SMK/MAK
jilid 1
Sistem Kontrol
Elektromekanik dan
Elektronik (SKEE)
Wahyu Sugiarto
Rudy Aditya Pratama
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
REDAKSIONAL
Pengarah :
Direktur Pembinaan SMK
Kepala Sub Direktorat Kurikulum
Kepala Seksi Penilaian
Kepala Seksi Pembelajaran
Penulis :
Wahyu Sugiarto
Rudy Aditya Pratama
Pengendali Mutu :
Winih Wicaksono
Penyunting :
Rais Setiawan
Erna Fauziah
Editor :
Radita Setyo Hardani
Desain Sampul :
Sonny Rasdianto
Layout/Editing :
Ratna Murni Asih
Apfi Anna Krismonita
Rifda Ayu Satriana
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
iii
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
Dalam menyediakan referensi materi pembelajaran bagi guru dan peserta didik
di SMK, Direktorat Pembinaan SMK berupaya menyediakan bahan ajar kejuruan
yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di SMK pada mata pelajaran C2 dan
CJ dari 142 kompetensi keahlian yang ada pada Perdirjen Dikdasmen
Nomor 06/D.DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Spektrum Keahlian SMK/
MAK dan Struktur Kurikulum 2013 sesuai Perdirjen Dikdasmen Nomor 07/D.
DS/KK/2018 tanggal 7 Juni 2018 tentang Struktur Kurikulum SMK/MAK.
Bahan ajar yang disusun pad a tahun anggaran 2019 diharapkan
dapat rnenumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik maupun guru kejuruan
di SMK. Karena bahan ajar yang telah disusun ini selain menyajikan materi secara
tertulis, juga dilengkapi dengan beberapa materi yang bersifat interaktif dengan
penggunaan tautan pencarian yang dapat mernperluas pernahaman individu yang
menggunakannya.
Bahan ajar kejuruan yang disusun pada tahun 2019 ini disusun oleh para
guru kejuruan di SMK yang telah berpengalaman menyelenggarakan proses
pembelajaran sesuai dengan kompetensi keahlian masing-rnasing. Oleh karena itu,
diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru yang mengarnpu m a t a pelajaran yang
sama pada program keahlian sejenis di SMK seluruh Indonesia.
Kepada para guru penyusun bahan ajar kejuruan yang telah mendedikasikan
waktu, kompetensi, clan perhatiannya, Direktorat Pembinaan SMK menyampaikan
ucapan terimakasih. Diharapkan karya ini bukan merupakan karya terakhir, namun
seterusnya akan dilanjutkan dengan karya-karya berikutnya, sehingga SMK
rmempunyai guru-guru yang produktif dan kreatif dalam menyumbangkan
pemikiran, potensi dan kornpetensinya bagi pengembangan pernbelajaran di SMK.
TEKNIK OTOMASI
iv INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PRAKATA
PRAKATA
Di dalam buku teknik otomasi industri ini merupakan salah satu sumber
ilmu pengetahuan tentang dunia industri dan segala perangkat atau peralatan yang
menunjang kelancaran sistem yang bekerja pada industri. Baik itu industri kecil
maupun industri besar.
Dengan adanya buku teks ini merupakan salah satu upaya yang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan
dengan memberikan buku pegangan pada peserta didik, agar membuka pikiran untuk
mempelajari dan menambah wawasan tentang hal-hal apa saja yang harus dikuasai
sebelum masuk atau terjun ke dunia industri saat ini. Dalam buku ini juga dibahas
tentang berbagai macam komponen elektromagnetik dan elektronik yang mana
peralatan tersebut posisinya sangat penting dalam dunia industri.
Kiranya apa yang dituangkan dalam buku ini sudah berpedoman pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar dan apabila ada penulisan yang sulit untuk
diterjemahkan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Terima Kasih
Wahyu Sugiarto
Rudy Aditya Pratama
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
v
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
KATA PENGANTAR................................................................................................ iv
PRAKATA.............................................................................................................. v
DAFTAR ISI........................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL..................................................................................................... xi
PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU.......................................................................... xii
PETA KONSEP BUKU........................................................................................... xiv
APERSEPSI.......................................................................................................... xv
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................208
GLOSARIUM......................................................................................................210
BIODATA PENULIS.............................................................................................212
TEKNIK OTOMASI
vi INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
vii
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
DAFTAR GAMBAR
TEKNIK OTOMASI
viii INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
DAFTAR GAMBAR
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
ix
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
DAFTAR GAMBAR
TEKNIK OTOMASI
x INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
xi
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PETUNJUK
PENGGUNAAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga dapat menyelesaian buku ini.
Buku dengan judul Sistem Kontrol Elektromekanik dan Elektronik (SKEE) ini
diharapkan dapat menjadi panduan, memperkaya dan meningkatkan penguasaan
pengetahuan dan keterampilan bagi peserta didik. Mengingat pentingnya buku ini,
disarankan mmemperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Bacalah Tujuan pembelajaran terlebih dahulu untuk mengetahui apa yang akan
kamu capai dalam bab ini serta lihatlah peta konsep untuk megetahui pemetaan
materi.
2. Bacalah buku ini dengan teliti dan seksama, serta bila ada yang kurang jelas bisa
ditanyakan kepada guru.
3. Lakukan kegiatan literasi pada bagian cakrawala dan jelajah internet untuk
memperluas wawasanmu.
4. Pada bagian akhir bab terdapat tes kompetensi yang dapat kalian gunakan untuk
mengetahui apakah sudah menguasai materi dalam bab ini.
TEKNIK OTOMASI
xii INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PETUNJUK
PENGGUNAAN BUKU
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
xiii
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
SEMESTER
SISTEM KONTROL ELEKTROMEKANIK DAN
SEMESTER
GENAP
Bab V TROUBLESHOOTING
TEKNIK OTOMASI
xiv INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
APERSEPSI APERSEPSI
Untuk mempersatukan pandangan tentang arti dari segala hal yang akan
dibahas, maka perlu diperjelas masing-masing maksud dari buku ini. Dalam buku ini
dibahas tentang sistem. Adapun yang dimaksud dengan “sistem” adalah perangkat
unsur yang secara teratur saling berkaitan, sehingga membentuk suatu totalitas.
Sistem melibatkan beberapa barang atau alat yang tersusun membentuk suatu kerja
dan menghasilkan sesuatu.
Kendali atau kontrol, adalah cara atau proses dalam menentukan kerja suatu
alat, sehingga sesuai dengan hasil yang diinginkan. Dalam menentukan kerja suatu
alat bisa dilakukan dengan menggunakan program, baik program standart atau
program pengembangan.
Barang atau alat yang tergolong elektromekanik, adalah alat yang dalam
bekerjanya sangat membutuhkan listrik, sehingga keberadaan listrik pada alat
tersebut sangat penting. Bisa dikatakan jika tidak ada listrik, maka alat tersebut tidak
akan bisa bekerja. Cara kerja alat ini akan menghasilkan gerakan fisik dari alat untuk
menghasilkan kerja tertentu. Bekerjanya alat ini biasanya menentukan juga kerja alat
yang selanjutnya.
Lain halnya untuk alat elektronik, alat ini bisa jadi tidak menghasilkan kerja
fisik atau mekanik yang bisa terlihat oleh mata. Akan tetapi, alat ini memiliki kesamaan
dengan alat elektromekanik, yaitu sama-sama merupakan alat yang membutuhkan
listrik untuk dapat bekerja secara normal. Listrik yang dibutuhkan oleh kedua alat ini
bisa merupakan kategori tegangan tinggi, tapi tidak menutup kemungkinan, bisa juga
hanya membutuhkan tegangan kecil (DC) agar alat ini bekerja dengan baik.
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
xv
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
BAB
PENGGUNAAN KONTROL BERBASIS RELAY DI DUNIA
INDUSTRI I
BAB I PENGGUNAAN KONTROL BERBASIS RELAY DI DUNIA
INDUSTRI
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
Relayi
Relai Elektronik
Elektromekanis
1. Relay
Solid State Relay 2. Kontaktor
3. Push Button
4. Thermal Overload
Relay
KATA KUNCI
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
1
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENDAHULUAN
TEKNIK OTOMASI
2 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENDAHULUAN
Pada bagian 1 bisa berupa bagian peralatan yang menggunakan tegangan listrik
kecil dan pada bagian 2 adalah peralatan yang menggunakan tegangan listrik besar.
Sebagai contoh, yang menggunakan listrik relatif kecil seperti, penggunaan alat
sensor untuk menggerakkan motor listrik AC 3 phase. Biasanya sebuah alat sensor
menggunakan tegangan DC dan tegangan berkisar kurang lebih 12 volt. Sedangkan
untuk penggunaan motor 3 phase biasanya menggunakan energi listrik yang besar,
kurang lebih di atas500 watt dengan tegangan 220 volt. Contoh, penggunaan Relai
dalam terhubung dengan sensor seperti tampak berikut.
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
3
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENDAHULUAN
Untuk keperluan koneksi komponen satu dengan yang lainnya, jika ada
perbedaan dalam tegangan kerjanya, maka yang menjadi solusi adalah penggunaan
Relai. Relai yang ada saat ini memiliki beragam spesifikasi, hal ini bisa disesuaikan
dengan kebutuhannya. Penggunaannya untuk beban rendah dan tinggi memiliki
spesifikasinya masing-masing. Pada industri yang menggunakan tenaga listrik dalam
beroperasinya, pada saat ini penggunaan Relai-relai telah banyak menjadi pilihan
untuk mengendalikan rangkaian dengan beban listrik arus yang tinggi. Mengingat
kemampuan komponen ini yang dapat digunakan dalam mengendalikan dan juga
sekaligus digunakan untuk mengontrol rangkaian beban listrik dengan arus yang
tinggi dengan menggunakan rangkaian pengendali listrik berarus rendah.
Kemudian jika mucul pertanyaan, benarkah Relai ini dapat dikatakan sebagai
sebuah switch, benarkah terdapat perbedaan pada switching response time dari
berbagai jenis dan tipe Relai, dan apakah kecepatan dalam proses switching akan dapat
mempengaruhi proses pengendalian terutama pada system sequensial. Sehingga
apakah perlu pemilihan dalam spesifikasi Relai yang tepat untuk menjawab stabilitas
dan kontinuitas sistem yang akan dibuat.
Penggunaan rangkaian kontrol dengan menggunakan Relai saat ini banyak
digunakan oleh banyak industri, terutama pada proses produksi dalam industri dan
juga pengendalian beban. Terdapat berbagai jenis dan tipe Relai berdasarkan cara
kerja dan juga sumber daya yang digunakannya.
Berdasarkan cara kerja dari Relai, kita dapat membedakannya antara Relai
Elektronik dan Relai Elektromekanik.
TEKNIK OTOMASI
4 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENDAHULUAN
MATERI PEMBELAJARAN
A. Relai Elektronik
Relai elektronik di mana salah satu contohnya, adalah Solid State Relay
(SSR), merupakan sebuah komponen semikonduktor yang bekerja layaknya sebuah
Relai elektromekanis dan untuk otomasi serta mampu mengendalikan beban listrik
tanpa penggunaan komponen mekanis seperti halnya pada relai mekanis.
Relai elektronik dalam dunia industri sangat banyak memiliki keterbatasan
dibandingkan dengan jika memanfaatkan Solid State Relay, seperti beberapa hal
misalnya, siklus hidup kontaknya yang terbatas, sangat tidak hemat ruang, dan
juga daya kontaktor relai yang besar, karena kekurangan inilah, banyak produsen
relai beralih menggunakan relai semikonduktor, yaitu Solid State Relay dengan
teknologi lebih maju yang menggunakan SCR, TRIAC, atau output transistor sebagai
pengganti saklar kontak mekanik. Output device (SCR, TRIAC, atau transistor) adalah
optikal yang digabungkan dengan sumber cahaya LED yang berada dalam relai.
Relai akan dihidupkan dengan cahaya LED ini, biasanya hanya dengan tegangan
power DC yang kecil. Kemampuan isolasi optik antara input dan output inilah yang
menjadi kelebihan yang ditawarkan oleh Solid State Relay bila dibanding relai
elektromekanik, berikut adalah gambar rangkaian sederhana dari SSR.
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
5
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Solid State Relay atau disebut juga relai, beroperasi dengan sistem
pencahayaan led sehingga tidak terjadi keausan kontak. Solid State Relay juga
dapat menghidupkan dan mematikan dengan waktu yang unggul dan sangat cepat
karena memanfaatkan kecepatan rambat cahaya dan tidak akan ada masalah korosi
pada kontaknya karena tidak adanya percikan api akibat pergerakan kontak yang
memutus dan menyambung dibandingkan dengan relai elektromekanik. Namun
jika dibandingkan dengan relai elektronik, Solid State Relay masih terbilang cukup
mahal jika digunakan untuk rating arus listrik yang sangat tinggi. Sehingga, relai
elektromekanik atau relai konvensional masih jadi pilihan dan mendominasi
penggunaannya di dunia industri saat ini.
Terlihat keuntungan dan juga kelebihan yang sangat jelas dari penggunaan
Solid State Relay, yaitu kecenderungan yang alami dari komponen ini untuk
mengubah kondisi rangkaian berarus AC hanya jika mencapai titik nol pada arus
beban. Dengan sifat hysterisis dari SCR dan juga TRIAC yang temasuk dalam jenis
thrysistor, komponen ini dapat mempertahankan rangkaian secara kontinu setelah
de-energized LED sampai pada saat nilai tegangan AC turun di bawah ambang
batasnya atau dapat dikatakan rangkaian ini tidak akan terputus ditengah-tengah
puncak gelombang sinus. SCR atau TRIAC dapat mengatasi lonjakan tegangan listrik
yang besar yang muncul saat pemutusan rangkaian yang mengandung induktansi
yang besar karena jatuhnya medan magnet di sekitar induktansi yang terjadi secara
tiba-tiba, kelebihan fitur ini biasa disebut dengan istilah zero-crossover switching.
