Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada setiap kendaraan bermotor pasti selalu dibekali dengan komponen transmisi,
baik itu transmisi manual ataupun yang transmisi otomatis. Fungsi utama dari komponen ini
adalah untuk mengatur kecepatan sebuah kendaraan bermotor yang dihasilkan oleh putaran
mesin. Proses transmisi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai elemen
mesin. Dalam hal pemindahan putaran maupun daya dari suatu poros ke poros yang lain,
roda gigi merupakan salah satu elemen mesin yang baik diantara elemen-elemen mesin yang
lainnya.

Transmisi dengan menggunakan roda gigi dapat kita temui pada persneling berbagai
jenis mobil maupun kendaraan lainya. Dalam perencanaan ini yang dianalisa adalah
perencanaan kembali sistem transmisi manual dengan lima kecepatan. Roda gigi transmisi
Mitsubishi Strada Triton type Exceed HI-POWER M/T tahun 2016 dirancang sedemikian
rupa hingga dapat mentransmisikan daya maksimum sebesar 178 Hp/4000 rpm.

1.2. Batasan masalah

Dalam hal ini saya akan merancang ulang transmisi roda gigi pada Mitsubishi Strada
Triton dimana menggunakan type transmisi manual 5 kecepatan (V5MB1) sesuai
spesifikasinya :
Dengan spesifikasi daya dan putaran sebagai berikut :
Daya : 178 hp
Putaran : 4000 rpm

1
1.3. Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan merupakan syarat bagi mahasiswa dalam matakuliah elemen


mesin dan juga bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pemilihan bahan,
kemudian pengukuran produk dan segala perhitungan lainnya. Mahasiswa juga dapat
menghitung (merencanakan) Bagian Bagian Utama dari roda gigi pada sebuah transmisi
manual seperti Input Shaft, Speed Gear, Counter Gear, Clutc Hub, dan Shift Loock melalui
daya dan putaran suatu kendaraan dari spesifikasi yang didapat. Cara pemilihan bantalan serta
pemilihan pemelumasan yang sesuai juga didapat dari perancangan ini.

1.4. Komponen Roda Gigi


a. Input Shaft

Bagian dari transmisi yang berhubungan dengan kampas kopling. Input shaft adalah
poros yang menerima putaran dari kampas kopling untuk kemudian diteruskan untuk
menggerakan roda roda gigi di transmisi. Pada ujung yang berhubungan dengan kampas,
terdapat alur sehingga kampas kopling dapat masuk dengan pas dan terikat dengan alur pada
input shaft. Begitu pula dengan kampas koplingnya, terdapat alur yang ukurannya pun sesuai
juga dengan alur input shaft transmisi. Inilah makanya tidak semua kampas kopling bisa
masuk ke macam macam mobil. Sebab alur alurnya harus masuk dengan pas pada input
shaft transmisi.

b. Speed gear

Artinya adalah gigi percepatan. Roda roda gigi inilah yang menentukan berapa percepatan
yang akan dihasilkan. Pada gambar ada 5 roda gigi , tapi tak semua roda gigi yang bekerja
untuk menghasilkan percepatan.

c. Counter gear

Adalah roda gigi yang letaknya berlawanan dengan roda gigi percepatan. Bersama
sama dengan roda gigi percepatan, roda gigi ini membentuk perbandingan gigi, yang akan
menghasilkan percepatan atau perlambatan putaran.

2
d. clutch hub

Komponen yang bekerja untuk meneruskan putaran ke roda gigi percepatan ,


sekaligus juga untuk memutuskan putaran ke clutch hub. Clutch hub ini jugalah yang akan
menentukan roda gigi percepatan mana yang bekerja.

e. shift fork

Tuas garpu pemindah yang bekerja untuk mengoperasikan clutch hub, tuas inilah yang
menggerakkan clutch hub untuk meneruskan atau memutuskan putaran ke roda gigi
percepatan.

1.5. Prinsif Kerja Roda Gigi Transmisi Yang Direncanakan

Adapun prinsip kerja roda gigi dari berbagai tingkat adalah sebagai berikut:

a) Gerakan gigi satu (1st)

Pada gerakan gigi satu, poros input bergerak bebas searah putaran kemudian
menggerakkan poros sekunder melalui roda gigi (a) dan (b) sehingga putaran menjadi
berlawanan arah, kemudian roda gigi (c) pada poros sekunder menggerakkan roda gigi (i)
pada poros output, sehingga putaran menjadi searah, dan roda gigi terkopel pada poros out
put melalui spline. Dalam keadaan demikian tenaga mengalir dari poros output.

b) Gerakan gigi dua (2nd)


Pada gerakan gigi dua, poros input bergerak bebas searah putaran kemudian
menggerakkan poros sekunder melalui roda gigi (a) dan (b) sehingga putaran menjadi
berlawanan arah, kemudian roda gigi (d) pada poros sekunder menggerakkan roda gigi (j)
pada poros output, sehingga putaran menjadi searah, dan roda gigi terkopel pada poros out
put melalui spline. Dalam keadaan demikian tenaga mengalir dari poros output.

c) Gerak gigi tiga (3rd)


Pada gerakan gigi tiga, poros input bergerak bebas searah putaran kemudian
menggerakkan poros sekunder melalui roda gigi (a) dan (b) sehingga putaran menjadi

3
berlawanan arah, kemudian roda gigi (e) pada poros sekunder menggerakkan roda gigi (k)
pada poros output, sehingga putaran menjadi searah, dan roda gigi terkopel pada poros out
put melalui spline. Dalam keadaan demikian tenaga mengalir dari poros output.

d) Gerakan gigi empat (4th)


Pada gerakan gigi satu, poros input bergerak bebas searah putaran kemudian
menggerakkan poros sekunder melalui roda gigi (a) dan (b) sehingga putaran menjadi
berlawanan arah, kemudian roda gigi (f) pada poros sekunder menggerakkan roda gigi (k)
pada poros output, sehingga putaran menjadi searah, dan roda gigi terkopel pada poros out
put melalui spline. Dalam keadaan demikian tenaga mengalir dari poros output.
e) Gigi lima (5th)

Pada gerakan gigi satu, poros input bergerak bebas searah putaran kemudian
menggerakkan poros sekunder melalui roda gigi (a) dan (b) sehingga putaran menjadi
berlawanan arah, kemudian roda gigi (h) pada poros sekunder menggerakkan roda gigi (o)
pada poros out put sehiongga putaran menjadi searah, dan roda gigi terkopel pada poros
input lalui n mene. Dalam keadaan sademikian tenaga mengalir dari poros output.

f) Gigi mundur (Reverse)


Pada gerakan gigi satu, poros input bergerak bebas searah putaran kemudian
menggerakkan poros sekunder melalui roda gigi (a) dan (b) sehingga putaran menjadi
berlawanan arah, kemudian roda gigi (g) pada poros sekunder menggerakkan roda gigi (m)
pada poros pembalik sehingga puitaran menjadi searah kembali, dari roda gigi (m) diteruskan
ke roda gigi (n) pada poros out put sehingga putaran menjadi berlawanan arah. Sehingga roda
gigi (n) terkopel pada poros output melalui spline. Dalam keadaan demikian tenaga mengalir
dari poros output.

4
Poros input roda gigi

Poros output

j o
a i k L n

arah putaran

poros pembalik

b d f h

c e

(1st) (2nd) (3rd) (4th) (5th)

poros sekunder

gambar: arah putaran roda gigi

1.6. Putaran Roda Gigi

Dari data spesifikasi mobil Mitsubishi Strada Triton ini diketahui nilai perbandingan
putaran roda gigi antara gigi 1 (satu) sampai dengan gigi 5 (lima) dan reverse (gigi mundur)
yaitu :

Tabel 1. Transmisi Rasio

Kecepatan Rasio
Gear ratio 1st 4.313
2nd 2.330
5
3rd 1.436
4 th 1000
5th 0.789
Reverse (gigi mundur) 4.220
Sumber : spesifikasi teknis Mitsubishi Strada Triton

n1 (input ) gigi ratio n2 (output )

1 4.313 927 rpm

2 2.330 1716 rpm


rppm
3 1.436 2785 rpm

Input (4000) 4 1000 4000 rpm

5 0,789 5069 rpm

6 4.220 947 rpm

Gambar : Perbandingan Rasio setiap gigi

6
BAB II
TEORI DAN PERENCANAAN KOMPONEN SISTEM TRANSMISI

2.1. Teori Roda Gigi


Jika dua buah roda yang berbentuk silinder atau kerucut yang saling
bersinggungan pada kelilingnya, salah satu diputar maka yang lain ikut berputar pula.
Alat yang menggunakan cara kerja seperti ini disebut juga roda gesek.
Dalam merencanakan suatu roda gigi pada saat sekarang ini terlebih dahulu harus
mengetahui apa yang dimaksud dengan roda gigi, oleh karena itu roda gigi ialah sebuah
silinder yang dibuat bergigi pada sekelilingnya, Sehingga penerusan data diteruskan atau
dilakukan oleh gigi - gigi yang saling berkait. Transmisi roda gigi mempunyai
keunggulan dibandingkan dengan sabuk dan rantai, karena roda gigi :
Lebih ringkas sehingga menggunakan ruang yang kecil.
Dapat mentransmisikan putaran yang tinggi dan daya yang besar.
Untuk mereduksikan mudah dilakukan.

