PNEUMATIK DAN
HIDROLIK
PROGRAM STUDI
TEKNIK MESIN
Disusun o leh:
Tim Lab. Pneumatik&H idrolik
MKU-32109 II 58
Semester III September 2021
Buku Ajar ini digunakan sebagai bahan ajar Mata Kuliah Pneumatik dan
Hidrolik yang diberikan pada Semester III Program Studi Teknik Mesin
Jurusan Teknik Mesin.
Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Bali Penyusun:
i
BAB VI METODE INTUITIF……………………………………………….... 35
6.1. Bentuk Tabular Langkah Kerja…………………………………… 35
6.2. Notasi Vektor……………………………………………………… 36
6.3. Notasi Singkatan…………………………………………………... 36
6.4. Diagram Gerak…………………………………………………….. 36
6.5. Diagram Kontrol…………………………………………………... 37
BAB VII METODE CASCADE..…………………………………………....... 40
7.1. Aturan Metode Cascade…………………………………………… 40
7.2. Perencanaan Sirkuit……………………………………………….. 41
BAB VIII PENGANTAR HIDROLIK……………….……………………....... 45
8.1. Konsep Dasar Hidrolik…….……………………………………… 45
8.1.1. Prinsip Aliran Fluida Cair……………………………… 45
8.1.2. Bentuk Dasar Sistem Hidrolik…………..……………... 47
8.2. Komponen-komponen Sistem Hidrolik dan Simbolnya…………... 49
8.2.1. Unit Tenaga…………….……………………………… 49
8.2.2. Katup Kotrol Arah……………………………………... 51
8.2.3. Katup Kontrol Aliran………………………………….. 56
8.2.4. Komponen Kerja/Aktuator…………………………….. 57
DAFTAR PUSTAKA……………….………………………..……………....... 49
ii
PRAKATA
Om Swastiastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sanghyang
Widhi Wasa atas asung kerta wara nugraha-Nya maka Buku Ajar Pneumatik dan
Hidrolik ini berhasil kami susun.
Buku Ajar ini merupakan bahan penunjang perkuliahan, dalam hal ini mata kuliah
Pneumatik dan Hidrolik pada semester III Jurusan Teknik Mesin Politeknik
Negeri Bali. Buku ini merupakan revisi dari Buku Ajar serupa yang disusun pada
tahun sebelumnya; 2003; dengan penambahan dan pembaharuan materi yang
bertujuan meningkatkan relevansi materi dengan realita lapangan serta
pembaharuan kepustakaan.
Akhir kata, Tim Penyusun menyampaikan rasa penghargaan dan terima kasih
yang setinggi-tingginya kepada Tim Penyusun terdahulu, utamanya Bapak I
Wayan Temaja, ST, yang telah bersusah payah menyusun cikal bakal Buku ini.
Tim Penyusun membuka kesempatan seluas-luasnya bagi sumbangan saran, kritik
dan segala bentuk upaya dalam meningkatkan kualitas Buku ajar ini.
September 2021
Tim Penyusun
iii
PENDAHULUAN
Sistem Pneumatik dan Hidrolik merupakan satu diantara sekian banyak alternatif
sistem yang mampu menyediakan energi mekanis sebagai penggerak elemen
kerja. Meskipun memiliki kesamaan prinsip kerja, sifat fluida yang berbeda antara
pneumatik dengan hidrolik menyebabkan area aplikasi yang berbeda. Pneumatik
yang tidak mampu memberikan tenaga yang cukup besar namun mampu
menawarkan sistem yang higienis banyak digunakan pada industri pengolahan
makanan. Sebaliknya, dengan kemampuannya untuk menyediakan tenaga besar,
hidrolik cenderung digunakan pada industri manufaktur serta alat-alat berat.
Pengetahuan tentang prinsip-prinsip fluida merupakan pengetahuan dasar untuk
menunjang pemahaman tentang sistem Pneumatik dan Hidrolik. Dengan
demikian, Buku ini ditujukan bagi pembaca yang telah memahami ilmu mekanika
fluida serta prinsip-prinsip Fisika dasar.
Struktur rangkaian pneumatik tersusun dari elemen pemasok energi, elemen sinyal
masukan, elemen sinyal prosesor dan kontrol akhir serta elemen aktuator (kerja).
Buku ini menjelaskan komponen struktur tersebut secara sistematis, mulai dari
Bab I dan II tentang prinsip pneumatik dan sistem pengadaan udara bertekanan.
Bab III mengulas tentang komponen pemroses sinyal masukan hingga kontrol
akhir, yang berupa katup-katup kontrol. Elemen aktuator secara khusus dibahas
pada Bab IV. Struktur dan tata cara penyusunan rangkaian dasar pneumatik
dibahas pada Bab V. Rangkaian yang dikembangkan dibahas pada Bab VI dan VII
yag dilengkapi dengan contoh-contoh aplikatif serta pembahasannya. Untuk
mempermudah pemahaman pembaca, setiap pokok bahasan diusahakan disertai
dengan ilustrasi yang memadai. Pembahasan tentang hidrolik dicantumkan pada
Bab VIII.
Pada dasarnya, materi pada Buku ini ditujukan hanya untuk memberikan
pengetahuan dan pemahaman sistem Pneumatik dan Hidrolik secara teoritis.
Pemahaman dan penguasaan; terutama dalam perancangan sistemnya; harus
didapatkan melalui praktek/pelatihan terkait.
iv
BAB I
PRINSIP DASAR PNEUMATIK
Tujuan
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa
mengetahui
prinsip-prinsip dasar udara bertekanan
sistem pengadaan udara bertekanan
jenis-jenis kompresor dan penggunaannya
1
2
5. Udara bertekanan tidak mengundang resiko terbakar atau meledak
6. Udara bertekanan tanpa lubrikasi bersifat bersih, meskipun ada yang bocor pada
pipa atau komponen tidak akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan.
Ini penting sekali dalam industri makanan, kayu dan tekstil.
7. Elemen kerja mempunyai konstruksi komponen yang sederhana.
8. Udara bertekanan merupakan media kerja yang cepat, sehingga kecepatan kerja
yang tinggi dapat dicapai.
9. Dengan menggunakan komponen-komponen udara bertekanan, kecepatan dan
gaya dapat diatur.
10. Perkakas dan elemen kerja pneumatik akan tetap aman terhadap beban lebih
yang diberikan. Peralatan akan berhenti tanpa ada kerusakan dalam sistem.
W1 kgf W2 kgf
A1 cm A2 cm
P kgf/cm2
Pada gambar 1.1, luas penampang sebuah piston adalah A1 cm2 dan yang lain A2 cm2.
