PNEUMATIK
dan
HIDROLIK
Kode mata kuliah
Semester …
… SKS
Tim Penyusun
Nama Projek Priyonggo , S.T., MT.
Nama Pranowo Sidi, S.T., M.T.
Menyetujui,
Wakil Direktur Bidang Akademik Kepala UP2SMP
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas tersusunnya buku modul dan
perangkat asesmen mata kuliah Pneumatik dan Hidrolik di Jurusan Teknik Permesinan
Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Isi bahan ajar dan perangkat asesmen ini mencakup materi Pneumatik & Hidrolik
mengenal konsep dasar, definisi pneumatik/hidrolik, membaca gambar dan mendesain
rangkain pneumatik dan Hidrolik, control mechanic dengan menggunakan Pneumatik dan
Hidrolik,merancang sistem peneumatik dan hidrolik serta sistem elektro nya, dan
membuat program logik control tingkat dasar pada sistem pneumatik dan Hidrolik.
Bahan ajar dan perangkat asesmen ini dapat digunakan sebagai salah satu literatur
pembelajaran dan asesmen kompetensi di bidang sistem Pneumatik dan Hidrolik.
Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penyusun dalam menyelesaikan bahan ajar dan perangkat asesmen ini.
Mudah-mudahan bahan ajar dan perangkat asesmen ini dapat memberikan manfaat bagi
para mahasiswa terutama mahasiswa Jurusan Teknik Permesinan Kapal.
Surabaya, ……………….
Gambar 1 1 Peta Hubungan Mata Kuliah, Capaian Pembelajaran Lulusan dan Unit
Kompetensi 5
v
Gambar 11 1 Rangkaian circuit.....................................................................................98
BOBOT
MINGGU CAPAIAN PEMBELAJARAN POKOK SUB POKOK METODE INDIKATOR/KRITERIA
WAKTU PENILAIAN
KE KHUSUS BAHASAN BAHASAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
(%)
1 3x2x50 Mahasiswa mampu Teori dasar Pneumatik Ceramah Teori dasar pneumatik dan 5%
menit memahami Pneumatik & Pneumatik & Hidrolik Diskusi hidrolik telah dimengert oleh
Hidrolik hidrolik. Bimbingan mahasiswa
tugas
terstruktur
2. 3x2x50 Mahasiswa mampu Simbol-simbol Actuator Ceramah Symbol Actuator, Directional 5%
mengidentifikasi simbol- Pneumatik dan Directional Valve Diskusi Valve, Pressure Valve dan
simbol Pneumatik dan Hidrolik Pressure Valve Bimbingan Non return Valve dapat
Hidrolik Non Return tugas diidentifikasi
Valve terstruktur
3 3x2x50 Mahasiswa mampu Komponen Actuator Ceramah Cara kerja 5%
memahami cara kerja Pneumatik dan Valve Diskusi Actuator,Valve,Power Unit,
dari komponen Hidrolik Power Unit Bimbingan Servis unit dan Motor
Pneumatik dan Hidrolik Servis Unit tugas Hidrolik Pneumatik dapat
Motor Hidrolik terstruktur difahami
dan Pneumatik
4 3x2x50 Mahasiswa mampu Rangkaian Dasar Directinal Valve Ceramah Rangkaian dasar hidrolik 5%
mendesign rangkaian Hidrolik Safety valve Diskusi dengan menggunakan
dasar sistem pneumatik Reducing Valve Bimbingan directional valve,safety
dan Hidrolik Squence Valve tugas valve,reducing valve dapat di
terstruktur design
5. 3x2x50 Mahasiswa mampu Rangakaian dasar Directional Ceramah Rangkaian dasar pneumatik 5%
mendesign rangkaian Pneumatik Valve 3/2, Diskusi dengan menggunkan ,
dasar sistem pneumatik 4/2,5/2 Bimbingan directinal valve dapat di
dan Hidrolik tugas design
terstruktur
6 3x2x50 Mahsiswa mampu Logika pada Logik and,or, Ceramah Logika pada pneumatik dan 5%
2
BOBOT
MINGGU CAPAIAN PEMBELAJARAN POKOK SUB POKOK METODE INDIKATOR/KRITERIA
WAKTU PENILAIAN
KE KHUSUS BAHASAN BAHASAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
(%)
memahami logic pada Pneumatik dan not,nand dan Diskusi hidrolik dapat difahami
Pneumatik dan Hidrolik Hidrolik nor Bimbingan dengan benar
Rangkaian logik tugas
terstruktur
7 3x2x50 Mahasiswa mampu Squence pada Diagram gerak Ceramah Squence dan cascade dapat 10%
mendesign sistem pneumatik dan langkah Diskusi di design pada rangkaian
pneumatik dan Hidrolik Hidrolik. Squence Bimbingan sistem pneumatik dan
dengan metode squence cascade tugas hidrolik
cascade terstruktur
8 3x2x50 UTS
9 3x2x50 Mahasiswa mampu Teori dasar elktro Saklar/switch Ceramah Teori dasar pneumatik dan 5%
memahami teori dasar pneumatik dan Relay Diskusi hidrolik dapat difahami dgn
Elektro pneumatik dan Hidrolik Kontaktor Bimbingan benar
Hidrolik Solenoid tugas
terstruktur
10 3x2x50 Mahasiswa mampu Logik Logik and,or, Ceramah Logik Elektropneumatik dan 5%
memahami logic pada Elektropenumatik not,nand dan Diskusi hidrolik dapat difahami dhn
elektro pneumatik dan dan Hidrolik nor Bimbingan benar
hidrolik Rangkaian logik tugas
Elektrik terstruktur
11 3x2x50 Mahasiswa mampu Rangkaian dasar 3/2,4/2,5/2 Ceramah Rangkaian dasar Elektro 5%
mendesign rangakaian Elektro Solenoid valve Diskusi pneumatik dan Hidrolik
sistem Elektro pneumatik pneumatik dan Limit switch Bimbingan dapat di design dengan
dan Hidrolik Hidrolik elektrik tugas menggunakan solenoid valve
terstruktur dan limit switch.
12 3x2x50 Mahasiswa mampu Squence Control Diagram gerak Ceramah Rangkaian sistem elektro 10%
mendesign rangakaian elektro langkah Diskusi pneumati dan hidrolik dapat
sistem Elektro Pneumatik pneumatik dan Penguncian Bimbingan didesign dengan metode
dan Hidrolik dengan Hidrolik Elektrik tugas squence
3
BOBOT
MINGGU CAPAIAN PEMBELAJARAN POKOK SUB POKOK METODE INDIKATOR/KRITERIA
WAKTU PENILAIAN
KE KHUSUS BAHASAN BAHASAN PEMBELAJARAN PENILAIAN
(%)
metode squence squence terstruktur
13 3x2x50 Mahasiswa mampu Cascade Diagram gerak Ceramah Rangkaian sistem elektro 10%
mendesign rangakaian langkah Diskusi pneumati dan hidrolik dapat
sistem Elektro Pneumatik Squence Bimbingan didesign dengan metode
dan Hidrolik dengan Cascade tugas squence cascade
metode squence cascade terstruktur
14 3x2x50 Mahasiswa mampu Program Logik Input Ceramah Program PLC dapat di 10%
membuat program tingkat control ( PLC ) Out put Diskusi program dengan input
dasar pada program logik Proses Bimbingan output dansquential
control ( PLC ) squential tugas
terstruktur
15 3x2x50 Mahasiswa mampu Program Logik Timer Ceramah Program PLC dapat di 15%
membuat program tingkat control ( PLC ) Counter Diskusi progran dengan
dasar pada program logik Squential Bimbingan menggunakan
control ( PLC ) cascade tugas timer,counter,squential dan
terstruktur cascade
16 UAS
Daftar Pustaka
References:
- Ernset C. Fitch, Fluid Power and Control System, McGraw-Hill Book Co., New York, 1966
- Festo Didactic, Fundamentals of Pneumatic Control Engineering, Essligen, 1987
- Pippernger, J., Hicks, T., Industrial Hydraulics, McGraw-Hill
- Book Co., Singapore, 1985.
Petunjuk Praktikum Pneumatik & Hidrolik
4
1.5. Peta Hubungan Mata Kuliah, Capaian Pembelajaran Lulusan
dan Unit Kompetensi
CAPAIAN PEMBELAJARAN
• Mahasiswa mengetahui control
mechanic dengan menggunakan
Pneumatik dan Hidrolik
LOG.OO18.019.01 Memelihara
Komponen
Sistem
Pneumatik
LOG.OO18.021.01 Memelihara
Komponen
Sistem Hidrolik
Gambar 1 1 Peta Hubungan Mata Kuliah, Capaian Pembelajaran Lulusan dan Unit
Kompetensi
5
II. PNEUMATIK DAN HIDROLIK
Mahasiswa mampu memahami teori dasar pneumatik dan hidrolik
2.1 PNEUMATIK
Sistem Pneumatik dalam industri manufaktur merupakan muara dari semua
proses mekanik atau manipulasi gerakan yang menggunakan tenaga udara
kempa. Dalam sistem pneumatik udara kempa akan memindahkan suatu gaya
atau gerakan.
Sistem pneumatik meliputi semua komponen mesin atau peralatan, yang
beroperasi secara pneumatik atau menggunakan proses-proses pneumatik. Udara
bertekanan dalam peranannya sebagai unsur penggerak merupakan bagian utama
yang harus mendapatkan perhatian lebih banyak.
Sistem pneumatik menggunakan udara bertekanan untuk menghasilkan
gerakan mekanik. Sistem dasar kendali pneumatik meliputi piranti penyedia
sumber energi udara kempa yang terdiri dari kompresor udara, sistem filter udara,
sistem pengering udara, dan sistem pengatur tekanan udara. Kemudian elemen
input untuk mengendalikan sistem, berupa katub tombol tekan (pushbutton valve)
dan katub sensor. Selanjutnya berbagai jenis katub pengarah dan pengatur
tekanan udara, dan yang terakhir berupa aktuator (cylinder).
udara bebas
udara bebas
Output
INPUT
Newton {N}
Force F Kilopond {kp}
1 N = 1kg m/s2
1 at = 1 kp/cm2 1 PA = 1 N/m2
1 bar = 100 kPa
Gambar 2.7 memperlihatkan gas di dalam silinder dikompresi tetapi suhu gas
dipertahankan konstan. Dari kurva P-V diketahui, bahwa area yang ada di bawah kurva
memiliki luas sama, yaitu:
(P1)(V1) = (P2)(V2).