Pemakaian roda gigi sebagai alat transmisi telah menduduki tempat terpenting
selama 200 tahun terakhir ini. Penggunaanya mulai dari alat ukur yang kecil sampai pada
yang berdaya mega watt.

2.1.1. Klasifikasi Roda Gigi.


Roda gigi diklasifikasikan menurut letak poros, arah putaran dan bentuk jalur gigi

Tabel 2.1 Klasifikasi roda gigi

Letak poros Roda gigi Keterangan


Roda gigi lurus, (a) (klasifikasi atas dasar
Roda gigi miring, (b) bentuk alur gigi)
Roda gigi dengan Roda gigi miring ganda, (c)
poros sejajar Roda gigi luar Arah putaran berlawanan
Roda gigi dalam dan pinyon, (d) Arah puataran sama
Batang gigi dan pinyon, (e) Gerakan lurus dan berputar

7
Roda gigi kerucut lurus, (f) (Klasifikasi atas dasar
Roda gigi kerucut spiral, (g) bentuk alur gigi)
Roda gigi kerucut ZEROL
Roda gigi kerucut miring
Roda gigi kerucut miring ganda
Roda gigi permukaan dengan (roda gigi dengan poros
Roda gigi dengan poros berpotongan, (h) berpotongan berbentuk
poros berpotongan istimewa)
Roda gigi miring silang, (i) Kontak titik
Batang gigi miriing silang Gerakan lurus dan berputar
Roda gigi cacing silindris, (j)
Roda gigi cacing selubung ganda
Roda gigi dengan (globoid), (k)
poros silang Roda gigi cacing samping
Roda gigi hiperboloid
Roda gigi hipoid, (l)
Roda gigi permukaan silang
Sumber : Sularso, Elemen mesin, hal 212

8
Gambar 2.1. klasifikasi roda gig
Roda gigi lurus (a) merupakan roda gigi paling dasar dengan jalur gigi yang sejajar
poros. Roda gigi miring (b) mempunyai jalur gigi yang membentuk ulir pda silinder jarak
bagi, pada roda gigi miring ini perbandingan kontak adalah lebih besar dari pada roda gigi
lurus, sifat ini sangat baik untuk menstransmisikan putaran tinggi dan beban besar. Dalam hal
roda gigi miring ganda (c) gaya aksial yang timbul pada gigi yang mempunyai alur yang
membentuk V tersebut, akan saling meniadakan.
Roda gigi dalam (d) dipakai jika diingini alat transmisi dengan ukuran kecil dengan
perbandingan reduksi besar, karena pinyon terletak didalam roda gigi. Batang gigi (e)
merupakan dasar profil pahat pembuat gigi. Roda gigi lurus (f) dengan gigi lurus, adalah
yang paling mudah dibuat dan paling sering dipakai. Tetapi roda gigi ini sangat berisik
karena perbandingan kontaknya yang kecil. Roda gigi kerucut spiral (g), karena mempunyai
perbandingan kontak yang lebih besar, dapat meneruskan putaran tinggi dan beban besar.
Dalam golongan roda gigi dengan poros bersilang, terdapat roda gigi miring silang (i), roda

9
gigi cacing(j dan k), roda gigi hipoid (i), dll. Roda gigi macam (j) mempinyai cacing
berbentuk silinder dan lebih umum dipakai. Tetapi untuk beban besar, cacing globoid atau
cacing selubung ganda (g) dengan perbandingan kontak yang lebih besar dapat dipergunakan.
Roda gigi hipoid adalah seperti yang dipakai pada roda gigi diferensial automobil.

10
2.1.2. Perencanaan Poros.
Poros merupakan salah satu komponen yang sangat penting pada sebuah mesin, dan
meneruskan daya, hampir semuamesin meneruskan tenaga bersamaan dengan putaran,
peranan utama dalam pada transmisi dipegang oleh poros.
Poros meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya yaitu transmisi,
spindel dan gardan poros transmisi mendapat beban puntir murni atau puntir lentur. Dan
daya yang di transmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk atau
sproket rantai dll.
Untuk mereneanakan sebuah poros, hal-hal yang perlu di perhatikan adalah :
-Kekuatan poros.
-Kekakuan poros.
-Putaran kritis,
-Korosi,
-Bahan poros.
Spline adalah gigi luar yang terdapat pada poros dan gigi dalam yang terdapat pada
naff yang sangat berperan dalam meneruskan daya putaran dari roda gig lainnya,
Dalam perencanaan poros ini daya dan putaran yang di transmisikan roda gigi
Mitsubishi Strada Triton dengan daya 178 Hp 4000 rpm dengan torsi maksimum 40,8
kgm /2.000 rpm
Pada kendaraan ini terdapat dua poros yaitu poros input dan poros output. Dasar
perencanaan dan pemilihan Elemen Mesin, Sularso, Mengemukakan dalam
pereneanaan diperlukan faktor koreksinya yang terdapat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.2. faktor-faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan, f c


Daya yang akan ditransmisikan Faktor koreksi (f c )
Daya rata-rata yang di perlukan 1,2-2,0
Daya maksimumyang diperlukan 0,8-1,2
Daya normal 1,0-1,5
Sumber : Daftar kepustakaan 4, hal 7

Maka daya perencanaan dapat diambil dengan persamaan:

Pd=fc . P ( kw ) ... . ( 1 )

Dan momen puntir perencanaan yang terjadi akibat daya dan putaran dapat dicari:

13
Pd
T =9,74. 105 . ( 2)
n

Untuk perencanaan lainnya dipilih bahan yang aman bila tegangan geser yang
terjadi harus lebih kecil dari tegangan geser yang diizinkan. Dapat dilihat pada poros
dibawah ini.Baja karbon untuk kontruksi dan baja batang yang difinis dingin untuk poros.

Standar jenis Lambang Perlakuan Kekuatan Keterangan


panas tarik
2
(kg /mm )
Baja karbon S30C Penormala 48
konstruksi mesin S45C n 52
(JIS G 4501) S40C - 55
S45C - 58
S50C - 62
S55C - 66
-
Batang baja yang S34C-D - 53 Ditarik dingin,
difinis dingin S45C-D - 60 digerinda, dibubut atau
S55C-D - 72 digabungkan antara hal-
hal tersebut
Tabel 2.3. Baja karbon untuk kontruksi mesin dan baja batang yang difinising dingin
untuk poros
Sumber: Daftar kepustakaan 4, hal 3

Tegangan geser yang diizinkan pada poros dapat dicari dengan persamaan :

B
a= .(kg/mm2 ) .(3)
S f 1 S f 2

Kemudian setelah itu baru dapat ditentukan diameter poros dengan persamaan :

1
ds=
[ 5,1
]
K . C . T 3 .. (4)
a t b

Maka tegangan geser yang terjadi pada poros penggerak dapat dihitung dengan
persamaan:

T
=5,1 . . (5)
ds 1

Tabel 2.4. diameter poros (satuan mm)

14
4 10 *22,4 40 100 *224 400
24 (105) 240
25 42 110 250 420
260 440
4,5 *11,2 28 45 *112 280 450
12 30 120 300 460
*31,5 48 *315 480
5 *12,25 32 50 125 320 500
130 340 530
35 55
*5,6 14 *35,5 56 140 *355 560
(15) 150 360
6 16 38 60 160 380 600
(17) 170
18 63 180 630
19 190
20 200
22 65 220
7 70
*7,1 71
75
8 80
85
9 90
95
Keterangan :
1. Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari bilangan
standar
2. bilangan didalam kurung hanya dipakai untuk bagi yang dimana akan dipasang
bantalan gelinding.
Sumber : Daftar kepustakaan 4, hal 9

Pada poros output putarannya (n2 ) dapat ditemukan dengan perbandingan reduksi
(i) yang telah ditentukan yaitu dengan persamaan :

n1
i= .. ( 6 )
n2

2.1.3. Perencanaan Spline.

15
Alex Vallance dan Venton Levi Doughtie, mengemukakan spline adalah gigi luar
yang terdapat pada poros. Dan spline yang akan direncanakan adalah :

-Ukuran-ukuran spline

-Bahan spline

-Keamanan spline

Gaya tangensial yang terjadi dapat dicari dengan persamaan :

2T
Ft= . ( 7)
D

2.1.4. Pemilihan Bahan Spline.

Spline atau poros bintang adalah bagian dari poros yang berbentuk gigi memanjang.
Pembuatan bagian ini pada poros terutama untuk menetapkan roda gigi transmisi sehingga
diperoleh putaran sesuai yang diinginkan. Untuk pemilihan bahan spline dapat diambil pada
tabel dibawah ini .