Jika gaya W1 kgf diberikan pada piston A1, maka gaya (W2) yang dipindahkan ke
W1 W2
piston A2 adalah : P kgf cm 2
A1 A2
W1 X A 2
W2 kgf (1.1)
A1
1.3.1 Kompresor
Kompresor merupakan komponen utama dalam sistem pneumatik yang digunakan
untuk menaikkan tekanan udara dengan cara memampatkan udara sehingga
menghasilkan udara bertekanan. Udara bertekanan inilah yang nantinya digunakan
untuk menggerakkan silinder, katup-katup dan komponen-komponen yang lain. Jenis
kompresor yang digunakan tergantung pada permintaan operasional berkenaan dengan
tekanan kerja dan volume pemompaan. Berdasarkan komponen pemampat udara,
kompresor dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Kompresor Torak
Kompresor torak ini memiliki prinsip kerja dimana udara dikompresi dengan cara
memasukkannya ke dalam suatu ruangan dan kemudian volume ruang diperkecil. Torak
bergerak bolak-balik dalam silinder, pada langkah hisap torak bergerak turun dan
menghisap udara memasuki ruang silinder melalui katup masuk atau katup hisap yang
membuka secara otomatis. Pada langkah mampat, torak bergerak naik dan akan
memampatkan udara yang terkurung dalam silinder dan selanjutnya torak mendorong
udara mampat keluar silinder melalui katup mampat atau katup keluar yang membuka
secara otomatis juga.
Kompresor torak ada beberapa macam diantaranya :
a. Kompresor torak resiprok, kompresor ini adalah yang paling banyak digunakan.
Kopresor ini digunakan pada tekanan rendah, menengah dan tinggi. Batas tekanan
mulai dari 100 kPa (1 bar /14,5 psi) sampai beberapa ribu kPa (bar/psi)
6
b. Kompresor torak rotari, adalah suatu kompresor dengan torak-torak yang berputar
pada waktu yang sama, volume ruangan diperkecil dan udara di dalam ruangan
dimampatkan.
c. Kompresor rotari sudu-sudu geser, suatu rotor terpasang secara eksentrik berputar
dalam sebuah rumah silindris yang mempunyai lubang saluran masuk dan keluar.
Kelebihan kompresor ini adalah bentuknya yang ringkas, jalannya yang halus dan
juga pemompaan udara yang kuat.
2. Kompresor Turbo
Kompresor Turbo adalah mesin fluida dengan roda jalan yang diberi sudu-sudu
dan dapat dianggap sebagai turbin terbalik. Pada turbin, penurunan tekanan gas atau zat
cair diubah menjadi energi mekanik sedangkan dalam kompresor turbo, gas atau zat cair
dibuat menjadi bertekan lebih tinggi oleh gerakan mekanik roda sudu. Kompresor ini
memiliki dua tipe, yaitu (gambar 1.3):
a. kompresor aliran aksial, aliran udara dipercepat dan didorong dalam suatu aliran
aksial.
b. Kompresor aliran radial, percepatan aliran dari ruang ke ruang secara radial keluar,
pembalikan udara yang kembali menuju poros, sehingga terjadi percepatan keluar
lagi.
Gambar 1.3 Rotor kompresor aliran aksial (kiri) dan aliran radial (kanan)
bersih dan kering pada tekanan yang tepat. Elemen-elemen yang harus dipergunakan
dalam penyediaan udara bertekanan adalah kompresor dan Air Service Unit (unit
pelayanan udara).
Air service unit terdiri atas tiga komponen yaitu penyaring dan pengering udara (air
filter with water trap), pengatur tekanan udara (pressure valve) dan pengabut minyak
atau pelumas (lubricator). Penyaring dan pengering udara sering disatukan dengan
pengatur tekanan udara sehingga air service unit menjadi lebih kompak., seperti terlihat
pada gambar 2.1.
8
9
2.2. TUJUAN PEMASANGAN AIR SERVICE UNIT
Tujuan pemasangan Air Service Unit ini adalah untuk menjaga udara mampat yang
dialirkan ke sistem kontrol pneumatik dalam keadaan kering, bersih dan tekanan dalam
keadaan konstan. Unit ini juga berfungsi menjaga agar udara tetap mengandung minyak
pelumas yang akan melumasi sistem kontrol atau komponen-komponen pneumatik yang
membutuhkannya.
Fungsi komponen ini adalah untuk mengeluarkan minyak pelumas berupa kabut dalam
jumlah yang dapat diatur, lalu dialirkan ke sistem distribusi dari sistem kontrol dan
komponen pneumatik yang membutuhkannya. Dengan demikian, maksud penambahan
minyak pelumas pada udara bertekanan adalah :
11
a. Pelumasan untuk kompresor dan bagian/komponen yang bergerak sehingga keausan
dari alat-alat dapat berkurang.
b. Untuk mengurangi kerugian akibat gesekan
c. Perlindungan yang memadai terhadap komponen logam dari perusakan akibat korosi
atau pembentukan karat yang disebabkan oleh kelembaban pada udara mampat
Pasokan
Kompressor
Tangki Udara
Peralatan Pelayanan
Filter
Pemisah Udara
Pelumas
Pengatur Tekanan
Simbol Kombinasi
Sumber Tekanan
12
13
- Garis menunjukkan jalan (lintasan), anak panah
menunjukkan arah aliran
- Posisi menutup ditunjukkan dalam segi empat
dengan garis siku-siku
- Sambungan (lubang-lubang saluran masuk dan
saluran keluar) ditunjukkan dengan garis yang
digambarkan pada sisi luar segi empat yang
menggambarkan posisi normal.
- Posisi pergeseran (pemindahan) dinyatakan dengan a b
huruf kecil a,b,… dan o
- Katup dengan 3 (tiga) posisi pergeseran. Posisi
a b c
tengah = posisi netral.
Contoh :
Katup 2/2 : 2 sambungan yang dikontrol, 2 posisi pergeseran (2
segi empat)
Katup 3/2 : 3 sambungan yang dikontrol, 2 posisi pergeseran (2
segi empat).
Katup 4/3 : 4 sambungan yang dikontrol, 3 posisi pergeseran (3
segi empat).
Katup 5/2 : 5 sambungan yang dikontrol, 2 posisi pergeseran (2
segi empat)
Katup 5/3 : 5 sambungan yang dikontrol, 3 posisi pergeseran (3
segi empat)
Pedal
Kontrol Pneumatik
Rol
Prinsip kerja dari katup ini adalah jika udara bertekanan diberikan pada lubang pertama,
maka kedudukan seal katup menutup lubang masukan yang lain sehingga sinyal sinyal
dilewatkan ke lubang keluaran. Ketika arah aliran udara dibalik, silinder atau katup
terhubung ke pembuangan, kedudukan seal tetap dalam posisi sebelumnya disebabkan
dari kondisi tekanan.