Kecenderungan mereka untuk gagal dalam menutup kontak output mereka
menjadi salah satu kelemahan dari Solid State Relay. Jika relai elektromekanik ini
memiliki kecenderungan gagal saat membuka, maka Solid State Relay juga akan
memiliki kecenderungan gagal saat akan menutup. Hal inilah yang membuat
pertimbangan untuk memakai komponen Solid State Relay, karena gagal pada saat
membuka dianggap lebih aman dari pada gagal pada saat menutup, selain dari sisi
harganya yang cukup mahal.
Untuk pemakaian komponen relai elektronik, pada bidang kelistrikan
muncullah produk yang dinamakan SSR. Bentuk dari gambar relai SSR seperti,
tampak di bawah ini.
66 TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Sebagai contoh, jika SSR terhubung dengan rangkaian sensor cahaya dan
terhubung dengan beban maka penjelasan cara kerjanya adalah masukan (Input)
kontrol terhubung pada bagian internal ke LED, yang menyinari celah udara
ke sensor cahaya. Sensor cahaya terhubung ke transistor yang membuka atau
menutup, memasok beban relai dengan daya. Ketika transistor ditutup, arus dapat
mengalir bebas melalui relai, menyebabkan beban dan catu daya terhubung. Ketika
transistor terbuka, hampir semua arus diblokir, menyebabkan beban menjadi
terputus dari catu daya. Pasangan LED dengan sensor cahaya disebut optocoupler,
dan merupakan teknik umum untuk menghubungkan dua bagian sirkuit tanpa
koneksi listrik langsung. Dari keterangan ini bisa digambarkan secara blok diagram
sebagai berikut.
Gambar 1.8 Diagram Konsep Solid State Relay (SSR) dan Sensor Cahaya
Sumber: phidgets.com
TEKNIK OTOMASI 77
INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
88 TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
pada relai. Relai ini mempunyai sebuah bagian yang bergerak yang disebut
dengan kontaktor dan pada bagian ini tidak ada pada Solid State Relay, sehingga
komponen ini tidak mungkin terjadi “no contact” bahkan jika pada kontaktor
tertutup debu atau berkarat.
3. Proses perpindahan dari kondisi “off” berpindah ke kondisi “on” atau juga
sebaliknya, ini sangat cepat prosesnya, hanya membutuhkan waktu sekitar
10µs, sehingga Solid State Relay dapat dengan mudah dioperasikan bersama
dengan zero-crossing detektor. Atau dapat disimpulan jika operasi kerja SSR
dapat disinkronkan dengan kondisi zero crossing detektor.
4. Pada Solid State Relay cenderung kebal terhadap getaran dan goncangan. Tidak
seperti relai mekanik biasa yang pada bagian kontaktornya dapat dengan
mudah berubah kondisi bila komponen ini terkena goncangan/getaran yang
cukup kuat.
5. Kontaktor output pada komponen Solid State Relay secara otomatis akan “latch”
sehingga energi yang sedang digunakan untuk aktivasi Solid State Relay lebih
sedikit jika kita bandingkan dengan energi yang digunakan untuk aktivasi
sebuah relai. Kondisi ON pada komponen Solid State Relay akan di-latch sampai
Solid State Relay tersebut mendapatkan tegangan listrik sangat rendah, yaitu
mendekati nol volt.
6. Tidak ada suara “klik”, seperti relai pada saat kontaktor berubah kondisi.
7. Solid State Relay adalah komponen yang sangat sensitif sehingga dapat
dioperasikan langsung dengan menggunakan level tegangan CMOS bahkan
level tegangan TTL sekalipun. Sehingga rangkaian kontrolnya menjadi sangat
sederhana karena tidak memerlukan sebuah level konverter.
8. Masih terdapat couple kapasitansi antara komponen input dan output, akan
tetapi sangat kecil, sehingga arus bocor antara komponen input dan output
sangat kecil. Kondisi ini diperlukan pada peralatan medical yang sangat
memerlukan isolasi yang baik.
Dengan begitu banyak keuntungan dari penggunaan Solid State Relay, tidak
lepas pula dari kelemahan dari komponen ini, kerugian penggunaan dari Solid State
Relay yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaannya adalah sebagai berikut.
1. Tegangan drop. Karena Solid State Relay dibangun dari bahan silikon, maka
akan terdapat tegangan jatuh antara tegangan input dan tegangan output.
Tegangan jatuh tersebut kira-kira adalah sebesar 1 volt. Tegangan jatuh ini akan
menyebabkan terjadinya disipasi daya yang besarnya tergantung dari besarnya
arus yang lewat pada Solid State Relay ini.
2. Resistansi tegangan transien. Tegangan yang diatur/dikontrol oleh Solid State
Relay ini benar-benar tidak bersih. Dengan kata lain tidak murni tegangannya
berupa sinyal sinus dengan tegangan peak to peak 380 vpp akan tetapi terdapat
spike-spike yang dihasilkan oleh adanya induksi motor atau peralatan listrik
lainnya. Spike ini level tegangannya juga sangat bervariasi jika terlalu besar
maka dapat mengakibatkan kerusakan pada Solid State Relay tersebut. Selain itu
juga sumber-sumber spike yang lain adalah sambaran petir, imbas dari selenoid
valve dan lain sebagainya.
3. Arus bocor “Leakage current”. Pada saat komponen Solid State Relay ini dalam
keadaan off atau dalam keadaan open, maka dalam kondisi yang ideal seharusnya
TEKNIK OTOMASI 99
INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
tidak ada arus sedikitpun yang mengalir melewati Solid State Relay, tetapi tidak
demikian pada komponen yang sebenarnya. Besarnya arus bocor ini cukup
besar, jika dibandingkan dengan arus pada level TTL, yaitu sekitar 10mA rms.
4. Lebih mudah rusak jika saja terkena radiasi nuklir.
5. Sukar dimplementasikan pada aplikasi dengan multi fasa.
B. Relay Elektromekanik
Relai adalah saklar mekanik yang dikendalikan atau dikontrol secara
elektronik (elektro magnetik). Pada saat komponen diberikan energi elektro
magnetik, saklar pada komponen ini dapat berubah posisi dari OFF ke posisi ON.
Pada dasarnya Relai terdiri dari dua bagian utama, yaitu saklar mekanik dan sistem
pembangkit elektromagnetik untuk (induktor inti besi). Saklar atau kontaktor relai
dikendalikan menggunakan tegangan listrik yang diberikan ke induktor inti besi
untuk membangkitkan energi elektromagnet yang berguna untuk menarik armatur
tuas saklar atau kontaktor relai. Relai memiliki berbagai bentuk dan juga ukuran
dengan tegangan kerja dan jumlah saklar yang bervariasi, berikut adalah berbagai
macam dan jenis relai elektromekanis.
1. Relay
Relay (relai) adalah suatu komponen listrik yang memanfaatkan sumber
energi tenaga listrik yang cara kerjanya berdasarkan fenomena induksi magnet
untuk menggerakkan atau mengubah posisi sejumlah kontaktor atau sebuah
saklar elektronis yang nantinya dapat dikendalikan dari rangkaian kontrol.
Kontaktor akan tertutup (ON) dan atau juga dapat terbuka (OFF) karena efek
elektromagnet yang dihasilkan oleh kumparan (induktor) yang dibelitkan pada
inti besi ketika dialiri arus listrik. Berbeda dengan saklar konvensional yang
biasa kita pakai, pergerakan kontak (on atau off) dilakukan secara manual tanpa
membutuhkan arus listrik.
Relai yang paling sederhana ialah relai elektromekanis yang memberikan
pergerakan mekanis saat mendapatkan energi listrik. Secara sederhana relai
elektromekanis ini didefinisikan sebagai berikut.
a. Saklar yang digerakkan secara mekanis oleh daya atau energi listrik sebagai
komponen elektronika, relai mempunyai peran penting dalam sebuah sistem
rangkaian elektronika dan rangkaian listrik untuk menggerakan sebuah
perangkat yang memerlukan arus besar tanpa terhubung langsung dengan
perangakat pengendali yang mempunyai arus kecil. Dengan demikian relai
dapat berfungsi sebagai pengaman.
b. Alat yang menggunakan gaya elektromagnetik untuk menutup atau
membuka kontak saklar.
Relai terdiri dari 3 bagian utama, yaitu sebagai berikut.
a. Common, merupakan bagian yang tersambung dengan Normally Close
(dalam keadaan normal).
b. Kontak, yang terdiri dari, Normally Close dan Normally Open.
c. Koil (kumparan), merupakan komponen utama relai yang digunakan untuk
menciptakan medan magnet.
10 TEKNIK OTOMASI
10 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
2. Magnetic Contactor
Relai elektromekanik pada dasarnya merupakan komponen megnetik
kontaktor. Salah satunya adalah Magnetic Contactor, sebuah komponen listrik
yang memiliki fungsi seperti pada relai dengan memiliki kapasitas yang cukup
besar dengan memanfaatkan daya listrik yang kecil. Umumnya Magnetic
Contactor terdiri dari 3 buah kutub pole kontak utama dan kontak bantu
(auxilary contact). Komponen utama sebuah Magnetic Contactor adalah koil
dan kontak utamanya, Untuk menghubungkan kontak utama dari komponen ini,
adalah dengan cara memberikan tegangan pada koil Magnetic Contactor sesuai
dengan spesifikasinya. Koil dipergunakan untuk menghasilkan medan magnet
yang akan menarik kontak utama sehingga terhubung pada masing masing
kutub di dalam Magnetic Contactor.
Komponen ini bekerja dengan memanfaatkan arus AC, komponen ini juga
merupakan perangkat pengendalian otomatis yang sangat cocok digunakan
untuk rangkaian yang bertegangan sampai tegangan maksimal 690V dengan
Frekuensi 50Hz atau dapat juga bekerja dengan frekuensi 60Hz dan arus dari 6A
sampai arus 780A. Dalam pemanfaatan komponen kontaktor ini dibuat dengan
struktur dan bentuk lebih ringkas, ukuran cukup kecil, dan sangat ringan,
biasa diaplikasikan dalam rangkaian pengendalian, terutama mengendalikan
motor listrik atau juga dapat digunakan untuk sistem perangkat listrik lainnya.
Magnetik kontaktor didesain agar dapat digunakan untuk aplikasi yang lebih,
karena hal inilah komponen ini memiliki kontak yang digunakan, yaitu kontak
bantu yang jika kontak bantu yang telah tersedia ini masih kurang, maka dapat
dilakukan penambahan kontak bantu eksternal di samping atau depan dari MC
TEKNIK OTOMASI 11
INDUSTRI
11
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
itu sendiri
Prinsip Kerja
Magnetic contactor memiliki beberapa kontak yang telah dibuat
sedemikian rupa untuk melakukan tugasnya sebagai relai yang multifungsi,
komponen ini bekerja berdasarkan fenomena elektromagnetik yang terjadi
saat induksi magnet terjadi saat belitan inti (koil) diberikan sumber tegangan
listrik, inilah yang kita sebut kontaktor dalam kondisi bekerja normal. Koil
adalah sebuah lilitan yang apabila diberi tegangan akan terjadi magnetisasi dan
menarik kontak ke kutub kontak yang lain sehingga terjadi perubahan kondisi
atau bekerja. Inilah hal yang mendasari cara kerja dari kontaktor magnetik saat
terjadi perubahan posisi kontak, salah satunya jika kontak NO terbuka saat
kontaktor telah bekerja, maka pada saat kontaktor ini tidak bekerja, kontak NO
akan menutup. Begitu juga pada kontak yang lain (kontak NC), jika pada kontak
NC tidak bekerja, yaitu ketika dalam keadaan normal, kontak NC akan dalam
posisi terbuka, maka sebaliknya jika dalam keadaan bekerja kontak NC akan
menutup. Kontaktor yang dioperasikan secara elektromagnetis adalah salah
satu mekanisme yang sangat bermanfaat yang pernah dibuat oleh manusia
untuk melakukan pekerjaan penutupan dan pembukaan rangkaian listrik,
prinsip kerja kontaktor magnet dapat dilihat pada gambar berikut.
12 TEKNIK OTOMASI
12 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK OTOMASI 13
INDUSTRI
13
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
14 TEKNIK OTOMASI
14 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
LEMBAR PRAKTIKUM
Tujuan
Mengamati dan menentukan posisi kontak NO/NC pada tiap Pin dalam Relai.
Alat dan Bahan
1. Relai 14 Pin
2. Avometer
3. Saklar SPST
4. Adaptor/Catu daya 24V
Gambar Praktikum
TEKNIK OTOMASI 15
INDUSTRI
15
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
LEMBAR PRAKTIKUM
Langkah Kerja
1. Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan!
2. Pakailah segala atribut keselamatan kerja yang disarankan oleh guru!
3. Siapkan Avometer pada pengukuran Ohm meter!
4. Identifikasilah kaki komponen sesuai dengan gambar praktikum!
5. Perhatikanlah dalam baris pertama terdiri dari 4 kaki, dengan 3 kaki saling
berderet berdekatan dan kaki ke 4 agak jauh dari posisi 3 kaki tadi!
6. Lakukan pengecekan pada 3 kaki yang saling berdekatan dengan menaruh
probe merah dan hitam pada salah satu dari ke tiga kaki tersebut (perhatikanlah
titik pengukuran sesuai tabel praktikum), Anda akan mendapati hasil
pengukuran ditunjukkan oleh jarum avometer yang menyimpang ke kanan
pada salah satu posisi, jika jarum menyimpang, adalah pertanda bahwa 2 kaki
yang Anda ukur adalah saling berhubungan atau biasa disebut kontak NC!