Lambang Kekuatan
Batas mulur Kekerasan
Bentuk Bentuk tarik(kg/
Bentuk poros (kg/mm) (Hb)
cincin cakera mm)
SFCM 60R
SFCM 60S SFCM 60D 60-75 37 170
SFCM 65R
SFCM 65S SFCM 65D 65-80 42 178
SFCM 70R
SFCM 70S SFCM 70D 70-85 46 201
SFCM 75R
SFCM 75S SFCM 75D 75-90 59 217
SFCM 80R
SFCM 80S SFCM 80D 80-95 55 229
SFCM 85R
SFCM 85S SFCM 85D 85-100 59 241
SFCM 90R
SFCM 90S SFCM 90D 90-105 64 255
SFCM 95R
SFCM 95S SFCM 95D 95-110 70 269
SFCM
SFCM 100S SFCM 100D 100-115 77 285
100R
Tabel 2.5. standar pemilihan bahan spline

*Batas mulur ini merupakan harga terendah , dimana harga terbesarnya tergantung pada
ukuran sample. Sumber : sularso, Elemen Mesin, hal 338.

Maka untuk tegangan geser yang diizinkan pada spline dapat ditentukan dengan persamaan :

16
b
ka = .. .. ( 8 )
sf k 1 . sf k 2

Sedangakan untuk tegangan geser yang terjadi pada spline dapat digunakan persamaan :

F
= . l ( 9)
b

ka<
jadi, maka konstruksi aman

2.1.5 Perencanaan Roda Gigi.

Nama-nama bagian utama roda gigi diberikan dalam gambar berikut, adapun
ukurannya dinyatakan dengan diameter lingkaran jarak bagi, yaitu lingkaran hayal yang
menggelinding tanpa slip. Ukuran gigi dinyatakan dengan "jarak bagi lingkar" Yaitu jarak
sepanjang lingkaranjarak bagi antara profil dua gigi yang berdekatan.

Gambar 2.2. nama-nama bagian roda gigi

Adapun tata cara perencanaan roda gigi lurus. Misalkan daya yang akan
ditransmisikan, putaran poros, perbandingan reduksi dan jarak sumbu poros diberikan.
Maka setelah dilakukan koreksi pada daya yang ditransmisikan, diameter lingkaran,
diameter lingkaran jarak bagi dapat ditaksir. Selanjutnya modul dapat dipilih untuk
sementara dari diagram pemilihan modul.

17
2.1.6 Diameter Lingkaran Jarak Bagi Sementara.

Harga i, yaitu perbandingan ntara jumlah gigi pada roda gigi dan pada pinion,
disebut perbandingan roda gigi atau transmisi.

Perbandingan ini dapat sebesar 4 sampai 5 dalam hal roda gigi lurus standar, dan
dapat diperbesar sampai 7 dengan perubahan kepala. Pada roda gigi miring ganda,
perbandingan tersebut dapat sampai 10.

Maka jarak surnbu poros (a) dan diameter lingkaran jarak bagi d1 dan d2
dapat dinyatakan sebagai berikut (Sularso 1978, hal 216)

Untuk jarak sumbu poros (a) dapat diperoleh persamaan

d 1+d 2
a= ( mm ) .. (10)
2

Pada perncanaan ini jarak sumbu poros (a) pada roda gigi dimisalkan = 200 mm.

Diameter sementara lingkaran jarak bagi ( d 1 dan d 2 ) dapat ditentukan dengan persamaan

2a
d 1= ( mm ) .. ( 11 )
1+ i

2. a .i
d 2= ( mm ) . (12 )
1+i

Untuk harga modul (m) disesuaikan dengan daya rencana (Pd) dan putaran poros
(n)pada roda gigi lurus pada gambar 6,24. (Sularso Suga1978. Hal 245), jadi untuk roda gigi
miring ini dipilih harga m=2

Sedangkan untuk sudut ( ) , yaitu sudut kemiringan garis tekanan disebut sudut
tekanan, yang merupakan arah tekanan pada permukaan gigi, biasanya diambl sebesar
( =20 0) . Sularso Suga 1978. Hal 217)

18
2.1.7 Jumlah gigi
Untuk jumlah gigi ( Z1 dan Z 2 ) dengan harga modul standar yang dapat dilihat
pada tabel 2.7.

Tabel 2.6. harga modul standar

Seri ke-1 Seri ke-2 Seri ke-3 Seri ke-1 Seri ke-2 Seri ke-3

0,1 4
3,5
0,15
0,2 5
4,5
0,25
0,3 6
5,5
0,35
0,4
8
0,45 7
0,5
10
0,55 9
0,6
3
0,65 12
11
0,7
16
0,75 14
0,8
6
20
0,9 13
1
1,25 25
22
1,5
*keteran gan :
32
dalam 1,75 28
2
40
2,25 36
2,5
50
2,75 45
3 3,25

pemilihan seri ke-1;jika dipilih dari seri ke-2 dan seri ke-3
Sumber : Sularso, hal 216

Yang menggunakan persamaan (Sularso Suga, 1978, hal 216):


d
Z 1= 1 .. . ( 13 )
m

d2
Z 2= .. . ( 14 )
m

Maka, perbandingan gigi didapatkan persamaan (Sularso Suga, 1978,hal 216):


Z
i= 2 . (15)
Z1

19
2.1.8 Diameter Lingkaran Jarak Bagi.

Roda gigi yang disebut roda gigi lurus standar, dibentuk pada posisi dimana
lingkaran jarak bagi yang berdiarneter z.m menggelinding tanpa slip pada garis datum
batang gigi dasar. Roda-roda gigi yang dihasilkan, karena mempunyai sudut tekanan dan
modul yang sama, dapat saling bekerja sarna, tanpa tergantung pada jumlah giginya.
Roda gigi semacam itu disebut roda gigi yang dapat saling dipertukarkan (Sularso
Suga,1978, hal 219).

Maka, persamaan untuk diameter lingkaran jarak bagi dan jarak sumbu poros
pada lingkaran jarak bagi (Sularso Suga, 1978, hal 220) adalah :

d 0 1=Z 1 . m ( mm ) ..(16)

d 0 2=Z2 . m ( mm ) .. ..(17)

Z1 + Z 2
A 0= . m ( mm ) .. ( 18 )
2

2.1.9 Diameter Lingkaran Dasar.

Pada perencanaan roda gigi ini untuk diameter lingkaran dasar dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan (Sularso Suga, 1978, hal 220) :

d g 1=Z 1 . m .cos 0 ( mm ) ...(19)

d g 2=Z 2 . m .cos 0 ( mm ) .. . ..(20)

Dimana ( 0=200 )

2.1.10 Kelonggaran Puncak dan Kelonggaran Sisi.

20
Agar profil pahat dapat memotong kelonggaran puncak, harus dipertinggi dengan
C k =0,25 m dibandingkan dengan batang gigi dasarnya dan kelonggaran puncak
C k (mm) biasanya = 0,25 x modul atau lebih. Jadi untuk menghitung harga
C k didapatkan persamaannya (Sularso Suga, 1978, hal 219) :

C k =0,25 m ( mm ) . ( 21 )

Pada perencanaan ini untuk kelonggaran sisi pada roda gigi ini dianggap 0
terlebih dulu demi memudahkan perhitungan ( C 0=0 ) . . (Sularso Suga, 1978,hal 234).

2.1.11 Diameter Lingkaran Kepala.


Untuk menghitung diameter lingkaran kepala pada roda gigi ini maka
didapatkan persamaan (Sularso Suga, 1978, hal 219) :
d k 1=( Z 1+ 2 ) m ( mm ) .. ..(22)

d k 2=( Z 2+ 2 ) m ( mm ) .. ..(23)

2.1.12 Diameter Kaki.

Pada diameter kaki roda gigi ini dapat dihitung dengan memakai persamaan
(Sularso, 1978, hal 248) :

df 1=( z 12 ) m2. c k ( mm ) .(24 )

df 2=( z2 2 ) m2. c k ( mm ) .. .(25)

2.1.13 kedalaman pemotongan (H)

Untuk kedalaman pemotongan dapat digunakan persamaan (Sularso, 1978, hal 220):

H=2 m+C k ( mm ) . . ( 26 )

21
2.1.14 faktor bentuk gigi

Untuk menentukan faktor bentuk gigi (Y) dapat dilihat dari jumlah gigi.

