekankan pada asal mula
terbentuknya (genesis) serta perkem-bangan yang akan datang, dan hubungan
dengan lingkungannya (Verstappen, 1983)
02 Konsep Dasar Geomorfologi

1. Proses-proses dan hukum-hukum fisik yang sama yang bekerja sekarang


bekerja juga pada waktu geologi, walaupun tidak selalu dengan intensitas yang
sama seperti sekarang,
2. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol dominan dalam evolusi dan
stuktur geologi dicerminkan oleh bentuk lahannya.
3. Proses-proses geomorfik meninggalkan bekas-bekas yang nyata pada bentuk
lahan dan setiap proses geomorfik yang berkembang akan mempunyai
karakteristik bentuk lahan tertentu.
4. Karena perbedaan tenaga erosi yang bekerja pada permukaan bumi, maka
dihasilkan urutan bentuk lahan yang mempunyai karakteristik tertentu pada
tahap dan perkembangannya,
5. Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum dibanding dengan evolusi yang
sederhana,
a. Simple form
b. Compund form
c. Monocyclic form
d. Multicyclic forms
e. Exhumed
6. Sebagian kecil topografi bumi lebih tua dari zaman Tersier dan kebanyakan
dari topografi tersebut lebih muda dari zaman Pleistosen,
7. Interpretasi bentang lahan yang sekarang tidak mungkin dilakukan tanpa
memperhatikan perubahan-perubahan geologi dan iklim selama zaman
Pleistosen,
8. Apresiasi iklim dunia adalah perlu untuk mengetahui bebagai kepentingan
suatu proses geomorfik yang berbeda.
9. Walaupun geomorfologi menekankan pada bentang lahan sekarang, namun
untuk mempelajarinya secara maksimum perlu mempelajari sejarah
perkembangannya.
03 Proses Geomorfologi

Pelapukan

Agen
Erosi
Geomorfologi

Mass
Sedimentasi
Wasting
1. Pelapukan
Pelapukan adalah proses desintegrasi atau disagregasi secara berangsur dari
material penyusun kulit bumi yang berupa batuan. Pelapukan sangat
dipengaruhi oleh kondisi iklim, temperatur dan komposisi kimia dari mineral-
mineral penyusun batuan.

Pelapukan Mekanis

Pelapukan Kimiawi

Pelapukan Biologis
a. Pelapukan mekanis adalah semua
mekanisme yang dapat mengakibatkan
terjadinya proses pelapukan sehingga
suatu batuan dapat hancur menjadi
beberapa bagian yang lebih kecil atau
partikel-partikel yang lebih halus.
Mekanisme dari proses pelapukan
mekanis antara lain adalah abrasi,
kristalisasi es (pembekuan air) dalam
batuan, perubahan panas secara cepat,
proses hidrasi, dan eksfoliasi /
pengelupasan yang disebabkan
pelepasan tekanan pada batuan karena
perubahan tekanan.
b. Pelapukan kimiawi (proses dekomposisi atau
proses peluruhan) adalah terurai/pecahnya
batuan melalui mekanisme kimiawi, seperti
karbonisasi, hidrasi, hidrolisis, oksidasi dan
pertukaran ion-ion dalam larutan. Pelapukan
kimiawi merubah komposisi mineral dalam
batuan menjadi mineral permukaan seperti
mineral lempung. Mineral-mineral yang tidak
stabil yang terdapat dalam batuan akan dengan
mudah mengalami pelapukan apabila berada
dipermukaan bumi, seperti basalt dan peridotit.
Air komponen sangat penting dalam terhadinya
proses pelapukan kimia, seperti pengelupasan
cangkang pada batuan.
b. Pelapukan kimiawi (proses dekomposisi atau
proses peluruhan) adalah terurai/pecahnya
batuan melalui mekanisme kimiawi, seperti
karbonisasi, hidrasi, hidrolisis, oksidasi dan
pertukaran ion-ion dalam larutan. Pelapukan
kimiawi merubah komposisi mineral dalam
batuan menjadi mineral permukaan seperti
mineral lempung. Mineral-mineral yang tidak
stabil yang terdapat dalam batuan akan dengan
mudah mengalami pelapukan apabila berada
dipermukaan bumi, seperti basalt dan peridotit.
Air komponen sangat penting dalam terhadinya
proses pelapukan kimia, seperti pengelupasan
cangkang pada batuan.
c. Pelapukan biologis (pelapukan organis)
adalah proses pelapukan biologis yang terjadi
pada penghancuran batuan, termasuk proses
penetrasi akar tumbuhan kedalam batuan
dan aktivitas organisme dalam membuat
lubang-lubang pada batuan (bioturbation),
termasuk didalamnya aksi dari berbagai jenis
asam yang ada dalam mineral melalui proses
leaching. Pada hakekatnya pelapukan organis
merupakan perpaduan antara proses
pelapukan mekanis dan pelapukan kimiawi.
2. Erosi
Erosi adalah istilah umum yang dipakai untuk proses penghancuran batuan
(pelapukan) dan proses pengangkutan hasil penghancuran batuan. Proses
erosi fisika disebut sebagai proses corration (erosi mekanis) sedangkan proses
erosi kimia disebut dengan corrosion. Komponen dari proses erosi adalah gaya
gravitasi, air, es, dan angin.

