Anda di halaman 1dari 33

DAYA AKTIF, REAKTIF & NYATA

Edy Setiawan, ST, MT


2.1 Dasar Teori

2.1.1 Pengertian Daya

Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah


energi yang digunakan untuk melakukan kerja atau usaha.
Daya listrik biasanya dinyatakan dalam satuan Watt atau
Horsepower (HP), Horsepower merupakan satuan daya
listrik dimana 1 HP setara 746 Watt

Daya dinyatakan dalam P, Tegangan dinyatakan dalam V


dan Arus dinyatakan dalam I, sehingga besarnya daya
dinyatakan :

P=VxI

P = Volt x Ampere x Cos φ


P = Watt
Gambar 1 Arah aliran arus listrik

2.1.2 Daya Aktif

Daya aktif (Active Power) adalah daya yang terpakai untuk


melakukan energi sebenarnya. Satuan daya aktif adalah
Watt.

P = V. I . Cos φ

P = 3 . VL. IL . Cos φ

Daya ini digunakan secara umum oleh konsumen dan


dikonversikan dalam bentuk kerja.
2.1.3 Daya Reaktif

Daya reaktif adalah jumlah daya yang diperlukan untuk


pembentukan medan magnet. Dari pembentukan medan
magnet maka akan terbentuk fluks medan magnet. Contoh
daya yang menimbulkan daya reaktif adalah transformator,
motor, lampu pijar dan lain – lain. Satuan daya reaktif adalah
Var.

Q = V.I.Sin φ

Q = 3 . VL. IL. Sin φ

2.1.4 Daya Nyata

Daya nyata (Apparent Power) adalah daya yang dihasilkan


oleh perkalian antara tegangan rms dan arus rms dalam
suatu jaringan atau daya yang merupakan hasil
penjumlahan trigonometri daya aktif dan daya reaktif.
Satuan daya nyata adalah VA.
Gambar 2 Penjumlahan trigonometri daya aktif, reaktif dan semu

Untuk mendapatkan daya satu phasa, maka dapat


diturunkan persamaannya seperti di bawah ini
Sedangkan untuk rangkaian tiga phasa mempunyai 2 bentuk
hubungan yaitu :

dimana :

VRS = VRT = VST = VL ; Tegangan antar phasa


VRN = VSN =VTN = VP ; Tegangan phasa
IR = IS = IT = IL (IP) ; Arus phasa /Arus saluran
Di mana :

IRS = IST = ITR = IP ; Arus phasa


IR = IS =IT = IL ; Arus saluran
VRS = VST = VTR = VL (VP) ; Tegangan antar phasa
Dari kedua macam rangkaian di atas, untuk mendapatkan
daya tiga phasanya maka dapat digunakan rumus :

S = 3 . VL. IL

Segitiga Daya

Segitiga daya merupakan segitiga yang menggambarkan


hubungan matematika antara tipe-tipe daya yang berbeda
(Apparent Power, Active Power dan Reactive Power)
berdasarkan prinsip trigonometri.
Faktor Daya

Faktor daya (Cos ) dapat didefinisikan sebagai rasio


perbandingan antara daya aktif (Watt) dan daya nyata (VA)
yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda sudut fasa
antara V dan I yang biasanya dinyatakan dalam cos φ .

Faktor daya mempunyai nilai range antara 0 – 1 dan


dapat juga dinyatakan dalam persen. Faktor daya
yang bagus apabila bernilai mendekati satu.
karena komponen daya aktif umumnya konstan (komponen
kW dan kVAR berubah sesuai dengan faktor daya), maka
dapat ditulis seperti berikut :

sebuah contoh, rating kapasitor yang dibutuhkan untuk


memperbaiki faktor daya sebagai berikut

sehingga rating kapasitor yang diperlukan untuk


memperbaiki faktor daya adalah :
Beberapa keuntungan meningkatkan faktor daya :

•Tagihan listrik akan menjadi kecil (PLN akan memberikan


denda jika pf lebih kecil dari 0,85)
• Kapasitas distribusi sistem tenaga listrik akan meningkat
• Mengurangi rugi – rugi daya pada sistem
• Adanya peningkatan tegangan karena daya meningkat.
• Jika pf lebih kecil dari 0,85 maka kapasitas daya aktif (kW)
yang digunakan akan berkurang. Kapasitas itu akan terus
menurun seiring dengan menurunnya pf sistem kelistrikan.
Akibat menurunnya pf maka akan timbul beberapa persoalan
diantaranya :
• Membesarnya penggunaan daya listrik kWH karena rugi – rugi
• Membesarnya penggunaan daya listrik kVAR
• Mutu listrik menjadi rendah karena jatuh tegangan (voltage
drops)
Faktor daya terdiri dari dua sifat yaitu faktor daya “leading”
dan faktor daya “lagging”. Faktor daya ini memiliki
karakteristik seperti berikut :

Faktor Daya “leading”

Apabila arus mendahului tegangan, maka faktor daya ini


dikatakan “leading”. Faktor daya leading ini terjadi apabila
bebannya kapasitif, seperti capacitor, synchronocus generators,
synchronocus motors dan synchronocus condensor.
Faktor Daya “lagging”

Apabila tegangan mendahului arus, maka faktor daya ini


dikatakan “lagging”. Faktor daya lagging ini terjadi apabila
bebannya induktif, seperti motor induksi, AC dan
transformator.
Gambar 10.a Gambaran Lagging dan Leading pada konsep daya

Gambar 10.b Konsep Vektor


2.2 Sifat Beban Listrik

Dalam suatu rangkaian listrik selalu dijumpai suatu sumber dan


beban. Bila sumber listrik DC, maka sifat beban hanya bersifat
resistif murni, karena frekuensi sumber DC adalah nol.