Prinsip kerja dari katup ini adalah udara bertekanan mengalir melalui katup hanya bila
diberikan sinyal pada kedua lubang masukan. Salah satu sinyal masukan saja maka
16
alirannya akan tertutup. Jika sinyal diberikan pada lubang X dan Y, sinyal terakhir yang
masuk akan lewat ke saluran keluaran. Jika tekanan pada tekanan masuk berbeda, maka
tekanan yang lebih besar akan menutup katup dan yang lebih kecil dilewatkan ke lubang
keluaran. Karena katup ini hanya akan melewatkan sinyal bila terdapat dua sinyal input,
maka katup ini disebut memiliki fungsi AND.
Katup dua tekanan terutama dipakai untuk kontrol pengunci, kontrol pengaman, uji
fungsi dan operasi logika.
Pada dasarnya ada dua jenis penceratan (penghambatan) aliran udara untuk
silinder,yaitu pengaturan udara suplai dan pengaturan udara pembuangan.
17
Untuk pengaturan aliran udara suplai, katup throttle dipasang sesuai arah saluran
pencerat (berlawanan arah dengan katup satu arah). Udara pembuangan dapat keluar
dengan bebas melalui katup satu arah yang dipasang pada sisi keluaran silinder.
(Rangkaian A Gambar 3.6).
Pada pengaturan udara pembuangan, udara suplai mengalir dengan bebas ke silinder,
(karena katup throttle dipasang sesuai arah aliran katup satu arah) tetapi udara
pembuangannya dihambat (Rangkaian B Gambar 3.6) Dalam hal ini, piston dibebani
antara dua pengereman udara. Pertama, efek pengereman adalah tekanan masukan pada
silinder dan yang kedua udara buangan ditahan pada mulut katup pengontrol aliran satu
arah.
A B
Gambar 3.6. Rangkaian dengan pengaturan udara suplai dan udara buang
Katup tunda waktu waktu adalah kombinasi katup 3/2 dan katup kontrol aliran satu arah
(katup throttle) serta tabung udara. Berdasarkan sketsa katup pada gambar 3.7, udara
bertekanan diberikan pada saluran 1 (P). Udara kontrol mengalir ke katup pada 12 (Z)
dan mengalir melewati katup kontrol aliran satu arah yang bukaannya tergantung pada
pengaturan baut pencerat. Jika kebutuhan tekanan kontrol telah memenuhi tabung udara,
kedudukan seal pada katup 3/2 digerakkan dan menutup aliran udara dari 2 (A) ke 3 (R).
18
Piringan katup digeser dari kedudukannya dan akibatnya udara bisa mengalir dari 1(P)
ke 2 (A).
2
(A)
12
(Z)
1 3
(P) (R)
GAMBAR SKEMATIK SIMBOL
Gambar 3.8. Pressure sequence valve, sketsa (kiri) dan simbolnya (kanan)
19
20
Gaya pegas dari pegas terpasang tetap direncanakan untuk mengembalikan torak ke
posisi awal dengan kecepatan cukup tinggi. Silinder kerja tunggal terutama digunakan
untuk penjepitan, mengeluarkan, menekan masuk, pengangkatan, ingsutan (pengisian),
pemakanan (feeding) dan sebagainya.
Berdasarkan konstruksinya, silinder ini terdiri dari dua tipe. Tipe pertama memiliki
pegas di bagian belakang piston sehingga udara tekan akan bekerja di depan piston.
Jadi, piston dari silinder tipe ini akan bergerak maju bila ditekan dengan udara dan
mundur akibat tekanan pegas. Tipe kedua merupakan kebalikan tipe pertama. Posisi
awal piston adalah “maju” akibat tekanan pegas yang dipasang di depan piston. Gerakan
mundur dihasilkan bila ada input udara tekan masuk silinder. Tipe pertama lebih banyak
digunakan pada aplikasi di industri yang menggunakan sistem pneumatik. Sketsa
silinder terlihat pada gambar 4.1 beserta simbol yang digunakan pada rangkaian. Foto
silinder terlihat pada gambar 4.2, memperlihatkan hanya terdapat satu saluran udara
masuk di depan piston.
Silinder kerja ganda juga memiliki banyak variasi untuk memenuhi persyaratan sistem
yang spesifik. Tipe yang paling sederhana terlihat pada gambar 4.1 (bawah), yang
memiliki dua saluran udara. Saat udara masuk melalui saluran di depan piston (dalam
21
silinder) maka piston akan bergerak maju, sedangkan udara yang terdapat di belakang
piston akan terdorong keluar. Langkah mundur dihasilkan dengan mengalirkan udara
dari saluran di belakang piston.
Silinder kerja ganda juga dirancang dalam beberapa variasi konstruksi, sesuai tuntutan
sistem yang berkembang. Beberapa varian dari silinder ini antara lain :
a b c d
Switch
SINYAL INPUT
Tombol tekan
Limit switch
PEMASOK UDARA
BERTEKANAN/DISTRIBUTOR/SERVICE UNIT SUPLAI ENERGI
23
24
Bila rangkaian jaringan kerjanya besar dan rumit, maka sumber energi digambarkan
secara terpisah, dan bisa menggunakan simbol yang menyatakan sumber energi.
Gambar 5.1 menunjukkan rincian tata cara penempatkan rangkaian jaringan kerja.
Pada layout ini sirkuit jaringan kerja harus digambarkan berdasarkan sinyal aliran
kerja/kontrol dan tidak berdasarkan kondisi/posisi rangkaian yang sebenarnya.
Penempatan silinder dalam diagram harus ditempatkan horisontal.
A, B, C, … Elemen Kerja
ao, bo,,co, … Sakelar pembatas yang diaktifkan pada saat silinder
A,B,C….pada posisi belum bekerja (posisi mundur)
Rangkaian:
Penjelasan :
Katup 3/2 dengan posisi normal tertutup dibutuhkan untuk kontrol ini. Ketika katup 3/2 beroperasi ,
udara mengalir dari 1(P) ke 2(A) dan ujung saluran buang 3(R) tertutup. Ketika tombol katup 3/2
dilepaskan, katup dikembalikan oleh pegas. Udara yang dimampatkan dialirkan dari 2(A) ke 3(R),
dan saluran 1(P) tertutup.
Rangkaian:
Penjelasan :
Katup 3/2 dengan posisi normal tertutup dibutuhkan untuk kontrol ini. Ketika salah satu katup 3/2
beroperasi (dalam gambar di atas katup 1.2 teraktuasi), udara mengalir dari 1(P) ke 2(A) dan ujung
saluran buang 3(R) tertutup. Udara mengalir menuju katup 1.6, masuk melalui saluran 1(P) ke 2(A)
dan memasuki silinder. Piston bergerak maju. Ketika tombol katup 3/2 dilepaskan, katup dan torak
dikembalikan oleh pegas. Udara yang dimampatkan dialirkan kembali ke katup 1.6 melalui 2(A)
menuju 1(P) kiri dan masuk ke katup 1.2. Pada katup 1.2, udara mengalir melalui 2(A) ke 3(R), dan
saluran 1(P) tertutup.
