Anda di halaman 1dari 65

BUKU AJAR

PNEUMATIK DAN
HIDROLIK

PROGRAM STUDI
TEKNIK MESIN

Disusun o leh:
Tim Lab. Pneumatik&H idrolik

JURUSAN TEKNIK MESIN


POLITEKNIK NEGERI BALI

JTM Kode M at a Kuliah Edis i Tot al Hlm

Politeknik MKU -321 09 II 58


Negeri Bali
Sem ester III Sep tember 2021
BUKU AJAR

PNEUMATIK DAN HIDROLIK

Kode Mata Kuliah Edisi Total Hlm.

MKU-32109 II 58
Semester III September 2021

Buku Ajar ini digunakan sebagai bahan ajar Mata Kuliah Pneumatik dan
Hidrolik yang diberikan pada Semester III Program Studi Teknik Mesin
Jurusan Teknik Mesin.

Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Bali Penyusun:

Dr.Ir. I Gede Santosa, M.Erg Tim Lab.


NIP. 19660924 199303 1 003 Pneumatik&Hidrolik
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan
Daftar Isi……………………………………………………………………….. i
Prakata…………………………………………………………………............. iii
Pendahuluan……………………………………………………………………. iv
BAB I PRINSIP DASAR PNEUMATIK……………………………………… 1
1.1. Udara Bertekanan…………………………………………………. 2
1.2. Prinsip-Prinsip Dasar…………………………………………....... 3
1.2.1. Hukum Pascal………………………………………….. 3
1.2.2. Hukum Boyle………………………………………….. 3
1.3. Pengadaan dan Pelayanan Udara Bertekanan…………………….. 4
1.3.1. Kompresor…………………………………..…………. 5
1.3.2. Kriteria dalam Pemilihan Kompresor…………………. 6
BAB II AIR SERVICE UNIT…………………………………………………... 8
2.1. Pengertian Air Service Unit……………………………………….. 8
2.2. Tujuan Pemasangan Air Service Unit…………………………….. 9
2.3. Prinsip Kerja………………………………………………………. 9
2.4. Komponen-komponen Air Service Unit…………………………... 9
2.5. Simbol Sistem Pengadaan Udara………………………………….. 10
BAB III KATUP-KATUP PNEUMATIK…………………………………….. 12
3.1. Pengertian Katup………………………………………………….. 12
3.2. Katup Kontrol Arah Aliran………………………………………... 12
3.2.1. Representasi Katup ………………………..…………… 12
3.2.2. Tanda-tanda Sambungan…………………..…………… 13
3.2.3. Macam-macam Katup Kontrol Aliran …………………. 13
3.2.4. Metode Aktuasi ………………………………...………. 14
3.3. Katup Non-Balik…………………………………………………... 15
3.3.1. Shuttle Valve………………………………..…………. 15
3.3.2. Katup Dua Tekanan……………………………………. 15
3.3.3. Katup Cerat…………………………………………….. 16
3.4. Katup Kombinasi………………………………………………….. 17
3.5. Katup Pengatur Tekanan…………………………………………... 18
BAB IV ELEMEN KERJA/AKTUATOR…………………………………….. 19
4.1. Pengertian Elemen Kerja …………………………………………. 19
4.2. Silinder Kerja Tunggal……………………………………………. 19
4.3. Silinder Kerja Ganda……………………………………………… 20
4.4. Motor Pneumatik………………………………………………….. 22
BAB V PRINSIP DAN TATA CARA PENYUSUNAN RANGKAIAN…….. 23
5.1. Tata Cara Penggambaran Rangkaian Pneumatik………………….. 23
5.2. Penunjukan Elemen……………………………………………….. 24
5.2.1. Penunjukan dengan Menggunakan Angka…………….. 24
5.2.2. Penunjukan dengan Menggunakan Abjad……………... 25
5.3. Rangkaian Dasar Pneumatik………………………………………. 25
5.4. Pengembangan Rangkaian Dasar Pneumatik……………………... 33

i
BAB VI METODE INTUITIF……………………………………………….... 35
6.1. Bentuk Tabular Langkah Kerja…………………………………… 35
6.2. Notasi Vektor……………………………………………………… 36
6.3. Notasi Singkatan…………………………………………………... 36
6.4. Diagram Gerak…………………………………………………….. 36
6.5. Diagram Kontrol…………………………………………………... 37
BAB VII METODE CASCADE..…………………………………………....... 40
7.1. Aturan Metode Cascade…………………………………………… 40
7.2. Perencanaan Sirkuit……………………………………………….. 41
BAB VIII PENGANTAR HIDROLIK……………….……………………....... 45
8.1. Konsep Dasar Hidrolik…….……………………………………… 45
8.1.1. Prinsip Aliran Fluida Cair……………………………… 45
8.1.2. Bentuk Dasar Sistem Hidrolik…………..……………... 47
8.2. Komponen-komponen Sistem Hidrolik dan Simbolnya…………... 49
8.2.1. Unit Tenaga…………….……………………………… 49
8.2.2. Katup Kotrol Arah……………………………………... 51
8.2.3. Katup Kontrol Aliran………………………………….. 56
8.2.4. Komponen Kerja/Aktuator…………………………….. 57
DAFTAR PUSTAKA……………….………………………..……………....... 49

ii
PRAKATA

Om Swastiastu,

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sanghyang
Widhi Wasa atas asung kerta wara nugraha-Nya maka Buku Ajar Pneumatik dan
Hidrolik ini berhasil kami susun.
Buku Ajar ini merupakan bahan penunjang perkuliahan, dalam hal ini mata kuliah
Pneumatik dan Hidrolik pada semester III Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Negeri Bali. Buku ini merupakan revisi dari Buku Ajar serupa yang disusun pada
tahun sebelumnya; 2003; dengan penambahan dan pembaharuan materi yang
bertujuan meningkatkan relevansi materi dengan realita lapangan serta
pembaharuan kepustakaan.
Akhir kata, Tim Penyusun menyampaikan rasa penghargaan dan terima kasih
yang setinggi-tingginya kepada Tim Penyusun terdahulu, utamanya Bapak I
Wayan Temaja, ST, yang telah bersusah payah menyusun cikal bakal Buku ini.
Tim Penyusun membuka kesempatan seluas-luasnya bagi sumbangan saran, kritik
dan segala bentuk upaya dalam meningkatkan kualitas Buku ajar ini.

Om Shanti Shanti Shanti Om…

September 2021
Tim Penyusun

iii
PENDAHULUAN
Sistem Pneumatik dan Hidrolik merupakan satu diantara sekian banyak alternatif
sistem yang mampu menyediakan energi mekanis sebagai penggerak elemen
kerja. Meskipun memiliki kesamaan prinsip kerja, sifat fluida yang berbeda antara
pneumatik dengan hidrolik menyebabkan area aplikasi yang berbeda. Pneumatik
yang tidak mampu memberikan tenaga yang cukup besar namun mampu
menawarkan sistem yang higienis banyak digunakan pada industri pengolahan
makanan. Sebaliknya, dengan kemampuannya untuk menyediakan tenaga besar,
hidrolik cenderung digunakan pada industri manufaktur serta alat-alat berat.
Pengetahuan tentang prinsip-prinsip fluida merupakan pengetahuan dasar untuk
menunjang pemahaman tentang sistem Pneumatik dan Hidrolik. Dengan
demikian, Buku ini ditujukan bagi pembaca yang telah memahami ilmu mekanika
fluida serta prinsip-prinsip Fisika dasar.
Struktur rangkaian pneumatik tersusun dari elemen pemasok energi, elemen sinyal
masukan, elemen sinyal prosesor dan kontrol akhir serta elemen aktuator (kerja).
Buku ini menjelaskan komponen struktur tersebut secara sistematis, mulai dari
Bab I dan II tentang prinsip pneumatik dan sistem pengadaan udara bertekanan.
Bab III mengulas tentang komponen pemroses sinyal masukan hingga kontrol
akhir, yang berupa katup-katup kontrol. Elemen aktuator secara khusus dibahas
pada Bab IV. Struktur dan tata cara penyusunan rangkaian dasar pneumatik
dibahas pada Bab V. Rangkaian yang dikembangkan dibahas pada Bab VI dan VII
yag dilengkapi dengan contoh-contoh aplikatif serta pembahasannya. Untuk
mempermudah pemahaman pembaca, setiap pokok bahasan diusahakan disertai
dengan ilustrasi yang memadai. Pembahasan tentang hidrolik dicantumkan pada
Bab VIII.
Pada dasarnya, materi pada Buku ini ditujukan hanya untuk memberikan
pengetahuan dan pemahaman sistem Pneumatik dan Hidrolik secara teoritis.
Pemahaman dan penguasaan; terutama dalam perancangan sistemnya; harus
didapatkan melalui praktek/pelatihan terkait.

iv
BAB I
PRINSIP DASAR PNEUMATIK

Tujuan
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa
mengetahui
 prinsip-prinsip dasar udara bertekanan
 sistem pengadaan udara bertekanan
 jenis-jenis kompresor dan penggunaannya

1.1 UDARA BERTEKANAN

Udara bertekanan terbukti dapat dimanfaatkan sebagai satu di antara bentuk-bentuk


energi tertua yang dikenal manusia untuk meningkatkan kemampuan fisiknya.
KTESIBIOS adalah seorang yang berbangsa Yunani yang merupakan orang pertama
yang memanfaatkan penggunaan pneumatik, yaitu pemanfaatan udara sebagai medium
dengan membuat sebuah ketapel impulse. Istilah “pneumatik” berasal dari bahasa
Yunani kuno, yaitu “pneuma” yang berarti tiupan atau angin. Pneumatik dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang gerakan udara dan fenomena udara. Jadi prinsip
dasar pneumatik adalah penggunaan dan pemanfaatan udara bertekanan yang berupa
energi tersimpan yang digunakan sebagai media penggerak.

Bidang aplikasi yang menggunakan sistem pneumatik diantaranya adalah industri


pengemasan, pemindahan material, penekukan, pengaturan buka dan tutup, pemutaran
dan pembalikan benda kerja, pemilihan bahan, penyusunan benda kerja, pencekaman
benda kerja pada mesin bubut dan lain-lain.

Keuntungan-keuntungan dalam penggunaan udara bertekanan antara lain:


1. Udara tersedia secara praktis dalam jumlah yang tak terbatas
2. Udara dengan mudah dapat ditransportasikan atau disalurkan dalam pipa saluran
walaupun dalam jarak yang jauh dan tidak perlu dikembalikan lagi ke tangki
penyimpanan.
3. Udara bertekanan dari kompresor dapat disimpan dalam tabung untuk
digunakan, sehingga kompresor tidak perlu hidup secara terus-menerus. Selain
itu tabung penyimpanan dapat dipindah-pindahkan.
4. Udara bertekanan relatif tidak peka terhadap perubahan temperatur sehingga
dapat digunakan sepenuhnya pada temperatur tinggi atau rendah.

1
2
5. Udara bertekanan tidak mengundang resiko terbakar atau meledak
6. Udara bertekanan tanpa lubrikasi bersifat bersih, meskipun ada yang bocor pada
pipa atau komponen tidak akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan.
Ini penting sekali dalam industri makanan, kayu dan tekstil.
7. Elemen kerja mempunyai konstruksi komponen yang sederhana.
8. Udara bertekanan merupakan media kerja yang cepat, sehingga kecepatan kerja
yang tinggi dapat dicapai.
9. Dengan menggunakan komponen-komponen udara bertekanan, kecepatan dan
gaya dapat diatur.
10. Perkakas dan elemen kerja pneumatik akan tetap aman terhadap beban lebih
yang diberikan. Peralatan akan berhenti tanpa ada kerusakan dalam sistem.

Di sisi lain, kelemahan- kelemahan penggunaan udara bertekanan antara lain :


1. Untuk mempersiapkan udara bertekanan membutuhkan biaya yang besar.
2. Udara bertekanan membutuhkan pemeliharaan yang baik. Debu dan udara
lembab tidak boleh dimasukkan ke dalam sistem.
3. Udara bertekanan hanya hemat sampai batas pengeluaran gaya tertentu karena
tekanan kerja yang umum digunakan 7 bar, batasnya pada kira-kira 20.000
hingga 30.000 Newton. Jika gaya yang dibutuhkan lebih besar maka sistem
Hidrolik lebih unggul.