P1 x V1 = P2 x V2 = P3 x V3 = konstan
Gambar 2.6 Hubungan antara volume dan tekanan pada suhu tetap
Contoh:
Jika volume udara V1 = 1 m3 pada tekanan P1 = 100 kPa dimampatkan pada suhu
konstan oleh sebuah gaya F2 pada volume V2 = 0,5 m3. Maka tekanan udara merubah
menjadi, P2 = 200 kPa.
Hitungan:
Dari kurva V-T yang merupakan garis lurus diketahui bahwa ratio dua variabel pada
titik A dan titik B mempunyai nilai sama, sehingga
Contoh:
Udara pada suhu T1 = 293K memiliki volume V1 = 0,8 m3. Dipanaskan hingga
mencapai T2 = 344K. Maka Volume udara V2 setelah udara mengalami pengembangan
menjadi V2 = 0,94 m3.
Hitungan:
- )
Solusi:
Konsumsi udara kompresi untuk 1 kali gerakan = 10,85 liter
Konsumsi udara kompresi untuk 60 kali gerakan per menit adalah
= 60 / menit x 10,85 liter = 651 liter / menit
Jadi pilih katub dengan flow rate = 651 liter / menit
Upaya penyiapan udara kempa yang buruk dan seadanya, pasti akan cenderung
menimbulkan malfunction dan mengakibatkan seal dan bagian-bagian bergerak cepat
aus, oli masuk ke dalam katub, silencer terkontaminasi, korosi pada pipa, katub dan
silinder, serta menguras pelumasan. Pada kasus kebocoran, maka pelepasan udara
kempa yang terkontaminasi akan dapat mencemari produk (makanan).
Pada umumnya komponen pneumatik didisain menerima tekanan kerja normal
antara 800 hingga 1000 kPa (8 – 10 bar). Pengalaman praktek menunjukkan, untuk
alasan ekonomi, tekanan operasi sebesar 6 bar dapat digunakan. Biasanya rugi tekanan
berkisar 10 hingga 50 kPa (0,1 – 0,5 bar) yang disebabkan oleh berbagai kondisi,
misalnya adanya bengkokan pipa dan panjang pipa, tahanan pipa dan adanya kebocoran.
Sehingga untuk mengatasi adanya kerugian tekanan, maka udara kempa yang tersimpan
di dalam kompresor harus berikisar 6,5 – 7 bar.
Sistem pneumatik menggunakan udara kempauntuk menghasilkan gerakan
mekanik. Untuk mengurangi adanya fluktuasi tekanan, dan memberikan jaminan kualitas
penaluran udara kempa, dipasang sebuah reservoir (receiver tank). Kompresor mengisi
reservoir yang disediakan sebagai storage tank. Ukuran diameter pipa distribusi udara
harus dipilih sedemikian sehingga rugi tekanan tidak boleh melebihi 10 kPa (0,1 bar).
Dari berbagai piranti dalam sistem pneumatik, yang perlu mendapat perhatian
lebih adalah compressor, Filter & dryer.
2.2 HIDROLIK
Sistem hidrolik adalah teknologi yang memanfaatkan fluida (zat cair) untuk
melakukan gerakan segaris atau putaran. Dalam sistem hidrolik, fluida digunakan sebagai
penerus gaya. Prinsip dasar hidrolik adalah jika suatu zat cair dikenakan tekanan, maka
tekanan itu akan merambat ke segala arah dengan tidak bertambah atau berkurang
kekuatannya (Hukum Archimedes). Bentuk sifat zat cair adalah menyesuaikan terhadap
ruangan yang ditempatinya. Zat cair mempunyai sifat tidak dapat dikompresikan
(uncrompressible), beda dengan gas yang bisa dikompresikan.
Hidrolik juga dapat didefinisikan sebagai transmisi dan pengontrol gaya-gaya dan
pergerakan fluida. Ada banyak keuntungan yang dapat diambil dari sistem hidrolik, yaitu
untuk memudahkan pengontrolan sebesar gaya pembangkitnya dan mentransmisikan
gaya yang besar dan power melalui unit-unit yang kecil. Karena sistem hidrolik bekerja
dengan fluida, maka pelumasan komponen hidrolik dapat berlangsung dengan sendirinya
sehingga dapat menunda terjadinya keausan (long service life) pada benda yang
mengalami gesekan.
Selain memiliki keuntungan, sistem hidrolik juga memiliki beberapa kerugian yang
disebabkan pengaruh tekanan dan fluida hidrolik itu sendiri yaitu antra lain:
a. Bahaya tekanan tinggi fluida hidrolik, oleh karena itu harus dipastikan bahwa
semua sambungan kuat dan tidak bocor.
b. Gesekan fluida dan kebocoran akan mengakibatkan berkurangnya fisiensi
c. Fluida dari sirkuit yang tercemar oleh kotoran akan menyebabkan peralatan
hidrolik menjadi lemah dan cepat rusak.
Pada umumnya dalam memahami ilmu hidrolik diperlukan pemahaman
pengetahuan dasar sebagai berikut :
a. Pengetahuan dasar hukum-hukum fisika dari hidrostatik .
b. Pengetahuan tentang satuan dan persamaan-persamaan hidrolik.
c. Pengetahuan tentang peralatan hidrolik dan pengoperasiannya pada
rangkaian hidrolik.
Gambar 2.9b
Tekanan sering digunakan untuk mengukur kekuatan dari suatu cairan atau gas.
Tekanan (P) adalah satuan fisika untuk menyatakan gaya (F) per satuan luas(A). Maka
dapat didefinisikan sebagai berikut :
( ⁄ )
Dimana :
P = Tekanan (bar)
F = Gaya (N)
A = Luas penampang (m2)
Satuan dari tekanan dapat dihubungkan dengan satuan volume (isi) dan suhu. Bila
tekanan semakin tinggi maka suhu akan semakin tinggi.
Sistem hidrolik menggunakan fluida yang sifatnya inkompressible untuk
mengirimkan gaya dari satu titik ketitik lainnya disepanjang jalur yang dilewati fluida
tersebut. Dengan menggunakan metode ini kita dapat menghasilkan output gaya yang
sangat besar, hanya dengan menggunakan input gaya yang kecil. Seperti yang terlihat
pada gambar di atas 2.9b
Pada sistem internasional, tekanan kemudian diberi satuan (N/m2) yang disebut
dengan “1 pascal” atau disingkat Pa. Tekanan 1 Pascal adalah sangat kecil, dan hampir
tidak dapat dirasakan oleh kulit. Sehingga biasanya digunakan satuan kelipatan ribuan,
kilopascal (kPa) atau Bar : 1 bar = 105 = 100 kPa (= 10 N/cm2 = 14.5 psi)
a. Semakin dalam letak suatu titik dari permukaan zat cair, tekanannya semakin
besar.
b. Pada kedalaman yang sama, tekanannya juga sama.
c. Tekanan zat cair ke segala arah sama besar.
Faktor yang mempengaruhi Tekanan Hidrostatis zat cair adalah kedalaman, massa jenis
zat cair, dan percepatan gravitasi.
Dimana :
P = tekanan hidrostatik (P)
ρ = kerapatan fluida (kg/m3 )
g = percepatan gravitasi (m/s2 )
h = tinggi kolom fluida (m).
2.2.3.3. Viskositas
Viskositas fluida adalah ukuran ketahanan sebuah fluida terhadap deformasi atau
perubahan bentuk. Viskositas dipengaruhi oleh temperatur, tekanan, kohesi dan laju
perpindahan momentum molekularnya. Viskositas cair cenderung menurun dengan
seiring bertambahnya kenaikan temperatur hal ini disebabkan gaya-gaya kohesi pada zat
cair bila dipanaskan akan mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya
temperature pada zat cair.
Pada masalah sehari-hari (dan hanya untuk fluida), viskositas adalah "Ketebalan"
atau "pergesekan internal". Oleh karena itu, air yang "tipis", memiliki viskositas lebih
rendah, sedangkan madu yang "tebal", memiliki viskositas yang lebih tinggi.
Sederhananya, semakin rendah viskositas suatu fluida, semakin besar juga pergerakan
dari fluida tersebut.
Viskositas menjelaskan ketahanan internal fluida untuk mengalir dan mungkin dapat
dipikirkan sebagai pengukuran dari pergeseran fluida. Seluruh fluida (kecuali superfluida)
memiliki ketahanan dari tekanan dan oleh karena itu disebut kental, tetapi fluida yang
tidak memiliki ketahanan tekanan dan tegangan disebut fluida ideal.
Keterangan : m = masa
g = gravitasi
v = volume
dengan satuan dalam newton.
2.2.3.5. Debit
Debit aliran air adalah banyaknya volume zat jarak yang melalui suatu penampang tiap
satuan waktu. Rumus debit adalah seperti berikut :
8. Perhatikan gambar di bawah jika diketahui F1 = 10 bar dan dan diamter A1 =10
cm maka berapa F2
A2
A1
Refrensi
1. Festo didactic
2. Modul / job sheet Praktek Pneumatik
3. https://www.slideshare.net/bambang_tag/sistem-kontrolelektropneumatik1
III. SIMBOL-SIMBOL PNEUMATIK DAN HIDROLIK
Mahasiswa mampu mengidentifikasi simbol-simbol Pneumatik dan Hidrolik
Simbol penyederhanaan.
Katub kendali aliran atau flow-control valve, mengendalikan aliran udara kempa,
yang akan digunakan untuk menggerakkan aktuator. Katub kendali aliran memiliki
sistem mekanik, sehingga dapat digunakan untuk mengendalikan secara jarak jauh
“remote” melalui sinyal yang dikirimkan oleh kontroler. Gambar 2.13
memperlihatkan sebuah katub 5/2, dioperasikan oleh tenaga pneumatik dari satu
sisi.