Erosi alur
Erosi saluran
Erosi berlembar
Erosi lembah
Erosi drainase
a. Erosi alur adalah proses pengikisan
yang terjadi pada permukaan tanah
(terain) yang disebabkan oleh hasil
kerja air berbentuk alur-alur dengan
ukuran berkisar antara beberapa
milimeter hingga beberapa centimeter.
Pada perkembangannya erosi alur
akan berkembang menjadi erosi ravine.
b. Erosi berlembar adalah proses
pengikisan air yang terjadi pada
permukaan tanah yang searah dengan
bidang permukaan tanah, biasanya
terjadi pada lereng-lereng bukit yang
vegetasinya jarang atau gundul.
c. Erosi drainase adalah proses
pengikisan yang disebabkan oleh kerja
air pada permukaan tanah (terrain)
yang membentuk saluran-saluran
dengan lembah-lembah salurannya
berukuran antara beberapa centimeter
hinggga satu meter.
d. Erosi saluran adalah erosi yang
disebabkan oleh hasil kerja air pada
permukaan tanah membentuk saluran-
saluran dengan ukuran lebar
lembahnya lebih besar 1 (satu) meter
hingga beberapa meter.
e. Erosi lembah adalah proses dari kerja
air pada permukaan tanah (terrain)
yang berbentuk saluran-saluran
dengan ukuran lebarnya diatas sepuluh
meter.
3. Mass Wasting
Mass wasting pada dasarnya adalah gerakan batuan, regolith, dan tanah
kearah kaki lereng sebagai akibat dari pengaruh gaya berat (gravity) melalui
proses rayapan (creep), luncuran (slides), aliran (flows), rebah (topples), dan
jatuhan (falls). Mass wasting umumnya terjadi di daratan maupun di lautan
terutama di lereng benua. Longsoran merupakan satu contoh yang spektakuler
dari mass wasting.
Hasil pelapukan batuan yang berada di puncak puncak bukit akan berpindah
sebagai debris ke arah kaki bukit, sedangkan air sungai bertindak sebagai ban
berjalan yang membawa material hasil pelapukan menjauh dari sumbernya.
Sepanjang perjalanan material hasil pelapukan batuan yang dibawa oleh air
sungai terkadang berhenti untuk sementara waktu, namun pada akhirnya
material tersebut akan diendapkan di tempat terakhir, yaitu di laut.
4. Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditranport oleh
media air, angin, es/gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-
mulut sungai adalah hasil dari proses pengendapan material-material yang
diangkut oleh air sungai, sedangkan Sand Dunes yang terdapat di gurun-
gurun dan di tepi pantai adalah hasil dari pengendapan material-material yang
diangkut oleh angin.
Hasil sedimentasi pantai

Hasil sedimentasi pada aliran sungai


Hasil sedimentasi sungai (Gosong Pasir)

Hasil sedimentasi sungai (Point Bar)