1.2 PRINSIP-PRINSIP DASAR


Pada sistem pneumatik, kita bekerja dengan campuran gas udara yang ada di bumi
(udara). Permukaan bumi seluruhnya diselimuti oleh suatu lapisan udara. Untuk
mempermudah pemahaman tentang sifat udara, digunakan ukuran secara fisik dan
klasifikasinya dalam sistem satuan disajikan pada tabel 1.1 dan 1.2 berikut.
Tabel 1.1. Besaran dasar

SATUAN SIMBOL SISTEM TEKNIK SISTEM SI

Panjang l meter (m) meter(m)


Massa m kp.det2/m kilogram (kg)
Waktu t detik(s) detik (s)
Suhu T derajat Celcius(OC) Kelvin (K)
Arus listrik I Ampere (A) Ampere(A)
Intensitas cahaya I Kandela (cd)
Jumlah zat n Mole (mol)
3
Tabel 1.2. Besaran Turunan

SATUAN SIMBOL SISTEM TEKNIK SISTEM SI

Gaya F kilopound (kp) Newton (N)


Luas A meter kuadrat (m2) meter kuadrat (m2)
Volume V meter kubik (m3) meter kubik (m3)
Debit Q m3/detik m3/detik

Satuan sistem teknik dan internasional digabungkan dengan :


Hukum Newton gaya = massa x percepatan
F = m x a , dimana : ‘a’ diganti dengan
Percepatan gravitasi g = 9,81 m/dt2

1.2.1. Hukum Pascal (Perpindahan Tekanan)


Mengenai perpindahan tekanan statis, terdapat hukum Pascal yang secara eksperimen
dibuktikan oleh B. Pascal. Hukum ini menyatakan:
“tekanan yang dihantarkan ke satu bagian dari cairan statis dalam sebuah ruang tertutup
akan bekerja tegak lurus pada semua bagian dalam ruangan itu”

W1 kgf W2 kgf

A1 cm A2 cm
P kgf/cm2

Gambar 1.1 Distribusi tekanan fluida statis menurut Pascal

Pada gambar 1.1, luas penampang sebuah piston adalah A1 cm2 dan yang lain A2 cm2.
Jika gaya W1 kgf diberikan pada piston A1, maka gaya (W2) yang dipindahkan ke
W1 W2
piston A2 adalah :   P kgf cm 2
A1 A2

W1 X A 2
W2  kgf (1.1)
A1

1.2.2. Hukum Boyle


R. Boyle (1627 – 1691, Inggris) menyatakan bahwa jika sebuah piston silinder
didorong, volume gas berkurang karena tekanan naik. Dengan kata lain :
4
“ pada suhu konstan, volume gas berbanding terbalik dengan tekanan gas”
P1 x V1  konstan (1.2)
dimana : P1 = tekanan absolut permulaan kgf/cm2
P2 = tekanan absolut akhir kgf/cm2
V1 = Volume permulaan L (liter)
V2 = Volume akhir L (liter)
Formula dasar Boyle tersebut dapat digunakan untuk menurunkan persamaan gas/udara
pada berbagai keadaan. Dua kondisi yang penting dalam kaitannya dengan pneumatik
adalah :
a. Perubahan volume sebagai fungsi suhu
Udara mengembang dengan 1/273 dari volumenya bila dipanaskan dengan 1 K dari
suhu 273 K pada tekanan konstan.
V1 T
 1 dimana : V1 = volume pada T1
V2 T2
V2 = volume pada T2
Sehingga:
T2
V2 = V1 . (1.3)
T1
b. Persamaan keadaan untuk gas
Persamaan gas secara umum berlaku untuk semua hubungan :
P1 x V1 P2 x V2
  konstan (1.4)
T1 T2

1.3. PENGADAAN DAN PELAYANAN UDARA BERTEKANAN


Kuantitas udara bertekanan yang digunakan pada sistem pneumatik harus memadai dan
memiliki kualitas yang baik. Udara bebas dimampatkan oleh kompresor dan disalurkan
melalui suatu sistem pendistribusian udara. Untuk menjaga kualitas udara yang
diterima, maka digunakan peralatan pelayanan udara (air service unit), sebelum
dimasukkan ke dalam kontrol pneumatik.
Adapun bagian-bagian dari pengadaan dan penyaluran udara bertekanan adalah
kompresor, tangki udara dan air service unit.
5

Gambar 1.2.Sistem Pengadaan Udara Bertekanan

1.3.1 Kompresor
Kompresor merupakan komponen utama dalam sistem pneumatik yang digunakan
untuk menaikkan tekanan udara dengan cara memampatkan udara sehingga
menghasilkan udara bertekanan. Udara bertekanan inilah yang nantinya digunakan
untuk menggerakkan silinder, katup-katup dan komponen-komponen yang lain. Jenis
kompresor yang digunakan tergantung pada permintaan operasional berkenaan dengan
tekanan kerja dan volume pemompaan. Berdasarkan komponen pemampat udara,
kompresor dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Kompresor Torak
Kompresor torak ini memiliki prinsip kerja dimana udara dikompresi dengan cara
memasukkannya ke dalam suatu ruangan dan kemudian volume ruang diperkecil. Torak
bergerak bolak-balik dalam silinder, pada langkah hisap torak bergerak turun dan
menghisap udara memasuki ruang silinder melalui katup masuk atau katup hisap yang
membuka secara otomatis. Pada langkah mampat, torak bergerak naik dan akan
memampatkan udara yang terkurung dalam silinder dan selanjutnya torak mendorong
udara mampat keluar silinder melalui katup mampat atau katup keluar yang membuka
secara otomatis juga.
Kompresor torak ada beberapa macam diantaranya :

a. Kompresor torak resiprok, kompresor ini adalah yang paling banyak digunakan.
Kopresor ini digunakan pada tekanan rendah, menengah dan tinggi. Batas tekanan
mulai dari 100 kPa (1 bar /14,5 psi) sampai beberapa ribu kPa (bar/psi)
6
b. Kompresor torak rotari, adalah suatu kompresor dengan torak-torak yang berputar
pada waktu yang sama, volume ruangan diperkecil dan udara di dalam ruangan
dimampatkan.
c. Kompresor rotari sudu-sudu geser, suatu rotor terpasang secara eksentrik berputar
dalam sebuah rumah silindris yang mempunyai lubang saluran masuk dan keluar.
Kelebihan kompresor ini adalah bentuknya yang ringkas, jalannya yang halus dan
juga pemompaan udara yang kuat.

2. Kompresor Turbo
Kompresor Turbo adalah mesin fluida dengan roda jalan yang diberi sudu-sudu
dan dapat dianggap sebagai turbin terbalik. Pada turbin, penurunan tekanan gas atau zat
cair diubah menjadi energi mekanik sedangkan dalam kompresor turbo, gas atau zat cair
dibuat menjadi bertekan lebih tinggi oleh gerakan mekanik roda sudu. Kompresor ini
memiliki dua tipe, yaitu (gambar 1.3):
a. kompresor aliran aksial, aliran udara dipercepat dan didorong dalam suatu aliran
aksial.
b. Kompresor aliran radial, percepatan aliran dari ruang ke ruang secara radial keluar,
pembalikan udara yang kembali menuju poros, sehingga terjadi percepatan keluar
lagi.

Gambar 1.3 Rotor kompresor aliran aksial (kiri) dan aliran radial (kanan)

1.3.2. Kriteria dalam pemilihan kompresor


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kompresor antara lain :
a. Tekanan
Tekanan kerja adalah tekanan yang keluar dari kompresor, atau tekanan dalam
tangki dan tekanan pipa- pipa saluran menuju elemen pemakai.
Tekanan operasi adalah tekanan yang diperlukan pada posisi operasi. Pada
umumnya besarnya adalah 600 kPa/6 bar/87 psi)
7
b. Penggerak
Kompresor dapat digerakkan dengan motor listrik maupun motor bakar, tergantung
pada persyaratan operasinya. Pada pabrik-pabrik, kebanyakan kompresor
digerakkan oleh motor-motor listrik. Bila pemasangan kompresor tidak tetap,
kebanyakan penggeraknya menggunakan motor bakar (bensin, diesel).
c. Pendinginan
Panas akan timbul saat udara dimampatkan dalam kompresor, dan panas ini harus
dihilangkan. Jenis pendinginan yang cocok untuk kompresor tergantung pada
jumlah panas yang ditimbulkan. Jenis pendinginannya dapat berupa pendingan
udara ataupun pendinginan air.
d. Tangki udara
Tangki udara digunakan untuk menstabilkan suplai udara. Tangki udara memperluas
fluktuasi-fluktuasi tekanan dalam jaringan ketika udara dikonsumsi. Luas
permukaan kulit tangki yang besar mampu mendinginkan udara dan bagian
kelembaban dalam udara seperti air yang dipisahkan langsung dari tangki.
Ukuran tangki udara tergantung pada :
 volume pemompaan udara
 konsumsi udara
 jaringan
 jenis pengaturan
 perbedaan tekanan yang diijinkan dalam jaringan.
BAB II
AIR SERVICE UNIT
Tujuan
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat
mengetahui air service unit , komponen-
komponen dan fungsinya

2.1. PENGERTIAN AIR SERVICE UNIT


Sistem pneumatik menggunakan udara bertekanan sebagai sumber tenaga. Agar dapat
menjamin keandalan pengendalian pneumatik, harus disediakan udara yang kualitasnya
memadai. Pemasok udara yang digunakan harus mampu menyediakan udara yang

Gambar 2.1. Air Service Unit dengan desain yang kompak

bersih dan kering pada tekanan yang tepat. Elemen-elemen yang harus dipergunakan
dalam penyediaan udara bertekanan adalah kompresor dan Air Service Unit (unit
pelayanan udara).
Air service unit terdiri atas tiga komponen yaitu penyaring dan pengering udara (air
filter with water trap), pengatur tekanan udara (pressure valve) dan pengabut minyak
atau pelumas (lubricator). Penyaring dan pengering udara sering disatukan dengan
pengatur tekanan udara sehingga air service unit menjadi lebih kompak., seperti terlihat
pada gambar 2.1.

8
9
2.2. TUJUAN PEMASANGAN AIR SERVICE UNIT
Tujuan pemasangan Air Service Unit ini adalah untuk menjaga udara mampat yang
dialirkan ke sistem kontrol pneumatik dalam keadaan kering, bersih dan tekanan dalam
keadaan konstan. Unit ini juga berfungsi menjaga agar udara tetap mengandung minyak
pelumas yang akan melumasi sistem kontrol atau komponen-komponen pneumatik yang
membutuhkannya.

2.3. PRINSIP KERJA


Udara yang melalui Air Service Unit dibersihkan dalam penyaring udara dan mengalir
melalui katup pengatur tekanan. Disini tekanannya diturunkan sampai tekanan tertentu
sesuai dengan keperluan. Besarnya tekanan yang telah diatur terbaca pada pengukur
tekanan. Lubrikator dipasang disebelah bagian ini, untuk memberi tambahan partikel
minyak pada aliran udara kompresi. Harus diperhatikan agar penambahan minyak lumas
tidak berlebihan, sebab hal tersebut dapat menyebabkan tersumbatnya ujung-ujung
nosel.

2.4. KOMPONEN-KOMPONEN AIR SERVICE UNIT


Penyaring dan pengering udara bertekanan
Penyaring udara ini berfungsi untuk memisahkan kotoran yang mencemari udara yang
melaluinya dan juga berfungsi sebagai pemisah air yang telah terkondensasi. Ketika
memasuki saringan, udara akan mengalir melalui lubang putaran angin sehingga udara
akan bergerak memutar. Akibat adanya gerakan sentrifugal, butiran-butiran air dan
benda-benda padat yang tekandung akan terlempar ke arah dinding dalam mangkok
saringan dan kotoran-kotoran mengalir dan akhirnya terkumpul di bagian bawah
mangkok. Sketsa filter terlihat pada gambar 2.2, yang memperlihatkan arah aliran udara
dan bagian-bagian filter.

Gambar 2.2. Filter udara kompresi


10
Pengatur Tekanan Udara
Udara yang dihasilkan kompresor memiliki tekanan yang lebih tinggi daripada tekanan
yang bekerja pada bagian-bagian kontrol atau komponen kerja pneumatik. Untuk
mengatur tekanan udara yang akan didistribusikan ke bagian kontrol dan kerja
digunakan pengatur tekanan.

Gambar 2.3. Pengatur tekanan udara kompresi

Adapun fungsi dari pengatur tekanan udara yaitu:


a. Untuk menjaga tekanan kerja atau tekanan gerak terhadap fluktuasi tekanan dalam
jaringan pengisi (tekanan masuk/primer) sehingga dalam keadaan konstan.
b. Menjaga agar jumlah udara yang mengalir keluar dari pengatur dalam keadaan
konstan.
Pengabut minyak atau pelumas udara bertekanan

Gambar 2.4. Pengabut minyak lumas (lubricator)

Fungsi komponen ini adalah untuk mengeluarkan minyak pelumas berupa kabut dalam
jumlah yang dapat diatur, lalu dialirkan ke sistem distribusi dari sistem kontrol dan
komponen pneumatik yang membutuhkannya. Dengan demikian, maksud penambahan
minyak pelumas pada udara bertekanan adalah :
11
a. Pelumasan untuk kompresor dan bagian/komponen yang bergerak sehingga keausan
dari alat-alat dapat berkurang.
b. Untuk mengurangi kerugian akibat gesekan
c. Perlindungan yang memadai terhadap komponen logam dari perusakan akibat korosi
atau pembentukan karat yang disebabkan oleh kelembaban pada udara mampat

2.5. SIMBOL SISTEM PENGADAAN UDARA


Dalam penyusunan diagram rangkaian pneumatik, simbol yang digunakan untuk sistem
pengadaan udara bertekanan dapat berupa elemen secara individual maupun secara
kombinasi. Pemilihan simbol yang sederhana atau yang detail tergantung dari tujuan
rangkaian dan tingkat kerumitannya. Gambar 2.5 berikut adalah simbol standar yang
biasa digunakan.

Pasokan

Kompressor

Tangki Udara

Peralatan Pelayanan

Filter

Pemisah Udara

Pelumas

Pengatur Tekanan

Simbol Kombinasi

Unit Pelayanan Udara

Penyederhanaan Unit Pelayanan Udara

Sumber Tekanan

Gambar 2.5. Simbol-simbol standar komponen pemasok udara kompresi


BAB III
KATUP-KATUP PNEUMATIK
Tujuan
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat
mengetahui jenis-jenis katup pneumatik beserta
fungsi, simbol, metode aktuasi dan prinsip
kerjanya.