Gambar 3.4 memperlihatkan katub aktuasi ganda dengan fungsi AND (Dual pressure
valve). Katub ini bekerja berdasarkan logika AND, yaitu bila sinyal kendali masuk dari
dua sisi inputnya ( 1 dan 1/3), maka katubnya akan membuka. Bila udara tekan hanya
masuk lewat salah satu input, maka katub tetap menutup.
Gambar 3. 4 Katub Aktuasi Tekanan Ganda dengan fungsi AND
Gambar 3.5 memperlihatkan sebuah katub aktuasi ganda dengan fungsi OR (Shuttle
valve). Katub Shuttle diaktifkan melalui 2 input (1 atau 1/3) sebagai logika OR (OR-
Function). Bila salah satu atau kedua inputan menerima sinyal bersamaan, maka
sinyal yang lebih tinggi yang akan mencapai output.
Gambar 3.6 memperlihatkan sebuah katub pengatur tekanan dari satu sisi atau One-
way flow control valve. Katub ini terdiri dari kombinasi katub pengatur tekanan dan
sebuah katub satu arah (non-return valve).Katub satu arah ini akan menghalangi
aliran udara balik, sehingga udara balik akan mengalir melalui katub pengatur
tekanan.
a. Valve 2/2
P
A
b. Valve 3/2
P T
P A
c. Valve 4/2 A
P T
B A
d. Valve 4/3
P T
a. Safety Valve
b. Reducing Valve
c. Squence Valve
Refrensi
1. Festo didactic
2. Modul / job sheet Praktek Pneumatik
3. https://www.slideshare.net/bambang_tag/sistem-kontrolelektropneumatik1
IV. KOMPONEN PNEUMATIK DAN HIDROLIK
Komponen Pneumatik.
Sistem Pneumatk bertujuan untuk menggerakkan berbagai peralatan dengan
menggunakan gas kompresible sebagai media kerjanya. Udara menjadi satu media kerja.
Sistem Pneumatik yang paling banyak digunakan karena jumlahnya yang tidak terbatas
dan harganya murah. Udara yang di kompresi oleh kompresor, didistribusikan menuju
berbagai macam aktuator melewati katup- katup pengendali. Berikut adalah komponen-
komponen sistem pneumatik secara umum :
4.1. Kompresor
Untuk menyediakan continuing performance dari sistem kontrol pnumatik dan working
element yang digunakannya, perlu ada jaminanbahwa udara kempa yang akan digunakan
untuk sistem pnumatik harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut:
• Tekanan kerja sesuai standar
• Udara kempa harus kering tidak mengandung uap air, dan
• Bersih dari kotoran.
Bila kondisi tersebut tidak dapat dipenuhi, maka keadaan yang lebih buruk atau
degenerasi akan muncul lebih cepat. Sebagai dampaknya adalah terjadi down time pada
sistem dan biaya pemeliharaan meningkat.
Upaya penyiapan udara kempa yang buruk dan seadanya, pasti akan cenderung
menimbulkan malfunction dan mengakibatkan seal dan bagian-bagian bergerak cepat
aus, oli masuk ke dalam katub, silencer terkontaminasi, korosi pada pipa, katub dan
silinder, serta menguras pelumasan. Pada kasus kebocoran, maka pelepasan udara
kempa yang terkontaminasi akan dapat mencemari produk (makanan).
Pada umumnya komponen pnumatik didisain menerima tekanan kerja normal antara 800
hingga 1000 kPa (8 – 10 bar). Pengalaman praktek menunjukkan, untuk alasan ekonomi,
tekanan operasi sebesar 6 bar dapat digunakan. Biasanya rugi tekanan berkisar 10
hingga 50 kPa (0,1 – 0,5 bar) yang disebabkan oleh berbagai kondisi, misalnya adanya
bengkokan pipa dan panjang pipa, tahanan pipa dan adanya kebocoran. Sehingga untuk
mengatasi adanya kerugian tekanan, maka udara kempa yang tersimpan di dalam
kompresor harus berikisar 6,5 – 7 bar.
Sistem pnumatik menggunakan udara kempauntuk menghasilkan gerakan mekanik.
Untuk mengurangi adanya fluktuasi tekanan, dan memberikan jaminan kualitas penaluran
udara kempa, dipasang sebuah reservoir (receiver tank). Kompresor mengisi reservoir
yang disediakan sebagai storage tank. Ukuran diameter pipa distribusi udara harus dipilih
sedemikian sehingga rugi tekanan tidak boleh melebihi 10 kPa (0,1 bar). Dari berbagai
piranti dalam sistem pnumatik, yang perlu mendapat perhatian lebih adalah compressor,
Filter & dryer.
Gambar 4. 5 Regulator
Refrensi
1. Festo didactic
2. Modul / job sheet Praktek Pneumatik
3. https://www.slideshare.net/bambang_tag/sistem-kontrolelektropneumatik1
4.5. Valve/Katub
Sistem penomoran yang digunakan untuk menandai KKA sesuai dengan DIN ISO
5599. Sistem huruf terdahulu digunakan dan sistem penomoran dijelaskan sebagai
berikut :
Gambar 4. 8 Katup Fungsi “DAN” dengan Gambar 4. 9 Katup Fungsi “DAN” dengan
input pada Y input pada X dan Y
Udara bertekanan hanya mengalir jika ke dua lubang masukan diberi sinyal. Satu
sinyal masukan memblokir aliran. Jika sinyal diberikan ke dua sisi masukan ( X dan Y ),
sinyal akan lewat ke luar. Jika sinyal masukan berbeda tekanannya, maka sinyal dengan
tekanan yang lebih besar memblokir katup dan sinyal dengan tekanan yang lebih kecil
yang mengalir ke luar sebagai sinyal keluaran. Katup dua tekanan pada umumnya
digunakan untuk kontrol pengunci, kontrol pengaman, fungsi cek dan fungsi logika.
Katup ini disebut juga komponen fungsi “ATAU”. Jika silinder atau katup kontrol
dioperasikan dari dua tempat atau lebih, katup ganti bisa digunakan.
Pada contoh berikut menunjukkan sebuah silinder yang diaktifkan dengan menggunakan
sebuah katup yang dioperasikan dengan tangan dan lainnya dipasang pada posisi yang
berjauhan.
Gambar 4. 12 Katup buangan cepat, udara Gambar 4. 13 Katup buangan cepat, udara
mengalir ke silinder mengalir dari silinder
Katup buangan cepat mempunyai sambungan udara masuk P, keluaran A dan lubang
pembuangan R. Aliran udara masuk lewat P dan keluar bebas melaui terbukanya
komponen katup cek. Lubang R terblokir oleh piringan .
Jika udara disuplai dari lubang A, piringan akan menutup lubang P dan udara keluar ke
atmosfir lewat lubang R. Peningkatan kecepatan tersebut dibandingkan dengan
pembuangan udara lewat katup kontrol akhir. Cara tersebut mudah dilaksanakan dengan
jalan memasang katup buangan-cepat langsung pada silinder atau sedekat mungkin
dengan silinder.
4.6. Piston
Piston pada sistem pneumatik berfungsi untuk merubah tekanan udara menjadi energi
gerak atau kinetik. Dalam pengoperatiannya pada sistem pneumatik dikonrol katup. Katub
yang mengatur gerak piston maju atau mundur, pelan atau cepat. Ada dua type piston
yang banyak digunakan di industri , yaitu sebagai berikut :
4.7. Aktuator
Aktuator adalah bagian keluaran untuk mengubah Tekanan udara menjadi energi kerja
yang dimanfaatkan.. Dalam pengoperatianny pada sistem pneumatik dikonrol katup.
Katub yang mengatur gerak piston maju atau mundur, pelan atau cepat.
Aktuator pneumatik dapat digolongkan menjadi 2 kelompok : gerak lurus dan putar. :
Biasanya tabung silinder terbuat dari tabung baja tanpa sambungan. Untuk
memperpanjang usia komponen seal permukaan dalam tabung silinder dikerjakan
dengan mesin yang presisi. Untuk aplikasi khusus tabung silinder bisa dibuat dari
aluminium , kuningan dan baja pada permukaan yang bergeser dilapisi chrom
keras. Rancangan khusus dipasang pada suatu area dimana tidak boleh terkena
korosi.
Penutup akhir tabung adalah bagian paling penting yang terbuat dari bahan
cetak seperti aluminium besi tuang. Kedua penutup bisa diikatkan pada tabung
silinder dengan batang pengikat yang mempunyai baut dan mur.
Batang piston terbuat dari baja yang bertemperatur tinggi. Untuk menghindari
korosi dan menjaga kelangsungan kerjanya, batang piston harus dilapisi chrom.
Ring seal dipasang pada ujung tabung untuk mencegah kebocoran udara.
Bantalan penyangga gerakan batang piston terbuat dari PVC, atau perunggu. Di
depan bantalan ada sebuah ring pengikis yang berfungsi mencegah debu dan
butiran kecil yang akan masuk ke permukaan dalam silinder. Bahan seal pasak
dengan alur ganda :
- Perbunan untuk – 20° C s/d + 80° C
- Viton untuk – 20° C s/d + 190° C
- Teflon untuk – 80° C s/d + 200° C
Ring O normal digunakan untuk seal diam.
Contoh :
Masa benda yang diangkat (m) = 100 kg
Tekanan udara ke piston (P) = 6 bar
Langlah piston ( l ) = 500 mm
Gaya efektif:
F = p x A – R = p x /4 x d2 – R
F = p x 0,786 x d2 – R
Jadi konsumsi udara kompresi yang dibutuhkan silinder untuk bergerak maju dan
mundur adalah 5,9 lt + 4,95 lt = 10,85 lt
Komponen sistem hidrolik terdiri dari 4 bagian yaitu seperti tersebut di bawah ini :
1. Motor ( penggerak utama )
Motor pada sistem hidrolik adalah penggerak utama yang menggerakkan pompa
bisa manual tenaga manusia, motor bakar atau motor listrik
2. Pompa
Pompa pada sistem Hidrolik berfungsi merubah energi mekanik menjadi hidrolik
dan memberikanan tekanan kerja pada sistem hidrolik gambar simbol seperti di
atas.