Tabel 2.7 faktor bentuk gigi

Jumlah Y Jumlah Y
gigi gigi

10 0,201 25 0,339
11 0,226 27 0,349
12 0,245 30 0,358
13 0,261 34 0,571
14 0,276 38 0,383
15 0,289 43 0,396
16 0,295 50 0,408
17 0,302 60 0,431
18 0,308 75 0,434
19 0,314 100 0,446
20 0,320 150 0,459
21 0,327 300 0,471
22 0,333 Batang 0,484
gigi
Sumber : Sularso 1978, hal 240

2.1.15 Kecepatan Keliling.

Jika diameter jarak bagi adalah d b 1 (mm) ,maka kecepatan keliling v (m/s) pada
lingkaranjarak bagi roda gigi yang mempunyai putaran n1 (rpm) dapat ditentukan dengan
persamaan (Sularso 1978, ha1 238) adalah :

nd 1 n1
v= ( m/s ) (27)
60 1000

2.1.16 Gaya Tangensial Pada Roda Gigi.

Pada roda gigi ini gaya tangensial yang terjadi akibat kecepatan keliling dan daya
yang ditransmisikan dapat ditentukan dengan persamaan (Sularso Suga, 1978 hal 238)
adalah :

102. Pd
Ft= ( Kg ) ( 28 )
v

22
2.1.17 Faktor dinamis

Harga untuk faktor dinamis dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.8 faktor dinamis fv

kecepatan
3
f v=
v =0,510 m/s 3+v
Rendah
Kecepatan
6
f v=
v =520 m/s 6+ v
Sedang
Kecepatan
5,5
f v=
v =2050 m/s 5,5+ v

Sumber : Daftar pustaka 4, hal 240

Pada perencanaan ini dipakai faktor dinamis yang berkecepatan rendah


dengan persamaan (Sularso Suga, 1978, hal 240) :

3
fv= .(29)
3+v

2.2.1 Pemilihan Bahan Dan Tegangan Yang Terjadi Pada Roda Gigi Serta Faktor
Tegangan Kontak

Dalam pemilihan bahan dan ketentuan gigi perlu diperhatikan. Roda gigi
memindahkan momen melalui kontak luncur antara permukaan gigi berpasangan. Selama
kontak, kecepatan sudut harus dapat dijaga tetap, yang berarti putaran harus dapat
berlangsung dengan halus dan dengan perbandingan yang tetap. Kerusakan gigi-gigi pada
roda gigi dapat terjadi berupa aus atau berlubang-lubang, patah atau pun tergores-gores.

2
Tegangan lentur yang diizinkan a (kg /mm ) , yang besamya tergantung
pada macam bahan dan perlakuan panas, dapat diperoleh dari tabel halaman berikutnya.

23
Tabel 2.9 Tegangan lentur yang diizinkan a pada bahan roda gigi.

Kekuatan Kekerasan Tegangan lentur


Lambang tarik yang diizinkan
Kelompok bahan (Brinel)
bahan 2 2
b (kg /mm ) Hb a (kg/mm )
FC 15 15 140-160 7
FC 20 20 160-180 9
Besi cor
FC 25 15 180-240 11
FC 30 30 190-240 13
SC 42 42 140 12
Baja cor SC 46 46 160 19
SC 49 49 190 20
S 25C 45 123-183 21
Baja karbon untuk
S 35C 52 149-207 26
konstruksi mesin
S 45C 58 167-229 30
400
(dicelup
S 15CK 50 dingin
30
dalam
Baja paduan dengan
minyak)
pengerasan kulit
600(dicelup
SNC 21 80 dingin 35-40
SNC 22 100 dalam 40-55
minyak)
SNC 1 75 212-225 35-40
Baja khrom nikel SNC 2 85 248-302 40-60
SNC 3 95 269-321 40-60
Perunggu 18 85 5
Logam delta 36-60 - 10-20
Perunggu posfor
(coran) 19-30 70-100 5-7
Perunggu nikel
(coran) 64-90 180-260 20-30
Damar phenol, dll 3-5
Sumber : daftar pustaka 4, hal 241

Untuk faktor tegangan kontak (k h ) mempunyai hubungan erat dengan


bahan, sudut tekanan kerja, dan kekerasan permukaan gigi. Harga (k h ) untuk berbagai
gabungan bahan dan kekerasan, diperlihatkan dalam tabel dibawah ini, harga kekerasan
dalam tabel ini merupakan harga rata-rata dariharga dalam tabe 2.10.

24
Bahan roda gigi
kH Bahan roda gigi (kekerasan H B kh
(kekerasan H B
2 2
Roda gigi (kg /mm ) (kg /mm )
Pinyon Pinyon Roda gigi besar
besar
Baja
Baja (150) 0,027 Baja (400) Baja (400) 0,311
(150)
(150) 0,039 (500) (400) 0,329
(200)
(150) 0,053 (600) (400) 0,348
(250)
(200) 0,053 (500) (500) 0,389
(200)
(200) 0,069 (600) (600) 0,569
(250)
(200) 0,086 (150) Besi cor 0,039
(300)
(250) 0,086 (200) - 0,079
(250)
(250) 0,107 (250) - 0,130
(300)
(250) 0,130 (300) - 0,139
(350)
(300) 0,130 (150) Perunggu posfor 0,041
(300)
(300) 0,154 (200) - 0,082
(350)
(300) 0,168 (250) - 0,135
(400)
(350) 0,182 Besi cor Besi cor 0,188
(350)
(350) 0,210 Besi cor nikel Besi cor nikel 0,186
(400)
(350) 0,226 Besi cor nikel Perunggu fosfor 0,155
(500)
Tabel 2.10 Faktor Tegangan Kontak Pada bahan Roda Gigi

Sumber : daftar pustaka 4, hal 243

2.2.2 Besarnya Beban lentur Yang Diizinkan Dan Behan Permukaan


Yang Diizinkan
Pada perncanaan roda gigi didapatkan ini besarnya beban lentur yang diizinkan
dengan persamaan (Sularso Suga, 1078, hal 240)

F ' b1 = a 1 . m. Y 1 . f v .(kg /mm) ..(30)

kg
F ' b2 = a 2 . m. Y 2 . f v . ( mm ) . ..(31)
seperti pada perhitungan lenturan , beban permukaan yang diizinkan per satuan lebar
F' (kg/mm) dapat diperoleh pada persamaan (Sularso Suga, 1978, hal 224)
2z
F ' H =F V . k H .d 01 .. .. ..(32)
2

z1 + z2

2.2.3 Lebar Sisi Dan Tebal Antara Dasar Alur Pasak Serta Dasar Kaki Gigi.

25
Lebar sisi yang diperiukan, atas dasar perhitungan kekuatan terhadap tekanan
permukaan dapat dihitung dengan persamaan (Sularso Suga, 1978, hal 244)
Ft
b= . ..(33)
F H ( mm )

2.3.1 Perencanaan bantalan


Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sihingga putaran atau
gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, awet, dalam pemakaian.
Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja
dengan baik.
Jenis-jenis bantalan
atas dasar gerakan bantalan terhadap poros
- bantalan luncur
- bantalan gelinding
atas dasar arah beban terhadap poros
- bantalan radial
- bantalan aksial
- bantalan gelinding

Bantalan yang direncanakan dalam perencanaan ini adalah bantalan gelinding dengan
mendapatkan beban radial dari rumah bantalan yang turut berputar bersama-sama dengan
rumah roda gigi (Sularso Suga, 1978, hal 103)
gaya akibat putaran poros dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 28, Ft (kg)
T
Ft = ..(34)
rm
Apabila nilai r m belum didapatkan, maka dapat dicaro dengan persamaan :
ds
r m= ..(35)
2
Gaya tangensial yang timbul akibat momen puntir pada poros dapat dicari dengan
persamaan dari buku sularsso, sebagai berikut :
2T
Ft = ..(36)
d
Gaya radial Fr yang terjadi pada bantalan dapat dicari dengan merencanakan sudut
tekan antara cincin dan bola ( ) didapat :

26
Fr =F t tg ( ) (38)
Beban ekivalen dinamis yaitu suatu beban besarnya sedemikian rupa hingga
memberikan umur yang sama dengan umur yang diberikan oleh beban dan kondisi putaran
yang sebenarnya, untuk itu juga dibawah ini ada tabel factor, umur dan pemilihan nomor
bantalan.