3.1 PENGERTIAN KATUP


Sistem kontrol pneumatik terdiri dari komponen-komponen sinyal, komponen–
komponen kontrol dan alat kerja. Komponen-komponen sinyal dan kerja yang
mempengaruhi rangkaian operasi elemen-elemen kerja disebut katup. Katup adalah
peralatan untuk mengontrol atau mengatur pembukaan dan penutupan aliran atau
menghasilkan fungsi “START” dan “STOP” serta mengontrol arah aliran.
Menurut fungsinya, katup-katup pneumatik dapat dibagi dalam 5 kelompok, yaitu :
 Katup kontrol arah
 Katup non balik (katup satu arah)
 Katup kontrol tekanan
 Katup kontrol aliran
 Katup tutup (penutup aliran)

3.2 KATUP KONTROL ARAH ALIRAN


Katup kontrol arah aliran adalah alat yang mempengaruhi atau mengatur jalan atau
lintasan yang diambil oleh aliran udara, terutama start-stop-arah aliran.
Penggunaannya sangat dominan dalam rangkaian pneumatik.

3.2.1 Representasi Katup


Dalam rancangan diagram rangkaian, komponen katup (dan lainnya) diwakili oleh
simbol-simbol. Simbol-simbol ini hanya menentukan fungsi katup dan tidak mewakili
prinsip desain pada alat yang dikonstruksi. Simbol-simbol dasar yang digunakan untuk
katup antara lain :
- Posisi peralihan (pergeseran ) katup digambarkan
dengan segi empat
- Jumlah segi empat berdekatan menunjukkan
banyaknya posisi

12
13
- Garis menunjukkan jalan (lintasan), anak panah
menunjukkan arah aliran
- Posisi menutup ditunjukkan dalam segi empat
dengan garis siku-siku
- Sambungan (lubang-lubang saluran masuk dan
saluran keluar) ditunjukkan dengan garis yang
digambarkan pada sisi luar segi empat yang
menggambarkan posisi normal.
- Posisi pergeseran (pemindahan) dinyatakan dengan a b
huruf kecil a,b,… dan o
- Katup dengan 3 (tiga) posisi pergeseran. Posisi
a b c
tengah = posisi netral.

3.2.2 Tanda-tanda Untuk Sambungan


Untuk memastikan bahwa katup dipasang pada rangkaian dengan tepat, sambungan-
sambungan ditandai dengan huruf kapital dan/atau angka. Tabel 3.1 berikut menyajikan
tanda-tanda standar yang digunakan untuk sambungan/hubungan.
Tabel 3.1. Penandaan untuk sambungan saluran katup
Huruf Kapital Angka Deskripsi Sambungan
A,B,C 2,4,6 saluran kerja
P 1 suplai udara
R,S,T 3,5,7 pembuangan, keluaran
L 9 saluran kebocoran
X,Y,Z 12,14,16 saluran kontrol
3.2.3 Macam-macam Katup Kontrol Arah Aliran
Katup kontrol arah aliran terdiri atas beberapa macam katup seperti katup kontrol 3/2
dan 5/2. Gambar 3.1 menyajikan semua jenis katup kontrol arah beserta simbolnya.

Katup kontrol arah-2/2

Katup kontrol arah-3/2 normal tertutup

Katup kontrol arah-3/2 normal terbuka

Katup kontrol arah-4/2

Katup kontrol arah-5/2

Katup kontrol arah-5/3


posisi tengah tertutup

Gambar 3.1. Katup kontrol arah beserta simbolnya


14
Penunjukan/tata nama katup dibuat berdasarkan kepada jumlah sambungan yang
dikontrol dan jumlah posisi pergeseran. Angka pertama dalam penunjukan menyatakan
banyaknya lubang lintasan atau sambungan-sambungan yang dikontrol. Angka kedua
menyatakan posisi pergeseran katup.

Contoh :
Katup 2/2 : 2 sambungan yang dikontrol, 2 posisi pergeseran (2
segi empat)
Katup 3/2 : 3 sambungan yang dikontrol, 2 posisi pergeseran (2
segi empat).
Katup 4/3 : 4 sambungan yang dikontrol, 3 posisi pergeseran (3
segi empat).
Katup 5/2 : 5 sambungan yang dikontrol, 2 posisi pergeseran (2
segi empat)
Katup 5/3 : 5 sambungan yang dikontrol, 3 posisi pergeseran (3
segi empat)

3.2.4 Metoda aktuasi


Tergantung pada pemakaian, katup kontrol arah dapat digerakkan oleh berbagai metode
seperti secara mekanis, pneumatik, elektrik atau kombinasinya. Gambar 3.2 berikut
menunjukkan beberapa metode aktuasi katup kontrol arah.

Kontrol Mekanis Kontrol Elektrik

Operasi Manual Solenoid dengan 1


koil efektif
Tuas
Solenoid 2 koil

Pedal
Kontrol Pneumatik

Tombol Tekan Tekanan Langsung

Plunyer Tekanan tidak langsung


(Pilot Control)
Pegas

Rol

Rol dengan idle return

Gambar 3.2. Beberapa metode aktuasi katup kontrol arah


15
3.3 KATUP NON-BALIK
Katup non-balik (disebut juga katup satu arah) adalah komponen yang hanya
memberikan aliran dalam arah satu arah dan menghentikan aliran dari arah berlawanan.
Penutupan satu arah dapat dilakukan dengan konis, pelat atau membran. Pada beberapa
varian dalam kelompok katup ini sifat “non-balik” dapat ditiadakan sesuai keperluan
sistem dengan tambahan elemen tertentu. Kelompok katup ini terdiri dari katup shuttle
valve, two pressure valve dan throttle valve.

3.3.1 Shuttle valve (Fungsi OR)


Katup non-balik ini berfungsi untuk mengontrol arah aliran dari satu atau dua sumber
tekanan yang masuk. Katup ini mempunyai dua saluran masuk X dan Y dan saluran
keluar A (lihat gambar 3.3). Katup ini memisahkan sinyal yang dipancarkan dari katup
sinyal dari posisi berbeda dan mencegah udara yang dialihkan melalui katup sinyal
kedua. Katup ini disebut juga komponen dengan fungsi ATAU/OR.

Prinsip kerja dari katup ini adalah jika udara bertekanan diberikan pada lubang pertama,
maka kedudukan seal katup menutup lubang masukan yang lain sehingga sinyal sinyal
dilewatkan ke lubang keluaran. Ketika arah aliran udara dibalik, silinder atau katup
terhubung ke pembuangan, kedudukan seal tetap dalam posisi sebelumnya disebabkan
dari kondisi tekanan.

GAMBAR SKEMATIK SIMBOL

Gambar 3.3. Skema katup Shuttle Valve dan simbolnya

3.3.2 Katup Dua-Tekanan (Fungsi AND)


Katup dua tekanan berfungsi untuk mengontrol arah aliran dari dua sumber tekanan
yang masuk. Katup dua tekanan mempunyai dua saluran masuk X dan Y dan sebuah
saluran keluar A (skema pada gambar 3.4).

Prinsip kerja dari katup ini adalah udara bertekanan mengalir melalui katup hanya bila
diberikan sinyal pada kedua lubang masukan. Salah satu sinyal masukan saja maka
16
alirannya akan tertutup. Jika sinyal diberikan pada lubang X dan Y, sinyal terakhir yang
masuk akan lewat ke saluran keluaran. Jika tekanan pada tekanan masuk berbeda, maka
tekanan yang lebih besar akan menutup katup dan yang lebih kecil dilewatkan ke lubang
keluaran. Karena katup ini hanya akan melewatkan sinyal bila terdapat dua sinyal input,
maka katup ini disebut memiliki fungsi AND.

Katup dua tekanan terutama dipakai untuk kontrol pengunci, kontrol pengaman, uji
fungsi dan operasi logika.

GAMBAR SKEMATIK SIMBOL

Gambar 3.4. Skema katup dua tekanan serta simbolnya

3.3.3 Katup Cerat (Throttle Valve)


Katup ini juga dikenal sebagai katup pengatur kecepatan gerakan piston. Bila digabung
dengan katup satu arah (Check Valve) disebut juga katup one-way flow control valve.
Pada katup throttle, aliran udara yang dihambat hanya pada satu arah. Katup satu arah
menutup aliran udara pada satu arah. Katup satu arah menutup aliran udara pada satu
arah dan udara hanya dapat mengalir melalui penampang lintang yang diatur. Pada arah
berlawanan udara dapat mengalir dengan bebas melalui katup satu arah yang terbuka.

GAMBAR SKEMATIK SIMBOL

Gambar 3.5. Skema Katup Cerat (Throttle Valve) serta simbolnya

Pada dasarnya ada dua jenis penceratan (penghambatan) aliran udara untuk
silinder,yaitu pengaturan udara suplai dan pengaturan udara pembuangan.
17
Untuk pengaturan aliran udara suplai, katup throttle dipasang sesuai arah saluran
pencerat (berlawanan arah dengan katup satu arah). Udara pembuangan dapat keluar
dengan bebas melalui katup satu arah yang dipasang pada sisi keluaran silinder.
(Rangkaian A Gambar 3.6).
Pada pengaturan udara pembuangan, udara suplai mengalir dengan bebas ke silinder,
(karena katup throttle dipasang sesuai arah aliran katup satu arah) tetapi udara
pembuangannya dihambat (Rangkaian B Gambar 3.6) Dalam hal ini, piston dibebani
antara dua pengereman udara. Pertama, efek pengereman adalah tekanan masukan pada
silinder dan yang kedua udara buangan ditahan pada mulut katup pengontrol aliran satu
arah.

A B

Gambar 3.6. Rangkaian dengan pengaturan udara suplai dan udara buang

3.4 KATUP KOMBINASI


Elemen-elemen dari berbagai kelompok kontrol dapat dirakit menjadi satu unit
konstruksi. Ini dinamakan pula katup kombinasi dan simbolnya menjelaskan beberapa
komponen yang digabung dalam unit kombinasi. Yang termasuk dalam katup
kombinasi salah satunya adalah Katup tunda waktu (time delay valve).

Katup tunda waktu waktu adalah kombinasi katup 3/2 dan katup kontrol aliran satu arah
(katup throttle) serta tabung udara. Berdasarkan sketsa katup pada gambar 3.7, udara
bertekanan diberikan pada saluran 1 (P). Udara kontrol mengalir ke katup pada 12 (Z)
dan mengalir melewati katup kontrol aliran satu arah yang bukaannya tergantung pada
pengaturan baut pencerat. Jika kebutuhan tekanan kontrol telah memenuhi tabung udara,
kedudukan seal pada katup 3/2 digerakkan dan menutup aliran udara dari 2 (A) ke 3 (R).
18
Piringan katup digeser dari kedudukannya dan akibatnya udara bisa mengalir dari 1(P)
ke 2 (A).

2
(A)

12
(Z)

1 3
(P) (R)
GAMBAR SKEMATIK SIMBOL

Gambar 3.7. Konstruksi Katup Tunda Waktu dan Simbolnya

3.5 KATUP PENGATUR TEKANAN


Sebuah sistem pneumatik memerlukan pengaturan tekanan kerja dan komponen yang
digunakan harus dapat mempertahankan stabilitas dan kontinyuitas tekanan udara. Di
samping katup pengatur tekanan dengan manometer (Pressure control valve with
manometer) yang biasa dipasang pada air service unit, tekanan kerja dapat diatur pula
dengan katup pressure sequence valve (gambar 3.8).

Gambar 3.8. Pressure sequence valve, sketsa (kiri) dan simbolnya (kanan)

Pressure sequence valve sebenarnya juga merupakan kelompok katup kombinasi,


karena terdiri dari sebuah katup kontrol 3/2 dan elemen pengatur tekanan dengan baut
putar. Katup ini digunakan bila dalam sebuah sistem pneumatik memerlukan tekanan
spesifik untuk langkah kerja tertentu. Tekanan yang diinginkan diatur dengan baut
pengatur tekanan pegas. Bila tekanan sinyal input pada saluran 12 telah sesuai dan
mengalahkan gaya pegas, maka udara akan mengalir membuka katup 3/2. Udara kerja
akan mengalir melalui saluran 1 ke saluran 2.
BAB IV
ELEMEN KERJA/AKTUATOR
Tujuan
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat
mengetahui berbagai jenis komponen kerja,
simbol dan prinsip kerjanya.

4.1 PENGERTIAN ELEMEN KERJA


Elemen kerja pneumatik adalah komponen pneumatik yang mengubah tenaga
pneumatik menjadi gerakan-gerakan resiprok garis lurus dan putaran. Gerakan tersebut
dapat ditujukan untuk menggerakkan beban maupun untuk langkah tertentu yang tidak
berbeban.

Elemen kerja terdiri dari silinder-silinder dan motor-motor pneumatik. Meskipun


silinder pada dasarnya hanya mampu menghasilkan gerak linier, namun dapat
dimodifikasi untuk menghasilkan gerakan memutar, meski dengan karakter putaran
tidak sehalus motor pneumatik.

4.2 SILINDER KERJA TUNGGAL (SINGLE ACTING CYLINDER)


Pada silinder kerja tunggal udara bekerja hanya pada satu sisi. Silinder ini dapat
menghasilkan kerja hanya dalam satu arah, oleh sebab itu udara diperlukan hanya untuk
satu arah gerakan. Pegas terpasang tetap atau gaya luar menggerakkan torak dalam arah
berlawanan.

Silinder Kerja Tunggal

Silinder Kerja Ganda

GAMBAR SKEMATIK SIMBOL

Gambar 4.1. Sketsa Silinder beserta simbolnya

19
20
Gaya pegas dari pegas terpasang tetap direncanakan untuk mengembalikan torak ke
posisi awal dengan kecepatan cukup tinggi. Silinder kerja tunggal terutama digunakan
untuk penjepitan, mengeluarkan, menekan masuk, pengangkatan, ingsutan (pengisian),
pemakanan (feeding) dan sebagainya.