Reducing Valve
Reducing valve fungsi untuk untuk mengurangi tekanan kerja pada bagian yang
dinginkan.
Squence Valve
Squence valve berfungsi untuk mengurutkan kerja sistem berdasarkan
tekanan kerja.
4. Elemenyang bekerja ( Motor hidrolik utk gerak putar piston utk gerak lurus )
Elemen yang bekerja adalah bagian yang merubah energi Hidrolik ke energi
mekanik yaitu berupa piston atau motor hidrolik. Pada bagian ini bisa
disambungkan dengan pisau potong, bending atau rolling
Komponen Reservoir:
1. Filter udara
2. Sambungan aliran listrik
3. Plat penutup
4. Tutup lubang pengisi dan saringan
5. Pipa isap pompa
6. Saluran pembuangan
7. Indikator minyak maksimum
8. Indikator minyak minimum
9. Pipa aliran maksimum
10. Plat befel
Komponen Reservoir:
11. Filter udara
12. Sambungan aliran listrik
13. Plat penutup
14. Tutup lubang pengisi dan saringan
15. Pipa isap pompa
16. Saluran pembuangan
17. Indikator minyak maksimum
18. Indikator minyak minimum
19. Pipa aliran maksimum
20. Plat befel
Gambar 4. 23 Simbol tanki
5 Filter
Filter fungsi untuk menyaring kotoran yang ada pada sistem hidrolik menurut
letaknya filter dibagi menjadi 3 tempat :
a. Filter pada saluran Isap
b. Filter pada saluran tekan
c. Filter pada saluran kembalian
Refrensi
1. Festo didactic
2. Modul / job sheet Praktek Pneumatik
3. https://www.slideshare.net/bambang_tag/sistem-kontrolelektropneumatik1
V. RANGKAIAN DASAR PNEUMATIK
Mahasiswa mampu mendesign rangkaian dasar sistem pneumatik dan Hidrolik
Prosesing
Signal Prosesing
Servis Unit
Power Suplly/Kompresor
Klasifikasi grup :
Grup 0 : semua elemen sumber energi ditandai dengan angka depan 0
Grup 1, 2, 3, … : penandaan dari satu mata rantai kontrol ( grup ).
Karena rangkaian hanya terdiri dari satu grup, maka semua elemen angka
pertama bertanda 1, artinya lokasinya berada pada grup 1. Silinder ditandai
dengan angka 1.0. Katup kontrol akhir ditanda dengan angka 1.1. Katup-katup
yang menyebabkan silinder bergerak maju ditandai dengan angka : 1.2, 1.4 dan
1.6. Sedangkan katup yang menyebabkan silinder bergerak mundur ditandai
dengan angka 1.3. Sumber energi ditandai 0.1.
A, B, C : tanda dari elemen-elemen kerja ao, bo, co: tanda dari limit switch yang
digerakkan pada posisi belakang silinder A, B,C ….
a1, b2, c3 : tanda dari limit switch yang digerakkan pada posisi batang piston ke depan
dari silinder A, B,C.
Keuntungan dari tipe ini adalah dapat dengan segera diketahui komponen sinyal yang
sedang digerakkan jika silinder bergerak ke posisi yang dituju. Misalnya, gerakan A+
menunjukkan limit switch a1 yang diperintahkan bekerja, dan gerakan A- menunjukkan
limit switch ao yang diperintahkan bekerja. Dalam praktiknya, penandaan elemen-elemen
suatu rangkaian pneumatik menggunakan kombinasi angka dan huruf.
Ada dua kemungkinan pemasangan katup pengatur aliran satu arah, yaitu
pengaturan udara masuk, dan pengaturan udara pembuangan.
Pada silinder kerja tunggal, pengurangan kecepatan gerakan maju hanya efektif dilakukan
oleh pengaturan udara masuk dan tidak mungkin menambah kecepatan gerakan maju
dengan menggunakan katup buangan cepat. Pengurangan kecepatan silinder dilakukan
dengan menggunakan katup control aliran satu arah seperti pada gambar berikut ini.
1.0
1 4 2
14 (Y) 14 (Z)
51 3
2(A 2(A
Refrensi
1. Festo didactic
2. Modul / job sheet Praktek Pneumatik
3. https://www.slideshare.net/bambang_tag/sistem-kontrolelektropneumatik1
VI. RANGKAIAN DASAR HIDROLIK
Mahasiswa mampu mendesign rangkaian dasar sistem pneumatik dan Hidrolik
7.1. Hidrolik
Komponen utama sistem hidrolik terdiri dari unit penggerak, unit tenaga, dan unit
pengatur. Selain mengetahui berbagai komponen sistem hidrolik, kita juga dapat
membuat rancangan rangkaian hidrolik. Rancangan rangkaian hidrolik perlu
dituangkan dalam bentuk diagram rangkaian hidrolik dengan menggunakan simbol-
simbol grafik, dengan bantuan simbol-simbol grafik para desainer dapat
menuangkan pemikiran lebih mudah, lebih tenang sehingga dapat berkreasi
seoptimal mungkin.
Rancangan rangkaian hidrolik perlu dituangkan dalam bentuk diagram rangkaian
hidrolik dengan menggunakan simbol-simbol grafik, dengan bantuan simbol-simbol
grafik para desainer dapat menuangkan pemikiran lebih mudah, lebih tenang
sehingga dapat berkreasi seoptimal mungkin. Cara membuat diagram rangkaian
biasanya dengan membuat tata letak komponen sebagai berikut:
a. Actuator diletakkan pada gambar yang paling atas
b. Unit pengatur diletakkan di bawahnya
c. Unit tenaga diletakkan pada bagian paling bawah
Setelah simbol-simbol komponen lengkap dalam lay out (tata letak) barulah
digambar garis-garis penghubung sebagai gambar konduktor dengan garis-garis
sesuai dengan macam konduktor yang digunakan
Gambar 6 1 Tata letak komponen dan diagram hidrolik lengkap
Unit berikutnya adalah unit kontrol. Unit ini biasanya dikendalikan dengan
menggunakan katub pengarah. Katub-katub pengarah ini akan mengaturarah aliran
tekanan hidrolis didalam sistem. Posisi-posisi katub pengarah antara lain:
1. Logika AND
2. Logika OR
3. Logika NOT
4. Logika NAND
5. Logika NOR
7.1.2. Logika OR
Logika akan memberikan sinal 1 apabila vallve menerima signal dari salah satu
signal baik dari X maupun y atau mendapat signal dari X dan Y secara
bersamaan.
2(A)
12(Z)
1(P) 3 (R)
A
X1 X2
7.1.5. LOGIKA NOR
Valve akan jalan atau bernilai 1 bila tidak ada sinyal dari X1 atau X2.
Refrensi
1. Festo didactic
2. Modul / job sheet Praktek Pneumatik
3. https://www.slideshare.net/bambang_tag/sistem-kontrolelektropneumatik1
VIII. SQUENCE PADA PNEUMATIK DAN HIDROLIK.
Mahasiswa mampu mendesign sistem pneumatik dan Hidrolik dengan metode squence
cascade
b1
a1
Suatu mesin pengangkat barang bekerja jika tombol start ( 1.2 Valve 3/2 ) di tekan
maka 1.2 valve 3/2 mengirim sinyal untuk memerintahkan valve 5/2 1.1 untuk
memproses sinyal memerintahkan piston A untuk bergerak brgerak keatas untuk
membawa barang menuju ke atas. Piston A mencapai maximum Piston A menyentuh
limitswitch a1 valve 3/2 untuk memerintah valve 5/2 untuk menggerakkan Piston B
menuju kedepan mendorong barang menuju conveyor berikutnya.Piston B mencapai
maximum menyentuh limitswitch b1 untuk memerintah valve 5/2 1.1 untuk menggerakkan
Piston A turun ke bawah. Piston A mencapai minimum menyentuh limitswitch a0
memerintah vale 5/2 untuk menggerakkan piston B turun kebawah kembali ke posisi
semula. Mesin akan berjalan lagi sesuai sequennya jika di start lagi.
Untuk memudahkan pernacanaan dalam gambar rangkaian pneumatik, maka
persoalan tersebut di atas kita terjemahkan dalam bentuk Diagram gerak langkah seperti
gambar di bawah inii
Suatu alat yang berfungsi sebagai penutup botol mekanisme kerjanya sebagai
berikut; bila tombol start di tekan maka piston A bergerak kedepan menjepit botol. Piston
A maksimum menyentuh Limit switch a1 yang memerintah piston B keluar mendorong
tutp botol menutup botol. Piston B maximum menyentuh limit switch b1 yang memerintah
piston kembali ke posisi semula. Piston B di posisi semula menyentuh limit switch b0 yang
memerintahkan piston A kembali ke posisi semula.Mesin akan berjalan kembali kalau
tombol start ditekan kembali.
Penyelesaian
Untuk memudahkan persoalan di atas maka persoalan tsbt kita terjemahkan ke dalam
diagram gerak langkah.
Gambar 8 5 Diagram gerak langkah
Kalau memperhatikan Diagram gerak langkah kita akan melihat sebuah persoalan
yaitu sewaktu tombol start di tekan tombol b1 sudah ditekan terlebih dahulu oleh piston b
hal ini menimbulkan perintah yang berlawanan terjadi pada valve 5/2 1.1 sehingga piston
A tidak bisa keluar.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dibuat beberapa jalur perintah
supaya perintahnya satu dengan satunya tidak tabrakkan dengan cara mengelompokkan
jalur yg sama yang mundur dengan mundur yang maju dengan maju. Untuk membagi
jalur dengan menggunakan katup 5/2 atau 4/2. Jika jumlah jalurnya= n maka jumlah jalur
katup penukar jalur ( K ) = K = n- 1
Contoh : Jika jumlah Jalur= 2 maka jumlah katup penukar jalurnya K= n-1 = 2-1 =2.