5. Agen Geomorfologi
Proses proses utama yang bertanggungjawab yang terjadi di permukaan bumi
untuk kebanyakan bentuk-bentuk permukaan bumi adalah angin, gelombang,
pelapukan, mass wasting, air bawah tanah, air permukaan, gletser, tektonik dan
volkanisme.
Apabila air jatuh keatas permukaan bumi, maka beberapa kemungkinan dapat
terjadi. Air akan terkumpul sebagai tumpukan salju didaerah-daerah puncak
pegunungan yang tinggi atau sebagai gletser. Ada pula yang terkumpul
didanau-danau. Yang jatuh menimpa tumbuh-tumbuhan dan tanah, akan
menguap kembali kedalam atmosfir atau diserap oleh tanah melalui akar-akar
tanaman, atau mengalir melalui sistim sungai atau aliran bawah tanah.
04 Siklus Perkembangan Sungai

1. Tahapan
Awal

5. Tahapan 2. Tahapan
Peremajaan Muda

4. Tahapan 3. Tahapan
Tua Dewasa
1. Tahapan awal
Sungai yang belum memiliki pola aliran yang teratur seperti lazimnya suatu
sungai. Sungai pada tahapan ini pada umumnya berkembang d idaerah
daratan pantai yang mengalami pengangkatan atau diatas permukaan lava
yang masih baru.
2. Tahapan muda
Dicirikan dengan sungai yang aktivitas alirannya mengerosi ke arah vertikal.
Erosi tersebut menghasilkan lembah yang menyerupai huruf “V”. Air terjun dan
aliran yang deras mendominasi tahapan ini.
3. Tahapan dewasa
Dicirikan dengan mulai adanya dataran banjir (flood plain) kemudian
membentuk meander. Pada tahapan ini aliran sungai sudah memperlihatkan
keseimbangan laju erosi vertikal dengan laju erosi lateral.
4. Tahapan tua
Dicirikan dengan sungai yang sudah disominasi oleh meander dan daratan
banjir yang semakin melebar. Oxbow lake dan rawa mulai terbentuk disisi
sungai dan erosi lateral lebih dominan dibanding erosi vertikal.
5. Tahapan peremajaan
Perkembangan sungai yang kembali didominasi oleh erosi vertikal dibanding
erosi lateral. Proses ini terjadi akibat terjadinya pengangkatan di daerah sungai
tua sehingga sungai kembali menjadi stadia awal. Peremajaan sungai terjadi
ketika tingkat dasar sungai turun, yang bisa disebabkan oleh penurunan muka
air laut dan pengangkatan daratan.
Stadia tua
05 Bentang Alam Daerah Terlipat

Bila tenaga asal dalam (endogen) bekerja pada daerah itu maka batuan endapan
akan mengalami gangguan yang menyebabkan letaknya tidak horizontal lagi atau
justru terlipat membentuk lipatan (fold) baik antiklin maupun sinklin, atau bahkan
tersesarkan (fault). Sebagai akibat dari kekerasan batuan endapan yang berlainan
antara satu lapisan dengan lapisan lainnya, maka batuan semacam ini membentuk
bentang alam tersendiri yang khas.
Erosi akan mengambil bagian di tempat-tempat lemah yaitu pada batuan yang
lunak dan bagian yang keras akan menonjol membentuk bukit-bukit. Biasanya
bukit ini memanjang sejajar dengan arah pelapisan.
Dengan cara mengetahui bentuk bentang alamnya, mengetahui arah lembah dan
sistem perbukitannya dapat dengan mudah ditafsirkan batuan dan struktur
geologi yang ada di daerah tersebut. Bentangalam ini kadang-kadang terlihat
dengan mudah pada peta topografi dan potret udara atau citra satelit.
An = antiklin,
Sy = sinklin,
L = danau,
AV = lembah antiklinal,
SV = lembah sinklinal,
WG =watergap,
AM = pegunungan
antiklinal,
SM = pegunungan
sinklinal
Pola pengaliran pada bentang alam batuan terlipat pada umumnya adalah pola
pengaliran menangga (trellis), terdapat di daerah yang terlipat kekerasan batuan
yang berselang-seling antara yang lemah dan yang keras mengakibatkan sungai
berbelok-belok.
06 Bentang Alam Tersesarkan

Patahan (sesar) terjadi akibat adanya gaya yang bekerja pada kulit bumi, sehingga
mengakibatkan adanya pergeseran letak kedudukan lapisan batuan. Berdasarkan
arah gerak relatifnya, sesar dibagi menjadi 5, yaitu:

Sesar Turun
Sesar Naik

Sesar Geser/Mendatar
Sesar Diagonal
Sesar Rotasi (Bersudut)
Macam-macam bentang alam daerah
tersesarkan atau terpatahkan :