Gambar 4.2. Foto silinder kerja tunggal

Berdasarkan konstruksinya, silinder ini terdiri dari dua tipe. Tipe pertama memiliki
pegas di bagian belakang piston sehingga udara tekan akan bekerja di depan piston.
Jadi, piston dari silinder tipe ini akan bergerak maju bila ditekan dengan udara dan
mundur akibat tekanan pegas. Tipe kedua merupakan kebalikan tipe pertama. Posisi
awal piston adalah “maju” akibat tekanan pegas yang dipasang di depan piston. Gerakan
mundur dihasilkan bila ada input udara tekan masuk silinder. Tipe pertama lebih banyak
digunakan pada aplikasi di industri yang menggunakan sistem pneumatik. Sketsa
silinder terlihat pada gambar 4.1 beserta simbol yang digunakan pada rangkaian. Foto
silinder terlihat pada gambar 4.2, memperlihatkan hanya terdapat satu saluran udara
masuk di depan piston.

4.3 SILINDER KERJA GANDA ( DOUBLE ACTING CYLINDER)


Gaya yang didorongkan oleh udara menggerakkan silinder kerja ganda dalam dua arah.
Silinder Kerja Ganda digunakan terutama bila torak diperlukan untuk melakukan suatu
fungsi kerja tidak hanya pada gerakan maju tetapi juga gerakan mundur. Pada
prinsipnya panjang langkah tidak terbatas, walaupun demikian tekukan dan bengkokan
perpanjangan (gerak keluar) batang torak harus diperhitungkan pula.

Silinder kerja ganda juga memiliki banyak variasi untuk memenuhi persyaratan sistem
yang spesifik. Tipe yang paling sederhana terlihat pada gambar 4.1 (bawah), yang
memiliki dua saluran udara. Saat udara masuk melalui saluran di depan piston (dalam
21
silinder) maka piston akan bergerak maju, sedangkan udara yang terdapat di belakang
piston akan terdorong keluar. Langkah mundur dihasilkan dengan mengalirkan udara
dari saluran di belakang piston.

Gambar 4.3. Foto silinder kerja ganda

Silinder kerja ganda juga dirancang dalam beberapa variasi konstruksi, sesuai tuntutan
sistem yang berkembang. Beberapa varian dari silinder ini antara lain :

a b c d

Gambar 4.4. Simbol beberapa variasi dari silinder kerja ganda


 Silinder kerja ganda dengan perpanjangan lengan piston (Double acting cylinder
with in and out piston rod), simbol pada gambar 4.4.a.
 Silinder kerja ganda kembar, trestle tunggal (Twin Cylinder/ Double acting
cylinder with two in and out piston rod and single trestle), berupa dua buah
silinder kerja ganda yang masing-masing memiliki perpanjangan lengan piston,
disatukan dengan komponen yang disebut trestle dan bergerak sejajar. Simbol
pada gambar 4.4.b.
 Silinder kerja ganda kembar, trestle ganda (Twin Cylinder/ Double acting
cylinder with two in and out piston rod and double trestle), berupa dua buah
silinder kerja ganda yang masing-masing memiliki perpanjangan lengan piston,
disatukan dengan komponen yang disebut trestle pada kedua sisinya dan
bergerak sejajar. Simbol pada gambar 4.4.c.
 Silinder multi-posisi (Multi-position cylinder), silinder ini merupakan gabungan
dari dua buah piston dengan dimensi yang sama namun memiliki panjang
22
langkah (stroke) berbeda, ditempatkan dalam sebuah silinder. Dengan demikian,
akan dihasilkan 3 posisi STOP. Simbol pada gambar 4.4.d.

4.4 MOTOR PNEUMATIK(AIR MOTOR)


Komponen yang mengubah energi pneumatik menjadi energi mekanik yang berputar
secara kontinyu dinamakan motor pneumatik. Motor pneumatik dapat diputar searah
jarum jam atau berlawanan jarum jam. Motor pneumatik dengan sudut putar tanpa batas
telah menjadi salah satu elemen kerja yang paling efektif untuk menghasilkan gerakan
memutar yang kontinyu dengan putaran yang cukup tinggi. Namun, konstruksinya yang
jauh lebih rumit daripada silinder linier menyebabkan biaya instalasi menjadi lebih
tinggi. Gambar 4.5 menunjukkan sketsa motor pneumatik dari tipe piston eksentrik
beserta simbolnya.

GAMBAR SKEMATIK SIMBOL


BAB V
PRINSIP DAN TATA CARA
PENYUSUNAN RANGKAIAN
Tujuan
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu:
 memahami prinsip dasar cara kerja sistem
pneumatik
 menggambarkan rangkaian dasar
pneumatik secara skematis

5.1 TATA CARA PENGGAMBARAN RANGKAIAN PNEUMATIK


Lay out penggambaran rangkaian jaringan kerja pneumatik harus mengikuti aliran
sinyal kontrol. Dalam hal ini diusahakan aliran kontrol dan juga aliran kerja dibuat dari
bawah ke atas. Semua komponen mulai dari sumber energi sampai katup-katup
pembatas harus ditampilkan untuk menghindari kekeliruan interpretasi terhadap tahapan
kontrol.

ELEMEN PENGGERAK Elemen Kerja


EKSEKUSI PERINTAH
Silinder
Motor

ELEMEN KONTROL Elemen Kontrol Final


FINAL
Katup-katup SINYAL OUTPUT
kontrol arah

ELEMEN PEMROSES Elemen Kontrol

Katup kontrol arah SINYAL PEMROSES


Katup non-balik
Katup pengatur tekanan
Katup pengatur aliran

ELEMEN SINYAL Elemen Input

Switch
SINYAL INPUT
Tombol tekan
Limit switch

PEMASOK UDARA
BERTEKANAN/DISTRIBUTOR/SERVICE UNIT SUPLAI ENERGI

Gambar 5.1. Diagram Lay-out Jaringan Kerja sistem Pneumatik

23
24
Bila rangkaian jaringan kerjanya besar dan rumit, maka sumber energi digambarkan
secara terpisah, dan bisa menggunakan simbol yang menyatakan sumber energi.
Gambar 5.1 menunjukkan rincian tata cara penempatkan rangkaian jaringan kerja.

Pada layout ini sirkuit jaringan kerja harus digambarkan berdasarkan sinyal aliran
kerja/kontrol dan tidak berdasarkan kondisi/posisi rangkaian yang sebenarnya.
Penempatan silinder dalam diagram harus ditempatkan horisontal.

5.2 PENUNJUKAN ELEMEN


Penunjukan atau pemberian label pada komponen pneumatik dimaksudkan untuk
mempermudah identifikasi komponen, terutama membantu dalam merangkai rangkaian
dalam skala besar dan rumit. Ada 2 cara untuk penamaan/penunjukan elemen , yaitu :
 Penunjukan dengan angka
 Penunjukan dengan abjad

5.2.1 Penunjukan dengan Menggunakan Angka


Ada beberapa tata cara penunjukan dengan menggunakan angka, namun yang sering
digunakan ada dua yaitu :
a. Penunjukan secara Seri
Penunjukan dengan cara ini berguna bila kita membuat jaringan kerja yang
rumit/kompleks atau bila cara yang lain tidak bisa dipakai karena menimbulkan
duplikasi label satu komponen dengan yang lainnya (overlapping).
Klasifikasi Penomoran pada sistem serie adalah sebagai berikut :
Nomor .0 : untuk Elemen kerja
Nomor .1 : untuk Elemen kontrol
Nomor .2, .4,…(genap): semua Elemen yang menyebabkan elemen kerja
bergerak maju
Nomor .3, .5,…(ganjil): semua Elemen yang menyebabkan elemen kerja
bergerak mundur.
Nomor .01, .02,… : Elemen yang terdapat pada jaringan kerja yang
ditempatkan di antara elemen kerja dan elemen kontrol.

b. Penunjukan secara Group


Tata cara penunjukan ini sebetulnya pengembangan dari penunjukan secara serie,
karena pada penomoran dengan menggunakan sistem ini nomor yang ada didalam
25
groupnya menggunakan penunjukan secara serie. Contoh : 4.12, artinya elemen ke-12
dari group ke-4.
Klasifikasi Penomoran sistem penunjukan secara Group adalah sebagai berikut :
Group 0 : Semua sumber energi
Group 1, 2, 3,…: Penunjukan rangkaian kontrol secara individual (misalnya untuk
setiap silinder biasanya mempunyai nomor satu group)

5.2.2 Penunjukan dengan Menggunakan Abjad


Sistem ini digunakan bila rangkaian jaringan kerja sedang dikembangkan, karena
dengan menggunakan label abjad identifikasi komponen menjadi lebih jelas dan lebih
mempermudah dalam penyusunan rangkaian. Penunjukan dengan menggunakan abjad
untuk elemen kerja biasanya mempergunakan huruf besar sedangkan untuk sinyal dan
sakelar menggunakan huruf kecil. Tabel berikut mencantumkan huruf yang biasa
digunakan.
Tabel 5.1. Label huruf yang digunakan dalam penunjukan komponen pneumatik

Huruf Maksud/Arti Penunjukan

A, B, C, … Elemen Kerja
ao, bo,,co, … Sakelar pembatas yang diaktifkan pada saat silinder
A,B,C….pada posisi belum bekerja (posisi mundur)

Sakelar pembatas yang diaktifkan saat silinder A, B, C,


a1, b1, c1, … …pada posisi sedang bekerja
(posisi maju)
Keuntungan dari penunjukan tipe ini adalah dapat memperlihatkan secara langsung
gerakan mana yang diatur oleh sakelar pembatas. Misalnya bila A+, maka gerakan
piston akan menyentuh sakelar a1 atau bila B-, maka akan menyentuh b0 dan seterusnya.
Penggabungan sistem penunjukan dengan menggunakan angka dengan sistem yang
menggunakan abjad dapat dilakukan apabila hal itu memang jalan yang terbaik dan
termudah.

5.3 RANGKAIAN DASAR PNEUMATIK


Untuk memahami tata cara penyusunan rangkaian serta rangkaian dasar untuk berbagai
karakteristik sistem pneumatik, bagian berikut menyajikan contoh-contoh persoalan
standar pneumatik. Solusi rangkaian diberikan pula berikut uraian prinsip kerja
rangkaian. Rangkaian dasar bersifat standar dan dapat dikembangkan dan
dikombinasikan satu sama lain dalam penyusunan rangkaian yang lebih aplikatif.
26
5.3.1. Kontrol untuk Silinder Kerja Tunggal
Contoh Soal 1a:
Torak dari silinder kerja tunggal harus bergerak maju ketika tombol ditekan. Pada saat tombol
dilepaskan torak harus kembali ke posisi awal

Rangkaian:

Saluran tanpa udara


Saluran terisi udara

Posisi awal Teraktuasi

Penjelasan :
Katup 3/2 dengan posisi normal tertutup dibutuhkan untuk kontrol ini. Ketika katup 3/2 beroperasi ,
udara mengalir dari 1(P) ke 2(A) dan ujung saluran buang 3(R) tertutup. Ketika tombol katup 3/2
dilepaskan, katup dikembalikan oleh pegas. Udara yang dimampatkan dialirkan dari 2(A) ke 3(R),
dan saluran 1(P) tertutup.

5.3.2. Kontrol untuk Silinder Kerja Tunggal dengan Shuttle Valve


Contoh Soal 1b:
Torak dari silinder kerja tunggal harus bergerak maju ketika tombol ditekan. Pada saat tombol
dilepaskan torak harus kembali ke posisi awal. Gerakan tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan salah satu dari dua tombol katup kontrol 3/2.

Rangkaian:

Saluran tanpa udara

Saluran terisi udara

Posisi awal Teraktuasi

Penjelasan :
Katup 3/2 dengan posisi normal tertutup dibutuhkan untuk kontrol ini. Ketika salah satu katup 3/2
beroperasi (dalam gambar di atas katup 1.2 teraktuasi), udara mengalir dari 1(P) ke 2(A) dan ujung
saluran buang 3(R) tertutup. Udara mengalir menuju katup 1.6, masuk melalui saluran 1(P) ke 2(A)
dan memasuki silinder. Piston bergerak maju. Ketika tombol katup 3/2 dilepaskan, katup dan torak
dikembalikan oleh pegas. Udara yang dimampatkan dialirkan kembali ke katup 1.6 melalui 2(A)
menuju 1(P) kiri dan masuk ke katup 1.2. Pada katup 1.2, udara mengalir melalui 2(A) ke 3(R), dan
saluran 1(P) tertutup.
Catatan:
Jika katup 1.6 tidak ada, udara akan terlepas melalui lubang pembuangan dari katup yang tidak
dioperasikan pada pengoperasian 1.2 atau 1.4.
27
5.3.3. Kontrol Kecepatan Silinder Kerja Tunggal dengan Throttle Valve
Contoh Soal 1c:
Torak dari silinder kerja tunggal harus bergerak maju ketika tombol ditekan, dimana kecepatannya
dapat diatur dengan katup cerat. Pada saat tombol dilepaskan torak harus kembali ke posisi awal

Rangkaian:

Saluran tanpa udara

Saluran terisi udara

Posisi awal Teraktuasi Posisi akhir

Penjelasan :
Katup 3/2 dengan posisi normal tertutup dibutuhkan untuk kontrol ini. Ketika katup 3/2 beroperasi ,
udara mengalir dari 1(P) ke 2(A) dan ujung saluran buang 3(R) tertutup. Udara mengalir ke katup
cerat 1.02 yang menghambat aliran masuk silinder sesuai setelan penceratan. Akibatnya, kecepatan
torak maju dipengaruhi oleh aliran udara masuk silinder. Ketika tombol katup 3/2 dilepaskan, posisi
katup 3/2 dikembalikan oleh pegas. Udara yang dimampatkan dialirkan dari 2(A) ke 3(R), dan saluran
1(P) tertutup sedangkan udara dalam silinder kembali melewati katup 1.02 melalui katup satu arah
dengan bebas.