Setiap jalur tidak boleh ada dua gerakkan piston maju dan mundur contoh : jika ada piston
A+ B+B- A- maka harus di pisah menjadi dua jalur . Jalur I A+ B+ Jalur II B- A-
Dengan melihat diagram gerak langkah maka jalurnya di bagi dua yaitu kelompok maju
dan mundur.
Kelompok maju = A+ B+ kita namakan Line I
Kelompok mundur = B- A- kita namakan line II
Refrensi
1. Festo didactic
2. Modul / job sheet Praktek Pneumatik
3. https://www.slideshare.net/bambang_tag/sistem-kontrolelektropneumatik1
IX. TEORI DASAR ELKTRO PNEUMATIK DAN HIDROLIK
Mahasiswa mampu memahami teori dasar Elektro pneumatik dan Hidrolik
Sakelar pembatas tipe ini biasanya dipakai bila sakelar pembatas mekanik
tidak dapat digunakan. Macam sakelar pembatas tipe ini antara lain :
Apabila pada lilitan dialiri arus listrik maka arus listrik tadi akan mengalir melalui
lilitan kawat dan akan timbul medan magnet yang mengakibatkan pelat yang ada di
dekat kumparan akan tertarik ataupun terdorong sehingga saluran dapat tersambung
ataupun terputus. Hal ini tergantung apakah sambungannya NO atau NC. Bila tidak
ada arus listrik maka pelat tadi akan kembali ke posisi semula karena ditarik dengan
pegas.
Simbol Relay:
Relay Normally
Open
Relay Normally
Closed
Kombinasi NO &
NC
Solenoid
Di lapangan kita bisa menemukan solenoid dengan arus searah (DC) ataupun
arus bolak balik (AC). Sedangkan yang sering digunakan pada Electro-pneumatik
adalah Solenoid DC. Solenoid DC secara konstruktif selalu mempunyai inti yang pejal
dan terbuat dari besi lunak. Dengan demikian mempunyai bentuk yang simple dan
kokoh. Selain itu maksudnya agar diperoleh konduktansi optimum pada medan
magnet. Bila ada kelonggaran udara, tidak akan mengakibatkan kenaikan temperature
operasi, karena temperature operasi hanya akan tergantung pada besarnya tahanan
kumparan serta arus listrik yang mengalir.
Bila solenoid DC diaktifkan (switched on) maka arus listrik yang mengalir
meningkat secara perlahan. Ketika arus listrik dialirkan ke dalam kumparan akan
terjadi elektromagnet. Selama terjadinya induksi akan menghasilkan gaya yang
berlawanan dengan tegangan yang digunakan. Bila solenoid dipasifkan (switched off)
maka medan magnet yang pernah terjadi akan hilang dan dapat mengakibatkan
tegangan induksi yang besarnya bisa beberapa kali lipat dibandingkan dengan
tegangan yang ada pada kumparan.
Tegangan induksi ini dapat mengakibatkan rusaknya isolasi pada gulungan koil,
selanjutnya bila hal ini terjadi terus akan terjadi percikan api. Untuk mengatasi hal ini
maka harus dibuat rangkaian yang meredam percikan api, misalnya dengan
memasang tahanan yang dihubungkan secara paralel dengan induktansi. Sehingga
bila terjadi pemutusan arus listrik, energi akan tersimpan dalam bentuk medan magnet
dan dapat hilang lewat tahanan yang dipasang tadi.
Remnant Relay
Relay ini disainnya khusus, maksudnya adalah bila relay ini diaktifkan maka akan
terjadi elektromagnet. Elektromagnet ini akan tinggal dan tetap ada walaupun sumber
energinya telah dihilangkan. Atau dengan kata lain relay ini dikunci pada posisi akhir.
Untuk menyalakan relay ini maka arus yang dipakai adalah arus positif, sedangkan
untuk mematikannya mempergunakan arus negatif.
Bila sakelar S diaktifkan maka relay tunda waktu mulai bekerja. Ketika waktu yang
ditentukan tercapai maka terminal 18 akan tersambungkan. Sinyal output (keluaran)
akan ada selama sinyal input ada. Elemen tunda waktu digambarkan pada kotak yang
dibatasi dengan garis strip.
Proses bekerjanya tunda waktu:
Bila sakelar S diaktifkan maka arus listrik akan mengalir melalui tahanan R1, yang
besarnya bisa diatur. Arus ini tidak mengalir ke relay K1 melainkan akan mengalir ke
terminal K1 NC, yang selanjutnya arus listrik mengalir ke kapasitor C dan
menampungnya di sana. Bila kapasitor C tidak bisa menampung arus listrik lagi
(tegangan yang diijinkan telah tercapai) maka arus listrik akan mengalir ke relay K1.
Lamanya mengisi kapasitor ini tergantung pada besarnya R1. Selanjutnya bila relay
K1 sudah aktif maka terminal 18 akan tersambung dengan terminal 15. Di sini bisa
kita bandngkan dengan katup tunda waktu hidup pada rangkaian pneumatik.
Bila sakelar S diaktifkan maka relay tunda waktu mulai bekerja. Sinyal output akan
ada selama sinyal input ada. Tapi bila sinyal input diputus maka sinyal output tidak
akan langsung hilang, melainkan tetap ada sampai batas waktu yang telah ditentukan.
Elemen tunda waktu digambarkan pada kotak yang dibatasi dengan garis strip.
Kontaktor
Yang dimaksudkan dengan kontaktor adalah sakelar yang diaktuasikan dengan
elektromagnet. Daya untuk mengontrolnya bisa rendah tapi daya beban bisa tinggi,
dengan kata lain untuk mengaktuasikan elektromagnet cukup misalnya dengan
tegangan rendah tapi bisa menyalurkan arus bertegangan lebih tingi. Kontaktor
banyak digunakan unruk keperluan yang bermacam-macam. Misalnya digunakan
untuk menyalakan motor, sistem pemanas, alat pengatur temperatur ruangan, keran,
dll.
Tipe-tipe kontaktor:
a. Kontaktor yang elektromagnetnya dilindungi
Kerugiannya:
- Mudah aus
- Ukurannya besar
- Menimbulkan suara
- Kecepatan menyambung terbatas
Elemen Akhir
Apabila suatu kontrol mempergunakan sinyal kontrolnya dengan sinyal listrik dan
sinyal kerjanya mempergunakan pneumatik maka harus ada suatu alat yang dapat
mengawinkan sinyal kontrol listrik dengan sinyal kerja pneumatik itu. Sistem yang
mengawinkan sinyal kontrol dan sinyal kerja ini biasanya terdiri dari katup yang
diaktuasikan dengan solenoid. Maksudnya adalah untuk menyalurkan sinyal kerja
mempergunakan katup-katup pneumatik, sedangkan yang mengatur membuka atau
menutup tersebut adalah arus listrik yang dialirkan ke kumparan kawat (solenoid).
Katup 3/2 diaktuasikan sinyal listrik dan kontrol Pneumatik, kembali dengan pegas
Katup ini bila diaktifkan masih mempergunakan sinyal kontrol pneumatik. Sedangkan
fungsi kumparan ini hanya untuk mengaktifkan sumbat yang ada pada katup, dengan
demikian gaya elektromagnet yang diperlukan untuk mengaktifkan sumbat tidak terlalu
besar. Dengan kata lain arus listrik yang diperlukan tidak terlalu besar pula. Prinsip kerja
saluran yang terdapat pada katup ini sama dengan prinsip kerja katup 3/2 yang telah
dibahas di atas
Katup 4/2 diaktuasikan sinyal listrik dan kontrol pneumatik, kembali dengan
pegas
Katup 4/2 pada prinsipnya terdiri dari 2 buah katup 3/2. Biasanya digunakan
untuk mengaktuasikan silinder kerja ganda. Sinyal listrik digunakan seperti pada katup
3/2, berfungsi sebagai pembuka sumbat sedangkan yang mengatur katup piston
adalah sinyal kontrol pneumatik. Pada posisi diaktuasikan saluran 1(P) dan saluran
4(A) tersambungkan sedangkan saluran 2(B) dengan saluran 3(R). Apabila sinyal
listrik diputuskan maka katup piston didorong kembali ke posisi semula sehingga
saluran 1(P) tersambungkan dengan 2(B) dan saluran 4(A) dengan 3(R).
Diagram Rangkaian
Dibandingkan dengan penggambaran instalasi kabel, dimana penggambaran
rangkaian kontrol dan utamanya dijadikan satu, maka pada penggambaran rangkaian
secara skematis ini ditampilkan berdasarkan fungsinya. Dengan cara menggambarkan
rangkaian kontrol dan rangkaian utama dipisahkan. Pada sistem ini penggambaran
untuk sambungan (NC dan NO) relay untuk keperluan latching (mengunci
sambungan) ataupun memutus sambungan akan digambarkan pada rangkaian
kontrol. Penggambaran rangkaian secara skematis biasanya menggunakan garis
lurus, dimana arus listrik mengalir dari atas ke bawah. Di bawah ini ditampilkan
gambar dengan fungsi yang sama dengan penggambaran instalasi kabel.
Gambar 9 8 Gambar yang fungsinya sama dengan isntalasi kabel
2. Gambarkan gambar simbol valve 3/2 single solenoid ,5/2 doubel solenoid dan
jelaskan cara kerjanya.