Beba Baris
Baris ganda
n tunggal
Beban puta
Baris
putar pada r Baris
Jenis ganda
tunggal
bantala cincin pada
F a /V F r >lF a /V F r F a / V F r >l L
n dalam cinci
n
luar

V X Y X Y X Y Y0 Y0 X0 Y 0

2,3 2,3 0,1


0 0 9
1,9 1,9 0,2
9 0 2
1,7 1,7 0,2
F a . C a=
1 1 6
0,014 1,5 1,5 0,2
Bantala
=0,028
5 5 8
n bola =0,056
1,4 1,4 0,3
=0,84
alur
=0,11 5 5 0
1 0,5 0,
dalam =0,17 1 1,3 1 0 1,3 0,3 0,6 0,5 0,5
=0,28 2 6 6
1 1 4
=0,42
1,1 1,1 0,3
=0,56
5 5 8
1,0 1,0 0,4
4 4 2
1,0 1,0 0,4
0 0 4

27
1,0 1,0 0,7 1,6 0,4 0,8
0,4
0 9 0 3 2 4
3
0,8 0,9 0,6 1,4 0,3 0,7
0,4
=200 7 2 7 1 8 6
Bantala 0 1
25 0,7 0,7 0,6 1,2 0,3 0,6
n bola 300 0,3
35
0 1 6 8 3 4 3 6
sudut 1 9 1 0,5 1
0 0,6 0,6 0,6 1,0 0,2 0,5
40 3 0,3
6 6 0 7 9 8
7
0,5 0,5 0,5 0,9 0,2 0,5
0,3
6 5 7 7 6 2
5

Tabel 2.11 faktor-faktor V,X,Y, X 0 , Y 0


Sumber : sularso, (135)

Tabel 2.12. bantalan untuk permesinan serta umurnya

Lo 2000-4000 5000-15000 40000-60000


Umur 20000-30000 (jam)
(jam) (jam) (jam)
Pemakaian Pemakain terus-
sebentar- menerus
Pemakaian Pemakaian terus-
sebentar (tidak dengan
Faktor beban jarang menerus
FN terus keandalan
menerus) tinggi
Pompa, poros
Poros transmisi
transmisi,
utama yang
Kerja separator,
Konveyor, memegang
halus Alat listrik pengayak, mesin
1- mesin peranan
tanpa rumah perkakas, pres
1,1 pengangkat lift, penting, motor-
tumbuka tangga putar, separator
tangga jalan motor listrik
n sentrifugal,
yang penting
sentrifus pemurni
gula, motor listrik
Pompa
pengguras
medin pabrik
Mesin Motor kecil, roda
kertas, rol
1,1- Kerja pertanian, Otomobil, meja, pemegang
kelendar, kipas
1,3 biasa gerinda mrsin jahit pinion, roda gigi
angin, kran,
tangan reduksi, kereta rel
penggiling bola,
motor utama
kereta rel listrik
1,2- Kerja Alat-alat besar, Penggetar,
1,5 dengan unit roda gigi penghancur
getaran dengan getaran
atau besar, rolling

28
tumbuka
mill
n
Sumber : sularso

Kapasit
Kapasit
as
No Faktor as
konstan nomina
Bantal Ukuran luar (mm) beban nomina
ta l
an aksial l statis
dinamis
spesifik
spesifik
d D T B b r r1 p Y1 Y0 e C C0
30302 1 42 14,2 1 1 1,5 0,5 3,3 2,1 1,2 0,28 1640 1000
30303 5 47 5 3 1 1,5 0,5 4,6 2,1 1,2 0,28 2030 1280
30304 1 52 15,2 1 1 2 0,8 4,4 2,0 1,1 0,30 2490 1670
30305 7 62 5 4 2 2 0,8 5,0 2,0 1,1 0,30 3300 2250
30306 2 72 16,2 1 1 2 0,8 5,2 1,9 1,0 0,32 4200 2970
30307 0 80 5 5 3 2,5 0,8 6,0 1,9 1,0 0,32 5350 3950
30308 2 90 18,2 1 1 2,5 0,8 5,0 1,7 0,9 0,35 6100 4750
30309 5 10 5 7 5 2,5 0,8 5,9 1,7 5 0,35 7600 6050
30310 3 0 20,7 1 1 3 1 6,1 1,7 0,9 0,35 8900 7150
30312 0 11 5 9 6 3,5 1,2 7,1 1,7 5 0,35 11900 9950
3 0 22,2 2 1 0,9
5 13 5 1 8 5
4 0 25,2 2 2 0,9
0 5 3 0 5
4 27,2 2 2
5 5 5 2
5 29,2 2 2
0 5 7 3
6 33,5 3 2
0 1 6
32304 2 52 22,2 2 1 2 0,8 8,2 2,0 1,1 0,30 3200 2350
32305 0 62 5 1 8 2 0,8 9,5 2,0 1,1 0,30 4400 3300
32306 2 72 25,2 2 2 2 0,8 9,7 1,9 1,0 0,32 5650 4500
32307 5 80 5 4 0 2,5 0,8 12, 1,9 1,0 0,32 7000 5700
32308 3 90 28.7 2 2 2,5 0,8 1 1,7 0,9 0,35 8150 7000

29
32309 0 10 5 7 3 2,5 0,8 12, 1,7 5 0,35 9850 8600
32310 3 0 32,7 3 2 3 1 3 1,7 0,9 0,35 12000 10800
5 11 5 1 5 12, 5
4 0 35,2 3 2 5 0,9
0 5 3 7 12, 5
4 38,2 4 3 7
5 5 6 0
5 42,2 4 3
0 5 0 3
Tabel 2.13. pemilihan nomor bantalan
Sumber sularso, (144)

Langkah selanjutnya untuk faktor kecepatan Fn pada bantalan ini dapat dicari
dengan persamaan dari buku sularso.
1
Fn = [ ]3,3 3
n
(38)

Pada faktor umur ( F n ) ditentukan dengan persamaan :


1
f n=
[ ]
Lh 3
500
(39)

Dimana :
Lh : lama pemakain
Maka kapasitas nominal dinamis spesifik (C) dapat ditentukan,jadi persamaan :
Pr . F h
C= ..( 40)
fn

BAB III
PERHITUNGAN KOMPONEN SISTEM TRANSMISI
Hampir semua mesin meneruskan daya bersama poros, baik mesin yang berukuran
kecil maupun besar.
Pada perhitungan ini, poros-poros yang akan dianalisa ada empat poros yaitu :
1. Poros penggerak (input)
2. Poros yang digerakkan (perantara)
3. Poros Ouput
4. Poros Mundur

30
Sebelum kita melangkah ke perhitungan, diameter poros (ds) perlu diperhatikan hal-
hal atau faktor apa saja yang dapat dipergunakan kedalam poros yang akan kita pakai nanti.
Untuk itu, dibawah ini akan diberikan faktor-faktor serta pengambilan harga-harga batas izin
yang dapat dipakai pada perencanaan ini.

3.1.1 Perhitungan Poros Penggerak (Input)


Poros merupakan salah satu komponen yang sangat penting pada sebuah mesin, dan
meneruskan daya, hampir semua mesin meneruskan tenaga bersamaan dengan putaran,
peranan utama pada transmisi dipegang oleh poros.
Hal-hal yang diperhatikan dalam perencanaan sebuah poros adalah berat beban dan
besarnya daya yang akan diberikan sedang yang lainnya adalah:
1. Kekuatan poros
2. Kekakuan poros
3. Puntiran kritis
4. Bahan poros

Daya rencana
Jika P adalah daya nominal output dari motor penggerak. Maka berbagai macam faktor
keamanan biasanya diambil dalam perencanaan, sehingga koreksi pertama dapat diambil
kecil. Jika faktor koreksi adalah fc (Tabel 3.1) maka daya rencana Pd (kW) sebagai patokan
adalah:

Tabel 3.1. faktor-faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan, f c


Daya yang akan ditransmisikan Faktor koreksi
(f c )
Daya rata-rata yang di perlukan 1,2-2,0
Daya maksimumyang 0,8-1,2
diperlukan 1,0-1,5
Daya normal
Sumber : Daftar kepustakaan 4, hal 7

Daya (P) = 178 Hp


= 178 0,735 kW karena 1 Hp=0,735 Kw
= 131 kW

31
Putaran (n) = 4000 rpm.

Daya rencana (Pd) dapat dihitung dengan persamaan 1 :


Pd =f c . P ( kw )
Dimana :
Pd =daya rencana
f c =faktor koreksi
1,2(daya maksimum yang diperlukan)
P=daya yang ditransmisikan(kW )

Harga Fc diambil sebesar 1,2 dari tabel 3.1:


Pd =1,2. 131 kW
157.2 kW

Momen Puntir
Jika momen puntir (disebut juga sebagai momen rencana) adalah T (kg.mm) maka
dapat dihitung dengan persamaan 2 :
Pd
T =9,74. 105
n
Dimana :
T =momen puntir yang terjadi
Pd=daya rencana ( kW )
157,2 kW
n= putaran poros ( rpm )
4000 rpm
Maka momen yang terjadi :
5 Pd
T =9,74. 10
n
157,2
9,74.10 5
4000
38278,2 kg . mm

Tabel 3.2. T yang dihasilkan karena perbedaan dari n


Poros n(rpm) T (kg . mm)

32
Input 4000 38278,2
Perantara 1716 89226,6
Output 927 165170,2
Mundur 947 161681,9

Bahan Poros
Poros yang digunakan pada mesin umum biasanya terbuat dari baja batang yang
ditarik dingin, sedangkan poros yang digunakan untuk meneruskan putaran tinggi dan beban
berat dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan.
Bahan yang akan diambil dalam pembuatan poros adalah S45C-D dengan kekuatan

tarik ( b=60 kg /mm2 )

Kekuatan
Perlakuan tarik Keterangan
Standar jenis Lambang
panas
(kg /mm2)

Batang baja yang S34C-D - 53 Ditarik dingin, digerinda,


difinis dingin S45C-D - 60 dibubut atau
S55C-D - 72 digabungkan antara hal-
hal tersebut
Tabel 3.3. baja batang yang difinising dingin untuk poros
Sumber: Daftar kepustakaan 4, hal 3

Dengan melihat tabel diatas diperoleh :