Contoh Soal 1d:


Torak dari silinder kerja tunggal harus bergerak maju ketika tombol ditekan. Pada saat tombol
dilepaskan torak harus kembali ke posisi awal dimana kecepatannya dapat diatur dengan katup cerat.

Rangkaian:

Saluran tanpa udara

Saluran terisi udara

Posisi awal Teraktuasi Silinder mundur

Penjelasan :
Katup 3/2 dengan posisi normal tertutup dibutuhkan untuk kontrol ini. Ketika katup 3/2 beroperasi ,
udara mengalir dari 1(P) ke 2(A) dan ujung saluran buang 3(R) tertutup. Udara mengalir ke katup
1.02 melalui katup satu arah dengan bebas. Akibatnya, kecepatan torak maju tidak dipengaruhi oleh
setelan katup cerat. Ketika tombol katup 3/2 dilepaskan, posisi katup 3/2 dikembalikan oleh pegas.
Udara yang dimampatkan dialirkan dari 2(A) ke 3(R), dan saluran 1(P) tertutup sedangkan udara
dalam silinder kembali melewati katup 1.02 melalui katup cerat. Akibatnya, gerakan mundur piston
dipengaruhi oleh setelan katup cerat.
28
5.3.4. Kontrol Silinder Kerja Tunggal dengan Two Pressure Valve
Contoh Soal 1e:
Torak dari silinder kerja tunggal harus bergerak maju ketika dua tombol katup kontrol 3/2 ditekan.
Pada saat tombol dilepaskan torak harus kembali ke posisi awal

Rangkaian:

Posisi awal Satu tombol tertekan Dua tombol tertekan


Saluran tanpa udara Saluran terisi udara

Penjelasan :
Katup 3/2 dengan posisi normal tertutup serta katup dua tekanan dibutuhkan untuk kontrol ini. Ketika
sebuah katup 3/2 ditekan (dalam gambar di atas katup 1.2), udara mengalir dari 1(P) ke 2(A) dan
ujung saluran buang 3(R) tertutup. Udara mengalir ke katup dua tekanan 1.6 pada saluran 1(P) kiri
sehingga menggeser posisi katup ke kanan sehingga menutup saluran keluar 2(A). Saat kondisi ini
bila katup 3/2 1.4 juga ditekan (atau bersamaan ditekan), posisi katup 1.6 akan bergeser kembali ke
tengah sehingga udara dari katup 1.4 akan mengalir keluar dari katup 1.6 melalui saluran 2(A).
Akibatnya, torak bergerak maju. Ketika salah satu tombol katup 3/2 dilepaskan, posisi katup 3/2
dikembalikan oleh pegas. Udara yang dimampatkan dialirkan kembali melewati katup 1.6 ke arah
katup 3/2 yang tombolnya dilepas, dari 2(A) ke 3(R), dan saluran 1(P) tertutup

5.3.5. Kontrol tak Langsung Silinder Kerja Tunggal

Contoh Soal 1f:


Prinsip kerja dan komponen utama rangkaian pneumatik adalah seperti contoh soal 1a. Perbedaannya,
dimensi silinder dan panjang langkah toraknya lebih besar serta jaraknya dari katup kontrol cukup
jauh.

Rangkaian:

Saluran tanpa udara


Saluran terisi udara

Posisi awal Teraktuasi

Penjelasan :
Dua buah katup 3/2 dengan posisi normal tertutup digunakan untuk kontrol. Katup pertama (1.1)
adalah katup kontrol 3/2 dengan aktuasi pneumatik dan yang kedua (1.2) beraktuasi manual (tombol).
Ketika katup 3/2 1.2 beroperasi, udara mengalir dari 1(P) ke 2(A) dan ujung saluran buang 3(R)
tertutup. Udara dari 2(A) masuk ke saluran 12(Z) dari katup 1.1, sehingga menggeser posisi katup
mengalirkan udara dari 1(P) ke 2(A) dan masuk silinder mendorong torak. Ketika tombol katup 3/2
dilepaskan, katup dikembalikan oleh pegas. Udara yang dimampatkan dialirkan dari 2(A) ke 3(R),
dan saluran 1(P) tertutup.
29
5.3.6. Kontrol Silinder Kerja Ganda
Contoh Soal 2a:
Torak sebuah silinder kerja ganda bergerak keluar ketika tombol kontrol ditekan dan bergerak
kembali ke posisi semula bila tombol dilepaskan.

Rangkaian:

Saluran tanpa udara


Saluran terisi udara

Posisi awal Teraktuasi

Penjelasan :
Sebuah katup kontrol 5/2 digunakan untuk kontrol rangkaian ini. Posisi normal katup 5/2 (1.1) adalah
1(P) terhubung dengan 2(B) dan 4(A) menuju 5(R). Dengan menekan tombol maka katup berubah
posisi, 1(P) terhubung dengan 4(A) dan 2(B) terhubung dengan 3(S). Udara mengalir masuk silinder
mengakibatkan torak bergerak maju. Bila tombol dilepaskan, maka posisi katup kontrol 5/2 kembali
ke posisi semula akibat dorongan pegas. Saluran 1(P) terhubung dengan 2(B) sehingga udara masuk
dari belakang piston, mendorongnya mundur. Saluran 4(A) terhubung kembali dengan 5(R) sehingga
udara di depan torak terdorong keluar.

5.3.7. Kontrol Kecepatan Silinder Kerja Ganda (metering in)


Contoh Soal 2b:
Torak dari silinder kerja ganda harus bergerak maju ketika tombol ditekan, dimana kecepatannya
dapat diatur dengan katup cerat. Pada saat tombol dilepaskan torak harus kembali ke posisi awal
dengan kecepatan yang dapat diatur pula.

Rangkaian:

Saluran tanpa udara

Saluran terisi udara


Posisi awal Teraktuasi Posisi akhir

Penjelasan :
Sebuah katup kontrol 5/2 digunakan untuk kontrol rangkaian ini. Posisi normal katup 5/2 (1.1) adalah
1(P) terhubung dengan 2(B) dan 4(A) menuju 5(R). Dengan menekan tombol maka katup berubah
posisi, 1(P) terhubung dengan 4(A) dan 2(B) terhubung dengan 3(S). Udara mengalir masuk ke katup
1.02 melalui katup cerat lalu masuk silinder mengakibatkan torak bergerak maju dengan kecepatan
sesuai setelan cerat. Udara di sisi kanan torak terdorong keluar dengan bebas ke katup 1.03 melalui
check valve. Bila tombol dilepaskan, maka posisi katup kontrol 5/2 kembali ke posisi semula akibat
dorongan pegas. Saluran 1(P) terhubung dengan 2(B) sehingga udara masuk dari belakang piston
namun mendapatkan hambatan dari katup cerat 1.03 sehingga torak mundur sesuai setelan cerat.
Saluran 4(A) terhubung kembali dengan 5(R) sehingga udara di depan torak terdorong keluar dengan
bebas melalui check valve dari katup 1.02.
30
5.3.8. Kontrol Kecepatan Silinder Kerja Ganda (metering out)
Contoh Soal 2c:
Persyaratan rangkaian sama seperti soal 2b yang memiliki beberapa kelemahan. Untuk mengatasi
kelemahan rangkaian 2b, rangkaian kali ini sedikit dimodifikasi namun masih dengan cara kerja yang
sama.

Rangkaian:

Saluran tanpa udara

Saluran terisi udara


Posisi awal Teraktuasi Posisi akhir

Penjelasan :
Sebuah katup kontrol 5/2 digunakan untuk kontrol rangkaian ini. Posisi normal katup 5/2 (1.1) adalah
1(P) terhubung dengan 2(B) dan 4(A) menuju 5(R). Dengan menekan tombol maka katup berubah
posisi, 1(P) terhubung dengan 4(A) dan 2(B) terhubung dengan 3(S). Udara mengalir masuk ke katup
1.03 dengan bebas melalui katup check valve lalu masuk silinder mengakibatkan torak bergerak maju.
Udara di sisi kanan torak terdorong keluar ke katup 1.02 melalui katup cerat sehingga lajunya
terhambat sesuai setelan cerat. Bila tombol dilepaskan, maka posisi katup kontrol 5/2 kembali ke
posisi semula akibat dorongan pegas. Saluran 1(P) terhubung dengan 2(B) sehingga udara masuk dari
belakang piston dengan bebas melalui check valve dari katup 1.02 sehingga torak bergerak mundur.
Saluran 4(A) terhubung kembali dengan 5(R) sehingga udara di depan torak terdorong keluar melalui
katup cerat dari katup 1.03, sehingga gerakan torak mundur akan terhambat sesuai setelan cerat.

5.3.9. Kontrol tak Langsung Silinder Kerja Ganda


Contoh Soal 2d:
Sebuah silinder kerja ganda dikontrol oleh dua katup (1.2 dan 1.3). Torak bergerak maju ketika
tombol pada katup 1.2 ditekan dan tetap pada posisinya ketika katup 1.2 dilepas sampai adanya sinyal
balik yang datang dari katup 1.3 untuk gerakan mundur torak.

Rangkaian:

Saluran tanpa udara

Saluran terisi udara


Posisi awal 1.2 teraktuasi

Penjelasan :
Jika katup 1.2 ditekan, maka udara bertekanan yang keluar dari 2(A) akan masuk ke saluran kontrol
14(Z) dari katup 5/2 (1.1), sehingga posisi katup 5/2 berubah dari normal 2(B) ke 4(A). Udara masuk
silinder, mendorong torak maju hingga tercapai langkah maksimum. Torak akan mundur hanya bila
katup 1.3 ditekan, yang mengakibatkan posisi katup kontrol 5/2 kembali normal 2(B).
31
5.3.10. Penggunaan Limit Switch pada Kontrol Silinder Kerja Ganda
Contoh Soal 2e:
Sebuah silinder kerja ganda bergerak maju bila sebuah tombol ditekan. Setelah mencapai akhir posisi
depan, torak dari silinder kerja ganda kembali secara otomatis, asalkan katup (dengan tombol) yang
memulai gerak maju tidak dalam keadan ditekan.

Rangkaian:

Saluran tanpa udara

Saluran terisi udara


Posisi awal Teraktuasi

Penjelasan :
Jika katup 1.2 ditekan, sinyal akan bekerja pada saluran 14(Z) dari katup 1.1 sehingga piston bergerak
maju. Saat piston menekan katup 1.3 yang dipasang di batas langkah piston, posisi katup 1.3 akan
membuka; 1(P) ke 2(A); memberi sinyal pada katup 1.1 dari sisi 12(Y). Posisi katup 1.1 akan kembali
menjadi 1(P) ke 2(B) yang membuat udara menekan piston mundur.

5.3.11. Kontrol Silinder Kerja Ganda dengan Dua Komponen “START”

Contoh Soal 2f:


Sebuah silinder kerja ganda dapat bergerak maju dengan menekan sebuah tombol atau sebuah pedal..
Setelah mencapai akhir posisi depan, torak dari silinder kerja ganda kembali secara otomatis, asalkan
katup (dengan tombol atau pedal) yang memulai gerak maju tidak dalam keadan ditekan.

Rangkaian:

Posisi awal Teraktuasi

Penjelasan :
Jika katup 1.2 ditekan, udara akan mengalir ke katup 1.6 (shuttle valve) yang akan meneruskan sinyal
ke saluran 14(Z) dari katup 1.1 sehingga piston bergerak maju. Tidak ada udara yang mengalir ke
katup 1.4 karena sisi kanan keluaran katup 1.6 menutup. Saat piston menekan katup 1.3 yang
dipasang di batas langkah piston, posisi katup 1.3 akan membuka; 1(P) ke 2(A); memberi sinyal pada
katup 1.1 dari sisi 12(Y). Posisi katup 1.1 akan kembali menjadi 1(P) ke 2(B) yang membuat udara
menekan piston mundur. Proses serupa akan terjadi bila katup dengan pedal 1.4 ditekan.
32
5.3.12. Penggunaan Katup Tunda Waktu pada Kontrol Silinder Kerja Ganda
(dengan pengecekan mekanis di akhir langkah piston)
Contoh Soal 2g:
Sebuah silinder kerja ganda dapat bergerak maju dengan menekan sebuah tombol. Setelah mencapai
akhir posisi depan, torak diam untuk beberapa saat kemudian mundur secara otomatis

Rangkaian

Posisi awal Teraktuasi

Penjelasan :
Saat katup 1.2 ditekan maka sinyal akan masuk ke saluran 14(Z) dari katup 1.1 menyebabkan posisi
katup berubah dari 1(P) menuju 4(A). Piston bergerak maju, menekan katup 1.5 dan diam pada posisi
langkah maksimum. Pada saat bersamaan, katup 1.5 mengalirkan udara ke katup 1.3 pada saluran
12(Z) dan 1(P). Katup 1.3 akan membuka setelah jangka waktu tertentu (tergantung dari setelan cerat)
sehingga menghasilkan sinyal ke katup 1.1 pada saluran 12(Y) yang membuat torak mundur.

5.3.13. Penggunaan Katup Tunda Waktu pada Kontrol Silinder Kerja Ganda
(tanpa pengecekan mekanis di akhir langkah piston)
Contoh Soal 2h:
Sebuah silinder kerja ganda dapat bergerak maju dengan menekan sebuah tombol. Setelah mencapai
akhir posisi depan, torak diam untuk beberapa saat kemudian mundur secara otomatis.