Catatan:
Jika katup 1.6 tidak ada, udara akan terlepas melalui lubang pembuangan dari katup yang tidak
dioperasikan pada pengoperasian 1.2 atau 1.4.
27
5.3.3. Kontrol Kecepatan Silinder Kerja Tunggal dengan Throttle Valve
Contoh Soal 1c:
Torak dari silinder kerja tunggal harus bergerak maju ketika tombol ditekan, dimana kecepatannya
dapat diatur dengan katup cerat. Pada saat tombol dilepaskan torak harus kembali ke posisi awal
Rangkaian:
Penjelasan :
Katup 3/2 dengan posisi normal tertutup dibutuhkan untuk kontrol ini. Ketika katup 3/2 beroperasi ,
udara mengalir dari 1(P) ke 2(A) dan ujung saluran buang 3(R) tertutup. Udara mengalir ke katup
cerat 1.02 yang menghambat aliran masuk silinder sesuai setelan penceratan. Akibatnya, kecepatan
torak maju dipengaruhi oleh aliran udara masuk silinder. Ketika tombol katup 3/2 dilepaskan, posisi
katup 3/2 dikembalikan oleh pegas. Udara yang dimampatkan dialirkan dari 2(A) ke 3(R), dan saluran
1(P) tertutup sedangkan udara dalam silinder kembali melewati katup 1.02 melalui katup satu arah
dengan bebas.
Rangkaian:
Penjelasan :
Katup 3/2 dengan posisi normal tertutup dibutuhkan untuk kontrol ini. Ketika katup 3/2 beroperasi ,
udara mengalir dari 1(P) ke 2(A) dan ujung saluran buang 3(R) tertutup. Udara mengalir ke katup
1.02 melalui katup satu arah dengan bebas. Akibatnya, kecepatan torak maju tidak dipengaruhi oleh
setelan katup cerat. Ketika tombol katup 3/2 dilepaskan, posisi katup 3/2 dikembalikan oleh pegas.
Udara yang dimampatkan dialirkan dari 2(A) ke 3(R), dan saluran 1(P) tertutup sedangkan udara
dalam silinder kembali melewati katup 1.02 melalui katup cerat. Akibatnya, gerakan mundur piston
dipengaruhi oleh setelan katup cerat.
28
5.3.4. Kontrol Silinder Kerja Tunggal dengan Two Pressure Valve
Contoh Soal 1e:
Torak dari silinder kerja tunggal harus bergerak maju ketika dua tombol katup kontrol 3/2 ditekan.
Pada saat tombol dilepaskan torak harus kembali ke posisi awal
Rangkaian:
Penjelasan :
Katup 3/2 dengan posisi normal tertutup serta katup dua tekanan dibutuhkan untuk kontrol ini. Ketika
sebuah katup 3/2 ditekan (dalam gambar di atas katup 1.2), udara mengalir dari 1(P) ke 2(A) dan
ujung saluran buang 3(R) tertutup. Udara mengalir ke katup dua tekanan 1.6 pada saluran 1(P) kiri
sehingga menggeser posisi katup ke kanan sehingga menutup saluran keluar 2(A). Saat kondisi ini
bila katup 3/2 1.4 juga ditekan (atau bersamaan ditekan), posisi katup 1.6 akan bergeser kembali ke
tengah sehingga udara dari katup 1.4 akan mengalir keluar dari katup 1.6 melalui saluran 2(A).
Akibatnya, torak bergerak maju. Ketika salah satu tombol katup 3/2 dilepaskan, posisi katup 3/2
dikembalikan oleh pegas. Udara yang dimampatkan dialirkan kembali melewati katup 1.6 ke arah
katup 3/2 yang tombolnya dilepas, dari 2(A) ke 3(R), dan saluran 1(P) tertutup
Rangkaian:
Penjelasan :
Dua buah katup 3/2 dengan posisi normal tertutup digunakan untuk kontrol. Katup pertama (1.1)
adalah katup kontrol 3/2 dengan aktuasi pneumatik dan yang kedua (1.2) beraktuasi manual (tombol).
Ketika katup 3/2 1.2 beroperasi, udara mengalir dari 1(P) ke 2(A) dan ujung saluran buang 3(R)
tertutup. Udara dari 2(A) masuk ke saluran 12(Z) dari katup 1.1, sehingga menggeser posisi katup
mengalirkan udara dari 1(P) ke 2(A) dan masuk silinder mendorong torak. Ketika tombol katup 3/2
dilepaskan, katup dikembalikan oleh pegas. Udara yang dimampatkan dialirkan dari 2(A) ke 3(R),
dan saluran 1(P) tertutup.
29
5.3.6. Kontrol Silinder Kerja Ganda
Contoh Soal 2a:
Torak sebuah silinder kerja ganda bergerak keluar ketika tombol kontrol ditekan dan bergerak
kembali ke posisi semula bila tombol dilepaskan.
Rangkaian:
Penjelasan :
Sebuah katup kontrol 5/2 digunakan untuk kontrol rangkaian ini. Posisi normal katup 5/2 (1.1) adalah
1(P) terhubung dengan 2(B) dan 4(A) menuju 5(R). Dengan menekan tombol maka katup berubah
posisi, 1(P) terhubung dengan 4(A) dan 2(B) terhubung dengan 3(S). Udara mengalir masuk silinder
mengakibatkan torak bergerak maju. Bila tombol dilepaskan, maka posisi katup kontrol 5/2 kembali
ke posisi semula akibat dorongan pegas. Saluran 1(P) terhubung dengan 2(B) sehingga udara masuk
dari belakang piston, mendorongnya mundur. Saluran 4(A) terhubung kembali dengan 5(R) sehingga
udara di depan torak terdorong keluar.
Rangkaian:
Penjelasan :
Sebuah katup kontrol 5/2 digunakan untuk kontrol rangkaian ini. Posisi normal katup 5/2 (1.1) adalah
1(P) terhubung dengan 2(B) dan 4(A) menuju 5(R). Dengan menekan tombol maka katup berubah
posisi, 1(P) terhubung dengan 4(A) dan 2(B) terhubung dengan 3(S). Udara mengalir masuk ke katup
1.02 melalui katup cerat lalu masuk silinder mengakibatkan torak bergerak maju dengan kecepatan
sesuai setelan cerat. Udara di sisi kanan torak terdorong keluar dengan bebas ke katup 1.03 melalui
check valve. Bila tombol dilepaskan, maka posisi katup kontrol 5/2 kembali ke posisi semula akibat
dorongan pegas. Saluran 1(P) terhubung dengan 2(B) sehingga udara masuk dari belakang piston
namun mendapatkan hambatan dari katup cerat 1.03 sehingga torak mundur sesuai setelan cerat.
Saluran 4(A) terhubung kembali dengan 5(R) sehingga udara di depan torak terdorong keluar dengan
bebas melalui check valve dari katup 1.02.