Refrensi
1. Festo didactic
2. Modul / job sheet Praktek Pneumatik
3. https://www.slideshare.net/bambang_tag/sistem-kontrolelektropneumatik1
X. RANGKAIAN DASAR ELEKTRO PNEUMATIK DAN
HIDROLIK
Mahasiswa mampu mendesign rangakaian sistem Elektro pneumatik dan Hidrolik
S1 Main switch
K1.K2 Relays
F1.F2 Fuses
M3 Motor
1. Buat rangakan elektro pneumatik untuk rangkaian langsung tan tak langsung.
2. Gambarkan rangakaian Elektro pneumatik dengan persoalan sperti di bawah:
Mesin penjepit Benda Kerja akan bekerja apabila benda kerja di tempat dan
tombol start ditekan dan kembali bila salah satu tombol kembali di tekan
Refrensi
1. Festo didactic
2. Modul / job sheet Praktek Pneumatik
3. https://www.slideshare.net/bambang_tag/sistem-kontrolelektropneumatik1
XI. SQUENCE CONTROL ELEKTRO PNEUMATIK DAN
HIDROLIK
Mahasiswa mampu mendesign rangakaian sistem Elektro Pneumatik dan Hidrolik
dengan metode squence
A+ B+ B-
A-
+ --
+ --
1. Buatlah rangkaian Elektro pneumatik untuk mesin pemindah barang bila barang
sudah di tempat mesin dan tombol start di tekan maka piston A akan bergerak
mengangkat barang keatas , setelah piston A maksimum menyentuh limit switch
s2 maka pistonB keluar mendorong barang ke konveyor di atas piston B
maximum menyentuh limit switch s3 maka piston A bergerak turun , piston A
minimum menyentuh limit switch s4 piston B bergerak mundur ke posisi semula.
Tugas 1. Buat diagram gerak langkahnya
2. Buat gambar rangkaian Elektro pneumatiknya
Refrensi
1. Festo didactic
2. Modul / job sheet Praktek Pneumatik
3. https://www.slideshare.net/bambang_tag/sistem-kontrolelektropneumatik1
XII. CASCADE
Mahasiswa mampu mendesign rangakaian sistem Elektro Pneumatik dan Hidrolik
dengan metode squence cascade
12.1. Cascade
Sistem kontrol pneumatik cascade merupakan sistem circuit untuk instruksi ke output
yang berjalan secara tidak berurutan atau ada instruksi yang tumpang tindih. Seperti
contoh proses berikut ini:
Suatu alat bantu perlobangan dengan mekanisme sebagai berikut : ketika tombol start di
tekan maka piston A maju melakukan pencengkraman benda kerja, kemudian pistonb B
melakukan perlobangan disusul piston C dan D. kemudian piston B,C,D mundur secara
bersamaan kemudian disusul piston A.
Penyelesaian sebagai berikut :
Untuk mempermudah persoalan tersebut dijabarkan dalam bentuk step diagram sebagai
berikut:
1
12.2. Latihan soal : cascade elektro pneumatik
Mesin pemindah barang bekerja bila barang sudah di tempat mesin dan tombol start di
tekan maka piston A akan bergerak mengangkat barang keatas , setelah piston A
maksimum menyentuh limit switch s2 maka pistonB keluar mendorong barang ke
konveyor di atas piston B maximum menyentuh limit switch s3 maka piston B bergerak
munur , piston B minimum menyentuh limit switch s4 piston A bergerak mundur ke posisi
semula.
Refrensi
1. Festo didactic
2. Modul / job sheet Praktek Pneumatik
3. https://www.slideshare.net/bambang_tag/sistem-kontrolelektropneumatik1
1
XIII. PROGAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC)
Mahasiswa mampu membuat program tingkat dasar pada program logik control
(PLC)
Awalnya PLC dirancang untuk menggantikan rangkaian logic atau relay, dengan
menambahkan fungsi aritmatika, timer, dan counter, yang banyak digunakan dan
merupakan bagian utama dalam pengendalian pada sistem atau proses yang kompleks.
Sebuah PLC dirancang untuk dapat menggantikan puluhan hingga ratusan rangkaian
kontrol logika yang saling tidak bergantungan. Kondisi standar masukan dan keluaran
PLC dirancang untuk memungkinkan hubungan langsung dengan mesin-mesin
penggerak, mesin-mesin produksi atau dengan sensor.
Selain itu dikembangkan pula beberapa kemampuan tambahan yang dapat digunakan
pada PLC dalam bentuk modul-modul tambahan, seperti :
a) Analog I/O,
b) PID Controller,
c) Communication,
d) Graphic Display,
e) Additional I/O, dan
f) Additional Memory
1
Saat ini, PLC semakin banyak digunakan di industri untuk memecahkan
permasalahan kontrol otomatis. Hal ini disebabkan PLC memiliki beberapa keunggulan
antara lain :
Input / Output Modules atau modul I/O memungkinkan PLC untuk beroperasi dengan
alat dari luar sistem (field device). Modul input (masukan) melaporkan aktivitas field
1
device saat ini, dan mengisolasi controller atau prosesor I/O (IOP) dari tegangan serta
frekuensi dari luar yang berbahaya. Modul ini biasanya terintegraskan dengan sensor-
sensor. Modul output (keluaran) memberikan sinyal kendali pada field device.
Seringkali keluaran modul ini dhubungkan terlebih dahulu dengan suatu driver untuk
menyesuaikan besaran kendali dengan spesifikasi besaran field device.
Communication Interface
Alat ini menyediakan jalur komunikasi dua arah bi-directional anatar IOP dan modul
I/O. komponen ini juga memonitor kondisi modul I/O.
IOP membaca status modul input dan menulis hasilnya kedalam state RAM. Ia juga
mengambil data dari state RAM yang kemudian ditulukan kedalam modul output.
State RAM
Merupakan memori yang digunakan untuk menyimpan program yang dituliskan user
dan status I/O
Menyelesaikan logika kontrol yang diberikan user dengan pemrograman. Ada dua
hala yang dilakukan CPU, yaitu:
Membaca status modul inpput dari tabel state RAM dan menyelesaikan logika kendali
yang terkandung didalamnya.
Menulis status dari logika kendali coil yang sebelumnya telah diproses kedalam tabel
state RAM.
Communication processor
Komponen ini memungkinkan user untuk berinteraksi dengan PLC melalui panel
programming yang compatible dengan PLC-nya atau dengan software khusu yang
dijalankan dalam komputer.
Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh PLC dibanding dengan kontrol relay konvensional,
yaitu:
1. Fleksibilitas
1
Sebelum ditemukan PLC, setiap mesin produksi yang dikontrol dengan alat elektronik
yang berbeda, dibutuhkan pengontrolnya masing-masing sendiri; untuk 15 mesin
mungkin memerlukan 15 pengontrol yang berbeda. Tapi sekarang kemungkinan
menggunakan model dari PLC saja dapat menjalankan seluruh mesin. Lagi pula,
hanya memerlukan pengontrol yang sedikit, karena satu PLC dapat menjalankan
banyak mesin dengan mudah. Setiap mesin yang dikontrol PLC harus memiliki
program tersendiri yang jelas.
2. Dapat melakukan perubahan perubahan implementasi dan perbaikan kesalahan.
Jika terdapat error program yang harus dikoreksi didalam statement list PLC control,
dapat diubah dengan cepat.
3. Biaya yang murah
Sekarang dengan membeli sebuah PLC yang memiliki banyak relay, timer, counter,
dequencer dan fungsi lainnya bisa mengganti seluruh alat control atau pengendali,
dan sekarang PLC dalam bentuk yang kecil dan murah
4. Pemrograman ulang yang mudah dan cepat
5. Pemgendalian secara visual.
Sebuah operasi circuit PLC dapat dilihat selama operasinya pada CRT.
6. PLC bagus ekali dalam pengendalian masukan dan keluaran.
7. Program PLC beroprasi denga kecepatan tinggi.
8. Kualitasnya bagus, handal dan mudah dirawat.
9. Dokumentasi yang mudah, dan menyeluruh atas program-program yang tealh dibuat,
hasil pemrograman PLC dapat dicetak dengan mudah hanya dalam beberapa menit
saja.
10. Keamanan yang terjamin.
11. Program baru dapat digabungkan dengan progrma lama dengan mudah dan tidak
merusak.
12. Teknologinya tergolong masih baru
13. Tahan terhadap gangguan.
14. Operasi yang dilakuakan berdasarkan logika jaringan secara elektrik sehingga dapat
mengurangi resiko perilaku fisik.
15. Opersai yang telah terprogram tidak berubah dan stabil.
16. Operasi yang dapt dilakukan tidak memiliki perubahan banyak karen keterbatasan
program dan fungsi.
17. Semakin kompleks sistemnya maka ukuran kontrolernya akan makin besar
18. Penggunaannya pada kondisi tertentu cukup terbatas.
19. Masih terikat dengan kemampuan prosesor pada komputer PC.
1
20. Hanya dapat mengenali lingkungan yang bisa dimengerti oleh sistem PLC.
21. Ergonomis
Sebuah sirkuit progrma PLC dapat diteliti atau dievaluasi di kantor ataupu lab.
Program dapat dicetak didalamnya, ditest, diobserbvasi, dan dimodifikasi jiak
diperlukan, shingga dapat menghemat waktu kerja. Pada kenyataannya, sistem PLC
mendapatkan hasil terbaik dari pabrik, dan dapat dipakai kapan saja.
22. Inovasi yang luar biasa.
Beberapa kekurangan yang dimiliki oleh PLC dibanding dengan kontrol realay
konvensional, yaitu:
1. Memiliki jumlah yang besar ats hubungan-hubungan jaringan.
2. PLC bisa rsuak pada keadaan lingkungan panas yang tinggi, vibrasi yang tinggi
membuat penggunaanya kurang cocok, karena dapat merusak PLC.
3. Membuat banyak orang kehilangan pekerjaannya, karena PLC membutuhkan sedikit
orang untuk mengerjakannya.
Terminal Kontak
Unntuk terminal piranti kontak (switching device) penggambaranyya seperti pada
gambar (Gambar 2) brikut ini. Nomor-nomor konytak untuk NO, NC dan change over
ditetapkan seperti gambar.
1
Terminal relay
Digit pertama adalah nomor urut yang menunjukkan nomor koil relay.
Digit kedua menunjukkan fungsi kontak seperti pada gambar 3
Apabila push button switch atau tombol S1 (Gambar 3a.) ditekan, arus akan mengalir dari
kutub positif (+24 V ) melalui terminal 3 yang kontak dengan terminal 4 akan terus ke
solenoid Y1. Solenoid bekerja mengubah posisi katup pengarah pada sirkuit hidrolik,
maka bekerjalah katup tersebut. Apabila push button dilepas, arus terputus, solenoid tidak
bekerja lagi dan mungkin pegas katup mengembalikan ke posisi semula.