- Bahan poros : S45C-D


- Kekuatan tarik ( b ) : 60 kg /mm2
- Faktor keamanan (S f 1 ) : 6,0 (untuk bahan S-C)
- Faktor keamanan ( S f 2 ) : 2,0 (keamanan dan kekasaran)
- Faktor koreksi momen puntir ( k t ) : 1,2 (sedikit kejutan atau tumbukan)
- Faktor koreksi pembebanan lentur (C b) : 1,3 (adanya beban puntir)

Tegangan geser yang diizinkan ( a) :


Tegangan geser dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 3 :

B
a=
S f 1 S f 2

33
Diamana :
a = tegangan geser yang dizinkan (kg /mm2)
b = kekuatan tarik beban (kg /mm2)
Maka :
60
a=
62
2
5 kg/ mm

Diameter poros ( d s )
Dalam membuat diameter poros perlu diperhatikan momen puntir dan momen lentur
dengan menggunakan faktor koreksi. Faktor koreksi untuk puntiran dinyatakan dengan Kt.
1
ds=
[ 5,1
a
. K t .C b .T
] 3

1
[ 5,1
5
.1,5 1,3 38278,2 ] 3

3 7,9 mm

Dengan cara yang sama maka didapat diameter poros seperti pada tabel 3.4. sebagai
berikut :
Tabel 3.4. d s (diameter poros) yang dihasilkan karena perbedaan dari n
Poros T ( kg . mm) d s (diameter poros)
Input 38278,2 38
Perantara 89226,6 55
Output 165170,2 65
Mundur 161681,9 65

Maka diameter poros berdasarkan perhitungan 37,9 dengan demikian diambil dari
tabel menjadi 38 mm.

Tabel 3.5. diameter poros (satuan mm)


4 10 *22,4 40 100 *224 400
24 (105) 240
25 42 110 250 420

34
260 440
4,5 *11,2 28 45 *112 280 450
12 30 120 300 460
*31,5 48 *315 480
5 *12,25 32 50 125 320 500
130 340 530
35 55
*5,6 14 *35,5 56 140 *355 560
(15) 150 360
6 16 38 60 160 380 600
(17) 170
18 63 180 630
19 190
20 200
22 65 220
7 70
*7,1 71
75
8 80
85
9 90
95
Sumber : Daftar kepustakaan 4, hal 9.
Keterangan :
3 Tanda * menyatakan bahwa bilangan yang bersangkutan dipilih dari bilangan standar
4 bilangan didalam kurung hanya dipakai untuk bagi yang dimana akan dipasang bantalan
gelinding.
Tegangan geser yang terjadi ( )

Maka tegangan geser yang terjadi dapat digunakan persamaan 5 :

5,1 T
=
(ds)3
5,1 38278,2

(38)3
3,56(kg/ mm2 )

Tabel 3.6. (tegangan geser yang terjadi) karena perbedaan dari T


Poros T (kg . mm) ds (tegangan geser yang terjadi)
Input 38278,2 38 3,56
Perantara 89226,6 55 2,7
Output 165170,2 65 3,0
Mundur 161681,9 65 3,0
Jadi
berdasarkan perhitungan diatas maka didapat tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari
tegangan geser yang diizinkan.

35
a>

2
5 > 3,56 kg/mm , Maka konstruksi poros aman

3.1.2 Poros Yang digerakkan


Pada poros yang digerakkan output putarannya adalah ( n2 ) dapat ditemukan
dengan perbandingan reduksi (i) yang telah ditentukan oleh persamaan 6 :

n1 n1
i= , n2=
n2 i

4000
n2=
2,330
1716 rpm

Untuk diameter poros yang digerakkan diambil nilai momen puntir (T) yang paling
tinggi, jadi :
pd
T =9,74 105 .
n
5 131
9,74 10 .
1716
89226,6 kg . mm

Tabel 3.7. Momen Puntir (poros yang digerakkan)


Poros n(rpm) T (kg . mm)
Input 4000 38278,2
Perantara 1716 89226,6
Output 927 165170,2
Mundur 947 161681,9

36
3.2.1 Analisa Spline

Spline adalah bagian dari poros dimana dibuat gigi-gigi memanjang sehingga dapat
meneruskan momen puntir yang besar sekaligus memungkinkan elemen mesin yang
terpasang pada spline dapat digunakan secara aksial.
Dalam perencanaan ini, spline akan dibuat pada poros dan akan direncanakan akan dibuat
spline dengan jumlah gigi spline

Gambar 3.2. Spline


Dalam perencanaan spline parameter-parameter yang mempengaruhi adalah :
a. Diameter dalam spline (D1) = (ds) = diameter poros

37
b. Diameter luar spline D2 (mm)
no 6 spline 4 spline 10 spline
1 Permanent Fit d=0,90 d s d=0,85 d s d=0,91 d s
w=0,25 d s w=0,24 d s w=0,156 d s
h=0,05 d s h=0,075 d s h=0,045 d s
2 To slide when not d=0,85 d s d=0,75 d s d=0,86 d s
d=0,25 d s d=0,241 d s w=0,156 d s
underload
d=0,075 d s h=0,125 d s h=0,07 d s
3 To slide when d=0,80 d s d=0,81 d s
w=0,25 d s w=0,156 d s
underload
h=0,10 d s h=0,095 d s
c. Panjang spline L (mm)
d. Lebar spline W (mm)
e. Tinggi spline h (mm)

Tabel 3.2. Standar Spline

Sumber : menurut Boumaster and Avollone (1990)

Perhitungan-perhitungan spline yang akan direncanakan dapat ditentukan dengan


rumus sebagai berikut ini :
- Diketahui bahwa d s =38 mm .
- Diameter luar spline (D)
ds
D=
0,81
38

0,81
46,91 mm
- Lebar spline (w)
w=0,156 D
0,156 46,91
7,32mm
- Panjang spline (L)
L=1,2 D
1,2 46,91
56,3 mm
- Tinggi spline (h)
h=0,100 D
0,100 46,91
4,7 mm

38
Gaya tangensial (F)
Gaya tangensial (gaya keliling poros) yang terjadi pada spline dapat ditentukan
dengan :
T
F=
ds
( ) 2
38278,2

38
( )
2
2014,6 kg . mm

Tegangan geser yang diizinkan ( a)

B
a=
S f 1 S f 2
60

62
5(kg /mm2 )

Tegangan geser yang terjadi



F
( q)=
L W

2014,6

56,3 7,32
4,88( kg/mm 2)

Agar spline aman maka :


a> q
Dari perhitungan terlihat :

2 2
5 kg /mm > 4,88 kg /mm , Maka konstruksi aman

39
3.3.1 Perencanaan Naf
Naf adalah tempat dudukan spline dan mempunyai gigi yang harus sama dengan gigi
spline seperti ditunjukkan pada Gambar 4.2. Maka ukuran ukuran pada naf sama dengan
ukuran ukuran pada spline.

Gambar 4.2 Naf.


Ukuran ukuran untuk naf.
N naf = N spline = 10 buah
D naf = D spline = 46,91 mm
w naf = w spline = 7,32 mm
h naf = h spline = 4,7 mm

3.4.1 Analisa bantalan


Bantalan adalah salah satu elemen mesin yang berfungsi untuk menumpu poros yang

berbeban, sehingga putaran dan gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus dan

aman.

Bantalan yang digunakan untuk menumpu poros pada sistim transmisi roda gigi ini
adalah bantalan bola. Pemilihan jenis bantalan roda ini karena pertimbangan bahwa beban
aksial yang bekerja pada poros adalah besar.

Tabel 3.2. Pemilihan nomor bantalan


No Ukuran luar (mm) Faktor konstan Kapasit Kapasit
Bantal beban ta as as
an aksial nomina nomina
l l statis

40
dinamis
spesifik
spesifik
d D T B b r r1 p Y1 Y0 e C C0
30302 1 42 14,2 1 1 1,5 0,5 3,3 2,1 1,2 0,28 1640 1000
30303 5 47 5 3 1 1,5 0,5 4,6 2,1 1,2 0,28 2030 1280
30304 1 52 15,2 1 1 2 0,8 4,4 2,0 1,1 0,30 2490 1670
30305 7 62 5 4 2 2 0,8 5,0 2,0 1,1 0,30 3300 2250
30306 2 72 16,2 1 1 2 0,8 5,2 1,9 1,0 0,32 4200 2970
30307 0 80 5 5 3 2,5 0,8 6,0 1,9 1,0 0,32 5350 3950
30308 2 90 18,2 1 1 2,5 0,8 5,0 1,7 0,9 0,35 6100 4750
30309 5 10 5 7 5 2,5 0,8 5,9 1,7 5 0,35 7600 6050
30310 3 0 20,7 1 1 3 1 6,1 1,7 0,9 0,35 8900 7150
30312 0 11 5 9 6 3,5 1,2 7,1 1,7 5 0,35 11900 9950
3 0 22,2 2 1 0,9
5 13 5 1 8 5
4 0 25,2 2 2 0,9
0 5 3 0 5
4 27,2 2 2
5 5 5 2
5 29,2 2 2
0 5 7 3
6 33,5 3 2
0 1 6
32304 2 52 22,2 2 1 2 0,8 8,2 2,0 1,1 0,30 3200 2350
32305 0 62 5 1 8 2 0,8 9,5 2,0 1,1 0,30 4400 3300
32306 2 72 25,2 2 2 2 0,8 9,7 1,9 1,0 0,32 5650 4500
32307 5 80 5 4 0 2,5 0,8 12, 1,9 1,0 0,32 7000 5700
32308 3 90 28.7 2 2 2,5 0,8 1 1,7 0,9 0,35 8150 7000
32309 0 10 5 7 3 2,5 0,8 12, 1,7 5 0,35 9850 8600
32310 3 0 32,7 3 2 3 1 3 1,7 0,9 0,35 12000 10800
5 11 5 1 5 12, 5
4 0 35,2 3 2 5 0,9
0 5 3 7 12, 5
4 38,2 4 3 7