Rangkaian

Posisi awal Teraktuasi

Penjelasan :
Prinsip kerja rangkaian sama dengan contoh soal 2g, namun katup 1.3 mendapatkan aliran udara dari
sisi keluaran 4(A) katup 1.1. Rangkaian tidak menggunakan limit switch.
33
5.4 PENGEMBANGAN RANGKAIAN DASAR PNEUMATIK
Rangkaian dasar dengan beberapa pengembangan, modifikasi dan variasi merupakan
konsep dasar dalam penyusunan rangkaian sistem pneumatik yang dapat diaplikasikan
untuk tujuan tertentu. Berdasarkan konsep yang diberikan pada bagian 5.3, bagian ini
akan membahas lebih lanjut pengembangan rangkaian dasar yang diarahkan kepada
rangkaian yang bersifat aplikatif. Penjelasan prinsip kerja diberikan secara global,
sedangkan uraian detail langkah kerja mengacu kepada sub bagian 5.3.

5.4.1. Mesin Press Pneumatik


Contoh Soal 2i:
Sebuah silinder kerja ganda digunakan untuk menekan beberapa benda kerja
yang akan dijadikan satu (lihat gambar sketsa). Saat sebuah tombol ditekan,
piston dari silinder pencekam maju. Ketika mencapai posisi langkah
maksimum, piston tetap diam dalam selang waktu 6 detik. Setelah 6 detik,
piston langsung mundur ke posisi semula. Siklus selanjutnya hanya dapat
berlangsung setelah piston sepenuhnya mundur dan diam selama 5 detik.
Proses memerlukan gerakan piston maju dengan perlahan untuk meminimalisir
tumbukan sedangkan gerakan mundur lebih cepat namun tetap dapat diatur.

Penyelesaian :

Amati rangkaian pada gambar 5.2. Proses kerja mesin tersebut merupakan siklus
berulang dari langkah maju-mundur sebuah silinder kerja ganda (1.0). Langkah START
yang berulang-ulang dilakukan dengan katup kontrol 3/2 beraktuasi tuas,
dikombinasikan dengan limit switch katup 1.8 (lever roller), dengan perantaraan katup
fungsi AND 1.6. Tunda waktu start 5 detik diatur dengan memasang katup tunda waktu
secara seri dengan katup 1.8, yang dipasang pada titik mundur maksimal piston
(ditandai dengan label 1S2). Untuk memastikan posisi maju piston, dipasang sebuah
limit switch kedua (1.5) pada titik maju maksimal piston (ditandai dengan label 1S3).
Untuk menunda gerak mundur piston selama 6 detik, digunakan katup tunda waktu
kedua yang dipasang seri dengan katup 1.5. Dengan pertimbangan bahwa piston harus
memiliki gaya yang cukup kuat untuk melakukan penekanan benda kerja, maka
penceratan untuk langkah maju dilakukan di sisi keluaran silinder (katup 1.02).
Demikian pula dengan gerakan mundur piston, penceratan dilakukan dengan
menghambat di sisi keluaran silinder (1.03). Jadi prinsip penceratan yang digunakan
adalah metering out.

Sebagai catatan, nilai-nilai bukaan katup cerat pada katup 1.02, 1.03, 1.4 dan 1.5 adalah
sebagai contoh saja dan tidak mewakili kondisi yang sebenarnya.
34

Gambar 5.2. Diagram rangkaian untuk contoh soal 2i

LATIHAN

1. Piston dari sebuah silinder kerja tunggal yang dikontrol secara tidak langsung akan bergerak
maju bila sebuah tombol ditekan. Kecepatan gerakan maju harus dapat diatur. Piston akan
kembali mundur hanya jika sebuah tombol kedua ditekan dengan kecepatan yang dapat
diatur pula. Buatlah diagram rangkaiannya!

2. Sebuah silinder kerja ganda digunakan untuk menumbuk dengan kecepatan tinggi. Start
hanya dapat dilakukan dari dua tempat berbeda. Kecepatan gerakan piston mundur harus
dapat diatur. Buatlah diagram rangkaiannya!

3. Saat salah satu dari dua tombol START ditekan, piston sebuah silinder kerja ganda bergerak
maju untuk menurunkan beban dengan perlahan. Saat menyentuh limit switch, piston akan
tetap diam, hingga sebuah tombol ditekan yang menyebabkan piston kembali ke posisi awal.
Buatlah diagram rangkaiannya!
BAB VI
METODE INTUITIF
Tujuan
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu:
 memahami diagram gerak sistem
pneumatik
 merencanakan dan menggambar
rangkaian sistem kontrol pneumatik
dengan metode intuitif

Penyusunan rangkaian pneumatik dasar untuk aplikasi sistem yang masih sederhana
tidak terlalu sulit untuk dilakukan. Kebanyakan sistem memiliki proses yang melibatkan
lebih dari satu silinder kerja. Untuk mempermudah penyusunan rangkaian, digunakan
sebuah metode yang disebut metode intuitif yang terdiri dari beberapa tahap yang harus
dikerjakan hingga menghasilkan rangkaian yang dimaksud. Tahap-tahap tersebut
dijelaskan pada bagian berikut, dengan langsung membahas sebuah contoh kasus.

6.1. BENTUK TABULAR LANGKAH KERJA


Prinsip kerja rangkaian yang didiinginkan harus dipahami sehingga urutan langkah
kerja harus diurut secara kronologis. Secara praktis, uraian detail langkah kerja dapat
dipersingkat dalam bentuk tabular daripada dengan deskripsi yang panjang lebar.
Seandainya sistem terdiri dari dua buah silinder, A dan B dengan urutan langkah
kerjanya adalah sebagai berikut :
Tabel 6.1. Tabulasi langkah dua buah silinder

Gerakan
Langkah kerja
Silinder A Silinder B

1 Maju -

2 - maju

3 mundur -

4 - mundur

Bentuk tabular ini merupakan dasar yang selalu digunakan saat menangani rangkaian
yang memiliki lebih dari satu silinder.

35
36
6.2. NOTASI VEKTOR
Dengan menggunakan notasi vektor, bentuk tabular dapat disederhanakan. Penunjukan
dalam notasi vektor adalah sebagai berikut:
 Gerakan maju ditunjukkan dengan tanda : 
 Gerakan mundur ditunjukkan dengan tanda : 
Untuk contoh diatas, bentuk tabular dapat disederhanakan menjadi :
1 A
2 B
3 A
4 B

6.3. NOTASI SINGKATAN


Dalam notasi ini kesepakatannya adalah sebagai berikut :
 Gerakan maju bertanda +
 Gerakan mundur bertanda -
Untuk contoh diatas notasinya menjadi :
1 A +
2 B +
3 A -
4 B -
Notasi singkat akhirnya dapat dijadikan bentuk : A + B + A - B -

6.4. DIAGRAM GERAK


Selain dengan notasi, langkah kerja rangkaian juga dapat dideskripsikan secara grafis,
yang biasa dikenal dengan diagram gerak. Diagram gerak terdiri dari :
6.4.1. Diagram langkah pemindahan
1

Silinder A

1
Silinder B
Langkah kerja
0
1 2 3 4 5

Gambar 6.1. Diagram Langkah Pemindahan


37
6.4.2. DIAGRAM WAKTU PEMINDAHAN

Silinder A

1
Silinder B
waktu
0
1 2 3 4 5
Gambar 6.2. Diagram Waktu Pemindahan

6.5. DIAGRAM KONTROL


Tujuan diagram kontrol adalah untuk mengetahui perlu tidaknya pemutusan sinyal pada
kondisi pergantian suatu elemen kontrol yang diberikan dalam hubungan dengan
langkah atau waktu.
Contoh diagram kontrol

1 2 3 4 5 =1
1

Langkah
0

Gambar 6.3. Diagram Kontrol


Catatan : 0 = tutup
1 = buka

CONTOH SOAL
Kontrol pneumatik pada alat pemindah barang
Mekanisme pemindah barang satu per satu dari tempat penyimpanan yang berisi beberapa barang ke
tempat peluncuran secara otomatis direncanakan menggunakan sistem kontrol pneumatik (lihat sketsa
. pada gambar 6.4!). Persyaratan sistem adalah sebagai berikut; ketika tombol START ditekan, satu
barang didorong ke tempat penyimpanan oleh alat pendorong 1 keluar sampai posisi barang pada
tempat persiapan untuk dipindahkan ke tempat peluncuran. Alat pendorong 2 mendorong barang ke
tempat peluncuran. Sekali barang dipindahkan ke tempat peluncuran, alat pendorong 1 kembali ke
posisi awal, kemudian diikuti alat pendorong 2 kembali ke posisi awal juga. Begitu seterusnya sampai
barang habis dipindahkan dari tempat penyimpanan.
38

Gambar 6.4. Sketsa alat pemindah barang pneumatik

Penyelesaian
Sistem menggunakan dua buah silinder kerja ganda yang dikontrol secara tidak
langsung. Kontrol gerakan maju-mundur masing-masing silinder diatur menggunakan
katup 3/2 roller (limit switch), yang masing-masing diberi label a0 dan a1 untuk kontrol
silinder A serta b0 dan b1 untuk kontrol silinder B.
1. Notasi singkat langkah kerja dalam satu siklus dapat disederhanakan dalam
bentuk : A +, B +, A -, B -
2. Diagram langkah

Silinder A

1
Silinder B
Langkah kerja
0
1 2 3 4 5

Gambar 6.5. Diagram Langkah Rangkaian (Contoh Soal)


3. Diagram Kontrol (dilanjutkan pada halaman berikut….)
39
3. Diagram kontrol
Kondisi katup kontrol
1

Katup a0

0
1

Katup a1

Katup b0

Katup b1
Langkah kerja
0
1 2 3 4 5

Gambar 6.6. Diagram Kontrol Rangkaian (Contoh Soal)

4. Diagram Rangkaian
A B
a0 a1 b0 b1

b0 b1 a1 a0

start

Gambar 6.7. Diagram Rangkaian (Contoh Soal)


BAB VII
METODE CASCADE
Tujuan
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu :
 Merencanakan sistem kontrol pneumatik
dengan metode cascade
 menyusun rangkaian sistem kontrol
pneumatik dengan metode cascade

7.1. ATURAN METODE CASCADE


Metode cascade digunakan untuk membuat sistem kontrol pneumatik dengan tingkat
kerumitan yang cukup tinggi. Sistem pneumatik yang tersusun lebih dari satu silinder
seringkali memiliki langkah kerja sebuah silinder maju-mundur secara berurutan (over
lapping). Selain katup START, semua rangkaian gerakan piston harus terjadi secara
otomatis. Kasus seperti ini tidak dapat diselesaikan dengan cara biasa, karena katup
kontrol arah untuk silinder kerja ganda tidak dapat bekerja bila mendapatkan tekanan
dari dua arah secara bersamaan. Untuk itu, digunakan metode pemisahan/pembalikan
saluran sehingga rangkaian nampak memiliki beberapa jalur suplai udara, yang
kemudian biasa disebut cascade.

Sebelum mempelajari teori dasar dalam pembahasan metode cascade terlebih dahulu
harus memahami teori dasar pada pembahasan sistem kontrol pneumatik dasar serta
metode intuitif.

Tahapan penyelesaian permasalahan sistem otomasi menggunakan sistem kontrol


pneumatik dengan metode cascade antara lain :

1. Pendefinisian Langkah Kerja


Pendefinisian langkah kerja dalam satu siklus dari sistem kontrol terhadap mekanisme
dengan notasi singkat.
Misalnya : A + , B + ,A - , B -
A +, A- ,B+ ,B -,C+,C -

2. Pembagian dalam grup/kelompok saluran udara


Langkah kerja dalam satu siklus dibagi menjadi beberapa kelompok saluran udara
sedemikian rupa sehingga dalam satu grup saluran tidak terjadi oiverlapping.

40
41
a. Bagi dalam kelompok-kelompok, sehingga suatu operasi silinder yang terjadi hanya
sekali dalam suatu kelompok
Misalnya : A + B + B - A -
A + A - B + B - C + C -
b. Berikan sebuah nomor pada masing-masing kelompok.
Contohnya : A + B + B - A –
I II
3. Jalur pembekalan (supply line).
Untuk masing-masing kelompok membutuhkan satu jalur pembekalan.
4. Katup kontrol pembalik saluran udara
Pemindahan udara dari kelompok udara 1 (satu) ke 2 (dua) dan seterusnya
membutuhkan katup kontrol pembalik saluran udara. Jumlah katup pembalik saluran
sama dengan jumlah kelompok dikurangi satu.
5. Batas peralihan harus ditulis dengan notasi singkat.
6. Apabila saluran beralih kelompok, batas peralihan harus ditulis dibawah jalur
pembekalan.
7. Untuk aliran dalam satu group/sekelompok, batas peralihan harus ditarik diatas jalur
perbekalan.
8. Transposisi ke dalam sirkuit.
Contohnya : A + B + B - A –
I II
Jadi terdapat dua kelompok. Oleh sebab itu, harus ada dua jalur dan satu katup
pembalik.