1
Sirkuit ( rangkaian ) terdiri atas push button switch S1, coil relay K1, kontak relay K1 dan
tahan Y1 berupa solenoid (Gambar3b). arus tidak langsung dari push button ke solenoid
tetapi melalui coil relay yang mengaktifkan kontak relay, yang menghubungkan terminal
13 dan 14 sehingga arus mengalir ke solenoid. Maka dari itu sirkuit ini disebut indirect
control. Coil relay adalah sebuah elektro magnetik yang apabila dialiri arus akan terjadi
medan magnet yang mampu menggerakkan kontak relay untuk menyambung (ON) atau
putus (OFF).
Diagram sirkuit pada Gambar4. Disebut sirkuit mengunci (latching). Bila tombol S1
ditekan maka coil relay K1 aktif dan mengaktifkan relay K1, sehingga walauoun S1
dilepas arus akan tetap mengalir melalui jalur 2 dan coil relay tetap aktif.
1
Gambar 13 5 Rangkaian mengunci
1
Gambar 13 6 Diagram sirkuit elektrikal practical assembly
Diagram Ladder
1
Simbol-simbol yang menggambarkan operasi sirkuit disusun sesuai dengan urutan
operasinya, yaitu piranti masukan (input devices) seperti switch dan sensor diletakkan
dibagian kiri dan piranti keluaran untuk aktuator dibagian kanan. Addres atau alamat yang
berupa angka-angka atau huruf atau gabungan ditulis diatas setiap simbol.
Diagram Ladder Gambar & dibawah ini adalah salah satu bentuk diagram ladder dari
software.PLC-OMRON
1
Diagram rangkaian elektrik AND Diagram Lader AND
1
Diagram Rangkaian Elektrik diubah menjadi bentuk LDR seperti di bawah
1
Gambar 13 13 Diagram elektrik Hidrolik yang dikontrol oleh wire logic posisi maju mundur
dengan menggunakan saklar S1
1
Diagram ladder yang ditunjukkan pada gambar 15b, meggambarkan bahwa jika S1
ditekan dengan alamat 00200 maka Y dengan alamat 00400 pada PLC akan aktif dan
jika S1 tidak ditekan maka posisi aktuator kembali pada posisi semula
Diagram ladder yang ditunjukkan pada gambar di atas, meggambarkan bahwa jika S1
ditekan dengan alamat 00200 maka Y dengan alamat 00400 pada PLC akan aktif dan
jika S1 tidak ditekan maka posisi aktuator kembali pada posisi semula.
Diagram LDR sama dengan LDR di atas tetapi gambar yang ini menggunakan
penguncian.
1
Negation (NOT) isyarat keluaran berlawanan dengan isyarat masukan.
Conjunction(AND) isyarat keluaran mempunyai nilai 1, apabila semua isyarat masukan
punya nilai 1.
Disjunction(OR) isyarat keluaran akan mempunyai nilai 1 apabila paling tidak
ada satu (1) isyarat masukan yang bernilai 1.
Untuk operasi logika yang lain seperti : NAND, NOR, EXOR dan lain-lain merupakan
pengembangan atau penggabungan dari dasar opersi logika tersebut diatas.
Fungsi logika : Identity
1
Gambar 13 17 Diagram leader
1
Gambar 13 18 Fungsi Logika Conjuction (AND Function)
1
Gambar 13 19 Fungsi logika disjunction (OR Function)
1
Gambar 13 20 Fungsi logika Exclusif OR (EXOR Function)
Yang dimaksud dengan sequence control system ialah suatu rangkaian pengendali untuk
mengendalikan urutan proses kerja yaitu bagian mana yang harus bekerja lebih dulu dan
bagian mana yang kemudian. Untuk rangkaian listrik berart switch yang mana
menyambung lebih dulu dan yang mana kemudian.
Berikut ini adlah salah satu contoh sirkuit elektro hidrolik yang menggunakan Sirkuit
berurutan yaitu :
Step 1
Katup pengarah pada posisi netral, piston pada posisi mundur dititik mati
belakang, switch S1(NO) dalam keadaan tertekan oleh piston (tersambung).
Master switch (SO) dioperasikan, kkoil relay K2 bekerja mengoperasikan
kontak relay K2 pada saluran 2 (menyambung) dan membuka konytak relay
K2 pada saluran 8.
Start push button (S3) dioperasikan.
Step 2
Pada waktu S3 dioperasikan koil relay K1 bekerja mengoperasikan kontak
relay K1 pada saluran 3 untuk latching dan K1 pada saluran 10. Solenoid Y1
mendapat arus dan bekerja menggerakkan / mengubah posisi katup
sehingga katup mengontrol piston untuk bergerak maju
Sambil piston bergerak maju tekanan fluida meningkat dan mengoperasikan
pressure switch B1 untuk menyalakan lampu indikator.
1
Piston mencapai titik mati depan dan menekan limit switch S2. (Catatan :
pada waktu piston begerak maju, limit switch S1 terbuka sehingga koil relay
K2 mati dan kontak relay K2 pada saluran 8 menyambung lagi).
Koil relay K4 mendapat arus dan bekerja mengoperasikan kontak relay K4
pada saluran 9 untuk mengunci (latching) serta kontak relay K4 pada saluran
2 (membuka). Arus pada koil K1 sehingga arus pada solenoid Y1 juga putus .
posisi katup kembali netral oelh pegas sehingga katup mengontrol gerakan
piston mundur
Step 3
Siklus gerakan piston ini diakatakan selesai apabila piston telah kembali ke
posisi semula yaitu pada titik mati belakang
Untuk mengoperasikan lagi maka start push button S3 harus dioperasikan
kembali.
Operasi sirkuit elektro hidrolik tersebut diatas dapat digantikan dengan menggunak PLC
yang programnya adalah diagram ladder seperti pada gambar Gambar 23d berikut ini.
1
Gambar 13 21 Diagram sirkuit Hidrolik untuk squence control sistem
Diagram Fungsi
1
Gambar 13 23 Diagram sirkuit elektrik untuk sirkuit hidrolik squence control system
1
XIV. PROGRAM PLC UNTUK PENGENDALI SISTEM
PNEUMATIK
14.1. Pemprograman
Pendekatan Sistematika Disain Programmble Controller
1
Gambar 14 1 Diagram alur pemrograman
1
Instruksi SET dan RSET serta Jenis bit-bit yang dapat diprogamkan dalam fasilitas menu SET dan
RSET (kotak bawah)
Contoh soal 4.
Bila tombol ON ditekan output akan aktif (misal lampu menyala). Bila tombl OFF ditekan
maka output non aktif dan bila keduanya ditekan bersamaan maka output non aktif.
Jawab :
Gb.25. adalah diagram ladder yang dimaksud pada contoh soal 4
Kemudian coba dibuat diagram laddernya jika RSET berada di atas dan SET berada
dibawah, kemudian amati apa yang terjadi bila dalam waktu yang bersamaan 00200 dan
00201 kita tekan .
1
14.3. KEEP-KEEP (11)
KEEP (11) mempunyai dua kondisi input SET dan RESET serta output bit. Jika sinyal S
ON maka output B akan ON dan akan mempertahankan sinyal tersebut meskipun sinyal
S OFF. Sinyal output B akan OFF jika sinyal input R ON. Bila Fungsi KEEP ini digunakan
dengan HR relay, status dari output mengunci (latch) akan dipertahankan selama terjadi
gangguan daya, sehingga nanti apabila gangguan telah selesai maka sistem akan beroperasi
meneruskan.
Contoh soal
1
Buatlah diagram ladder untuk suatu kondisi berikut. Bila sinyal input set ON maka bit
output akan aktif dan baru akan non aktif bila sinyal input reset ON.
Jawab : Diagram ladder berikut ini adalah jawaban dari contoh soal di atas.
14.4. Pulsa Naik dan Pulsa Turun – DIFU (13) dan DIFD (14)
Instruksi DIFU (13) menghasilkan pulsa satu ( 1 ) siklus dari sinyal input dari posisi OFF
ke ON
sedangkan DIFD (14) menghasilkan pulsa satu ( 1 ) siklus dari sinyal input ON ke OFF
Gambar 14 6 Instruksi DIFU dan DIFD serta bit-bit yang dapat diprogram didalamnya
1
Siklus DIFU dan DIFD
14.5. TIMER
Intruksi TIM (timer) dapat digunakn sebagai timer ON delay pada rangkaian relay. TIM
adalah instruksi timer ON-delay yang membutuhkan angka timer dan nilai set (SV) yang
berkisar dari 0000 sampai 9999 (0 sampai 999,9 detik)
Gambar 14 7 Instruksi timer (penunda waktu) dan jenis bit-bit yang dapat diprogramkan
1
Gambar 14 8 Karakteristik Timer (On Delay)
Contoh Soal 6.
Buatlah diagram ladder untuk penundaan waktu ON selama 5 detik
Jawab :
00200 TIM
000 5 detik
# 0050
T000
00400
END
Counter-CNT
CNT (counter) adalah sebuah counter penurunan yang diset awal. Penurunan saat
hitungan setiap kali sebuah sinyal input berubah dari OFF ke ON . Counter harus
diprogram dengan input hitung , input reset , angka counter , dan nilai set (SV)
1
Nilai set ini dapat berkisar dari 0000 sampai 9999.
N: TC nomor
CP
CNT N #(000-511)
Gambar 14 10 Intruksi COUNTER dan bit-bit apa saja yang dapat diprogramkannya
1
Contoh Soal 7a
Diagram ladder untuk menghitung sampai 10 hitungan.