7. Setelah Anda ketahui hubungan kaki NC/NO, catatlah hasil pengukuran dalam
tabel praktikum!
8. Berilah masukan tegangan 24V DC pada kaki coil (2 kaki yang tidak saling
berdekatan), gunakan saklar SPST untuk mengaktif/me-nonaktifkan relai,
perhatikanlah gambar praktikum (kaki 13-14)!
9. Cobalah untuk tetap menaruh kedua probe diam pada salah satu posisi (NO/
NC)!
10. Aktifkan saklar untuk menyalakan relai!
11. Amatilah jika awal Anda memilih posisi NC (jarum bergerak/menyimpang),
maka sekarang akan berubah menjadi NO (jarum diam/tidak menyimpang)!
12. Catatlah kegiatan praktikum Anda dalam tabel praktikum, dan buatlah
kesimpulan!
13. Rapikan dan kembalikan semua alat praktikum ketempat semula!
14. Jagalah kebersihan alat dan tempat praktikum!
Tabel Praktikum
Kondisi Kondisi
Jarum
No Probe Merah Probe Hitam Relay Relay
Avometer
Nonaktif aktif
1 Pin 1 Pin 9
2 Pin 5 Pin 9
3 Pin 2 Pin 10
4 Pin 6 Pin 10
5 Pin 3 Pin 11
6 Pin 7 Pin 11
TEKNIK OTOMASI
16 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
LEMBAR PRAKTIKUM
Kondisi Kondisi
Jarum
No Probe Merah Probe Hitam Relay Relay
Avometer
Nonaktif aktif
7 Pin 4 Pin 12
8 Pin 8 Pin 12
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
17
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
RANGKUMAN
Relai elektronik atau Solid State Relay (SSR), merupakan sebuah komponen
semikonduktor yang bekerja layaknya sebuah Relai elektromekanis dan untuk
otomasi serta mampu mengendalikan beban listrik tanpa penggunaan komponen
mekanis, seperti halnya pada Relai mekanis.
TUGAS MANDIRI
TEKNIK OTOMASI
18 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
BAB
KOMPONEN ELEKTROMAGNETIK DAN
PEMELIHARAANNYA II
TUJUAN PEMBELAJARAN
PETA KONSEP
KATA KUNCI
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
19
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENDAHULUAN
Dalam tiap komponen Relai elektromagnetis terdapat spesifikasi dan jenis yang
berbeda-beda, tentu hal ini akan menyebabkan perbedaan juga dalam hal fungsi dari
tiap komponennya. Dari bab sebelumnya telah dibahas tentang beberapa macam
Relai elektromagnetik beserta fungsinya. Dalam bab ini akan dibahas lebih mengenai
kontruksi tiap jenis Relai elektromagnetik, agar kita bisa lebih mampu memahami cara
kerja dan fungsi tiap komponen Relai elektromagnetik itu sendiri. Selain itu juga akan
dibahas tentang tata cara perawatan dan pengujian komponen Relai elektromagnetik
itu sendiri, sehingga pada saat digunakan dalam praktek, kita telah mampu mengenali
tiap komponen yang ada dalam Relai elektromagnetik yang kita gunakan.
TEKNIK OTOMASI
20 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
B. Relai Elektromagnetik
Relai adalah sebuah komponen yang berguna sebagai saklar (Switch) yang
dioperasikan dengan listrik dan merupakan komponen elektromekanik yang
terdiri dari 2 bagian utama, yakni bagian electromagnet berupa koil dan bagian
mekanik (seperangkat kontak saklar/switch). Relai bekerja menggunakan sebuah
prinsip elektromagnetik untuk menggerakkan kontak saklarnya, sehingga dengan
hanya memanfaatkan arus listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan
listrik yang berarus lebih tinggi nilainya. Sebagai contoh, relai yang menggunakan
elektromagnet tegangan kerja 12 V dan 50 mA mampu menggerakkan armature
relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk menghantarkan listrik 220V 4A.
Kontak Poin (Contact Point) Relay terdiri dari 2 jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Normally Close (NC), yaitu kondisi awal sebelum relai diaktifkan atau koil belum
teraliri arus listrik akan selalu berada di posisi CLOSE (tertutup).
2. Normally Open (NO), yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan atau saat koil belum
teraliri arus listrik akan selalu berada di posisi OPEN (terbuka).
Berdasarkan gambar di atas, sebuah inti Besi (Iron Core) yang dililit oleh
kumparan Coil yang berfungsi untuk mengendalikan posisi armature. Apabila
kumparan coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya elektromagnetik yang
kemudian menarik armature untuk berpindah dari posisi sebelumnya, misalkan
saja posisi awal adalah (NC) ke posisi baru (NO), sehingga menjadi Saklar yang
TEKNIK OTOMASI 21
INDUSTRI
21
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
dapat menghantarkan arus listrik di posisi barunya (NO). Posisi di mana armature
tersebut berada sebelumnya (NC) akan menjadi OPEN atau tidak terhubung. Pada
saat tidak dialiri arus listrik, gaya elektromagnetik akan hilang sehingga armature
akan kembali lagi ke posisi awal (NC). Coil yang digunakan oleh relai untuk menarik
contact point atau armature ke posisi close atau open pada umumnya hanya
membutuhkan arus listrik yang relatif kecil.
Karena relay merupakan salah satu jenis dari Saklar, maka istilah Pole dan
Throw yang dipakai dalam saklar juga akan berlaku pada relai. Berikut ini adalah
penjelasan singkat mengenai istilah Pole and Throw.
1. Pole : Banyaknya Kontak (Contact) yang dimiliki oleh sebuah relay
2. Throw : Banyaknya kondisi yang dimiliki oleh sebuah Kontak (Contact)
Berdasarkan penggolongan jumlah Pole dan Thrownya sebuah relai, maka relai
dapat digolongkan menjadi beberapa, yaitu sebagai berikut.
1. Single Pole Single Throw (SPST, yaitu) Relay golongan ini memiliki 4 Terminal, 2
Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
2. Single Pole Double Throw (SPDT),yaitu Relay golongan ini memiliki 5 Terminal, 3
Terminal untuk Saklar dan 2 Terminalnya lagi untuk Coil.
3. Double Pole Single Throw (DPST), yaitu Relay golongan ini memiliki 6 Terminal,
di antaranya 4 Terminal yang terdiri dari dua Pasang Terminal Saklar sedangkan
2 Terminal lainnya untuk Coil. Relay DPST dapat dijadikan 2 Saklar yang
dikendalikan oleh 1 Coil.
4. Double Pole Double Throw (DPDT), yaitu Relay golongan ini memiliki Terminal
sebanyak 8 Terminal, di antaranya 6 Terminal yang merupakan 2 pasang Relay
SPDT yang dikendalikan oleh 1 (single) Coil. Sedangkan 2 Terminal lainnya
untuk Coil.
Untuk lebih jelas mengenai Penggolongan Relay berdasarkan Jumlah Pole dan
Throw, silakan lihat gambar di bawah ini.
22 TEKNIK OTOMASI
22 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
C. Magnetic Contactor
Kontaktor (Magnetic Contactor), yaitu peralatan atau komponen listrik yang
bekerja dengan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Pada kontaktor
terdapat sebuah belitan atau coil yang bila dialiri listrik akan timbul medan magnet
pada inti besinya, yang akan membuat kontaknya tertarik oleh gaya magnetik yang
timbul. Kontak bantu NO (Normally Open) akan berubah kondisi menutup (NC) dan
kontak bantu NC (Normally Close) akan membuka (NO).
Kontak pada kontaktor ini terdiri dari dua buah jenis kontak, yaitu kontak
utama, dan juga kontak bantu. Kontak utama adalah kontak yang digunakan untuk
rangkaian daya sedangkan kontak bantu digunakan untuk rangkaian kontrol.
Di dalam suatu kontaktor elektromagnetik terdapat juga sebuah kumparan
utama atau koil berupa kumparan belitan yang terdapat pada inti besi. Terdapat
juga kumparan hubung singkat memiliki fungsi sebagai peredam getaran saat
kedua inti besi saling melekat.
Penjelasan tentang cara kerjanya tidak rumit, apabila kumparan utama
dialiri arus, maka akan menimbulkan medan magnet pada inti besi atau koil yang
akan menarik inti besi dari kumparan hubung singkat yang dikopel dengan kontak
utama dan juga kontak bantu dari kontaktor tersebut. Hal seperti ini akan membuat
kontak utama dan kontak bantunya akan bergerak dari posisi normal di mana
kontak NO akan dalam posisi tertutup sedangkan kontak NC akan dalam posisi
terbuka. Selama kumparan utama kontaktor tersebut masih dialiri arus, maka
kontak-kontaknya akan tetap pada posisi operasi tersebut.
Dalam perawatan dan pemakaiannya cukup hubungkan arus dan tegangan
nominal yang telah tertera pada produk magnetik kontaktor, karena apabila
pada kumparan kontaktor ini diberikan tegangan kerja yang terlalu tinggi,
maka akan menimbulkan berkurangnya umur atau dapat merusak kumparan
kontaktor tersebut. Tetapi jika tegangan yang diberikan terlalu rendah, maka akan
mengakibatkan tekanan antara kontak-kontak dari kontaktor menjadi berkurang.
Hal ini akan menimbulkan percikan api pada permukaannya dan juga akan merusak
kontak-kontaknya. Besarnya toleransi tegangan untuk kumparan kontaktor
idealnya, adalah berkisar 85%-110% dari tegangan kerja kontaktor tersebut.
Komponen Penting pada Kontaktor Magnet (Magnetic Contactor)
1. Kumparan magnet (coil) dengan simbol A1-A2 ini akan bekerja bila coil tersebut
mendapat sumber tegangan listrik.
2. Kontak utama terdiri atas simbol berupa angka: 1,2,3,4,5,dan 6.
3. Kontak bantu biasanya terdiri dari simbol berupa angka 11,12,13,14, ataupun
berupa angka 21, 22, 23, 24 dan juga angka depan seterusnya tetapi angka
belakang tetap dari angka 1 hingga angka 4.
Jenis kontaktor magnet (Magnetic Contactor) ada 3 macam, yaitu sebagai berikut.
1. Kontaktor magnet utama
2. Kontaktor magnet bantu
3. Kontaktor magnet kombinasi
Kontaktor yang dioperasikan dengan prinsip elektromagnetik adalah salah
satu mekanisme yang paling bermanfaat yang pernah dirancang untuk penutupan
dan pembukaan rangkaian listrik saat ini, maka gambar prinsip kerja dari kontaktor
magnet dapat dilihat pada gambar berikut.
TEKNIK OTOMASI 23
INDUSTRI
23
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Kontaktor termasuk jenis saklar untuk motor listrik yang digerakkan oleh
kondisi peristiwa elektromagnet berupa kumparan atau coil seperti yang telah
dijelaskan di atas. Bila pada jepitan A1 dan A2 kumparan magnet diberi tegangan,
maka magnet akan menarik jangkar kontak, sehingga kontak bergerak yang
berhubungan dengan jangkar kontak tersebut akan ikut tertarik. Hal ini membuat
posisi kontak berubah mengikuti gerakan jangkar kontak, tegangan yang harus
dipasangkan dapat tegangan arus bolak balik (AC) maupun tegangan arus searah
(DC), tergantung dari bagaimana magnet tersebut akan dirancangkan. Untuk
beberapa keperluan digunakan juga sebuah kumparan arus (bukan tegangan), akan
tetapi dari segi produksi lebih umum memanfaatfkan kumparan tegangan karena
besarnya tegangan umumnya sudah dinormalisasi dan tidak akan tergantung dari
keperluan alat pemakai tertentu.
Karakteristik
Spesifikasi kontaktor magnet yang harus kita perhatikan, adalah kemampuan
daya kontaktor tersebut ditulis dalam ukuran watt/KW, yang disesuaikan dengan
beban yang akan dikerjakannya, kemampuan menghantarkan arus dari kontaknya
ditulis dalam satuan ampere, sesuai kemampuan tegangan dari kumparan magnet
tersebut, apakah untuk tegangan 129 volt atau 220 volt, begitupun dengan
frekuensinya, kemampuannya dalam kondisi melindungi terhadap tegangan
rendah, misalnya ditulis ±20% dari tegangan kerja. Dengan demikian dari segi
kemampuan dan juga kepraktisan, idealnya pengguna kontaktor magnet ini jauh
lebih baik dari pada saklar biasa.
24 TEKNIK OTOMASI
24 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK OTOMASI 25
INDUSTRI
25
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Aplikasi
Keuntungan penggunaan komponen kontaktor magnet sebagai pengganti
peralatan kontrol yang dioperasikan secara manual dapat meliputi beberapa hal,
yaitu, pada penanganan arus yang besar atau tegangan yang tinggi, sulit untuk
membangun sebuah alat manual yang cocok. Lebih dari itu, alat seperti itu cukup
besar dan sulit mengoperasikannya. Sebaliknya, akan relatif mudah dan sederhana
untuk membangun kontaktor magnetis yang akan menangani arus yang cukup
besar atau tegangan yang sangat tinggi tersebut, dan alat manual yang harus
mengontrol hanya dengan kumparan dari komponen kontaktor.
Kontaktor akan memungkinkan sistem operasi yang majemuk dilaksanakan
dari satu operator (satu lokasi) dan di-interlocked untuk mencegah terjadinya
kesalahan dan bahaya dalam operasi. Seperti pengoperasian yang harus diulang
beberapa kali dalam satu jam, dapat digunakan kontaktor untuk menghemat usaha
tersebut. Operator secara sederhana hanya harus menekan tombol dan kontaktor
akan memulai urutan event yang benar secara otomatis sesuai cara kerja sistem.