41
5 5 6 0
5 42,2 4 3
0 5 0 3
Sumber : sularso, (144)

3.4.2 Bantalan pada poros input


Berdasarkan diameter poros input adalah 38 mm maka diambil angka terdekat yaitu
40mm, maka dari tabel 3.2 diperoleh ukuran dari bantalan yaitu:
- D =90
- d =40
- B =23
- r =2,5
Nomor bantalan adalah :30308
Kapasitas nominal dinamis spesifik (C) =6100
Kapasitas nominal statis spesifik C0 = 4750
1. Gaya tangensial yang terjadi, yaitu :
2.T
Ft =
ds
Dimana : T =momen puntir pada poros
d s =diameter poros
2.T
Ft =
ds
2 38278,2

38
2014,6

2. Gaya radial :
Fr =F t tan
2014,6 tan20
733,2

3. Beban ekivalen dinamis

42
Pr= XV F r +Y F a
0,56 1 733,2+0
410,5

4. Faktor kecepatan
1
Fn = [ ] 3,33
n
3

1

[ ]
3,33
4000
3

0,094 m/s

5. Pada faktor umur ( F h ) ditentukan dengan persamaan :


1
f h= [ ] Lh
500
3

Dimana :
Lh=lama pemakain
1
15000 jam ( direncanakan ) f h=[15000
500 ] 3

3,1

6. Maka kapasitas nominal dinamis spesifik (C) dapat ditentukan dari persamaan :
Pr . l h
C=
fn
410,5 3,1

0,094
13537,8

3.4.3 Bantalan pada poros perantara


Berdasarkan diameter poros input, maka dari tabel 4.2 diperoleh ukuran dari bantalan yaitu:
- D =110

43
- d =55
- B =27
- r =3
Nomor bantalan adalah :30311
Kapasitas nominal dinamis spesifik (C) =8911
Kapasitas nominal statis spesifik C0 = 7150

3.4.4 Bantalan pada poros output


Berdasarkan diameter poros input, maka dari tabel 3.1 diperoleh ukuran dari bantalan yaitu:
- D =130
- d =65
- B =31
- r =3,5
Nomor bantalan adalah :30313
Kapasitas nominal dinamis spesifik (C) =11900
Kapasitas nominal statis spesifik C0 = 9950

3.4.5 Bantalan pada poros mundur


Berdasarkan diameter poros input, maka dari tabel 3.1 diperoleh ukuran dari bantalan yaitu:
- D =130
- d =65
- B =31
- r =3,5
Nomor bantalan adalah :30313
Kapasitas nominal dinamis spesifik (C) =11900
Kapasitas nominal statis spesifik C0 = 9950

Poros n(rpm) d s T Ft Fr Pr Fn lh C
Input 4000 38 38278,2 2014,6 733,2 410,5 0,09 3,1 13537,
4 8
Peranta 1716 55 89226,6 3244, 1180, 661,1 0,12 3,1 17078,
ra 6 9 4
Output 927 65 165170, 5082, 1849, 1035, 0,16 3,1 20068,
44
2 16 7 8 6
Mundu 947 65 161681, 4974, 1810, 1014 0,15 3,1 20956
r 9 8 7
Tabel ukuran poros, momen puntir, gaya radia, beban ekivalen dan faktor kecepatan

3.5.1 Perhitungan Roda Gigi


Nama-nama bagian utama roda gigi diberikan dalam gambar berikut, adapun
ukurannya dinyatakan dengan diameter lingkaran jarak bagi, yaitu lingkaran khayal yang
menggelinding tanpa slip. Ukuran gigi dinyatakan dengan jarak bagi lingkar.

Gambar 3.3. Nama-nama bagian roda gigi

3.5.2 Perencanaan Roda Gigi


Besarnya daya yang ditransmisikan roda gigi ini adalah sama dengan gaya yang
ditransmisikan oleh poros penggerak sebesar P = 131 Kw
Daya rencana diperoleh dari persamaan 1 :
Pd=f c . P ( kw )
Dengan segenap daya yang ditransmisikan merupakan daya normal, maka faktor
koreksi rata-rata diambil, f c =1,2 (tabel 2.2)
Maka :
Pd=f c . P ( kw )
1,2.131 ( kw )
157,2

3.5.3 Diameter Lingkaran Jarak bagi roda sementara


Pada diameter lingkaran jarak bagi sementara dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 11 dan 12.
Untuk menghitung diameter lingkaran jarak bagi sementara diperlukan persamaan 10
untuk menghitung terlebih dahulu jarak sumbu poros pada perencanaan ini :
Dimana : i=4,313 dan z 1 direncanakan jumlahnya 20 dan m=2

45
z2
Maka : 4,313
z1

z 2=4,313 20
86,3
86 mm

z1 + z2
Jadi : a= m
2
20+86
.2
2
106 mm

2.a 2. a .i
d 1= d 2=
1+ i 1+i
2 106 2 106 4,313

1+ 4,313 1+4,313
39,9 172,09
40 mm 172mm

3.5.4 Jumlah Gigi


Pada jumlah roda gigi ini dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 13 dan 14 :
d1
Z 1=
m
40

2
20

d2
Z 2=
m
172

2
86

46
Maka akan didapatkan perbandingan jumlah gigi (i) dengan menggunakan persamaan 15 :
Z2
i=
Z1
86

20
4,3 roda gigi miring standar
3.5.5 Diameter lingkaran jarak bagi
Untuk menghitung diameter lingkaran jarak bagi dapat digunakan persamaan 16 dan 17 :
d g 1=Z 2 . m
86 2
172mm

d g1
d g 2=
2
172

2
86

Maka, jarak sumbu poros ( a 0 ) pada diameter lingkaran jarak bagi dapat digunakan
persamaan 18:
Z 1+ Z 2
a0 = .m
2
20+86
.2
2
106 mm
3.5.6 Diameter Lingkaran Dasar
Untuk menghitung diameter lingkaran kepala dasar dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 19 dan 20 :
d g 1=Z 1 . m .cos 0
0
20 2 cos 20
37,6 mm

d g 2=Z 2 . m .cos 0

47
0
86 2 cos 20
161,6 mm

3.5.7 Kelonggaran Puncak dan Kelonggaran Sisi


Untuk menghitung diameter kelonggaran puncak dan kelonggaran sisi dapat
digunakan persamaan 21 :
C k =0,25 m
0,25 2
0,5 mm
3.5.8 Diameter Lingkaran Kepala
Untuk menghitung diameter lingkaran kepala dapat digunakan persamaan 22 dan 23 :

d p=( Z 1+2 ) m
( 20+2 ) 2
44 mm

d g =( Z2 +2 ) m
( 86+2 ) 2
176 mm
3.5.9 Diameter Kaki
Untuk diameter kaki dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 24 dan 25 :
df 1=( z 12 ) . m2 . c k
( 202 ) .22 . 0,5
35 mm
df 2=( z2 2 ) m2. c k ( mm )
( 862 ) .22. 0,5
167 mm
3.5.10 Kedalaman Pemotongan
Untuk kedalaman pemotongan dapat digunakan persamaan 26 :

H=2. m+C k

48
2.2+0,5
4,5 mm
3.5.11 Faktor Bentuk Gigi
Untuk faktor bentuk gigi dapat dilihat pada tabel 2.7, maka akan didapatkan harga
Y 1 Dan Y 2 :
Y 1=0,320
Y 2=0,434 + ( 0,4460,434 ) (7 /50)
0,43

3.5.12 Kecepatan keliling


Pada kecepatan keliling dapat di hitung dengan persamaan 2.7 sebagai berikut :

. d s . n1
v=
60 1000
3,14 38 4000

60 1000
7,9 m/s
3.5.13 Gaya Tangensial
Pada gaya tangensial (Ft) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 28 sebagai
berikut :
102. Pd
Ft=
v
102 131

7,9

1691,39 kg

3.5.14 Faktor dinamis


Untuk faktor dinamis harga v kecepatan sedang pada tabel 2.8 dan dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan :
6
f v=
6+ v
6