Reaktansi induktif (XL) akan menjadi nol yang berarti bahwa


induktor tersebut akan short circuit. Reaktansi kapasitif (XC)
akan menjadi tak berhingga yang berarti bahwa kapasitif
tersebut akan open circuit. Jadi sumber DC akan mengakibatkan
beban beban induktif dan beban kapasitif tidak akan
berpengaruh pada rangkaian. Bila sumber listrik AC maka beban
dibedakan menjadi 3 sebagai berikut :

Beban Resistif

Beban resistif yang merupakan suatu resistor murni, contoh :


lampu pijar, pemanas. Beban ini

hanya menyerap daya aktif dan tidak menyerap daya reaktif


sama sekali. Tegangan dan arus se-fasa. Secara matematis
dinyatakan :
Beban Induktif

Beban induktif adalah beban yang mengandung kumparan


kawat yang dililitkan pada sebuah inti biasanya inti besi,
contoh : motor – motor listrik, induktor dan transformator.
Beban ini mempunyai faktor daya antara 0 – 1 “lagging”.
Beban ini menyerap daya aktif (kW) dan daya reaktif
(kVAR). Tegangan mendahului arus sebesar φ°. Secara
matematis dinyatakan :
Beban Kapasitif

Beban kapasitif adalah beban yang mengandung suatu rangakaian


kapasitor. Beban ini mempunyai faktor daya antara 0 – 1
“leading”. Beban ini menyerap daya aktif (kW) dan mengeluarkan
daya reaktif (kVAR). Arus mendahului tegangan sebesar φ°.
Secara matematis dinyatakan :
Kompensasi Daya

Terdapat beberapa cara untuk melakukan koreksi daya reaktif,


cara – cara yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :

Metoda Perhitungan Biasa


Daya reaktif yang dikompensasi oleh capacitor bank adalah :

QC = QL – QB

keterangan : QC = Daya yang dikompensasi kapasitor (kVAR)


Contoh Perhitungan:
Metoda Tabel Kompensasi

Untuk menghitung besarnya daya reaktif dapat dilakukan melalui


tabel kompensasi, tabel ini menyajikan suatu data dengan input
faktor daya mula – mula sebesar Cos θ1 dan faktor daya yang
diinginkan Cos θ2 maka besarnya faktor pengali dapat dilihat
melalui tabel kompensasi. Berikut data tabel kompensasi :
Metoda Kwitansi PLN

Metoda ini memerlukan data dari kwitansi PLN selama satu


periode (misalnya 1 tahun). Kemudian data penghitungan diambil
dari pembayaran denda kVARH yang tertinggi. Data lain yang
diperlukan adalah jumlah pemakaian.

Contoh :

Suatu pabrik yang beroperasi 8 jam/hari, membayar denda


pemakaian kVARH tertinggi pada tahun yang lalu :

63504 kVARH.

Maka diperlukan capasitor bank dengan nilai :

QC = kVARH tertinggi / waktu pemakaian


QC = (63.504 kVARH / 8 jam) x 30 hari
QC = 264,6 kVAR.
Metoda Segitiga Daya

Metoda ini dipakai jika data yang diketahui adalah Daya aktif (P)
dan Daya nyata (S). Perhitungan metoda ini dilakukan dengan
segitiga daya.

data Q1 merupakan daya reaktif sebelum diperbaiki. Bila


diinginkan Cos θ2 = 0.9 lag.

maka besarnya P2 adalah:


Cara Pemasangan Kapasitor

Metoda pemasangan kapasitor dapat dibedakan menjadi 2 cara


pemasanga, yaitu :

Koneksi Langsung

Metoda ini digunakan pada beban – beban yang besar dan


mantap, contohnya pada motor – motor besar dengan power
faktor yang jelek dan beroperasi dalam jangka waktu yang
panjang. Kapasitor dipasang paralel dengan beban dan
dihubungkan dengan kontaktor/switch ON/OFF bersama – sama
dengan beban. Metoda ini memiliki keuntungan yaitu
menghemat biaya dan tidak memerlukan regulator untuk
mengatur kapasitor saat masuk dan keluar.
Koneksi Tidak Langsung

Metoda ini digunakan apabila terdapat beban induktif yang


bervariasi besarnya di dalam suatu sistem distribusi listrik. Pada
metoda ini kapasitor dipasang paralel dengan dengan distribution
panel atau biasanya dipasang paralel dengan main distribution
panel (MDP).
Beban yang berubah akan menyebabkan suatu over compensation,
sehingga harus dipasang suatu alat pengatur power faktor yang
diinginkan. Alat ini dinamakan automatic power factor regulator
(APFR) yang dapat diatur secara manual atau otomatis.
Terima Kasih !!!!!!

Anda mungkin juga menyukai