00200
CNT
001
#0010
00201
SV
C001
00400
END
1
Contoh Soal 7b
Diagram ladder untuk menghitung sampai 20.000 hitungan
00200 00201
CNT
001
00200 #0100
100
hitungan
C001
C001
CNT
002
00200 #0200 200
hitungan
C002
00400
END
1
Contoh soal 8 :
Diagram ladder untuk perpanjangan waktu sampai 1000 jam (Gb. 34c)
00200 T001
TIM 001
6000 600
T001 detik
00400
1
IL (02) digunakan dengan gabungan ILC(03) sebagai akhir dari membangun sebuah
interlock, dapat juga digunakan pada percabangan dari sebuah program, IL(02) dapat
dibuat satu atau lebih program dan dieksekusi ssecara berurutan
Seksi Interlock antara IL(02) dan ILC(03) dapat dibangun sesuai dengan table dibawah ini
INSTRUKSI TREATMENT
TTIM (87)
KEEP (11)
1
Contoh Soal 9 :
Buatlah rangakain interlock dibawah dengan aplikasi timer
00200
IL
00200 T001
00401
00201
IL
00200 T000
TIM
001
#20
T001
TIM
001
#20
IL
END
1
Gambar 14 15 Diagram sirkuit Hidrolik yang akan dikorelasikan dengan diagram ladder.
1
Alamat input Keterangan
Persiapan Pengoperasian
Setelah selesai merakit atau menginstal PLC ke dalam sirkuit pneumatik, sebelum kita
mengoperasikannya perlu dilakukan hal-hal berikut :
Periksa posisi dan pengikatan semua komponen, apakah sudah cukup kuat dan
benar kedudukannya.
Periksa semua sambungan pneumatik, apakah sudah cukup kuat dan pastikan
tidak akan ada yang lepas.
Periksa tekanan udara kempa pada tangki udara apakah sudah memenuhi syarat
Periksa regulator pengatur suplai udara ke sistem, apakah tekanan suplai udara
sesuai dengan ketentuan.
Apabila semuanya sudah sesuai dengan ketentuan maka operasikanlah sirkuit Hidrolik.
1
Mengoperasikan sirkuit pneumatik kendali PLC.
Buka katup suplai udara, maka udara kempa akan siap pada posisi-posisi kerja.
Amati jalannya sirkuit apakah sudah sesuai dengan desain yang direncanakan.
Soal PLC
1 Mempergunakan satu peralatan, katup pada pipa akan dibuka dan ditutup
dengan mempergunakan sebuah silinder kerja ganda . Katup dibuka dengan
menekan tombol S1, dan ditutup dengan melepas tombol S1. Silinder kerja
ganda dikontrol dengan menggunakan katup single solenoid.
Buatlah diagram laddernya, kemudian operasikan sirkuit pneumatik tersebut
dengan PLC anda.
2 Sebuah jembatan putar dibawa keposisi yang diinginkan oleh sebuah silinder
kerja ganda . Silinder tersebut dikontrol oleh dua buah tombol S1 dan S2.
Buatlah diagram laddernya dan operasikan sirkit tersebut dengan PLC anda.
3 Buatlah ladder diagram kemudian rakit I/O nya ke dalam PLC, sirkuit
pengendalian silinder kerja ganda dengan prinsip kerja sbb : Apabila tombol S1
ditekan terus maka silinder akan bergerak maju mundur secara
berkesinambungan ( kontinyu ) dan silinder akan kembali pada posisi semula
jika tombol S1 dilepas
Urutan kerja A+.A- (Terus menerus selama S1 ditekan)
4. Buatlah ladder diagram kemudian rakit I/O nya ke dalam PLC, sirkuit
pengendalian silinder kerja ganda dengan prinsip kerja sbb : Apabila tombol S1
ditekan, maka silinder A akan bergerak maju. Setelah mencapai sensor
maksimum (A maks) maka silinder B maju. Setelah mencapai sensor maksimum
( B maks) maka silinder A mundur. Setelah silinder A menyentuh sensor
minimum (A min) maka silinder B mundur dan menyentuh sensor minimum (B
min) dan silinder akan kembali pada posisi semula jika tombol S1 dilepas
1
Urutan Kerja A+, B+, A-, B-.
5 Buatlah ladder diagram kemudian rakit I/O nya kedalam PLC, sirkuit
pengendalian silinder kerja ganda dengan prinsip kerja sbb : Apabila tombol S1
ditekan maka silinder A akan bergerak maju, setelah mencapai sensor maksimum
(A mak) silinder B maju dan mencapai sensor maksimum ( B mak) maka silinder A
dan silinder B mundur secara bersamaan. Silinder akan berhenti dan kembali
pada posisi semula jika tombol S1 dilepas
6. Buatlah ladder diagram kemudian rakit I/O nya kedalam PLC,sirkuit pengendalian
silinder kerja ganda dengan prinsip kerja sbb : Apabila Tombol S1 ditekan maka
silinder A akan bergerak maju setelah mencapai sensor maksimum (A mak) maka
silinder A mundur. Setelah A mencapai sensor minimum ( A min) silinder B maju
sampai mencapai sensor maksimum ( B mak ) kemudian silinder B mundur
sampai mencapai sensor minimum (B min). Dan silinder akan kembali pada posisi
semula jika tombol S1 dilepas
1
Urutan Kerja A+, A-, B+, B-
1
XIII. REFERENSI
3. Festo didactic
5. https://www.slideshare.net/bambang_tag/sistem-kontrolelektropneumatik1
1
LAMPIRAN A - IDENTITAS UNIT KOMPETENSI
: LOG.OO18.019.01
KODE UNIT
Bobot Unit : 4
BATASAN VARIABEL
1. Menjalankan pekerjaan menggunakan standard baku dari keselamatan, kualitas
dan prosedur kerja. Mengidentifikasi komponen sistem Pneumatik menggunakan
prinsip aliran tenaga cairan berdasarkan spesifikasi baku dari data sheet dan
diagram rangkaian. Memperbaiki dan mengganti komponen sesuai spesifikasi
pabrik dari komponen sistem Pneumatik termasuk seal bertekanan tingi, gerak
lurus teratur, aktuator berputar, katup pengontrol langsung, klep proporsional,
timer counter, sensor-sensor, motor pneumatik, klep pengontrol tekanan, selang
dan peralatan lainnya. Mengoperasikan dengan benar berbagai peralatan
pneumatik sesuai prosedur penggunaan standard. Mahir mengganti/melepas
berbagai komponen sistem Pneumatik seperti Unit LOG.OO18.006.01
(Membongkar/memperbaiki/ mengganti/merakit dan memasang komponen
permesinan).
1
2. Peralatan dan Perlengkapan
2.1 Peralatan
2.1.1 Papan simulasi pneumtik & Hidroli
2.1.2 Kompresor untuk pneumatik
2.1.3 Selang
2.1.4 Sevis unit
2.1.5 Valve
2.1.6 Piston
2.1.7 Power unit untuk Hidrolik
2.2 Perlengkapan
2.2.1 Papan tulis
2.2.2 Kertas
2.2.3 Alat tulis
2.2.4 Form Permohonan sertifikasi kompetensi
2.2.5 Form ceklis mengakses kompetensi
2.2.6 Form asesmen Mandiri
2.2.7 Form Formulir Laporan Asesment
2.2.8 Formulir banding Asesment
PANDUAN PENILAIAN
1. Konteks penilaian
1.1. Penilaian dapat dilakukan di tempat kerja, di tempat uji kompetensi,
atau di lembaga pelatihan yang memenuhi syarat.
1.2. Penilaian dilakukan dengan cara demonstrasi, formulir isian (log book),
tes tulis, dan/atau wawancara.
1.3. Penilaian dilakukan terhadap pengetahuan, keterampilan, dan sikap
kerja.
2. Persyaratan Kompetensi
1 LOG.OO02.005.01 : Mengukur dengan menggunakan alat ukur
2 LOG.OO09.001.01 Menggambar dan membaca sketsa
3 LOG.OO09.002.01 Membaca gambar teknik
4 LOG.OO18.001.01 : Menggunakan perkakas tangan
5 LOG.OO18.002.01 : Menggunakan perkakas bertenaga/operasi digenggam
6 LOG.OO18.003.01 : Menggunakan perkakas untuk pekerjaan presisi
7 LOG.OO18.006.01 : Membongkar/memperbaiki/mengganti/ merakit dan
memasang komponen permesinan
1
8 LOG.OO18.018.01 : Membongkar/mengganti dan merakit komponen-
komponen Permesinan
3.2 Ketrampilan
3.2.1 Membaca gambar rangkaian Pneumatik dan Hidrolik
3.2.2 Merakit rangkaian pneumatik dan hidrolik
3.2.3 Mengoperasikan mesin pneumatik dan hidrolik
3.2.4 Memperbaiki /mereparasi kerusakkan pada sistem pneumatik dan
hidrolik
5 Aspek Kritis
Unit ini dipakai bersamaan dengan unit lainnya tentang keselamatan, kualitas,
komunikasi, material yang dipakai, catatan dan laporan pekerjaan yang
berhubungan dengan pemeliharaan komponen sistem Pneumatik, atau unit lain
yang membutuhkan latihan dan keterampilan, pengetahuan yang dilingkupi oleh
Unit ini. Kompetensi dalam unit ini tidaklah dituntut semua persyaratan telah
dipenuhi.
KOMPETENSI KUNCI
1
4. Bekerja dengan orang lain dan kelompok 2
5. Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 2
6. Memecahkan masalah 2
7. Menggunakan teknologi 1
1
LAMPIRAN B -ASESMEN MANDIRI
Nomor Skema Sertifikasi
Diisi
Nomor Daftar Pertanyaan Penilaian Bukti-bukti
Asesor
KUK Pendukung
(Asesmen Mandiri/Self Assessment)
K BK V A T M
Penilaian Diisi
Nomor Daftar Pertanyaan Bukti-bukti
Asesor
KUK Pendukung
(Asesmen Mandiri/Self Assessment)
K BK V A T M
1
Apakah anda dapat memperbaiki operasional
2.4 sistem pneumatik untuk menetapkan prosedure
perencanaan operasional?
1
LAMPIRAN C- DAFTAR PERTANYAAN TERTULIS
Waktu : 75 Menit
Petunjuk
a. Jawablah pertanyaan di bawah ini pada lembar jawaban yang disediakan dengan
singkat dan jelas
b. Posisikan alat komunikasi hp dengan getar pada saat uji berlangsung
KUK No Pertanyaan
1
1.Periksa prosedur yang digunakan apakah sudah sesuai dengan
prosedur standart ( TS )
2.6 7