30
5.3.8. Kontrol Kecepatan Silinder Kerja Ganda (metering out)
Contoh Soal 2c:
Persyaratan rangkaian sama seperti soal 2b yang memiliki beberapa kelemahan. Untuk mengatasi
kelemahan rangkaian 2b, rangkaian kali ini sedikit dimodifikasi namun masih dengan cara kerja yang
sama.
Rangkaian:
Penjelasan :
Sebuah katup kontrol 5/2 digunakan untuk kontrol rangkaian ini. Posisi normal katup 5/2 (1.1) adalah
1(P) terhubung dengan 2(B) dan 4(A) menuju 5(R). Dengan menekan tombol maka katup berubah
posisi, 1(P) terhubung dengan 4(A) dan 2(B) terhubung dengan 3(S). Udara mengalir masuk ke katup
1.03 dengan bebas melalui katup check valve lalu masuk silinder mengakibatkan torak bergerak maju.
Udara di sisi kanan torak terdorong keluar ke katup 1.02 melalui katup cerat sehingga lajunya
terhambat sesuai setelan cerat. Bila tombol dilepaskan, maka posisi katup kontrol 5/2 kembali ke
posisi semula akibat dorongan pegas. Saluran 1(P) terhubung dengan 2(B) sehingga udara masuk dari
belakang piston dengan bebas melalui check valve dari katup 1.02 sehingga torak bergerak mundur.
Saluran 4(A) terhubung kembali dengan 5(R) sehingga udara di depan torak terdorong keluar melalui
katup cerat dari katup 1.03, sehingga gerakan torak mundur akan terhambat sesuai setelan cerat.
Rangkaian:
Penjelasan :
Jika katup 1.2 ditekan, maka udara bertekanan yang keluar dari 2(A) akan masuk ke saluran kontrol
14(Z) dari katup 5/2 (1.1), sehingga posisi katup 5/2 berubah dari normal 2(B) ke 4(A). Udara masuk
silinder, mendorong torak maju hingga tercapai langkah maksimum. Torak akan mundur hanya bila
katup 1.3 ditekan, yang mengakibatkan posisi katup kontrol 5/2 kembali normal 2(B).
31
5.3.10. Penggunaan Limit Switch pada Kontrol Silinder Kerja Ganda
Contoh Soal 2e:
Sebuah silinder kerja ganda bergerak maju bila sebuah tombol ditekan. Setelah mencapai akhir posisi
depan, torak dari silinder kerja ganda kembali secara otomatis, asalkan katup (dengan tombol) yang
memulai gerak maju tidak dalam keadan ditekan.
Rangkaian:
Penjelasan :
Jika katup 1.2 ditekan, sinyal akan bekerja pada saluran 14(Z) dari katup 1.1 sehingga piston bergerak
maju. Saat piston menekan katup 1.3 yang dipasang di batas langkah piston, posisi katup 1.3 akan
membuka; 1(P) ke 2(A); memberi sinyal pada katup 1.1 dari sisi 12(Y). Posisi katup 1.1 akan kembali
menjadi 1(P) ke 2(B) yang membuat udara menekan piston mundur.
Rangkaian:
Penjelasan :
Jika katup 1.2 ditekan, udara akan mengalir ke katup 1.6 (shuttle valve) yang akan meneruskan sinyal
ke saluran 14(Z) dari katup 1.1 sehingga piston bergerak maju. Tidak ada udara yang mengalir ke
katup 1.4 karena sisi kanan keluaran katup 1.6 menutup. Saat piston menekan katup 1.3 yang
dipasang di batas langkah piston, posisi katup 1.3 akan membuka; 1(P) ke 2(A); memberi sinyal pada
katup 1.1 dari sisi 12(Y). Posisi katup 1.1 akan kembali menjadi 1(P) ke 2(B) yang membuat udara
menekan piston mundur. Proses serupa akan terjadi bila katup dengan pedal 1.4 ditekan.
32
5.3.12. Penggunaan Katup Tunda Waktu pada Kontrol Silinder Kerja Ganda
(dengan pengecekan mekanis di akhir langkah piston)
Contoh Soal 2g:
Sebuah silinder kerja ganda dapat bergerak maju dengan menekan sebuah tombol. Setelah mencapai
akhir posisi depan, torak diam untuk beberapa saat kemudian mundur secara otomatis
Rangkaian
Penjelasan :
Saat katup 1.2 ditekan maka sinyal akan masuk ke saluran 14(Z) dari katup 1.1 menyebabkan posisi
katup berubah dari 1(P) menuju 4(A). Piston bergerak maju, menekan katup 1.5 dan diam pada posisi
langkah maksimum. Pada saat bersamaan, katup 1.5 mengalirkan udara ke katup 1.3 pada saluran
12(Z) dan 1(P). Katup 1.3 akan membuka setelah jangka waktu tertentu (tergantung dari setelan cerat)
sehingga menghasilkan sinyal ke katup 1.1 pada saluran 12(Y) yang membuat torak mundur.
5.3.13. Penggunaan Katup Tunda Waktu pada Kontrol Silinder Kerja Ganda
(tanpa pengecekan mekanis di akhir langkah piston)
Contoh Soal 2h:
Sebuah silinder kerja ganda dapat bergerak maju dengan menekan sebuah tombol. Setelah mencapai
akhir posisi depan, torak diam untuk beberapa saat kemudian mundur secara otomatis.
Rangkaian
Penjelasan :
Prinsip kerja rangkaian sama dengan contoh soal 2g, namun katup 1.3 mendapatkan aliran udara dari
sisi keluaran 4(A) katup 1.1. Rangkaian tidak menggunakan limit switch.
33
5.4 PENGEMBANGAN RANGKAIAN DASAR PNEUMATIK
Rangkaian dasar dengan beberapa pengembangan, modifikasi dan variasi merupakan
konsep dasar dalam penyusunan rangkaian sistem pneumatik yang dapat diaplikasikan
untuk tujuan tertentu. Berdasarkan konsep yang diberikan pada bagian 5.3, bagian ini
akan membahas lebih lanjut pengembangan rangkaian dasar yang diarahkan kepada
rangkaian yang bersifat aplikatif. Penjelasan prinsip kerja diberikan secara global,
sedangkan uraian detail langkah kerja mengacu kepada sub bagian 5.3.
Penyelesaian :
Amati rangkaian pada gambar 5.2. Proses kerja mesin tersebut merupakan siklus
berulang dari langkah maju-mundur sebuah silinder kerja ganda (1.0). Langkah START
yang berulang-ulang dilakukan dengan katup kontrol 3/2 beraktuasi tuas,
dikombinasikan dengan limit switch katup 1.8 (lever roller), dengan perantaraan katup
fungsi AND 1.6. Tunda waktu start 5 detik diatur dengan memasang katup tunda waktu
secara seri dengan katup 1.8, yang dipasang pada titik mundur maksimal piston
(ditandai dengan label 1S2). Untuk memastikan posisi maju piston, dipasang sebuah
limit switch kedua (1.5) pada titik maju maksimal piston (ditandai dengan label 1S3).