1. Gawir Sesar (Escarpments)


Bentang alam yang berbentuk bukit
dimana salah satu lerengnya
merupakan bidang sesar. Morfologi
gawir sesar biasanya dicirikan oleh
bukit yang memanjang dengan
perbedaan tinggi yang cukup ekstrim
antara bagian yang datar dan bagian
bukit.
2. Punggungan Tertekan (Pressure Ridge)
Bentang alam yang berbentuk bukit dan
terjadi karena gaya yang bekerja pada
suatu sesar mendatar dan akibat tekanan
tersebut mengakibatkan batuan yang
berada disepanjang patahan terpatahkan
menjadi beberapa bagian yang kemudian
menekan batuan tersebut kearah atas.
3. Lembah Linear (Linear Valley)
Berbentuk lembah/cekungan linear yang terbentuk di sepanjang jalur patahan
strike slip fault.
4. Punggungan / Bukit Linear (Linear Ridge)
Bentang alam yang berbentuk bukit dan terjadi apabila bidang patahan suatu
sesar strike slip fault melalui bukit tersebut dan menggesernya ke arah yang
saling berlawanan, membentuk bukit yang lurus (linear).
5. Lembah Cekungan (Sag Basin)
Bentang alam yang terbentuk
dari hasil pergeseran sesar
mendatar (strike slip fault),
dengan bentuk relief yang lebih
rendah dibandingkan dengan
pasangannya.
6. Bukit Terpotong (Shutter Ridge)
Bentang alam shutter ridge
landforms (bukit terpotong)
umumnya juga dijumpai
pada sesar mendatar. Shutter
ridges terjadi apabila salah satu
sisi dari bidang sesar merupakan
bagian permukaan tanah yang
tinggi dan pada sisi lainnya
merupakan bagian permukaan
yang lebih rendah dan akibat
adanya pergeseran ini dapat
mengakibatkan tersumbatnya
aliran sungai.
7. Stream Offset
(Morfologi Sungai Zigzag)
Bentang alam sungai yang arah
alirannya berbelok secara tiba-
tiba mengikuti arah bidang
patahan dan perubahan arah
aliran ini disebabkan oleh
pergeseran bukit disepanjang
patahan mendatar. Bentuk
sungai yang membelok secara
zigzag terjadi karena adanya
pergeseran bukit (shutter ridges)
dari pergeseran lateral suatu
sesar mendatar.
8. Punggungan Hogback
(Hogbag)
Bentang alam yang
berbentuk bukit yang
memanjang searah
dengan jurus perlapisan
batuan dan mempunyai
kemiringan lapisan yang
lebih besar dari 45°.
Morfologi Hogbag terjadi
kerena sesar/patahan
yang memotong searah
bidang perlapisan.
9. Bukit Horst
Bentang alam yang berbentuk
bukit merupakan bagian yang
menonjol dibandingkan dengan
bagian sekitarnya dan dibatasi oleh
bidang sesar.
10. Lembah Graben
Bentang alam yang berbentuk
lembah (depresi) dipisahkan
dengan morfologi lainnya oleh
bidang patahan.
07 Bentang Alam Karst

Dalam bahasa Jerman yang diturunkan dari bahasa Slovenia: Kras = lahan gersang
berbatu. Istilah ini di negara asalnya tidak berkaitan dengan batu
gamping dan proses pelarutan. Tetapi saat ini telah digunakan secara internasional
sebagai istilah bagi bentuklahan asal proses pelarutan (solusional).
Faktor Fisik

Faktor Iklim
Faktor
dan
Kimiawi
Lingkungan

Faktor
Biologis
Faktor Fisik

1. Ketebalan batu gamping, ketebalan yang baik adalah tebal, dapat masif
atau yang terdiri dari beberapa lapisan dan membentuk unit
batuan yang tebal, sehingga mampu menampilkan topografi karst sebelum ha
bis terlarutkan.
2. Porositas dan permeabilitas, berpengaruh dalam sirkulari air dalam batuan. Se
makin besar porositas sirkulasi, air akan semakin lancar sehingga proses karstifi
kasi akan semakin intensif.
3. Intensitas struktur (kekar), zona kekar adalah zona lemah yang mudah mengala
mi pelarutan dan erosi sehingga dengan adanya kekar dalam batuan,
proses pelarutan berlangsung intensif.
Faktor Kimiawi

Kondisi kimia batuan, dalam pembentukan topografi kars diperlukan sedikitnya 60


% kalsit dalam batuan dan yang paling baik diperlukan 90% kalsit.
Kondisi kimia media pelarut, dalam proses karstifikasi media pelarutnya adalah air,
kondisi kimia air ini sangat berpengaruh terhadap proses karstifikasi.