Kontaktor dapat dikontrol secara otomatis dengan alat pilot atau menggunakan
sensor yang sangat peka. Tegangan yang tinggi dapat diatasi oleh kontaktor
dan menjauhkan seluruhnya dari operator itu sendiri, sehingga meningkatkan
keselamatan/keamanan instalasi.
Dengan menggunakan perangkat sistem kontaktor pada peralatan kontrol
dapat dipasangkan pada titik-titik yang jauh. Satu-satunya ruang yang diperlukan
dekat mesin adalah ruangan operator untuk tombol tekan saja. Dengan kontaktor,
26 TEKNIK OTOMASI
26 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
kontrol otomatis dan semi otomatis mungkin untuk dilakukan dengan efisien,
mudah dan peralatan seperti kontrol logika yang memungkinkan untuk dapat
diprogram dengan modul seperti Programmable Logic Controller (PLC).
TEKNIK OTOMASI 27
INDUSTRI
27
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Terdapat 3 kontak yang sebelah kiri dari kontak 95 itu adalah wiring untuk
UVW setelah kontaktor, TOR ini hanya memutuskan rangkaian kontrol saja tetapi
power dari motor juga diputus dua pengaman langsung. Pin no 95 dan 96 adalah
kontak Normally Close yang biasanya digunakan untuk memutuskan rangkaian
kontrol sesudah MCB kontrol, nanti baru ke push button dll. Pin no 97 dan 98 adalah
kontak Normally Open (NO), biasanya digunakan untuk indikator lampu alarm atau
trip. TOR sendiri bisa disetting sesuai perhitungan yang matang jika tidak, maka
fungsi TOR sendiri tidak akan maksimal.
‘
‘
28 TEKNIK OTOMASI
28 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
E. Motor Listrik
1. Sejarah Motor Listrik
Prinsip dasar untuk perubahan energi, yaitu munculnya sebuah gaya
mekanik akibat adanya interaksi antara arus listrik dengan medan magnetik
telah diketahui pada awal tahun 1821. Sepanjang abad ke-19, para peneliti
mulai membuat sebuah teknologi untuk mengubah arus listrik menjadi energi
mekanik. Teknologi ini dinamai dengan motor listrik yang memiliki efisiensi
yang baik, akan tetapi eksploitasi terhadap komersial di masanya secara besar-
besaran dari motor listrik tersebut memerlukan pembangunan pembangkit-
pembangkit listrik dan jaringan distribusi listrik yang banyak.
Konversi energi listrik menjadi energi mekanik berdasarkan prinsip kerja
medan elektromagnetik yang pertama kali dipelajari dan diperkenalkan oleh
seorang ilmuan asal Inggris, dia adalah Michael Faraday, pada tahun 1821.
Eksperimen yang dilakukan oleh Faraday, yaitu sepotong kawat menggantung
(free-hanging wire) dicelupkan kedalam sebuah wadah cairan mercury di mana
pada wadah cairan mercury tersebut diletakkan pula sebuah magnet permanen.
Ketika kawat dialiri arus listrik, kawat tersebut berputar di sekitar magnet
permanen, hal ini menunjukkan, bahwa adanya arus listrik menimbulkan medan
magnet putar di sekitar kawat tersebut.
Motor Faraday ini menjadi hal yang sering didemonstrasikan di sekolah-
sekolah kelas fisika, hanya saja air garam digunakan sebagai pengganti mercury
atau disebut (air raksa) yang beracun. Eksperimen Faraday ini merupakan wujud
sebuah sistem motor yang paling sederhana dan dikenal dengan sebutan
motor homopolar,yakni motor yang mempunyai kutub yang berbentuk sama.
Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh ilmuwan bernama Barlow yang merupakan
perbaikan dari eksperimen yang dilakukan oleh Faraday dan akhirnya dikenal
dengan Barlow’s Wheel. Sama halnya dengan apa yang dilakukan oleh Faraday,
eksperiemen Barlow hanyalah sebatas demonstrasi saja, tidak sesuai dengan
aplikasi praktis sebenarnya di lapangan dikarenakan konstruksinya masih kuno
atau primitif.
TEKNIK OTOMASI 29
INDUSTRI
29
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Komutator pertama yang digunakan untuk motor arus searah yang dapat
diterapkan pada motor ditemukan oleh seorang ilmuwan asal Inggris, ia bernama
William Sturgeon pada tahun 1832. Kerja kerasnya Sturgeon membuahkan
hasil, komutator untuk motor arus searah miliknya ini dibuat dengan tujuan
komersial. Dua orang Amerika, yaitu Emily dan Thomas Davenport akhirnya
memproduksi temuan Sturgeon dan mendapatkan hak paten pada tahun 1837.
Ini motor pertama yang dapat berputar dengan kecepatan 600 rotasi per menit.
Karena mahalnya elektroda Zinc yang diperlukan untuk tenaga listrik pada
teknologi baterai, motor-motor inipun secara komersial gagal mendapat hati
para konsumen dan Davenports mengalami kebangkrutan. Setelahnya muncul
30 TEKNIK OTOMASI
30 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK OTOMASI 31
INDUSTRI
31
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
32 TEKNIK OTOMASI
32 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK OTOMASI 33
INDUSTRI
33
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
34 TEKNIK OTOMASI
34 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Ketika sebuah kawat dengan panjang dialiri arus listrik sebesar l dan
diletakkan pada suatu medan magnetik sebesar I, maka akan timbul gaya
Lorentz pada kawat tersebut. Dengan mengombinasikan gaya Lorentz dan
definisi arus listrik, maka dapat dihitung besarnya gaya Lorentz pada kawat
yang lurus dan stasioner, yaitu sebagai berikut.
di mana:
l = Panjang kawat (m)
I = Kuat arus yang mengalir pada kawat (Ampere)
B = Kuat medan magnet (Tesla)
α = Sudut yang dibentuk oleh B dan I
Jika arah arus listrik tegak lurus dengan arah medan magnet, maka
gaya Lorentz yang terjadi akan maksimal (). Inilah keadaan yang biasanya
selalu dikondisikan secara nyata, yakni agar gaya Lorentz yang didapat
selalu maksimal, medan magnet dikondisikan selalu tegak lurus dengan arus
listrik yang mengalir.
TEKNIK OTOMASI 35
INDUSTRI
35
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Kaidah tangan kanan pertama menggunakan tiga jari tangan kanan di mana:
Ibu jari = arah arus listrik (I)
Jari telunjuk = arah medan magnet (B)
Jari tengah = arah gaya Lorentz (F)
Besarnya sudut α tidak mempengaruhi arah gaya Lorentz karena arah gaya
Lorentz selalu tegak lurus dengan arah arus listrik dan medan magnetik.
36 TEKNIK OTOMASI
36 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK OTOMASI 37
INDUSTRI
37
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
38 TEKNIK OTOMASI
38 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Di bawah dapat kita lihat sebuah gambar yang telah disajikan, terlihat
2 bagian yang sangat penting pada motor induksi 1 fasa, yaitu, rotor dan
stator.
TEKNIK OTOMASI 39
INDUSTRI
39
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
40 TEKNIK OTOMASI
40 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Dalam kondisi rotor macet, dua medan magnet yang berputar berlawanan arah
dengan magnitudo yang dibagi sama rata dan tampak saling terhubung secara seri.
TEKNIK OTOMASI 41
INDUSTRI
41
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
memulai putarannya sendiri. Motor hanya berdengung dalam kondisi seperti ini.
Untuk mencegah situasi ini dan membuat rotor mulai berputar, gaya awal
harus diterapkan untuk motor 1 fasa. Saat gaya dalam satu arah, menjadi lebih
besar dari gaya arah lainnya, rotor akan dapat mulai berputar, dalam motor induksi
1 fasa diterapkanlah belitan bantu digunakan untuk tujuan ini, sehingga diperlukan
rangkaian eksternal untuk menyediakan torsi awal ini, stator motor-motor ini berisi
belitan bantu untuk keperluan ini. Gulungan bantu dihubungkan secara paralel ke
kapasitor, Ketika kapasitor dihidupkan, mirip dengan belitan utama, memutar dua
medan magnet dengan magnitudo yang sama tetapi arah yang berlawanan yang
dihasilkan pada belitan bantu, dari dua medan magnet bantu berliku ini, satu
membatalkan salah satu medan magnet dari belitan utama sedangkan yang lainnya
bertambah dengan medan magnet belitan utama lainnya. Sehingga, menghasilkan
medan magnet tunggal yang berputar dengan magnitudo tinggi. Ini menghasilkan
gaya dalam satu arah, sehingga rotor akan mulai berputar. Setelah rotor mulai
berputar, ia akan tetap berputar bahkan jika kapasitor dimatikan. ada berbagai
metode dalam menghidupkan motor induksi 1 fasa. Biasanya, motor ini dipilih
berdasarkan metode awal mereka. Metode-metode ini dapat diklasifikasikan
sebagai berikut.
1. Starting Split-fasa.
2. Starting Shaded-pole.
3. Starting Repulsion.
4. Starting Reluktansi.
Pada Starting split-fasa, stator memiliki dua jenis belitan. Belitan utama
dan belitan bantu, terhubung secara paralel. Motor dengan jenis metode starting
ini adalah resistor split-fasa motor, kapasitor split-fasa motor, kapasitor starting dan
menjalankan motor dengan kapasitor, Ini juga disebut kapasitor split-fasa motor. Di
sini jumlah belitan bantu berliku sama dengan belitan utama. Kapasitor dihubungkan
secara seri dengan belitan bantu. Gulungan bantu dilepas menggunakan sakelar
sentrifugal ketika rotor mencapai 75% dari kecepatan sinkron.
42 TEKNIK OTOMASI
42 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Pada kutub bayangan (shaded pole) diberi cincin tembaga yang melingkar,
sehingga mengakibatkan medan magnet pada daerah shaded pole mengalami
perbedaan sudut fase dengan kutub utama (unshaded pole). Kemudian medan
putar akan timbul dan mempunyai arah dari kutub utama ke kutub bayangannya.
TEKNIK OTOMASI 43
INDUSTRI
43
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Stator motor shaded pole berbentuk sepatu kutub (salient). Kumparan stator hanya
terdiri dari kumparan utama.
Untuk membentuk medan putar dipasang shaded coil yang merupakan suatu
rangkaian tertutup pada sepatu kutub tersebut. Pada kutub bayangan(shaded
pole) diberi cincin tembaga yang melingkar sehingga mengakibatkan medan
magnet pada daerah shaded pole mengalami perbedaan sudut fase dengan kutub
utama(unshaded pole).
Kemudian medan putar akan timbul dan mempunyai arah dari kutub
utama ke kutub bayangannya. Aplikasi motor ini tidak memiliki kapasitor, saklar
sentrifugal atau alat bantu starting lainnya, karena torsi pada saat startnya kecil,
prinsip kerja dari aplikasi motor ini adalah saat kumparan stator mendapatkan
arus sumber, maka pada kumparan dibangkitkan medan elektromagnetik yang
mengalir di dalam inti, medan elektromagnetik stator juga mengalir pada inti
yang memotong cincin tembaga yang membangkitkan tegangan induksi, arus,
dan medan elektromagnetik cincin, dengan demikian terjadi perpindahan medan
elektromagnetik stator ke medan elektromagnetik cincin dan sebaliknya, hal ini
identik dengan terbentuknya medan putar, arah gerakan medan elektromagnetik
stator selalu pada posisi shading coil sekaligus juga arah putaran rotor.
Pada starting repulsion adalah jenis motor listrik yang berjalan pada arus
bolak-balik (AC). Ini sebelumnya digunakan sebagai motor traksi untuk kereta
tetapi telah digantikan oleh motor jenis lain. Motor repulsion diklasifikasikan dalam
motor fase tunggal. Dalam motor repulsion gulungan stator terhubung langsung ke
catu daya AC dan rotor terhubung ke komutator dan sikat, mirip dengan motor arus
searah (DC). Motor jenis ini sudah jarang digunakan, berikut disajikan gambar dari
motor dengan metode starting repulsion.
44 TEKNIK OTOMASI
44 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Prinsip kerja motor repulsion didasarkan pada prinsip tolakan antara dua
medan magnet. Pertimbangkan motor kutub 2-tiang yang menonjol dengan sumbu
magnetik vertikal. Amature terhubung ke komutator dan sikat. Kuas dihubung
pendek menggunakan jumper resistansi rendah. Ketika arus bolak-balik disuplai
ke belitan medan (stator), arus bolak-balik menginduksi gaya gerak listrik (ggl)
dalam armature. Arah arus bolak-balik sedemikian rupa sehingga, ia menciptakan
kutub utara di bagian atas dan kutub selatan di bagian bawah. Arah ggl terinduksi
diberikan oleh hukum Lenz, yang menurutnya arah ggl terinduksi menentang
penyebabnya. Ggl yang diinduksi menginduksi arus dalam konduktor jangkar dan
arah arus yang diinduksi tergantung pada posisi sikat.
Motor reluktansi adalah motor sinkron yang beroperasi tanpa
adanya eksitasi dari sumber dc, yang operasinya bergantung dari
perbedaan dan reluktansi dalam kuadran titik. Motor fraksional biasanya
dalam bentuk satu phasa dan dalam aplikasinya membutuhkan kecepatan
sinkron yang tepat seperti pada jam listrik ataupun peralatan waktu. Motor
reluktansi sinkron adalah versi lain dari motor tipe rotor sangkar, sinkron di sini
mengimplikasikan motor berputar pada kecepatan sinkron pada keadaan normal,
tergantung beban yang dipakai, selama beban lebih rendah dari pada level tertentu.