7.2. PERENCANAAN SIRKUIT


Misalnya terdapat 4 unit sinyal-sinyal penghenti, sehingga terdapat 4 kelompok saluran.
Kondisinya adalah sebagai berikut :
1. Jumlah sinyal masuk = jumlah sinyal keluar.
2. Satu sinyal keluar harus sejajar dengan masing-masing sinyal masuk.
3. Sinyal-sinyal keluar harus dihasilkan meskipun sinyal masuk yang sesuai dengan
sinyal tersebut tidak ada lagi.
4. Pada setiap saat hanya ada satu sinyal keluar.
Sesuai dengan aturan sistem cascade, rangkaian akan terdiri dari 4 jalur pembekalan
dengan 3 katup pembalik. Teknik penggambaran diagramnya terlihat pada gambar 7.1.
42
S1

S2
S3
S4
e2

e3

s = sinyal masuk e1 e4
e = sinyal keluar
Gambar 7.1. Cara Penggambaran Saluran Pembekalan dan Katup Pembaliknya (metode Cascade)

CONTOH SOAL
Mesin Marking Pneumatik
Proses penandaan benda kerja dengan huruf menggunakan perkakas bantu khusus direncanakan
menggunakan sistem kontrol pneumatik. Kondisi yang diinginkan adalah sebagai berikut. Benda kerja
diletakkan pada alat pencekam secara manual. Ketika tombol start ditekan, alat penekan yang
dilengkapi dengan alat penandaan huruf bergerak turun melakukan proses penandaan, kemudian alat
penekan bergerak kembali ke posisi awal. Setelah selesai proses penandaan alat pendorong
mendorong benda kerja dari pencekam ke tempat keranjang, kemudian alat pendorong bergerak ke
posisi awal. Begitu seterusnya dengan benda kerja berikutnya.

Gambar 7.2. Sketsa Perkakas Bantu untuk Penandaan Barang

Penyelesaian
1. Pendefinisian langkah kerja
Langkah kerja dalam satu siklus dari sistem kontrol pneumatik pada perkakas
bantu khusus proses penandaan dapat didefinisikan sebagai berikut :
A +, A -, B +, B-
2. Pembagian kelompok saluran
Kelompok saluran udara dari siklus diatas adalah :
A +, A -, B +, B- 3 kelompok saluran udara.
I II III
43
3. Katup kontrol pembalik saluran udara
Jumlah katup kontrol pembalik = 3 – 1 = 2 buah
4. Katup kontrol langkah kerja
Katup kontrol langkah kerja untuk siklus diatas adalah :

a0
A +, A -, B +, B- 3 kelompok saluran udara.
I II III
a1 b1 b0

5. Diagram langkah

1
Silinder A
0
1
Silinder B
0 Langkah kerja
1 2 3 4 5

6. Diagram Kontrol
Diagram kontrol dari langkah kerja dalam satu siklus dari proses diatas adalah :
Kondisi katup kontrol
1

Katup ao
0

1
Katup a1
0
1
Katup bo
0
1
Katup b1
0
1 2 3 4 5 Langkah kerja
44
7. Diagram rangkaian

A B
a0 a1 b0 b1

a0

S1

S2
S3

z y

a1
z y
b0
b1
start

LATIHAN
1. Susunlah diagram kontrol, diagram langkah serta diagram rangkaian dari sistem pneumatik
yang memiliki dua silinder kerja ganda dengan notasi singkat gerakan : A+ B+ B- A- !
2. Proses penekukan pelat direncanakan dengan menggunakan sistem pneumatik. Adapun
prosesnya dilakukan dengan menggunakan 3 (tiga) buah silinder yang masing-masing diberi
tanda A , B dan C. Pelat diletakkan secara manual. Silinder A berfungsi sebagai penjepit
sekaligus mal ukuran untuk tempat penekukan. Silinder B dan C berfungsi sebagai penekuk
yang gerakannya secara bergantian. Notasi singkat dari gerakannya adalah :
A + B + C + C - B – A – . Gambar diagram rangkaian dari mekanisme di atas dan gambar
diagram langkah serta diagram kontrolnya !
BAB VIII
PENGANTAR HIDROLIK

Tujuan
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa
mengetahui
 prinsip-prisip dasar aliran fluida hidrolik
 komponen-komponen sistem hidrolik,
prinsip kerja beserta simbolnya

Hidrolik merupakan fluida kedua yang sering digunakan sebagai fluida kerja yang
menghasilkan tenaga penggerak pada sebuah sistem. Kata hidrolik berasal dari kata
HYDOR yang berarti “air”. Dahulu didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
berhubungan dengan air. Sekarang hidrolik didefinisikan sebagai pemindahan,
pengaturan gaya-gaya dan gerakan-gerakan zat cair. Aplikasi hidrolik meliputi berbagai
permesinan yang membutuhkan tenaga yang cukup besar untuk beban berat. Misalnya,
mesin CNC modern yang memanfaatkan tenaga hidrolik untuk mencekam benda kerja
dan menjalankan proses pemesinan (Gambar 8.1.a). Gerakan pengumpanan dan
penggerak mata bor juga dapat dilakukan dengan hidrolik. Mesin press dan bending
dengan merupakan mesin lain yang memerlukan tenaga hidrolik akibat beban tinggi
yang ditangani (Gambar 8.1 b). Eksavator hidrolik (Gambar 8.1.c) merupakan alat berat
yang menggunakan tenaga hidrolik bukan saja untuk elemen kerja linier,namun juga
untuk penggerak kendaraannya (rotary drive).

a b c

Gambar 8.1. Contoh Aplikasi Hidrolik pada Permesinan

8.1. KONSEP DASAR HIDROLIK


8.1.1 Prinsip Aliran Fluida Cair
Seperti sistem pneumatik, hidrolik juga merupakan sistem penanganan fluida dengan
menganut prinsip-prinsip gaya dan tekanan yang serupa dengan pneumatik. Prinsip
perpindahan tekanan dan gaya (Hukum Pascal) juga berlaku bagi fluida hidrolik (lihat
Bab I!). Perbedaan karakteristik terletak pada sifat fluida yang digunakan pada hidrolik
adalah cairan tak termampatkan (incompressible). Sistem hidrolik mengenal adanya
45
46
tekanan hidrostatis, yakni tekanan yang dihasilkan oleh fluida diam dalam suatu
reservoir. Besar tekanan statis ini tergantung dari masa jenis fluida dan tinggi kolom zat
cair, yang diformulasikan dengan :
p=.g.h (8.1)
dimana p adalah tekanan statis
 adalah massa jenis fluida
g adalah percepatan gravitasi
h adalah tinggi kolom zat cair

Prinsip kedua yang perlu dipahami adalah prinsip hidrodinamika, yakni prinsip yang
berkenaan dengan aliran fluida. Laju aliran volume fluida dapat dinyatakan dengan :

QV (8.2)
t
dimana V adalah volume aliran
t adalah waktu
Bila volume aliran V sebanding dengan luas penampang pipa A dikalikan dengan jarak
perpindahan s sedangkan jarak s per satuan waktu t adalah kecepatan aliran v, maka
formula 8.2 dapat dinyatakan dengan Q=A.v. Jika fluida mengalir dalam pipa yang
diameternya berubah, maka laju aliran volumenya tetap konstan, atau Q1=Q2. Prinsip ini
dikenal dengan hukum kontinyuitas yang dalam aplikasinya dinyatakan dalam
persamaan kontinyuitas A1.v1= A1.v1.

Prinsip yang masih terkait dengan persamaan kontinyuitas adalah hukum energi aliran.
Hukum ini menyatakan energi yang terkandung dalam fluida yang mengalir adalah
kekal, sepanjang tidak terjadi penambahan energi dari luar atau pemberian energi
keluar. Energi total dalam aliran terdiri dari energi potensial (akibat tinggi kolom),
energi tekanan (akibat tekanan statis) dan energi kinetik (akibat kecepatan fluida).
Prinsip tersebut dinyatakan dalam persamaan Bernoulli, yaitu :
2
v
g.h  p   konstan (8.3)
ρ 2

Jika dihubungkan dengan tekanan, hal ini berarti :

v2
ptotal  ρ.g.h  p  ρ (8.4)
2
47
Bila persamaan kontinyuitas dihubungkan dengan persamaan energi, maka akan
terdapat beberapa kondisi berikut :
 apabila kecepatan bertambah karena pengurangan diameter maka energi kinetik
aliran akan bertambah
 karena energi total adalah konstan, dengan penambahan energi kinetik maka
energi potensial dan/atau energi akibat tekanan statis akan berkurang
 pengaruh perubahan diameter terhadap perubahan energi potensial dapat
diabaikan
 dengan demikian, tekanan statis akan berubah seiring dengan perubahan tekanan
normal yang tergantung dari kecepatan aliran.
Pada sistem hidrolik, tekanan statis adalah faktor yang paling penting, karena
tinggi zat cair dan kecepatan aliran sangat rendah.

8.1.2 Bentuk Dasar Sistem Hidrolik


Gambar 8.2 merupakan sebuah bentuk dasar dari sebuah sistem hidrolik. Piston dari
sebuah pompa piston tunggal diberi beban yang harus diimbangi dengan gaya tekan
piston pompa. Gaya tekan pompa dihasilkan dengan menekan tuas secara manual. Saat
pompa ditekan, tekanan akan meningkat terus hingga dapat mengalahkan beban. Saat
kondisi ini tercapai, bila beban konstan, maka tekanan tidak akan meningkat. Hal ini
menyebabkan beban dapat dipindahkan/digerakkan dimana kecepatannya hanya
tergantung dari volume fluida di dalam silinder.

Beban

pompa silinder

Gambar 8.2. Mekanisme kerja sebagai bentuk dasar sistem hidrolik

Dengan demikian, makin cepat gerakan piston pompa menekan fluida, makin banyak
volume fluida per satuan waktu yang dialirkan ke dalam silinder. Hal ini menyebabkan
kecepatan pengangkatan beban akan meningkat pula.
48
Selanjutnya, aplikasi bentuk dasar hidrolik ke dalam sistem hidrolik yang sesungguhnya
ditujukan untuk pengembangan kinerja hidrolik agar dapat diatur, baik dalam hal arah
gerakan piston, kecepatan gerak piston dan beban maksimum silinder. Pompa yang
dapat mengalirkan fluida secara kontinyu juga lebih disukai daripada pompa manual.
Konsep ini diterjemahkan ke dalam sebuah bentuk rangkaian sederhana sistem hidrolik
seperti ditunjukkan pada gambar 8.3.

Gambar 8.3. Sistem Hidrolik Sederhana


(A:reservoir, B:motor listrik, C:pompa, D:katup pelepas tekanan, E:Filter, F:Katup kontrol
aliran, G: Katup kontrol arah, H:silinder

Pada rangkaian gambar 8.3, sebuah pompa hidrolik C yang digerakkan oleh motor
listrik B mengalirkan fluida hidrolik dari reservoir A menuju filter E. Sebuah katup
pelepas tekanan D dipasang setelah pompa untuk mengamankan seluruh jaringan dari
tekanan berlebihan (melampaui tekanan kerja maksimum). Katup ini memiliki
komponen utama sebuah boa yang menekan pegas. Gaya pegas diatur dengan mengatur
panjang pegas. Bila tekanan yang diterima bola dan diteruskan ke pegas melebihi gaya
pegas (atau tekanan maksimum), maka bola akan menekan pegas sehingga saluran
katup terbuka dan fluida mengalir ke reservoir. Karena terjadi kebocoran tersebut,
tekanan dalam sistem akan turun dan saat mencapai tekanan maksimum pegas kembali
49
mendorong bola menutup saluran. Untuk mengatur kecepatan gerak piston, maka laju
aliran volume fluida dapat diatur dengan katup pengatur aliran F. Arah gerakan piston;
maju atau mundur; diatur dengan katup kontrol arah G. Prinsip kerja katup ini beserta
jenis-jenisnya dijelaskan pada bagian 8.2.

8.2. KOMPONEN-KOMPONEN SISTEM HIDROLIK DAN SIMBOLNYA


Struktur sistem hidrolik tersusun dari aliran komponen kerja yang dapat dikelompokkan
dalam tiga bagian, yaitu :
1. Bagian penyuplai tenaga (power supply section)
2. Bagian kontrol energi (energy control section)
3. Bagian penggerak (drive section)
Bagian penyuplai tenaga terdiri dari unit tenaga yang dilengkapi dengan penanganan
awal fluida hidrolik. Bagian kontrol energi terdiri dari berbagai katup untuk mengontrol
arah aliran, tekanan dan laju aliran. Bagian terakhir terdiri dari silinder kerja atau motor
hidrolik. Berikut deskripsi singkat masing-masing komponen dilengkapi dengan simbol
komponen terkait yang digunakan dalam rangkaian.

8.2.1 Unit Tenaga


Unit tenaga terdiri dari :
1. Pompa hidrolik (pompa roda gigi)
2. Motor listrik
3. Reservoar
4. Katup pengaman
5. Pipa aliran dan hubungannya

Gambar 8.4 Unit tenaga dan simbolnya

Pompa hidrolik dihubungkan dengan motor listrik melalui kopeling. Pompa hidrolik,
reservoar dan katup pengaman saling dihubungkan dengan pipa (saluran).
50
Pompa Hidrolik (Pompa roda gigi)
Pada sistem hidrolik, pompa bekerja untuk menciptakan aliran fluida (untuk
memindahkan volume fluida) dan memberikan gaya yang dibutuhkan. Pompa yang
digunakan pada sistem hidrolik umumnya adalah pompa roda gigi eksternal.

1
3
2

Gambar 8.5 Pompa Roda Gigi dan Simbolnya

Bagian-bagian dari pompa roda gigi adalah (gambar 8.5):


1. Badan pompa (rumah pompa)
2. Roda gigi dalam
3. Roda gigi luar
4. Ruang roda gigi
Peningkatan volume yang dihasilkan ketika sebuah gigi tidak bersentuhan (sedang
berputar ke arah luar) menyebabkan terjadinya vakum pada sisi hisap. Fluida hidrolik
kemudian dipindahkan ke sisi tekanan, ditekan keluar dari ruang antar gigi saat gigi
bersentuhan lagi dan mengisi saluran suplai.