Faktor Biologis
Aktivitas tumbuhan dan mikrobiologi dapat menghasilkan humus yang menutup
batuan dasar, mengakibatkan kondisi anaerobic sehingga air di permukaan masuk
ke zona anaerobic, tekanan parsial CO2 akan meningkat sehingga kemampuan
melarutkannya juga meningkat.
Faktor Iklim dan Lingkungan

Kondisi lingkungan yang mendukung adalah adanya lembah besar yang


mengelilingi tempat yang tinggi yang terdiri dari batuan yang mudah larut (batu
gamping) yang terkekarkan intensif. Kondisi lingkungan di sekitar batu gamping
harus lebih rendah sehingga sirkulasi air berjalan dengan baik dan proses
karstifikasi berjalan dengan intensif.
Proses Pembentukan Mudah larut dan berada
Topografi Karst
di atau dekat permukaan.

Masif, tebal dan


Dikelilingi lembah
terkekarkan.

Berada pada daerah dengan


curah hujan yang tinggi.
Proses pelarutan pada batu gamping,
meninggalkan morfologi sisa pelarutan
yang dibagi menjadi 4 fase, yaitu :

1. Terjadi pelarutan pada batuan


terkekarkan sehingga membentuk
lembah yang kemudian merupakan
zona yang lebih cepat mengalami
pelarutan (zona A) dibandingkan
dengan zona B yang tidak mengalami
pengkekara.
2. Karena zona A lebih cepat mengalami
pelarutan, maka zona ini segera
terbentuk lembah yang dalam,
sementara pada zona B masih berupa
dataran tinggi dengan gejala pelarutan
di beberapa tempat.
3. Pelarutan pada kedua zona terus
berjalan sehingga pada fase ini mulai
terbentuk kerucut-kerucut karst pada
zona B. Pada kerucut karst ini tingkat
pelarutan/erosi vertikalnya lebih kecil
dibandingkan lembah di sekitarnya.
4. Karena adanya erosi lateral oleh sungai
maka zona A berada pada batas
permukaan erosi dan pada zona B erosi
vertikal telah berjalan lebih lanjut
sehingga hanya tinggal beberapa
morfologi sisa saja, morfologi sisa ini
disebut menara karst.
08 Bentang Alam Pantai

Pantai adalah jalur atau bidang yang memanjang, tinggi serta lebarnya
dipengaruhi oleh pasang surut dari air laut, yang terletak antara daratan dan
lautan (Thombury, 1969).

Faktor-faktor yang mempengaruhi morfologi pantai:

Pengaruh Diatropisme
Tipe Batuan
Struktur Geologi
Perubahan Naik Turunnya Muka Air Laut
Pengendapan Sedimen Asal Daratan/Sungai
Erosi Daratan dan Angin
Daerah pantai yang masih mendapat pengaruh air laut dibedakan menjadi tiga,
yaitu :

1. Beach (daerah pantai), yaitu daerah yang langsung mendapat pengaruh air
laut dan selalu dapat dicapai oleh pasang naik dan pasang surut.
2. Shore line (garis pantai), yaitu jalur pemisah yang relatif berbentuk baris dan
relatif merupakan batas antara daerah yang dicapai air laut dan yang tidak
bisa.
3. Coast (pantai), yaitu daerah yang berdekatan dengan laut dan masih
mendapat pengaruh dari air laut.m
Klasifikasi Pantai

1. Klasifikasi Pantai Secara Klasik, Johnson (1919), dibagi menjadi:

a. Pantai tenggelam (Submergence Coast)