6 +7,9
0,43 m/s

49
3.5.15 Pemilihan Bahan Dan Tegangan Yang Terjadi Pada Roda Gigi Serta Faktor
Tegangan Kontak
Seperti yang telah dijelaskan pada perencanaan roda gigi, maka untuk pemilihan
bahan dapat dilihat pada tabel 2.10
Jadi :

Bahan untuk poros penggerak


- Kekuatan tarik S45C adalah : b 1 =58(kg /mm2)
- Kekerasan permukaan sisi gigi : H B 1=200(ratarata)
Bahan untuk poros yang digerakkan
- Kekuatan tarik S45C adalah : b 1 =58(kg /mm2)
- Kekerasan permukaan sisi : H B 1=200(ratarata )
Maka : Tegangan lentur yang diizinkan, S45C : a1 =30(kg /mm2)
Tegangan lentur yang diizinkan, S45C : a1 =30(kg /mm2)
Untuk faktor tegangan kontak diambil antara baja dan besi cor dengan kekerasan
(H B ) pada 600, dimana k H =0,569 ( kg /mm2 ) , didapatkan pada tabel 2.10

3.5.16 Besarnya beban lentur yang diizinkan


Besarnya beban lentur yang diizinkan pada poros penggerak dan poros yang
digerakkan dapat di hitung dengan menggunakan persamaan 30 dan 31 :

F ' b1 = a 1 . m. Y 1 . f v .
30 2 0,320 0,43
8,2(kg /mm)

F ' b2 = a 2 . m. Y 2 . f v .
30 2 0,43 0,43
11,09( kg/mm)
Maka, F 'H (beban permukaan yang diizinkan persatuan lebar) dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan 32.
2z
F ' H =F V . k H .d 1 2

z1 + z2
2 86
0,43 0,569 38
20+86
15,08

50
3.5.17 Lebar sisi
Ft
b=
F ' H ( mm )
1691,39

15,08
112,16 mm

3.6.1 Perencanaan minyak pelumas


Pelumasan berfungsi untuk mengurangi keausan maupun panas yang timbul akibat
gesekan. Dengan menggunakan pelumasan yang tepat, putaran mesin dapat terjadi dengan
halus dan getarannya sedikit, selain itu dapat menjaga keseimbangan temperatur, sehingga
dapat memperpanjang umur elemen mesin yang bergerak.
Cara pelumasan ada dua macam, yaitu pelumasan gemuk dan pelumasan minyak,
dalam perencanaan ini digunakan pelumasan minyak dengan metode celup, sebagai
pertimbangan antara lain :
1. Beban yang ditransmisikan termasuk beban tinggi.
2. Letak roda gigi pada gear box yang tertutup, yang memungkinkan pelumas
dimasukkan sampai volume tertentu
3. Adanya roda gigi dan bantalan pada poros perantara dibagian bawah sebagai elemen
yang dicelup
Pelumasan dapat dihitung terhadap pinion kecepatan kelima yang berada pada poros
output karena pada posisi tersebut kecepatan paling tinggi daripada posisi gigi yang
lain, dengan data-data:
- Momen puntir (T) = 38278,2 kg.mm
- Jumlah gigi = 20 mm
- Lebar sisi = 112,16 mm
- Diameter kepala = 38 mm
- Kecepatan keliling = 7,9 m/s

Beban roda gigi (w)


2T
w=
dk

51
2 2014,6

38
106,03 kg

Panas yang timbul (Q)


f w v 60
Q=
472
0,001106,03 7,9 60

472
0,106 kkal/min

Luas permukaan yang bergerak


A=64(b h)
64(112,16 mm 3,1 mm)
2
22252,5 mm

Temperatur permukaan roda gigi ( T p )


Q
T p= + Fa
f1 A
Diamana :
F1=energi deception coefisien=0,00020,00035
0
F a=temparature kamar=20
0,106
T p= +20
0,0003 22252,5
20,0150 C

Viskositas kinematik ( V k )
V K =(75 s /d 85) cSt
85( direncanakan)

Kecepatan minyak pelumas (V p )


V p=0,90 cSt

Dimana :

52
1 cSt=1 Mpas

Viskositas Absolute ( V a )

V a=V k V P
85 0,90
76,5 Mpas

Maka jenis minyak pelumas pada gear box transmisi untuk kendaraan Mitsubishi
Strada Triton adalah SAE 80.

1. Tabel Ukuran-ukuran utama roda gigi


Data
Gigi 1 Gigi 2 Gigi 3 Gigi 4 Gigi 5 R
Perhitungan
Jarak sumbu poros (a) 106 66 48 40 35 104
Diameter lingkaran jarak bagi
150:9 50:10
sememtara 86:172 48:56 50:74 85.5:168
2 5
(d 1 , d2 )
150:9 50:10
Jumlah gigi (Z 1 , Z 2) 86:172 48:56 50:74 85.5:168
2 5
Perbandingan putaran jumlah
4,3 2,3 1,4 1 0,75 4,2
gigi (i)
Diameter lingakaran jarak bagi 150:9 50:10
86:172 48:56 50:74 85.5:168
(d 01 ,d 02 ) 2 5
Jarak sumbu poros pada
diameter lingkaran Jarak bagi 106 66 48 40 35 104
(a 0)
Kelonggaran puncak (C k ) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Kelonggaran sisi (C 0) 0 0 0 0 0 0
Diameter lingkaran kepala 154:9 51:12 59:10
88:176 54:88 90.5:172
(d k 1 d k 2) 6 0 9
Diameter kaki (d f 1 , d f 2) 83.5:16 174:8 102:5 44.35:7 50:10 81.5:163

53
7 7 1 0 0
Kedalaman pemotongan ( H ) 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5 4,5
0,320: 0,320: 0,320: 0,320: 0,320: 0,320:
Faktor bentuk gigi (Y 1 ,Y 1 )
0,43 0,43 0,43 0,43 0,43 0,43
Kecepatan keliling (v ) 3,15 4,9 5,8 7,9 10 3,2
Gaya tangensial ( Ft ) 4241,9 2726,9 2303,8 1691,4 1336,2 4175,6
Faktor dinamis (F v ) 0,65 0,55 0,50 0,43 0,37 0,65
Kekuatan tarik S45C ( b1 ) 58 58 58 58 58 58
Kekerasan permukaan sisi gigi
200 200 200 200 200 200
(H B 1 )
Kekuatan tarik S45C ( b 2) 58 58 58 58 58 58
Tegangan lentur yang diizinkan
30 30 30 30 30 30
( a1 )
Tegangan lentur yang diizinkan
30 30 30 30 30 30
( a 2)
Kekerasan antara baja dan besi
HB 600 600 600 600 600 600
cor

Faktor tegangan kontak
0,569 0,569 0,569 0,569 0,569 0,569
( K H)
Besarnya beban lentur yang
diizinkan 12,48: 10,56: 9,6: 8,25: 7,10: 12,48:
' ' 16,77 14,19 12,9 11,09 9,5 16,77
( F b 1 , F b 2)
Lebar sisi (b) 281,2 180,8 152,8 112,1 88,6 276,9

2. Perencanaan minyak pelumas


Beban roda gigi (w)= 106,03 kg
Panas yang timbul (Q)= 0,106 kkal/min
2
Luas permukaan yang bergerak (A)= 22252,5 mm
Temperatur permukaan (Tp) = 76,5 Mpa
Jenis minyak pelumas untuk gear box transmisi SAE 80

Hasil perhitungan yang didapat diatas, tidak terlepas dari pertimbangan dalam
memilih suatu parameter, misalnya dalam pemilihan bahan, faktor koreksi, faktor keamanan
dan sebagainya.

54
Dalam perencanaan ini, dimensi-dimensi dari komponen-komponen roda gigi
tidaklah tepat sama dengan dimensi-dimensi benda kerja asli MITSUBISHI STRADA
TRITON, hal ini disebabkan perbedaan dalam pemilihan parameter-parameter yang
termasuk diatas. Disamping itu juga, mungkin ditemukan bahan-bahan baru yang lebih
unggul.

4.2. Saran
Dalam suatu perencanaan agar dapat diperoleh suatu hasil yang mendekati atau sama
dengan aslinya perlu ditinjau beberapa faktor, amtara lain :
- Faktor pengambilan bahan
- Mengadakan studi perbandingan ke perusahan terkait, dan
- faktor-faktor lain yang dianggap perlu.

Oleh sebab itu penulis mengharapkan kepada para perencana selanjutnya dengan
memperhatikan faktor-faktor diatas, hal ini dirasa penting untuk kesempurnaan perencanaan
selanjutnya.

DAF TAR PU S TAKA

1. Sularso dan Kyokatsu, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen


Mesin, PT. Pradnya Paramita. Jakarta. 2004
2. Timosenko, Ilmu Bahan dan Elemen Mesin, PT. Pradnya Paramita.
Jakarta. 1987
3. Muhammad Azmi Samsyuddin, Rancangan Elemen Mesin II, Teknik
Mesin Unsyiah 2010.

55

Anda mungkin juga menyukai