Karakteristik antara torka dan kecepatan ditunjukkan oleh gambar yang
ada di bawah. Karakteristiknya sama seperti motor induksi sangkar tupai,
tapi perbedaan yang unik adalah pada saat kecepatannya mendekati kecepatan
TEKNIK OTOMASI 45
INDUSTRI
45
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
sinkron, maka akan tertarik dengan sangat cepat. Pada keadaan ini, distribusi fluks
dapat dilihat pada gambar
46 TEKNIK OTOMASI
46 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Motor induksi 3 phase merupakan motor arus bolak-balik (AC) yang paling
banyak digunakan untuk keperluan dalam kelangsungan proses suatu industri.
Konstruksinya yang sederhana dan kuat mendasari alasan keluasan pemakaianya.
Dengan menggunakan motor induksi 3 phase, banyak hal yang bisa dilakukan.
Salah satunya adalah dengan membalik arah putarannya sesuai dengan yang
diinginkan. Cara yang sering dilakukan dalam pembalikan arah putaran adalah
dengan menukar salah satu phase dengan phase yang lainnya yang terhubung
pada lilitan stator motor.
Motor induksi 3 fasa berputar pada kecepatan yang pada dasarnya adalah
konstan. Kecepatan putaran motor ini dipengaruhi oleh frekuensi, dengan demikian
pengaturan kecepatan tidak dapat dengan mudah dilakukan terhadap motor ini,
namun motor induksi 3 phase merupakan jenis motor listrik yang paling banyak
digunakan pada dunia industri karena sesuai kebutuhan dan memiliki banyak
keuntungan.
Apabila sumber tegangan 3 fase dipasang pada kumparan stator, akan timbul
medan putar dengan kecepatan seperti rumus berikut.
Ns = 120 f/P
di mana:
Ns = Kecepatan Putar
f = Frekuensi Sumber
P = Kutub motor
Medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.
Akibatnya pada batang konduktor dari rotor akan timbul GGL induksi. Karena batang
konduktor merupakan rangkaian yang tertutup maka GGL akan menghasilkan arus
(I). Adanya arus (I) di dalam medan magnet akan menimbulkan gaya (F) pada rotor.
Bila kopel mula yan g dihasilkan oleh gaya (F) pada rotor cukup besar untuk
memikul kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar stator. GGL
induksi timbul karena terpotongnya batang konduktor (rotor) oleh medan putar
stator. Artinya agar GGL induksi tersebut timbul, diperlukan adanya perbedaan
relatif antara kecepatan medan putar stator (ns) dengan kecepatan berputar rotor
(nr).
TEKNIK OTOMASI 47
INDUSTRI
47
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
1. Stator
Stator merupakan bagian yang diam dari suatu motor induksi tiga fasa.
Stator pada motor induksi pada prinsipnya sama dengan stator pada motor
sinkron. Stator terbuat dari sejumlah lamel yang menbentuk slot atau tempat
belitan. (BL. Theraja: 1984: 847). Inti stator terbuat dari lapis-lapis pelat-baja
beralur yang didukung dalam rangka stator yang terbuat dari besi tuang atau
pelat-baja yang dipabrikasi. (Lister: 1993: 210)
Secara detail bagian-bagian sebuah stator motor induksi adalah sebagai berikut.
a. Badan stator, merupakan bagian yang terbuat dari besi tuang di mana pada
bagian luarnya dikonstruksikan bersirip-sirip untuk memperluas daerah
pelepasan panas motor.
b. Inti stator terbuat dari beberapa lapisan besi lunak atau baja silikon yang
direkatkan. Inti stator juga sering disebut sebagai alur stator.
48 TEKNIK OTOMASI
48 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK OTOMASI 49
INDUSTRI
49
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
3. Main Shaft
Main Shaft atau sering disebut juga dengan poros utama memang menjadi
salah satu komponen motor listrik paling penting. Pasalnya komponen ini
merupakan sebuah logam memanjang dan dijadikan tempat untuk menempel
beberapa komponen lainnya.
50 TEKNIK OTOMASI
50 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
4. Motor Housing
TEKNIK OTOMASI 51
INDUSTRI
51
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
6. Drive Pulley
Drive Pulley adalah komponen yang memiliki fungsi untuk mengirim
putaran motor ke komponen lainnya, biasanya disertai dengan belt. Untuk
bentuknya, biasanya berbentuk seperti gear atau pulley sesuai dengan jenisnya.
7. Terminal Boks
Terminal boks adalah tempat di mana terdapat 6 terminal belitan yang
terhubung dengan belitan stator di dalam motor, biasanya terdapat terminal
belitan, U, V, W, X, Y, Dan Z, terkadang juga ada terminal yg memberikan label
U1, V1, W2, U2, V2, dan W2, tergantung dengan aturan pabrik pembuatnya atau
spesifikasi dari motor itu sendiri.
52 TEKNIK OTOMASI
52 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Di dalam boks terminal ini nantinya kita dapat mengatur hubungan belitan
stator dengan bentuk konfigurasi STAR, ataupun Delta yang di setiap motor
terdapat aturannya masing-masing dalam teknik konfigurasi yang biasanya
tertera di dalam spesifikasi motor itu sendiri atau di bagian name plate motor.
TEKNIK OTOMASI 53
INDUSTRI
53
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Diket:
a. 0,75 Kw
b. 5.21 A
Maka, dari Ampere saja kita sudah tahu di mana batas maksimum motor Current
ini adalah 10 % dari Ampere Nominal motor,
TOR = A x 10 %
= 5.21 x 0.1
= 0.521 Ampere
Jadi, Untuk Settingan TOR adalah A + TOR 10 % = 5.21 + 0.521 = 5.731 Ampere.
2. Motor 3 Phase 15 Hp
Diket:
a. 15 Hp = 15 x 736 = 11040 Watt
b. 3 Phase = 1.73
c. Cos Phi = 0.85 standart
Maka, kita harus menghitung dulu amperenya dengan rumus sebagai berikut.
I=P
1.73 x V x Cos phi = 11040
1.73 x 380 x 0.85 = 11040 = 19.75 Ampere
558.79
TOR = A x 10 %
= 19.75 x 0.1
= 1.97 Ampere
Jadi, untuk settingan TOR adalah A + TOR 10 % = 19.75 + 1.97 = 21.72 Ampere
3. Perawatan dan Pengujian Komponen
Kontaktor
MCB
Motor Listrik 3 Fasa
LEMBAR PRAKTIKUM
54 TEKNIK OTOMASI
54 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
LEMBAR PRAKTIKUM
3. Hubungkan salah satu Probe Multimeter pada Terminal “COM” dan Probe
lainnya di Terminal NC (Normally Close) perhatikanlah gambar 51!
4. Pastikan nilai yang ditunjukan pada Display Multimeter adalah “0” Ohm (hal
ini menandakan terminal COM dan Terminal NC terhubung dengan baik),
isikan hasil pengamatan kedalam Tabel Hasil Praktikum!
5. Pindahkan Probe Multimeter yang berada di Terminal NC ke Terminal NO
(Normally Open)!
6. Pastikanlah nilai yang ditunjukan pada Display Monitor Multimeter adalah
“Tak terhingga” (Kondisi tersebut menandakan antara Terminal “COM” dan
Terminal NO tidak memiliki hubungan atau dalam kondisi Open dengan baik)
isikan hasil pengamatan kedalam Tabel Hasil Praktikum!
7. Hubungkanlah Probe Multimeter ke titik Terminal Coil (2 Point) perhatikanlah
Gambar 1.14, untuk mengukur nilai Resistansi Coil apakah sudah sesuai
dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh pembuat Relai tersebut, isikan hasil
pengamatan kedalam Tabel Hasil Praktikum!
8. Lakukan pengukuran pada kondisi Relai diaktifkan!
9. Aktifkanlah Relai dengan menghubungkan arus listrik sesuai dengan
tegangan Relai-nya. Misalnya dengan menggunakan baterai 9V untuk meng-
aktif-kannya!
10. Akan terdengar suara “klik” saat Relai tersebut aktif setelah dialiri arus
listrik. Suara “Klik” menandakan Kontak Poin itu telah berpindah dari posisi
NC ke posisi NO!
11. Pastikan Posisi Saklar Multimeter masih berada di posisi Ohm (Ω)!
12. Hubungkan salah satu Probe Multimeter pada Terminal “COM” dan Probe
lainnya di NC (Normally Close), pastikan nilai yang ditunjukan pada Display
adalah “Tak terhingga”, lalu perhatikan Gambar 1.15. Kondisi tersebut
menandakan bahwa antara Terminal “COM” dan Terminal NC tidak memiliki
hubungan sama sekali pada saat Relai diaktifkan atau dalam kondisi terbuka
dengan baik, isikan hasil pengamatan kedalam Tabel Hasil Praktikum!
13. Pindahkanlah Probe Multimeter yang berada di Terminal NC ke NO (Normally
Open), pastikan nilai yang ditunjukan pada Display Multimeter adalah “0”
Ohm. Kondisi tersebut menandakan antara Terminal “COM” dan Terminal
NO telah terhubung dengan baik pada saat Relai diaktifkan, isikan hasil
pengamatan kedalam Tabel Hasil Praktikum!
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
55
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
LEMBAR PRAKTIKUM
Sumber: teknikelektronika.com
Sumber: teknikelektronika.com
TEKNIK OTOMASI
56 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
LEMBAR PRAKTIKUM
CAKRAWALA
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
57
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
TEKNIK OTOMASI
58 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
59
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
BAB
III SISTEM PROTEKSI MOTOR LISTRIK
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi tentang sistem proteksi pada motor listrik, peserta
didik mampu memahami dan menerapkan sistem proteksi untk menghindari
gangguan dan kesalahan kerja dalam motor listrik.
PETA KONSEP
KATA KUNCI
TEKNIK OTOMASI
60 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENDAHULUAN
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
61
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENDAHULUAN
TEKNIK OTOMASI
62 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENDAHULUAN
Karena adanya arus start atau inrus inilah motor sangat membutuhkan sistem
proteksi yang tepat agar selama starting motor, sistem proteksi ini mampu bertahan
terhadap arus yang bersifat temporer ini.
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
63
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENDAHULUAN
Lampu akan menyala pada kondisi rangkaian tertutup seperti yang terlihat dalam
gambar, jika rangkaian di atas diputus, maka arus listrik tidak ada, sehingga lampu
akan mati.
TEKNIK OTOMASI
64 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENDAHULUAN
Lalu coba kita misalkan rangkaian tersebut kita hubung singkat seperti
permisalan gangguan yang terjadi pada sistem kelistrikan di mana jika dua buah
penghantar yang memiliki beda tegangan terhubung dengan kondisi hambatan
listrik yang rendah, perhatikan Gambar di bawah ini.
Mari kita misalkan rangkaian di atas dan kita hitung nilai arusnya,
hambatannya (R) hanya ada di penghantar yang tidak terlalu panjang tersebut,
karena loop terdekat adalah di kabel berwarna merah yang terhubung langsung
di penghantar positif (+) dan negatif (-), maka hambatan lampu tidak berarti apa-
apa, dan nilainya hambatan penghantar ini pastilah sangat kecil, bahkan hampir
mendekati nol. Kita anggap jika nilainya adalah sekitar 0,01 Ohm, lalu nilai (V)
kita misalkan, menggunakan tegangan kerja PLN, yaitu 220 V dengan menerapkan
rumus dari hukum Ohm, maka besar arus I menjadi:
I = 220V/0,02Ω = 11000 A atau 11kA.
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
65
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENDAHULUAN
Nilai arus sebesar 11Kva adalah nilai sangat besar yang harus diterima
oleh kabel jika terjadi kondisi hubung singkat, tentu arus bernilai besar itu tidak
akan mampu ditahan oleh kabel yang memiliki daya hantar arus yang hanya
berukuran kecil, sehingga kabel akan menjadi panas dan jika dibiarkan dalam
waktu yang lama akan mulai muncul percikan api yang akan mengakibatkan
kecelakaan kerja, yaitu kebakaran..
3. Arus Bocor
Arus bocor adalah hal yang sangat merugikan yang termasuk dalam rugi
daya, misalkan saja air, jika air yang seharusnya mampu kita salurkan dari satu
tempat ketempat lain lalu ada bagian dari pipa terjadi kebocoran. Jika waktu
dan debit air kecil tidak akan terasa, namun jika waktu yang lama dan debit
air yang besar, hal ini akan sangat merugikan. Dalam dunia kelistrikkan hal
serupa juga mungkin terjadi, efek dari arus bocor ini juga sangat berbahaya,
jika bersinggungan dengan alat lsitrik lain atau bersentuhan langsung dengan
manusia tanpa sengaja, karena kebocoran listrik tidak dapat dilihat dengan
kasat mata. Standar IEC 60479 telah menjelaskan besar magnitude arus AC
yang bisa mencelakai manusia, namun untuk melindungi kita dari bahaya akibat
arus bocor ini terutama untuk melindungi aset dan nyawa hanya perlu satu hal
yang pasti, yaitu pentanahan (grounding) yang baik.
Arus dikatakan bocor, jika arus mengalir di luar konduktor (kabel), hal ini
dapat terjadi karena isolasi kabel yang terkelupas yang mungkin saja menempel
pada peralatan listrik yg mungkin bagian bodynya terbuat dari logam, atau
menempel pada tembok yang basah akibat hujan ataupun menempel pada
benda lainnya yang memungkinkan arus akan mengalir. Hal ini juga akan
mengakibatkan kecelakaan kerja yang mengancam diri seseorang atau orang
yang beraktifitas di lingkungan tersebut. Perhatikan tabel di bawah, dari tabel
ini kita dapat mengetahui nilai arus yang dapat mengalir dalam tubuh manusia
yang jika nilainya cukup besar dapat mengancam nyawa manusia hingga
menyebabkan kematian.