Dibentuk karena penenggelaman daratan atau naiknya muka laut, dengan ciri
garis pantai tidak teratur, ada pulau-pulau di depan pantai, teluk yang dalam,
dan lembah-lembah yang turun.
Kenampakan pada peta topografi:
a) Garis pantainya tidak teratur.
b) Garis kontur berkelok-kelok tidak beraturan.
c) Pantainya relatif curam, ditandai dengan adanya garis kontur yang relatif
rapat.
d) Perkampungan di sekitar pantai umumnya tidak sejajar dengan garis pantai.
Pantai Ria : pantai yang sebelum teggelam telah mengalami erosi darat, terutama
erosi fluvial.
Pantai Fyord : pantai yang sebelum tenggelam mengalami proses glasiasi
b. Pantai Naik (Emergence Coast)
Pantai yang dibentuk oleh majunya garis pantai atau turunnya muka laut,
dengan ciri garis pantai relatif lurus, relief-relief rendah, terbentuknya undak-
undakan pantai dan gosong pantai atau tanggul-tanggul dimuka pantai.
Kenampakan pada peta topografi:
a) Garis pantai relatif lurus, ditandai dengan kontur yang lurus.
b) Pantai relatif landai, ditunjukkan oleh garis kontur yang renggang.
c) Jika dijumpai perkampungan umumnya relatif sejajar dengan garis pantai.
c. Pantai Netral
Pantai yang tidak mengalami penenggelaman ataupun penaikkan dan
biasanya dicirikan oleh adanya garis pantai yang relatif lurus, pantainya landai
dan ombak tidak besar. Beberapa contoh pantai ini antara lain:
a) Pantai delta
b) Pantai dataran aluvial
c) Pantai gunung api
d) Pantai terumbu karang
e) Pantai sesar
Kenampakan pada peta topografi:
a) Biasanya garis kontur renggang
b) Bentuk garis pantainya relatif lurus melengkung
c) Sungai dibagian muara mempunyai banyak cabang, yang seolah-olah
mempunyai pola sungai berbentuk pohon (dendritik).
d. Pantai Campuran
Pantai yang mempunyai kenampakan lebih dahulu terbentuk daripada yang lain.
Seperti kanampakan undak pantai, lembah yang tenggelam, yang merupakan
hasil dari naik turunnya permukaan air laut.
Kenampakan pada peta topografi:
a) Adanya dataran pantai, teras-teras (emergence)
b) Adanya teluk-teluk dengan kontur yang relatif rapat (submergence)
c) Perkampungan tidak teratur.
2. Klasifikasi Pantai Secara Genetik dan Deskriptif, Valentine (1952)
3. Klasifikasi Pantai Berdasarkan Tenaga Geomorfik Shepard (1963) dikutip Sunarto
(1991) mengelompokkan pantai menjadi 2 (dua), yaitu:

a. Pantai Primer (Muda)


Pantai primer terbentuk oleh tenaga-tenaga dari darat (erosi, deposisi darat,
gunung api, sesar dan lipatan).

b. Pantai Sekunder (Dewasa)


Pantai sekunder terjadi dari hasil proses laut, meliputi erosi laut, deposisi laut dan
bentukan organik.
4. Klasifikasi Pantai secara Klimatogenetik
Hubungan antara energi gelombang dengan morfologi pantai, serta
memperhatikan signifikasi peninggalan sejarah dan aspek-aspek geologis dalam
evolusi pantai. Dibagi menjadi :

a. Pantai Lintang Rendah


Energi gelombang rendah dan lingkungan angin pasat. Sedimen pantai banyak,
terdapat hubungan antara variasi morfologi pantai dan wilayah hujan. Mangrove
tumbuh di daerah beriklim tropis panas-basah, sedangkan gumuk pantai
terdapat di lingkungan yang beriklim tropik panas-kering.
b. Pantai Lintang tengah
Terdapat di lingkungan gelombang berenergi tinggi. Karena aktivitas gelombang
dan abrasi bertenaga tinggi itu, maka cliff dan bentukan yang berasosiasi dapat
berkembang dengan baik.
c. Pantai Lintang Tinggi
Pantai ini dicirikan dengan gelombang berenergi rendah. Kebanyakan merupakan
sisa-sisa pembekuan. Perkembangan morfologi cliff dipengaruhi kuat oleh
gerakan massa batuan dalam skala besar.
Proses-Proses di Pantai
Kenampakan menyerupai jembatan
pada batuan lava (lava bridge) akibat
abrasi oleh gelombang.

Anda mungkin juga menyukai