Untuk menunda gerak mundur piston selama 6 detik, digunakan katup tunda waktu
kedua yang dipasang seri dengan katup 1.5. Dengan pertimbangan bahwa piston harus
memiliki gaya yang cukup kuat untuk melakukan penekanan benda kerja, maka
penceratan untuk langkah maju dilakukan di sisi keluaran silinder (katup 1.02).
Demikian pula dengan gerakan mundur piston, penceratan dilakukan dengan
menghambat di sisi keluaran silinder (1.03). Jadi prinsip penceratan yang digunakan
adalah metering out.
Sebagai catatan, nilai-nilai bukaan katup cerat pada katup 1.02, 1.03, 1.4 dan 1.5 adalah
sebagai contoh saja dan tidak mewakili kondisi yang sebenarnya.
34
LATIHAN
1. Piston dari sebuah silinder kerja tunggal yang dikontrol secara tidak langsung akan bergerak
maju bila sebuah tombol ditekan. Kecepatan gerakan maju harus dapat diatur. Piston akan
kembali mundur hanya jika sebuah tombol kedua ditekan dengan kecepatan yang dapat
diatur pula. Buatlah diagram rangkaiannya!
2. Sebuah silinder kerja ganda digunakan untuk menumbuk dengan kecepatan tinggi. Start
hanya dapat dilakukan dari dua tempat berbeda. Kecepatan gerakan piston mundur harus
dapat diatur. Buatlah diagram rangkaiannya!
3. Saat salah satu dari dua tombol START ditekan, piston sebuah silinder kerja ganda bergerak
maju untuk menurunkan beban dengan perlahan. Saat menyentuh limit switch, piston akan
tetap diam, hingga sebuah tombol ditekan yang menyebabkan piston kembali ke posisi awal.
Buatlah diagram rangkaiannya!
BAB VI
METODE INTUITIF
Tujuan
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu:
memahami diagram gerak sistem
pneumatik
merencanakan dan menggambar
rangkaian sistem kontrol pneumatik
dengan metode intuitif
Penyusunan rangkaian pneumatik dasar untuk aplikasi sistem yang masih sederhana
tidak terlalu sulit untuk dilakukan. Kebanyakan sistem memiliki proses yang melibatkan
lebih dari satu silinder kerja. Untuk mempermudah penyusunan rangkaian, digunakan
sebuah metode yang disebut metode intuitif yang terdiri dari beberapa tahap yang harus
dikerjakan hingga menghasilkan rangkaian yang dimaksud. Tahap-tahap tersebut
dijelaskan pada bagian berikut, dengan langsung membahas sebuah contoh kasus.
Gerakan
Langkah kerja
Silinder A Silinder B
1 Maju -
2 - maju
3 mundur -
4 - mundur
Bentuk tabular ini merupakan dasar yang selalu digunakan saat menangani rangkaian
yang memiliki lebih dari satu silinder.
35
36
6.2. NOTASI VEKTOR
Dengan menggunakan notasi vektor, bentuk tabular dapat disederhanakan. Penunjukan
dalam notasi vektor adalah sebagai berikut:
Gerakan maju ditunjukkan dengan tanda :
Gerakan mundur ditunjukkan dengan tanda :
Untuk contoh diatas, bentuk tabular dapat disederhanakan menjadi :
1 A
2 B
3 A
4 B
Silinder A
1
Silinder B
Langkah kerja
0
1 2 3 4 5
Silinder A
1
Silinder B
waktu
0
1 2 3 4 5
Gambar 6.2. Diagram Waktu Pemindahan
1 2 3 4 5 =1
1
Langkah
0
CONTOH SOAL
Kontrol pneumatik pada alat pemindah barang
Mekanisme pemindah barang satu per satu dari tempat penyimpanan yang berisi beberapa barang ke
tempat peluncuran secara otomatis direncanakan menggunakan sistem kontrol pneumatik (lihat sketsa
. pada gambar 6.4!). Persyaratan sistem adalah sebagai berikut; ketika tombol START ditekan, satu
barang didorong ke tempat penyimpanan oleh alat pendorong 1 keluar sampai posisi barang pada
tempat persiapan untuk dipindahkan ke tempat peluncuran. Alat pendorong 2 mendorong barang ke
tempat peluncuran. Sekali barang dipindahkan ke tempat peluncuran, alat pendorong 1 kembali ke
posisi awal, kemudian diikuti alat pendorong 2 kembali ke posisi awal juga. Begitu seterusnya sampai
barang habis dipindahkan dari tempat penyimpanan.
38
Penyelesaian
Sistem menggunakan dua buah silinder kerja ganda yang dikontrol secara tidak
langsung. Kontrol gerakan maju-mundur masing-masing silinder diatur menggunakan
katup 3/2 roller (limit switch), yang masing-masing diberi label a0 dan a1 untuk kontrol
silinder A serta b0 dan b1 untuk kontrol silinder B.
1. Notasi singkat langkah kerja dalam satu siklus dapat disederhanakan dalam
bentuk : A +, B +, A -, B -
2. Diagram langkah
Silinder A
1
Silinder B
Langkah kerja
0
1 2 3 4 5
Katup a0
0
1
Katup a1
Katup b0
Katup b1
Langkah kerja
0
1 2 3 4 5
4. Diagram Rangkaian
A B
a0 a1 b0 b1
b0 b1 a1 a0
start
Sebelum mempelajari teori dasar dalam pembahasan metode cascade terlebih dahulu
harus memahami teori dasar pada pembahasan sistem kontrol pneumatik dasar serta
metode intuitif.
40
41
a. Bagi dalam kelompok-kelompok, sehingga suatu operasi silinder yang terjadi hanya
sekali dalam suatu kelompok
Misalnya : A + B + B - A -
A + A - B + B - C + C -
b. Berikan sebuah nomor pada masing-masing kelompok.
Contohnya : A + B + B - A –
I II
3. Jalur pembekalan (supply line).
Untuk masing-masing kelompok membutuhkan satu jalur pembekalan.
4. Katup kontrol pembalik saluran udara
Pemindahan udara dari kelompok udara 1 (satu) ke 2 (dua) dan seterusnya
membutuhkan katup kontrol pembalik saluran udara. Jumlah katup pembalik saluran
sama dengan jumlah kelompok dikurangi satu.
5. Batas peralihan harus ditulis dengan notasi singkat.
6. Apabila saluran beralih kelompok, batas peralihan harus ditulis dibawah jalur
pembekalan.
7. Untuk aliran dalam satu group/sekelompok, batas peralihan harus ditarik diatas jalur
perbekalan.
8. Transposisi ke dalam sirkuit.
Contohnya : A + B + B - A –
I II
Jadi terdapat dua kelompok. Oleh sebab itu, harus ada dua jalur dan satu katup
pembalik.