TEKNIK OTOMASI
66 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENDAHULUAN
Karena arus bocor inilah solusi terbaik dalam masalah ini adalah
memasang grounding yang baik dalam suatu instalasi di rumah atau tempat
kerja kita, grounding sangat berperan mencegah arus bocor ini terjadi. Dengan
adanya grounding, maka arus yang berpotensi mengancam nyawa manusia dapat
dinetralkan atau dibuang ke bumi. Maka perlu kita lakukan sebuah penerapan
grounding yang baik dan memenuhi standar, dalam artian di sini resistansinya
besar, sehingga ancaman arus bocor dapat kita minimalisir potensinya dalam
mengancam aset dan nyawa manusia.
Dari sekian banyak hal yang telah dibahas di atas, maka di dalam bab ini
kita akan membahas berbagai alat dan komponen yang telah dirancang khusus
untuk mengatasi berbagai masalah kelistrikan tersebut, sehingga hal-hal yang
tidak kita inginkan dapat kita cegah dan kondisikan dengan baik, sesuai dengan
aturan yang telah berlaku.
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
67
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Dalam kondisi normal ketika MCB mendapatkan arus yang belum dikatakan
melebihi batas nilai arusnya, MCB hanya berfungsi sebagai saklar untuk
menghubungkan suatu rangkaian atau sistem kelistrikan yang dapat dilakukan
secara manual, berikut ini adalah gambar simbol dari MCB.
Secara konsep MCB memiliki fungsi dan cara kerja yang sama dengan
sekering (Fuse), yaitu berfungsi untuk mencegah terjadinya arus lebih atau over
current yang biasa muncul akibat hubung singkat arus listrik, atau juga untuk
menghindari konduktor menerima beban arus berlebih, yang nilainya melebihi
arus yang telah diatur untuk dilewati atau disalurkan oleh konduktor yang telah
terpasang dalam sebuah sistem. Namun perbedaan mendasar dari sebuah MCB
dibandingkan dengan sekering adalah, MCB ketika trip atau telah bekerja mem
proteksi dari gangguan seperti beban lebih, maka dapat difungsikan kembali
atau dinyalakan secara manual, berbeda dengan sekering yang harus dilakukan
penggantian karena, jika telah bekerja memproteksi dari gangguan, maka
sekering tersebut telah dikatakan putus, dan tidak dapat digunakan kembali,
Oleh karena itu MCB memiliki dua buah fungsi, yaitu dapat dipergunakan
sebagai saklar manual yang dapat menghubungkan dan memutus rangkaian
listrik atau sistem kelistrikan, dan mampu memenuhi kebutuhan sebagai alat
proteksi terhadap gangguan kelistrikan yang disebabkan oleh arus seperti
arus lebih atau beban lebih ataupun saat hubung singkat. Rangkaian (Short
Circuit), dalam melakukan proteksi MCB dapat beroperasi secara otomatis untuk
memutus rangkaian listrik atau sistem kelistrikan agar aman dari kerusakan
akibat gangguan listrik karena arus lebih atau beban lebih. MCB dalam
melakukan tugasnya sebagai alat proteksi akan melakukan triping (pemutusan
sistem) yang pengoperasiannya secara otomatis dengan dua cara, yaitu dengan
cara Magnetic Tripping (Pemutusan hubungan arus listrik secara Magnetik) dan
Thermal Tripping (Pemutusan hubungan arus listrik secara Thermal/Suhu).
68 TEKNIK OTOMASI
68 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK OTOMASI 69
INDUSTRI
69
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
70 TEKNIK OTOMASI
70 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
2. MCCB
MCCB atau disebut Moulded Circuit Breaker merupakan konponen proteksi
pemutus arus yang bekerja sama seperti halnya MCB, namun ada beberapa
tentunya yang membedakan antara MCB dengan MCCB, perhatikan tabel di
bawah ini.
Tabel 3.2 Perbedaan MCB dan MCCB
Perbedaan pertama adalah bentuk fisiknya sangat berbeda, jika MCB biasanya
berbentuk ringkas dan tidak terlalu bongsor, namun MCCB memiliki bentuk fisik
yang lebih besar dari sebuah MCB pada umumnya, perhatikanlah gambar di
bawah ini.
TEKNIK OTOMASI 71
INDUSTRI
71
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
72 TEKNIK OTOMASI
72 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Dari tabel di ataskita bisa menentukan pengaman apa yang perlu kita
pakai untuk meredam gangguan, baik itu arus listrik 1 fasa, 3 fasa atau mulai
dari kelas 6 Ampere hingga 6300 Ampere. Semua memiliki fungsi sendiri dalam
memilih pengaman ataukah menggunakan MCB, MCCB,atau ACB.
4. ELCB
ELCB atau Earth Leakage Circuit Breaker secara bentuk mirip dengan MCB
pada umumnya, perhatikanlah gambar ELCB di bawah.
TEKNIK OTOMASI 73
INDUSTRI
73
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
ELCB secara fungsional memiliki perbedaan dengan MCB, yaitu alat ini
digunakan untuk membatasi kebocoran listrik ke ground yang biasa terjadi
karena seseorang tersengat listrik (kesetrum). Memiliki respon kerja sekitar
< 0.1 detik untuk memutus arus listrik, merupakan kelebihan utama dari
Earth Leakage Circuit Breaker ini. Selain dapat menyelamatkan manusia dari
sengatan listrik yang bisa membahayakan nyawa, alat ini juga berfungsi untuk
melindungi peralatan listrik yang memiliki resiko tinggi terhadap arus bocor
yang diakibatkan kerusakan atau kesalahan pada saat instalasi, namun unit ini
lebih bersifat kepada pengaman untuk manusia dari pada untuk pembatas arus.
Prinsip kerja ELCB adalah alat ini bekerja dengan sistem differential, yaitu
membandingkan antar perbedaan dua kondisi atau lebih. ELCB memiliki sebuah
transformator arus dengan inti berbentuk gelang, transformator ini melingkari
semua masukan tegangan ke beban atau peralatan yang akan diamankan,
termasuk juga hubungan netral, baik itu hubungan sistem kelistrikan satu fasa,
tiga fasa tanpa netral, ataupun tiga fasa dengan netral. Dalam keadaan normal,
jumlah arus yang dilingkari oleh inti trafo adalah sama dengan 0 karena nilai
arus Line dan Netral pada saat keadaan normal mempunyai nilai sama. Akan
tetapi memiliki perbedaan dalam hal vektor arusnya, yaitu arah arus yang saling
berlawanan antara Line dan juga Netral yang terbaca oleh ELCB ini. Dengan
demikian resultan arus yang terjadi antara Line dan Netral tersebut akan terbaca
0A, jika terjadi arus bocor ke tanah misal, 0,9A, maka keadaan ini dikatakan tidak
lagi seimbang. Oleh sebab itu inti dalam trafo akan muncul fenomena medan
magnet atau elektromagnet yang membangkitkan tegangan dalam kumparan
sekunder. Arus diferensial terkecil yang masih menyebabkan kontak ini bekerja
disebut arus jatuh nominal (If) dari kontak. Kontak ini didesain agar terdapat
arus jatuh nominal dengan besaran tertentu.
Ketika kondisi terjadinya gangguan arus, yaitu saat arus yang mengalir
pada penghantar fasa ini nilainya tidak lagi sama dengan arus yang mengalir
pada netral. Mengacu pada hukum kirchof, maka Arus Phasa (Ip) = Arus Netral
(In) + If atau sistem dikatakan dalam keadaan tidak seimbang. Arus differensial
ini dibandingkan dengan penerapan sebuah sistem trafo toroida, maka ketidak
seimbangan antara arus phasa dan netral inilah yang menjadi tanda adanya
gangguan sistem kelistrikan terdapat arus bocor ke tanah.
74 TEKNIK OTOMASI
74 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Gangguan seperti ini bisa saja disebabkan oleh kegagalan isolasi atau
kontak langsung antara fasa dengan ground. Sebagai contoh, saat seseorang
tidak sengaja menyentuh listrik bertegangan atau kesetrum, di bawah ini adalah
contoh cara konfigurasi pemasangan ELCB.
TEKNIK OTOMASI 75
INDUSTRI
75
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Dari gambar terlihat ELCB diinstalasi bergabung dengan proteksi yang lain,
yaitu fuse dan MCB, dalam hal ini yang dimaksud adalah MCB pembagi.
5. RCBO
Schneider Electric menciptakan sebuah inovasi terbaru dalam sistem
proteksi yang menggabungkan fungsi dari MCB dan ELCB menjadi satu paket
produk kelistrikan yang lebih kompak dan praktis dalam pemakaian dan
fungsinya, yaitu RCBO atau Residual Current Circuit Breaker with Over Current
Protection yang dirancang lebih hemat ruang. Dengan alat ini pendeteksian
gangguan yang terjadi pada jaringan kelistrikan akan lebih mudah untuk
diterapkan dan dideteksi dengan cepat. Penggunaan RCBO juga disarankan
dipasang dan dioptimalkan untuk area lembab yang rentan terhadap kebocoran
arus seperti, area kamar mandi, dapur, kolam renang. Di bawah ini adalah
gambar bentuk fisik dari RCBO
76 TEKNIK OTOMASI
76 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK OTOMASI 77
INDUSTRI
77
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Grounding yang baik akan mencegah kita tersengat listrik saat rangkaian di
dalam kulkas bocor dan menempel ke body kulkas.
b. Dalam instalasi penangkal petir, sistem grounding berfungsi sebagai
penghantar arus listrik yang besar dari sambaran petir langsung ke bumi.
Pemasangan kabel grounding untuk instalasi penangkal petir di rumah
dan grounding untuk peralatan kelistrikan dan elektronik di rumah,
pemasangannya haruslah terpisah.
c. Sebagai proteksi peralatan elektronik akibat adanya bocor tegangan,
sehingga dapat mencegah kerusakan pada alat kelistrikan.
d. Grounding di dunia elektronika berfungsi untuk menetralisir cacat (noise)
yang disebabkan pentransferan gelombang listrik yang kurang baik, ataupun
kualitas komponen elektronika yang tidak sesuai standar.
Pada kabel grounding memiliki ciri khas, yaitu wana kabel adalah warna
hijau atau warna kuning dengan strip atau garis berwarna hijau. Ketentuan
warna kabel grounding ini telah diatur dalam PUIL yaitu sebagai berikut.
a. 542.3.4 MOD (3.18.3.4) Konduktor pembumian harus diberi warna hijau-
kuning sesuai dengan 5210.2
b. 5210.2 MOD Penggunaan warna loreng hijau-kuning
c. Warna loreng hijau-kuning hanya boleh digunakan untuk menandai konduktor
pembumian,konduktor proteksi, dan konduktor yang menghubungkan ikatan
ekuipotensial ke bumi.
d. Kabel grounding ini dihubungkan dengan cara menanam pipa logam ke
dalam tanah yang nantinya akan dipasang pada setiap terminal stop kontak.
7. KUAT HANTAR ARUS KABEL
Dalam hal ini yang penulis maksud adalah proteksi berupa konduktor
yang didesain khusus untuk beberapa penggunaan sesuai dengan kondisi
lingkungan tempat kerja, namun sebelumnya mari kita bahas tentang KHA atau
kemampuan hantar arus, yaitu kemampuan suatu penghantar listrik (kabel)
dalam menyalurkan arus listrik dari satu tempat ke tempat lain. Banyak faktor
yang mempengaruhi suatu KHA pada penghantar, di antaranya adalah suhu
pada penghantar dan lingkungan sekitar.
Para ilmuwan telah mendesain suatu penghantar yang dapat digunakan
sebagai perantara menghubungkan atau menyalurkan arus listrik berupa kabel,
yang dapat dimanfaatkan juga untuk data, sinyal dan lainnya. Kabel memiliki
konstruksi yang dapat kita bagi menjadi 2 struktur utama, yaitu bagian kulit
(Vynil), dan bagian inti kabel (Core).
a. Kulit (vynil), yaitu merupakan sarana pembungkus dan pelindung inti
kabel yang biasanya didesain bermacam-macam sesuai dengan fungsi
penggunaannya.
b. I nti (core), yaitu bagian utama suatu kabel, yang berfungsi sebagai penghantar
atau untuk menyalurkan arus listrik, desain inti dapat berbeda tergantung
jenisnya, jumlahnya, dan cara strukturnya dibangun yang memiliki tujuan
sesuai dengan penggunaannya.
Karena banyaknya desain model kabel berdasarkan dua bagian utama
tersebut, tentu penamaannya akan berbeda-beda pula, pada tiap jenis tipe
kabel yang memuat informasi berupa kode yang bertujuan untuk membedakan
78 TEKNIK OTOMASI
78 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
spesifikasi antar kabel, seperti, ukuran kabel, jumlah inti kabel, bahan dasar
pembuatan, kode bahan, dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan agar tiap tipe
kabel dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing kabel. Berikut
ini beberapa jenis kabel listrik beserta fungsinya.
a. Kabel NYM
Kabel yang sangat sering digunakan untuk instalasi rumah dan juga
gedung, kabel ini memiliki jumlah inti tunggal hingga lebih dari 4 inti dalam
satu kabel, kabel ini memiliki bahan isolasi berupa PVC, hal ini bertujuan
agar digunakan di tempat yang kering. Berikut ini adalah gambar bentuk fisik
dari kabel tersebut.
b. Kabel NYY
Kabel ini adalah kabel yang memiliki inti serabut pejal yang terpilin
menjadi satu, jumlahnya juga bisa lebih dari 4 inti, yang didesain untuk
instalasi permanen di tanam di dalam rumah maupun bawah tanah, atau di
daerah terbuka yang ditambahkan satu lapisan perlindungan berupa pipa
untuk memperpanjang usia dari kabel jenis ini. Kabel ini memiliki isolasi
berupa PVC yang lebih kuat hingga dikatakan anti gigitan tikus, sehingga
harga kabel ini lebih mahal. Berikut, di bawah ini adalah gambar bentuk fisik
dari kabel tersebut.