Gambar 8.6. Reservoar dan Simbolnya

Reservoar
Setiap sistem hidrolik mempunyai reservoar. Fungsi dari reservoar antara lain :
- Sebagai tangki penampung fluida hidrolik
- Penyaring udara dan fluida hidrolik
- Menurunkan temperatur fluida hidrolik
- Untuk landasan memasang pompa atau unit tenaga
- Sebagai penyangga pemasangan peralatan kontrol
51
Manometer
Manometer juga disebut pemeriksa tekanan yang fungsinya untuk membantu mengukur
tekanan. Bagian-bagian dari manometer antara lain :
1. Badan
2. Pipa pegas
3. Tuas
4. Bagian rack dan pinion
5. Roda gigi
6. Penunjuk
7. Skala

Gambar 8.7. Manometer dan Simbolnya

Katup pelepas tekanan (pressure relief valve)


Dalam setiap sistem hidrolik, katup pembebas tekanan dipasang sesudah pompa sebagai
katup pengaman. Fungsi dari katup pembebas tekanan antara lain :
- Mengembalikan tekanan kerja pada tekanan yang sudah ditentukan.
- Membatasi tekanan maksimum dalam sistem hidrolik.
- Mengamankan sistem dari beban lebih akibat tekanan yang terlalu tinggi.

Gambar 8.8. Pressure Relief Valve dan Simbolnya

8.2.2 Katup Kontrol Arah


Prinsip Dasar Kerja Katup
Katup kontrol yang digunakan pada sistem hidrolik dapat dibedakan dalam tiga
kelompok utama, yaitu katup pengontrol arah aliran (directional valve), katup pengatur
52
volume aliran (flow control valve) dan katup pengatur tekanan (pressure valve). Prinsip
kerja katup didasari beberapa prinsip berikut, yang disajikan dalam bentuk tabulasi.

Tabel 8.1. Prinsip-prinsip yang mendasari kerja katup


No Deskripsi Ilustrasi
1 Gaya Penggerak (Actuating Force)
Gaya penggerak tergantung dari dari tekanan dan luas
penampang. Pada beberapa katup yang bekerja dengan azas
poppet, terdapat kemungkinan gaya yang bekerja sangat tinggi.
Oleh karena itu, diperlukan kompensator tekanan pada katup
tersebut. Ilustrasi menunjukkan kompensator dihasilkan dengan
membuat saluran by pass.
2 Prinsip Poppet
Semua katup bekerja dengan prinsip poppet atau prinsip geser.
Pada katup yang bekerja dengan prinsip poppet, elemen kerja
yang dapat berupa sebuah bola, konis atau pun disk ditekan oleh
sebuah pegas terhadap dudukannya. Tekanan tinggi per satuan
luas penampang yang timbul membuat katup jenis ini memiliki
kekedapan yang sangat efisien. Ilustrasi menunjukkan sebuah
konis digunakan sebagai elemen pengedap.
3 Prinsip Geser
Prinsip geser yang banyak digunakan adalah dalam arah
longitudinal, dimana elemen kerja katup adalah berupa piston.
Agar piston dapat bergerak dan mengambang dalam fluida
hidrolik, harus diberikan kelonggaran tertentu dengan laluannya.
Alur melingkar pada piston juga ditujukan untuk menciptakan
lapisan fluida yang tipis dan merata yang menghasilkan
keseimbangan tekanan hidrolik. Dengan demikian, piston dapat
digerakkan dengan kerugian gesekan seminimal mungkin. Desain
seperti ini menyebabkan katup yang bekerja dengan prinsip geser
memiliki kekedapan yang kurang sempurna.
4 Piston Overlap
Karakteristik penutupan saluran oleh posisi elemen katup geser positive negative zero
diatur dengan piston overlap. Tiga posisi peralihan dinyatakan
dengan overlap positive, negative dan zero. Pada overlap positive,
saluran yang aktif sepenuhnya tertutup oleh piston, sedangkan
pada overlap negative tidak sepenuhnya tertutup. Untuk zero
overlap, posisi permukaan kontrol piston tepat sama dengan batas
bukaan saluran. Lihat ilustrasi untuk memperjelas !

Simbol Katup Kontrol


Simbol digunakan untuk mempermudah penyusunan diagram rangkaian. Simbol-simbol
ini hanya menunjukkan fungsi dari katup, bukan menunjukkan jenis konstruksinya.
Bagian yang bergerak pada katup dapat digunakan untuk bermacam-macam posisi
operasi. Setiap posisi operasi digambarkan dengan satu segi empat. Berikut tata cara
penggambaran simbol katup kontrol.

Ditunjukkan 2 katup dengan 3 posisi 1 2 3


1 0 2
operasi. (1 – 0 – 2) dan (1 – 2 – 3)
53
Didalam segi empat, lini (pipa) ditandai
dengan garis lurus dan arah aliran dengan
anak panah
Titik hambat/tutup digambarkan dengan
garis pendek berbentuk siku didalam segi
empat
Hubungan hanya termasuk pada satu posisi
operasi (posisi netral).
Setiap hubungan kontrol ditandai dengan
huruf kapital:
 saluran kerja A, B, C, …
 saluran masuk, tekanan P
 saluran pembuangan R, S, T

Katup kontrol arah ditandai dengan angka yang sesuai dengan uraian katup. Angka
pertama menunjukkan jumlah hubungan, angka kedua adalah jumlah posisi operasi.
Contoh :

3 hubungan
2 posisi operasi (2 segi empat)
Hasilnya katup 3/2 jalan.

4 hubungan
2 posisi operasi
Hasilnya katup 4/2 jalan

Metode Pengaturan/Aktuasi
Pengaturan katup juga digambarkan dengan suatu simbol. Elemen pengatur ini
dicantumkan pada sisi segi empat dari simbol posisi operasi. Macam-macam metode
pengaturan/aktuasi katup kontrol pada sistem hidrolik ditunjukkan pada gambar 8.9.
54

Kontrol Mekanis Kontrol Elektrik

Operasi Manual Solenoid dengan 1


koil efektif
Tuas

Pedal
Kontrol Hidrolik

Tombol Tekan Tekanan Langsung

Plunyer Tekanan tidak langsung


(Pilot Control)
Pegas

Rol

Gambar 8.9. Macam-macam metode aktuasi katup kontrol hidrolik

Katup kontrol arah 3/2


Katup 3/2 digunakan untuk mengontrol saluran aliran fluida . Katup ini memiliki
saluran kerja A, saluran suplai P dan saluran menuju tangki T. Fluida dapat diarahkan
untuk mengalir dari saluran suplai menuju saluran kerja atau dari saluran kerja menuju
tangki. Posisi normal katup pada gambar 8.10 adalah saluran P tertutup dan fluida
mengalir dari saluran A ke T. Bila katup teraktuasi, fluida akan mengalir dari saluran
suplai ke saluran kerja.

Gambar 8.10. Sketsa katup kontrol arah 3/2, kiri normal, kanan teraktuasi

Katup kontrol arah 4/2


Katup 4/2 juga digunakan untuk mengontrol saluran aliran fluida. Perbedaannya dengan
katup 3/2, katup ini memiliki dua saluran kerja A dan B, sebuah saluran suplai P dan
saluran menuju tangki T sehingga saluran suplai selalu berhubungan dengan salah satu
saluran kerja. Pada posisi normal (Gambar 8.11), saluran P terhubung dengan saluran B
55
dan saluran A terhubung dengan T. Saat teraktuasi, posisi piston bergeser sehingga
saluran P terhubung dengan A dan saluran B terhubung dengan T.

Gambar 8.11. Sketsa katup kontrol arah 4/2, kiri normal, kanan teraktuasi

Katup Satu Arah (check valve atau non-return valve)


Pada sistem hidrolik, katup satu arah berguna untuk menutup aliran pada arah yang
dikehendaki dan membiarkan mengalir pada arah yang berlawanan. Pada arah aliran
seperti terlihat pada gambar 8.12, elemen pengedap katup tertekan pada dudukannya
oleh gaya pegas dan fluida. Pada saat mendapat tekanan fluida dari arah berlawanan,
elemen pengedap akan terangkat dari dudukannya sehingga katup membuka.

Gambar 8.12. Sketsa katup satu arah, kiri tertutup, tengah terbuka, kanan simbol

Katup Satu Arah “pilot operated” (pilot controlled check valve)


Katup ini memiliki prinsip yang sama dengan katup satu arah biasa, namun untuk tujuan
tertentu dapat dibuka pada kedua arah. Pada posisi normal (gambar 8.13) aliran dari
saluran B ke A tertutup. Melalui saluran X dapat dialirkan fluida bertekanan untuk
menggerakkan piston yang berhubungan dengan elemen pengedap katup (seal). Hal ini
menyebabkan pengedap terangkat dari dudukannya dan membuka saluran B menuju
saluran A.

Gambar 8.13. Sketsa katup satu arah pilot operated, kiri normal, tengah teraktuasi, kanan simbol
56
8.2.3 Katup Kontrol Aliran
Katup pengontrol aliran berfungsi untuk mempengaruhi kecepatan gerakan piston
dengan mengatur laju aliran volume aliran fluida.

Katup pengontrol aliran terdiri dari :


Katup cerat (throttle valve)
Katup ini digunakan untuk mengontrol dan dalam hal ini mengurangi volume aliran.
Simbol

Katup cerat dapat diatur


Katup ini digunakan untuk mengurangi aliran fluida menjadi jumlah yang dapat
diatur.
Simbol

Katup cerat satu arah, dapat diatur (variable return orifice check valve)
Katup ini digunakan untuk mengurangi aliran pada satu arah dan membiarkan aliran
penuh dari arah yang berlawanan. Merupakan kombinasi dari sebuah check valve dan
sebuah throttle/orifice valve. Seperti terlihat pada gambar 8.14, bila fluida mengalir dari
saluran A menuju B, maka check valve akan tertutup dan fluida menngalir melalui katup
cerat. Laju aliran volume fluida akan dipengaruhi oleh pengaturan bukaan cerat. Bila
fluida mengalir dari arah berlawanan (B ke A), maka posisi check valve akan terbuka,
sehingga fluida tetap akan mengalir dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh posisi
penceratan throtte valve.

Gambar 8.14. Sketsa katup kontrol aliran satu arah, kiri tercerat, tengah aliran penuh,
kanan simbol
57
8.2.4 Komponen Kerja/Aktuator
Silinder kerja tunggal (Single Acting Cylinder)
Silinder ini digunakan untuk mengubah energi sejumlah aliran bertekanan menjadi gaya
dan daya gerak dalam garis lurus. Silinder ini hanya mendapatkan tekanan fluida pada
sisi depan piston sehingga hanya dapat melakukan langkah kerja pada satu arah saja.
Langkah mundur piston dipengaruhi oleh gaya pegas.

Gambar 8.15 Sketsa silinder kerja tunggal serta simbolnya

Silinder kerja ganda (Double Acting Cylinder)


Silinder ini digunakan untuk merubah energi sejumlah aliran bertekanan menjadi gaya
dan daya gerak dalam gerak lurus yang arahnya dapat ditentukan. Kedua sisi piston
mendapatkan aliran fluida bertekanan, sehingga dapat melakukan kerja dalam dua arah.
Akibat perbedaan luas penampang piston (sisi depan dan belakang) maka terjadi
perbedaan gaya dan tekanan yang bekerja, sehingga kecepatan maju dan mundur piston
akan berbeda pula.

Gmbar 8.16. Sketsa silinder kerja ganda serta simbolnya

Motor hidrolik
Prinsip kerja dari motor hidrolik merupakan kebalikan dari pompa hidrolik. Dalam
motor hidrolik energi hidrolik diubah menjadi energi mekanik (torsi). Gambar 8.17
merupakan gambar ilustrasi serta simbol beberapa macam motor hidrolik. Salah satu
jenis motor hidrolik yang biasa digunakan adalah motor torak aksial. Motor torak aksial
bekerja karena adanya bidang miring (pelat penggeser) di dalamnya dan gerakan torak
aksial menggerakkan drum berputar.
58
Drum dapat berisi sejumlah torak aksial. Supaya motor berfungsi sekurang-kurangnya
harus ada tiga torak penggerak. Semakin banyak torak aksial semakin halus putaran
motor.

SIMBOL SIMBOL

SIMBOL SIMBOL

SIMBOL SIMBOL

Gmbar 8.17. Beberapa jenis motor hidrolik dan simbolnya


DAFTAR PUSTAKA

1. Krist, Thomas.1993. Dasar-dasar Kontrol Pneumatik. Jakarta : Erlangga.


2. P. Croser, F Ebel.1999. Pneumatik, Textbook Basic Level TP 101: Festo
Didactic
3. Patient Peter, Roy Pickup.1985. Pengantar Ilmu Teknik Pneumatik. Jakarta :
PT. Gramedia
4. Sugihartono, 1985. Dasar-Dasar Kontrol Pneumatik. Bandung : Tarsito.
5. Sugeng Isdwiyanudi ,Ir 1998. Kontrol Pneumatik Dasar. Bandung
6. Sugeng Isdwiyanudi ,Ir 1998. Perencanaan Sistem Pneumatik. Bandung
7. Schmitt, A., Ing.grad. Hydraulik Trainer. Jakarta:PT Erindo Megah Prima
8. The Hydro, Pneumatik Technical Centre. Pneumatik Pelajaran Tingkat Dasar.
Jepang

59

Anda mungkin juga menyukai