S2
S3
S4
e2
e3
s = sinyal masuk e1 e4
e = sinyal keluar
Gambar 7.1. Cara Penggambaran Saluran Pembekalan dan Katup Pembaliknya (metode Cascade)
CONTOH SOAL
Mesin Marking Pneumatik
Proses penandaan benda kerja dengan huruf menggunakan perkakas bantu khusus direncanakan
menggunakan sistem kontrol pneumatik. Kondisi yang diinginkan adalah sebagai berikut. Benda kerja
diletakkan pada alat pencekam secara manual. Ketika tombol start ditekan, alat penekan yang
dilengkapi dengan alat penandaan huruf bergerak turun melakukan proses penandaan, kemudian alat
penekan bergerak kembali ke posisi awal. Setelah selesai proses penandaan alat pendorong
mendorong benda kerja dari pencekam ke tempat keranjang, kemudian alat pendorong bergerak ke
posisi awal. Begitu seterusnya dengan benda kerja berikutnya.
Penyelesaian
1. Pendefinisian langkah kerja
Langkah kerja dalam satu siklus dari sistem kontrol pneumatik pada perkakas
bantu khusus proses penandaan dapat didefinisikan sebagai berikut :
A +, A -, B +, B-
2. Pembagian kelompok saluran
Kelompok saluran udara dari siklus diatas adalah :
A +, A -, B +, B- 3 kelompok saluran udara.
I II III
43
3. Katup kontrol pembalik saluran udara
Jumlah katup kontrol pembalik = 3 – 1 = 2 buah
4. Katup kontrol langkah kerja
Katup kontrol langkah kerja untuk siklus diatas adalah :
a0
A +, A -, B +, B- 3 kelompok saluran udara.
I II III
a1 b1 b0
5. Diagram langkah
1
Silinder A
0
1
Silinder B
0 Langkah kerja
1 2 3 4 5
6. Diagram Kontrol
Diagram kontrol dari langkah kerja dalam satu siklus dari proses diatas adalah :
Kondisi katup kontrol
1
Katup ao
0
1
Katup a1
0
1
Katup bo
0
1
Katup b1
0
1 2 3 4 5 Langkah kerja
44
7. Diagram rangkaian
A B
a0 a1 b0 b1
a0
S1
S2
S3
z y
a1
z y
b0
b1
start
LATIHAN
1. Susunlah diagram kontrol, diagram langkah serta diagram rangkaian dari sistem pneumatik
yang memiliki dua silinder kerja ganda dengan notasi singkat gerakan : A+ B+ B- A- !
2. Proses penekukan pelat direncanakan dengan menggunakan sistem pneumatik. Adapun
prosesnya dilakukan dengan menggunakan 3 (tiga) buah silinder yang masing-masing diberi
tanda A , B dan C. Pelat diletakkan secara manual. Silinder A berfungsi sebagai penjepit
sekaligus mal ukuran untuk tempat penekukan. Silinder B dan C berfungsi sebagai penekuk
yang gerakannya secara bergantian. Notasi singkat dari gerakannya adalah :
A + B + C + C - B – A – . Gambar diagram rangkaian dari mekanisme di atas dan gambar
diagram langkah serta diagram kontrolnya !
BAB VIII
PENGANTAR HIDROLIK
Tujuan
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa
mengetahui
prinsip-prisip dasar aliran fluida hidrolik
komponen-komponen sistem hidrolik,
prinsip kerja beserta simbolnya
Hidrolik merupakan fluida kedua yang sering digunakan sebagai fluida kerja yang
menghasilkan tenaga penggerak pada sebuah sistem. Kata hidrolik berasal dari kata
HYDOR yang berarti “air”. Dahulu didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
berhubungan dengan air. Sekarang hidrolik didefinisikan sebagai pemindahan,
pengaturan gaya-gaya dan gerakan-gerakan zat cair. Aplikasi hidrolik meliputi berbagai
permesinan yang membutuhkan tenaga yang cukup besar untuk beban berat. Misalnya,
mesin CNC modern yang memanfaatkan tenaga hidrolik untuk mencekam benda kerja
dan menjalankan proses pemesinan (Gambar 8.1.a). Gerakan pengumpanan dan
penggerak mata bor juga dapat dilakukan dengan hidrolik. Mesin press dan bending
dengan merupakan mesin lain yang memerlukan tenaga hidrolik akibat beban tinggi
yang ditangani (Gambar 8.1 b). Eksavator hidrolik (Gambar 8.1.c) merupakan alat berat
yang menggunakan tenaga hidrolik bukan saja untuk elemen kerja linier,namun juga
untuk penggerak kendaraannya (rotary drive).
a b c
Prinsip kedua yang perlu dipahami adalah prinsip hidrodinamika, yakni prinsip yang
berkenaan dengan aliran fluida. Laju aliran volume fluida dapat dinyatakan dengan :
QV (8.2)
t
dimana V adalah volume aliran
t adalah waktu
Bila volume aliran V sebanding dengan luas penampang pipa A dikalikan dengan jarak
perpindahan s sedangkan jarak s per satuan waktu t adalah kecepatan aliran v, maka
formula 8.2 dapat dinyatakan dengan Q=A.v. Jika fluida mengalir dalam pipa yang
diameternya berubah, maka laju aliran volumenya tetap konstan, atau Q1=Q2. Prinsip ini
dikenal dengan hukum kontinyuitas yang dalam aplikasinya dinyatakan dalam
persamaan kontinyuitas A1.v1= A1.v1.
Prinsip yang masih terkait dengan persamaan kontinyuitas adalah hukum energi aliran.
Hukum ini menyatakan energi yang terkandung dalam fluida yang mengalir adalah
kekal, sepanjang tidak terjadi penambahan energi dari luar atau pemberian energi
keluar. Energi total dalam aliran terdiri dari energi potensial (akibat tinggi kolom),
energi tekanan (akibat tekanan statis) dan energi kinetik (akibat kecepatan fluida).
Prinsip tersebut dinyatakan dalam persamaan Bernoulli, yaitu :
2
v
g.h p konstan (8.3)
ρ 2
v2
ptotal ρ.g.h p ρ (8.4)
2
47
Bila persamaan kontinyuitas dihubungkan dengan persamaan energi, maka akan
terdapat beberapa kondisi berikut :
apabila kecepatan bertambah karena pengurangan diameter maka energi kinetik
aliran akan bertambah
karena energi total adalah konstan, dengan penambahan energi kinetik maka
energi potensial dan/atau energi akibat tekanan statis akan berkurang
pengaruh perubahan diameter terhadap perubahan energi potensial dapat
diabaikan
dengan demikian, tekanan statis akan berubah seiring dengan perubahan tekanan
normal yang tergantung dari kecepatan aliran.
Pada sistem hidrolik, tekanan statis adalah faktor yang paling penting, karena
tinggi zat cair dan kecepatan aliran sangat rendah.