TEKNIK OTOMASI 79
INDUSTRI
79
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
c. Kabel NYA
Kabel ini hampir mirip dengan jenis kabel NYM, namun kabel ini
memiliki inti tunggal dari bahan tembaga, lalu dilapisi dengan isolator
berbahan PVC. Kabel ini sering digunakan untuk instalasi penerangan listrik,
karena kabel ini memiliki variasi ukuran yang kecil, yaitu 1,5mm2 sampai
dengan ukuran 2,5 mm2. Ukurannya yang cukup kecil hanya sekitar 1,5 mm2
hingga 2,5 mm2. Kabel ini biasanya digunakan bersama dengan pemasangan
pipa PVC sebagi pelindung luar untuk memperpanjang usia pakai dari kabel
jenis ini. Berikut, di bawah ini adalah gambar bentuk fisik dari kabel tersebut.
d. Kabel NYAF
Kabel ini hampir mirip dengan jenis kabel NYM, namun kabel ini
memiliki inti serabut dari bahan tembaga lalu dilapisi dengan isolator
berbahan PVC. Hal tersebut karena kabel ini berinti serabut, kabel jenis ini
sangat fleksibel dan cenderung elastis, sehingga mudah untuk ditekuk atau
dibengkokkan. Kabel ini sering digunakan untuk instalasi panel listrik yang
banyak membutuhkan tekukan. Selain itu juga karena kabel ini memiliki
variasi ukuran yang kecil. Kabel jenis ini sangat rentan terkelupas pada
bagian isolasinya, karena itu tidak cocok untuk instalasi yang bersifat basah
atau terlalu kering. Berikut, di bawah ini adalah gambar bentuk fisik dari
kabel tersebut.
80 TEKNIK OTOMASI
80 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
e. Kabel NYYHY
Kabel ini adalah kabel yang memiliki inti serabut pejal yang terpilin
menjadi satu, jumlahnya juga bisa lebih dari 4 inti. Kabel ini didesain untuk
instalasi permanen yang ditanam di dalam rumah maupun bawah tanah, atau
di daerah terbuka yang ditambahkan satu lapisan perlindungan berupa pipa
untuk memperpanjang usia dari kabel jenis ini. Kabel ini memiliki isolasi
berupa PVC yang lebih kuat, sehingga dikatakan anti gigitan tikus, hal ini
membuat harga kabel ini lebih mahal. Berikut di bawah ini adalah gambar
bentuk fisik dari kabel tersebut.
TEKNIK OTOMASI 81
INDUSTRI
81
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
f. Kabel NYMHY
Kabel yang sangat sering digunakan untuk instaasi rumah dan juga
gedung. Kabel ini memiliki jumlah inti tunggal hingga lebih dari 4 inti dalam
satu kabel, kabel ini memiliki bahan isolasi berupa PVC di bagian dalam dan
bagian luar, hal ini bertujuan agar digunakan di tempat yang kering. Kabel ini
banyak dipakai untuk instalasi listrik skala rumah tangga di bawah 900 watt.
Berikut, di bawah ini adalah gambar bentuk fisik dari kabel tersebut.
g. Kabel NYMHYO
Kabel yang sangat sering digunakan untuk instalasi rumah dan juga
gedung. Kabel ini memiliki jumlah inti serabut hingga lebih dari 4 inti dalam
satu kabel. Kabel ini memiliki bahan isolasi berupa PVC, hal ini bertujuan agar
digunakan di tempat yang kering, diisolasi dengan bahan isolator PVC dan
memiliki selubung luar. Kabel ini banyak dipakai di peralatan audio, seperti
sound system, kabel loudspeaker. dan lain-lain. Kabel NYMHYO didesain
hanya cocok untuk instalasi listrik arus kecil dan penggunaannya pun hanya
cocok untuk dalam ruangan, karena kabel ini tidak memiliki selubung luar
yang tahan cuaca. Berikut, di bawah ini adalah gambar bentuk fisik dari kabel
tersebut.
h. Kabel BC
Kabel BC memiliki kepanjangan bare chooper atau inti tembaga
telanjang, karena kabel jenis ini memang tidak memiliki lapisan isolator
sama sekali. Hal ini bertujuan agar tidak beresiko terbakar saat arus listrik
besar mengalir padanya, karena kabel jenis ini sering digunakan sebagai
penyalur untuk penangkal petir. Kabel ini didesain agar memudahkan listrik
mengalir ke seluruh bagian kabel, sehingga didapatkan resitansi yang sekecil
82 TEKNIK OTOMASI
82 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
mungkin. Kabel ini lebih sering digunakan pada instalasi penangkal petir dan
juga untuk instalasi grounding, jika digunakan sebagai grounding, sebaiknya
dilapisi dengan pipa untuk memperpanjang usia kabel ini. Berikut, di bawah
ini adalah gambar bentuk fisik dari kabel tersebut.
i. Kabel ACSR
Kabel jenis ini cukup unik karena bisa dikatakan kabel yang sangat
kaku dan kuat karena terbuat dari alumunium dengan inti kawat baja,
karena desain kabel ini memang dimanfaatkan untuk instalasi arus listrik
yang sangat besar oleh perusahaan listrik seperti PLN. Kabel ini sering
dipakai sebagai penghantar tegangan berarus besar seperti, antar menara
distribusi PLN, kabel jenis ini sama sekali tidak dilengkapi dengan isolator,
dengan tujuan agar kabel inti utama dapat segera menurunkan suhunya saat
menghantarkan arus yang begitu besar. Berikut, di bawah ini adalah gambar
bentuk fisik dari kabel tersebut.
TEKNIK OTOMASI 83
INDUSTRI
83
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
j. Kabel NYRGBY/NYFGBF/NYBY
Kabel jenis-jenis ini sangat unik juga karena secara teknis penamaannya
cukup sulit diingat. kabel ini memiliki desain satu inti tembaga atau lebih
dengan pelindung kawat baja bulat dan lilitan plat baja dengan bahan
isolator berupa PVC. Kabel ini didesain untuk dapat ditanam di dalam tanah
tanpa perlu lagi kita tambahkan bahan pelindung luar untuk kabel jenis ini,
namun jika akan di tanam di bawah jalan raya atau lingkungan yang sering
dilewati alat berat, maka tentu perlu diperkuat dengan selubung tambahan
bisa berupa PVC atau pipa besi. Berikut, di bawah ini adalah gambar bentuk
fisik dari kabel tersebut.
84 TEKNIK OTOMASI
84 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
kabelnya akan selalu sama, karena telah memiliki standar yang mengatur
pewarnaan kabel tersebut.
Warna kabel yang berbeda-beda, dapat membantu kita untuk
memudahkan dalam pemasangan dan juga perawatan, sehingga tak akan
tertukar antar koneksi satu dengan koneksi yang lain, karena pemasangannya
sesuai dengan arti dan fungsi dari masing-masing warna kabel tersebut. Kita
tahu jika instalasi sistem kelistrikan ada 2, yaitu sistem 1 phasa dan juga 3
phasa, warna kabel dalam instalasi 1 fasa memiliki tiga warna kabel yang
berbeda di dalamnya, warna ketiga kabel itu adalah, biru, kuning, dan hitam
(terkadang merah), maka untuk aturan dalam pemasangan instalasi 1 fasa,
ketiga warna kabel tersebut dibagi sebagai berikut.
1) Kabel warna biru, yaitu dipakai untuk muatan listrik negatif/netral.
2) Kabel warna kuning, yaitu dipakai untuk grounding/pentanahan.
3) Kabel warna merah, yaitu dipakai untuk muatan listrik positip/fasa.
Namun dalam sistem instalasi 3 fasa, ada beberapa warna kabel
tambahan tentunya yang juga berbeda dari pembagian warna kabel 1 fasa.
Pada istilah umum di Indonesia, sistem 3 fasa memiliki 3 kabel fasa dengan
kode berbeda, yaitu, fasa R, S, dan T, serta simbol “N” untuk penghantar
netral, berikut adalah warna kabel untuk instalasi 3 fasa.
1) Merah/Coklat : Phase 1 (R atau L1)
2) Kuning : Phase 2 (S atau L2)
3) Hitam : Phase 3 (T atau L3)
4) Biru : Netral (N)
5) Kuning-Hijau : Ground
Untuk lebih jelasnya lagi mari perhatikan tabel di bawah ini,
TEKNIK OTOMASI 85
INDUSTRI
85
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Bahasan berikutnya adalah tentang kuat hantar arus yang mampu diterima
oleh tiap jenis kabel, masih ingatkah Anda dengan hukum daya? Rumus
hukum daya antara lain sebagai berikut.
P=VxI
Keterangan:
P = Simbol untuk daya dengan satuan Watt
V = Simbol untuk tegangan dengan satuan volt
I = Simbol untuk arus dengan satuan ampere
Mari kita misalkan apabila kita menggunakan perangkat listrik secara
bersamaan di satu waktu, arus yang mengalir yang membebani kabel adalah
4,91 Ampere. Apabila kabel yang digunakan memiliki kuat hantar hanya 4
Ampere, maka apa yang akan terjadi, kabel yang terbebani arus 4,91A akan
meleleh pada bagian isolatornya, karena panas dan akhirnya terbakar. Itulah
yang menyebabkan terjadinya kebakaran, kuat hantar arus sebuah kabel
berkonduktor tembaga/aluminium dengan berisolasi jenis PVC memiliki
suhu maksimal yang mampu ditahan konduktor adalah sebesar 70o C dan
memiliki Suhu ambien sampai 30o C di udara, mari kita perhatikan tabel di
bawah, yaitu sebagai berikut.
86 TEKNIK OTOMASI
86 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
contoh di atas bisa dilihat bahwa, jika beban yang diterima sebuah kabel
adalah 4,91 Ampere, maka bisa kita pakai diameter kabel dengan penampang
sebesar 0.75 mm2 yang mampu menahan arus hingga 12 Ampere.
Menurut spesifikasi motor dari gambar name plate di atas, kita dapatkan informasi
sebagai berikut.
Tegangan = 400V/690V
Arus Listrik = 29A/17 A (In = 29A)
Daya P = 15 Kw
Sambungan = Δ/Y
IP (Indeks Proteksi) = 54
Setelah kita mampu memahami informasi name plate di atas, maka kita telah mampu
mengetahui besar kecilnya proteksi yang perlu kita terapkan dalam proteksi sistem
instalasi motor listrik, seperti pembahasan kita sebelumnya, selain daripada itu,
kita juga perlu memahami gambar dasar sebelum melakukan instalasi motor listrik
dari MCB sampai dengan motor listriknya. Gambar harus menggunakan simbol
yang standard.
TEKNIK OTOMASI 87
INDUSTRI
87
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Di atas adalah contoh gambar diagram daya, yang harus kita rancang dahulu
(minimal) seperti gambar di atas, yaitu rangkaian dasar diagram daya untuk
instalasi motor yang sederhana. Sesuai name plate motor di atas, maka kita dapat
membuat desain dan menentukan komponen proteksi yang hendak kita pakai,
seperti berikut.
1. Pengaman arus (MCB)
2. Kapasitas switching Kontaktor
3. Jenis dan pengaman kabel (penampang kabel)
4. Pengaman Motor dari beban penuh (TOR)
5. Sambungan kumparan motor
Untuk menyelesaikan desain tersebut kita harus tetap melihat PUIL untuk
menentukan misalnya besar penampang kabel.
88 TEKNIK OTOMASI
88 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 3.28 Contoh Perhitungan Nilai Proteksi dari PUIL 2000, hal 185
1. Pengaman Arus
Untuk menghindari resiko gangguan terhadap arus, seperti hubung
singkat atau over current, maka kita dapat mengantisipasi dengan MCB
(Miniature Circuit Breaker), dalam memilih nilai pengaman arus yang tepat kita
harus melakukan perhitungan, berdasarkan harga arus yang akan kita pasang
sesuai contoh name plate motor sebelumnya sebagai pengaman/proteksi
dalam sistem. Untuk menentukan besar MCB yang digunakan adalah dengan
menggunakan cara seperti berikut.
Nilai Minimum = 1,25 x In (di mana In = 29A)
= 1,25 x 29A
= 36,25 Ampere
TEKNIK OTOMASI 89
INDUSTRI
89
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Tabel 3.6 KHA Terus yang Diperbolehkan dan Proteksi untuk Kabel Instalasi Berinti
Tunggal Berisolasi PVC pada Suhu Keliling 30 Oc dan Suhu Penghantar Maksimum 70
O
c
2. Kontaktor
Kapasitas kontaktor yang akan kita pasang sebaiknya mampu dilewati
oleh arus beban maksimum sistem, yaitu spesifikasi kontaktor yang akan
dipasang haruslah lebih besar dari arus nominal motor (I kontaktor › In) atau
sama dengan arus nominal MCB yang telah kita temukan nilainya di atas, yaitu
63 Ampere, atau sama dengan daya motor berdasarkan informasi daya pada
name plate motor di atas sebesar 15 Kw, maka kontaktor kita harus mampu
bekerja minimal dengan daya 15 Kw.