Beban
pompa silinder
Dengan demikian, makin cepat gerakan piston pompa menekan fluida, makin banyak
volume fluida per satuan waktu yang dialirkan ke dalam silinder. Hal ini menyebabkan
kecepatan pengangkatan beban akan meningkat pula.
48
Selanjutnya, aplikasi bentuk dasar hidrolik ke dalam sistem hidrolik yang sesungguhnya
ditujukan untuk pengembangan kinerja hidrolik agar dapat diatur, baik dalam hal arah
gerakan piston, kecepatan gerak piston dan beban maksimum silinder. Pompa yang
dapat mengalirkan fluida secara kontinyu juga lebih disukai daripada pompa manual.
Konsep ini diterjemahkan ke dalam sebuah bentuk rangkaian sederhana sistem hidrolik
seperti ditunjukkan pada gambar 8.3.
Pada rangkaian gambar 8.3, sebuah pompa hidrolik C yang digerakkan oleh motor
listrik B mengalirkan fluida hidrolik dari reservoir A menuju filter E. Sebuah katup
pelepas tekanan D dipasang setelah pompa untuk mengamankan seluruh jaringan dari
tekanan berlebihan (melampaui tekanan kerja maksimum). Katup ini memiliki
komponen utama sebuah boa yang menekan pegas. Gaya pegas diatur dengan mengatur
panjang pegas. Bila tekanan yang diterima bola dan diteruskan ke pegas melebihi gaya
pegas (atau tekanan maksimum), maka bola akan menekan pegas sehingga saluran
katup terbuka dan fluida mengalir ke reservoir. Karena terjadi kebocoran tersebut,
tekanan dalam sistem akan turun dan saat mencapai tekanan maksimum pegas kembali
49
mendorong bola menutup saluran. Untuk mengatur kecepatan gerak piston, maka laju
aliran volume fluida dapat diatur dengan katup pengatur aliran F. Arah gerakan piston;
maju atau mundur; diatur dengan katup kontrol arah G. Prinsip kerja katup ini beserta
jenis-jenisnya dijelaskan pada bagian 8.2.
Pompa hidrolik dihubungkan dengan motor listrik melalui kopeling. Pompa hidrolik,
reservoar dan katup pengaman saling dihubungkan dengan pipa (saluran).
50
Pompa Hidrolik (Pompa roda gigi)
Pada sistem hidrolik, pompa bekerja untuk menciptakan aliran fluida (untuk
memindahkan volume fluida) dan memberikan gaya yang dibutuhkan. Pompa yang
digunakan pada sistem hidrolik umumnya adalah pompa roda gigi eksternal.
1
3
2
Reservoar
Setiap sistem hidrolik mempunyai reservoar. Fungsi dari reservoar antara lain :
- Sebagai tangki penampung fluida hidrolik
- Penyaring udara dan fluida hidrolik
- Menurunkan temperatur fluida hidrolik
- Untuk landasan memasang pompa atau unit tenaga
- Sebagai penyangga pemasangan peralatan kontrol
51
Manometer
Manometer juga disebut pemeriksa tekanan yang fungsinya untuk membantu mengukur
tekanan. Bagian-bagian dari manometer antara lain :
1. Badan
2. Pipa pegas
3. Tuas
4. Bagian rack dan pinion
5. Roda gigi
6. Penunjuk
7. Skala
Katup kontrol arah ditandai dengan angka yang sesuai dengan uraian katup. Angka
pertama menunjukkan jumlah hubungan, angka kedua adalah jumlah posisi operasi.
Contoh :
3 hubungan
2 posisi operasi (2 segi empat)
Hasilnya katup 3/2 jalan.
4 hubungan
2 posisi operasi
Hasilnya katup 4/2 jalan
Metode Pengaturan/Aktuasi
Pengaturan katup juga digambarkan dengan suatu simbol. Elemen pengatur ini
dicantumkan pada sisi segi empat dari simbol posisi operasi. Macam-macam metode
pengaturan/aktuasi katup kontrol pada sistem hidrolik ditunjukkan pada gambar 8.9.
54
Pedal
Kontrol Hidrolik
Rol
Gambar 8.10. Sketsa katup kontrol arah 3/2, kiri normal, kanan teraktuasi
Gambar 8.11. Sketsa katup kontrol arah 4/2, kiri normal, kanan teraktuasi
Gambar 8.12. Sketsa katup satu arah, kiri tertutup, tengah terbuka, kanan simbol
Gambar 8.13. Sketsa katup satu arah pilot operated, kiri normal, tengah teraktuasi, kanan simbol
56
8.2.3 Katup Kontrol Aliran
Katup pengontrol aliran berfungsi untuk mempengaruhi kecepatan gerakan piston
dengan mengatur laju aliran volume aliran fluida.
Katup cerat satu arah, dapat diatur (variable return orifice check valve)
Katup ini digunakan untuk mengurangi aliran pada satu arah dan membiarkan aliran
penuh dari arah yang berlawanan. Merupakan kombinasi dari sebuah check valve dan
sebuah throttle/orifice valve. Seperti terlihat pada gambar 8.14, bila fluida mengalir dari
saluran A menuju B, maka check valve akan tertutup dan fluida menngalir melalui katup
cerat. Laju aliran volume fluida akan dipengaruhi oleh pengaturan bukaan cerat. Bila
fluida mengalir dari arah berlawanan (B ke A), maka posisi check valve akan terbuka,
sehingga fluida tetap akan mengalir dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh posisi
penceratan throtte valve.
Gambar 8.14. Sketsa katup kontrol aliran satu arah, kiri tercerat, tengah aliran penuh,
kanan simbol
57
8.2.4 Komponen Kerja/Aktuator
Silinder kerja tunggal (Single Acting Cylinder)
Silinder ini digunakan untuk mengubah energi sejumlah aliran bertekanan menjadi gaya
dan daya gerak dalam garis lurus. Silinder ini hanya mendapatkan tekanan fluida pada
sisi depan piston sehingga hanya dapat melakukan langkah kerja pada satu arah saja.
Langkah mundur piston dipengaruhi oleh gaya pegas.
Motor hidrolik
Prinsip kerja dari motor hidrolik merupakan kebalikan dari pompa hidrolik. Dalam
motor hidrolik energi hidrolik diubah menjadi energi mekanik (torsi). Gambar 8.17
merupakan gambar ilustrasi serta simbol beberapa macam motor hidrolik. Salah satu
jenis motor hidrolik yang biasa digunakan adalah motor torak aksial. Motor torak aksial
bekerja karena adanya bidang miring (pelat penggeser) di dalamnya dan gerakan torak
aksial menggerakkan drum berputar.
58
Drum dapat berisi sejumlah torak aksial. Supaya motor berfungsi sekurang-kurangnya
harus ada tiga torak penggerak. Semakin banyak torak aksial semakin halus putaran
motor.
SIMBOL SIMBOL
SIMBOL SIMBOL
SIMBOL SIMBOL
59