3. Jenis dan Penampang Kabel
Hal yang berkaitan dengan pemilihan penampang kabel telah dijelaskan
dalam pembahasan sebelumnya, untuk menentukan besar penampang kabel
kita juga harus memperhatikan aturan dalam PUIL 2000 Tabel 7.3.1. berdasarkan
besar MCB yang digunakan, yaitu sebesar 63 Ampere, maka penampang kabel
yang digunakan adalah 25mm2 (dipasang di dalam pipa).
4. Pengaman Motor Thermal Overload Relay (TOR)
Dalam memilih batas setting arus dalam Thermal Overload Relay (TOR)
yang digunakan untuk mengamankan motor (Kumparan Motor) dari beban
lebih kita tinggal samakan dengan nilai batas arus maksimum dari MCB. Seperti
yang telah dibahas sebelumnya, di dalam TOR terdapat bimetal sebagai alat
untuk memutuskan hubungan listrik dalam sistem apabila timbul panas yang
diakibatkan beban arus yang berlebih. Bimetal akan membengkok bila terjadi
90 TEKNIK OTOMASI
90 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
kenaikan suhu panas yang berlebih pada bimetal itu sendiri, lalu akan secara
otomatis menggerakkan tuas untuk trip atau putus, hal penting yang perlu
diperhatikan dalam pemasangan TOR, adalah jika TOR dipasang secara seri
dengan motor listrik.
TEKNIK OTOMASI 91
INDUSTRI
91
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
Catatan, jika beban motor memiliki kapasitas lebih dari 4 Kw, maka untuk
menghindari arus awal yang besar, maka motor tersebut harus dioperasikan
dengan pengasutan bintang-segitiga (Starting Star-Delta).
LEMBAR PRAKTIKUM
Langkah Kerja
1. Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan!
2. Pakailah Obeng (+) yang kecil atau bisa menggunakan testpen!
3. Buka penutup dari TOR (jika ada) untuk memutar potensio yang berada di
TOR!
4. Usahakan Hitung dahulu berapa nilai yang akan disetting!
5. Jika sudah ada nilai yang akan disetting, arahkan jarum potensio dengan
obeng (+) ke nilai sesuai perhitungan tadi!
6. Tutup kembali, untuk melindungi potensio disetting oleh orang tak
bertanggung jawab untuk mengubah!
7. Catatlah dan tuliskan kesimpulan dalam praktikum in!
8. Kembalikan alat dan bahan praktik pada tempatnya!
9. Jagalah kebersihan alat dan tempat praktik!
92 TEKNIK OTOMASI
92 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
93
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
TUGAS MANDIRI
Carilah referensi tentang proteksi instalasi motor listrik dalam buku PUIL 2000
dan catatlah poin penting yang Anda dapatkan!
TEKNIK OTOMASI
94 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENILAIAN AKHIR
PENILAIAN AKHIR SEMESTER GASAL
SEMESTER GASAL
A. PILIHAN GANDA
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X)
pada tempat jawaban yang disediakan!
1. Jika pada suatu instalasi motor listrik terdapat kontaktor, maka fungsi kontaktor
ini adalah ....
a. Pelindung arus bocor tanah
b. Saklar magnetik
c. Pelindung beban lebih
d. Pelindung hubung singkat
e. Pelindung induk
3. Pada komponen TDR maka terminal sumber terdapat pada nomor ....
a. 2-7
b. 1-3
c. 1-4
d. 6-8
e. 5-8
6. Untuk komponen yang mempunyai fungsi untuk memberi tanda bahwa panel
dalam keadaan kerja/bertegangan atau tidak ,adalah sebagai berikut ....
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
95
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
a. Thermorelay
b. MCB 3 Fasa
c. Kontaktor
d. Lampu indikator
e. Tombol tekan
9. Jika dilihat, berdasarkan PUIL kabel penghantar warna Merah untuk ....
a. Netral
b. Fasa T
c. Fasa S
d. Fasa R
e. Penghantar bumi.
10. Tombol tekan warna hijau berdasarkan PUIL berfungsi untuk ....
a. Indikator arus
b. Mematikan (OFF)
c. Menghidupkan (ON)
d. Indikator Pengoperasian
e. Indikator tegangan
12. Berapa arus nominal yang mengalir jika suatu sistim daya listrik 1 fasa, disuplai
dengan tegangan 220 V,daya total yang terpakai 445 Watt. Faktor daya (Cos phi
= 0,85)….
TEKNIK OTOMASI
96 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
a. 4,38 A
b. 1,38 A
c. 3,38 A
d. 2,38 A
e. 5,38 A
13. Pada gambar di samping, terminal A-B merupakan kumparan penguat yang
berfungsi menghasilkan ....
a. Gaya lorenz
b. Kemagnitan
c. Tegangan
d. Arus
e. Getaran.
a. 25 A
b. 6A
c. 9A
d. 16 A
e. 45 A
15. Berdasarkan pada gambar rangkaian kontrol di bawah ini lengan NC kontaktor
dengan kode 21 terhubung dengan….
a. Lengan NC : 14 Kontaktor
b. Lengan NO : 13 Kontaktor
c. Lengan Kontak Utama kontaktor
d. Lengan Kontak Bantu 95 Overload/TOR
e. MCB 3 fasa
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
97
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
16. Untuk pengaman hubungan singkat yang ada pada instalasi motor listrik 3 fasa
adalah ....
a. Relay ac
b. MCB 1 Fasa
c. MCB 3 Fasa
d. Kontaktor
e. Relay penunda waktu
17. Dinamakan pengoperasian secara apa sakelar yang bekerja menghubungkan dan
memutuskannya dilakukan secara langsung oleh orang yang mengoperasikannya?
a. PLC Plus Elektropneumatik
b. Sakelar semi otomatis
c. PLC
d. Sakelar otomatis
e. Sakelar manual
18. Sebagai pelayanan dua sumber tegangan pada satu motor 1 fasa yaitu sakelar
yang terdiri dari dua kutub dengan dua arah, yang bekerja sebagai penukar arah
putaran motor 1 fasa dinamakan . . . .
a. Sakelar TPDT
b. Sakelar SPST
c. Sakelar TPST
d. Sakelar SPDT
e. Sakelar DPDT
21. Tombol tekan yang dilengkapi pengaman MCB 3 fasa untuk mengoperasikan
motor listrik 3 fasa menggunakan kontaktor magnit dan dinamakan pengontrolan
secara . . . . .
a. Sakelar mekanis
b. Semi-otomatis
TEKNIK OTOMASI
98 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
c. PLC
d. Otomatis
e. Manual
22. Untuk mengendalikan beban arus tinggi/besar dan pengendali arusnya maka
penggunaan relay/Relai masih menjadi pilihan tepat adalah ........
a. Arus gigi gergaji
b. Arus rendah
c. Arus sinusoid
d. Arus dc
e. Arus kotak
23. Bagian relay elektronik merupakaan saklar elektronis yang tidak berisi adalah ....
a. Berbunyi
b. Berputar
c. Berkedip-kedip
d. Bergerak
e. Bercahaya
24. Hal yang dimaksud dengan saklar yang bekerja berdasarkan kemagnetan pada
rangkaian utama motor listrik AC 3 fasa dinamakan ....
a. Over load
b. Relay
c. Kontaktor magnet
d. Tombol tekan
e. Miniatur Circuit Breaker (MCB)
25. Fungsi dari kontaktor magnet AC pada inti magnetnya dipasang cincin hubung
singkat untuk menjaga arus kemagnetan ....
a. Tetap tak bergetar
b. Berubah
c. Konstan
d. Bergetar
e. Tetap bergerak
27. Keterangan yang ada pada kontaktor terminal utama diberi tanda nomor, yaitu
.......
a. U1,V1, W1 dan U2, V2, W2
b. 1,2,3 dan 4 ,5, 6
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
99
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GASAL
c. u, v, w dan x, y, z
d. 13 dan 14
e. 21 & 22
30. Keterangan yang biasanya kontak pengunci kontaktor diberi nomor kontak .......
a. 21-22 ( NC)
b. 1-2
c. 13-14 (NO)
d. 3-4
e. 5-6
B. ESSAY
Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!
1. Apakah pengertian daripada rele elektronik?
2. Apakah pengertian dari Magnetik Kontaktor?
3. Apakah pengertian dari Push Button?
4. Apakah pengertian dari kontak NC (Normally Close) dan kontak NO (Normally
Open)?
5. Jelaskan cara kerja dari TOR (Thermal Overload Relay)?
TEKNIK OTOMASI
100 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
BAB
SISTEM OPERASI MOTOR LISTRIK 3 FASA IV
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi tentang sistem operasi pada intalasi motor listrik
3 fasa, peserta didik mampu memahami gambar kerja berupa rangkaian kontrol,
rangkaian daya, dan rangkaian pengawatan serta mampu merakit suatu sistem
instalasi motor listrik 3 fasa.
PETA KONSEP
Mengoperasikan
Metode Starting Kendali
Motor Listrik 3 Sistem
Motor Induksi 3 Elektromagnetik
fasa Pengendali
Fasa pada Motor
Eletromagnetik
KATA KUNCI
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
101
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENDAHULUAN
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK OTOMASI
102 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
yang sama. Setiap ujung kumparan ditempatkan pada kotak terminal menggunakan
mur dan baut. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan kita dalam melakukan
instalasi ujung-ujung kumparan stator pada motor tersebut. Sehubungan dengan
itu ujung-ujung kumparan stator tersebut dapat dihubungkan dengan sumber
tenaga listrik 3 phasa dalam bentuk pola tertentu, yaitu sambungan kumparan
stator dalam bentuk hubungan segitiga (∆-delta) ataupun hubungan bintang
(Y-star).
Keterangan gambar:
U1 dihubungkan dengan W2 dan dihubungkan dengan phasa L1.
V1 dihubungkan dengan U2 dan dihubungkan dengan phasa L2.
W1 dihubungkan dengan V2 dan dihubungkan dengan phasa L3.
Berikut ini, akan diberikan pembahasan tentang hubungan tersebut, yang
merupakan penjelasan secara detail dari masing-masing ujung kumparan.
1. Hubungan Segitiga
Hubungan segitiga (gambar 84) terbentuk bila penghubungan dilakukan
pada masing-masing ujung kumparan stator pada terminal boks yang berbeda
jenis dari 2 (dua) buah kumparan stator yang berlainan. Sedangkan masing-
masing titik simpul dihubungkan dengan masing-masing titik simpul yang
MATERI PEMBELAJARAN
(4.2)
2. Hubungan Bintang
Karakteristik tegangan dan kuat arus listrik pada hubungan bintang, besar
tegangan pada kumparan, yaitu sebagai berikut.
(4.3)
Keterangan gambar:
a. U2, V2 dan W2 saling disatukan dan menjadi titik netral N.
b. U2 dihubungkan dengan phasa L1.
c. V2 dihubungkan dengan phasa L2.
d. W2 dihubungkan dengan phasa L3.
Besar arus pada kumparan = besar arus sumber.
(11.4)
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
a. Diagram Kontrol
Beberapa komponen yang tergambar dan termasuk diagram kontrol, sebagai
berikut.
1) Pelindung arus kontaktor magnet, sekering/MCB (kecil).
2) Saklar tombol tekan stop.
3) Saklar tombol tekan start tombol kunci start.
4) Koil konduktor magnet.
5) Kontak-kontak bantu TOR.
6) Kontak-kontak bantu kontaktor magnet NO, NC.
7) Lampu tanda.
8) Kontak-kontak bantu timer NO, NC.
b. Diagram Daya
Sedangkan yang termasuk dan tergambar dalam diagram daya, yaitu sebagai
berikut.
1) Pengaman arus beban, sekering/MCB.
2) Kontak-kontak utama kontaktor magnet.
3) Kontak-kontak pengaman arus lebih. (TOR).
4) Terminal-terminal transformator.
5) Terminal-terminal resistor.
6) Terminal-terminal induktor.
7) Terminal-terminal kapasitor kompensasi.
8) Terminal-terminal belitan motor/beban lainnya.
c. Diagram Pengawatan
Diagram pengawatan adalah diagram yang berisi gambar rangkaian
pengawatan dari gabungan antara rangkaian daya dan rangkaian kontrol.
Dalam diagram pengawatan diperlihatkan bagaimana cara atau tata
letak penyambungan kabel pada tiap komponen secara jelas, untuk
memudahkan kita dalam instalasi motor listrik.
MATERI PEMBELAJARAN
torsi starting, kecepatan, jenis atau tipe motor dan macam-macam beban yang
digerakkan oleh motor tersebut. Motor induksi saat dihidupkan secara langsung
akan menarik arus 4 sampai 8 kali dari arus beban penuh. Arus mula yang besar
ini dapat mengakibatkan drop tegangan pada saluran sehingga akan mengganggu
peralatan lain yang dihubungkan pada saluran yang sama. Untuk motor yang
berdaya besar tentu arus pengasutan juga akan semakin besar. Sehingga untuk
motor dengan daya besar tidak dianjurkan menghidupkan motor secara langsung.
Hal ini bertujuan untuk menghindari hal tersebut, suatu motor induksi seringkali di
start dengan level tegangan yang lebih rendah dari tegangan nominalnya.
Starting motor induksi 3 phasa dapat dilakukan dengan enam cara, yaitu,
Start secara langsung DOL (Direct On Line), Start dengan saklar bintang-segitiga,
Start dengan autotrafo, Start dengan rheostat, Start dengan softstarter (elektronik),
Start dengan reaktor (induktor).
1. Start Secara Langsung/DOL (Direct On Line)
Metode starting secara langsung ini sering dilakukan untuk motor-motor
AC yang mempunyai kapasitas daya kecil. Jika motor dengan kapasitas yang
sangat besar di-start dengan direct on line, tegangan sistem akan terganggu
(terjadi voltage dip pada jaringan suplay) karena adanya arus starting yang
besar. Gangguan tegangan ini dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan
elektronik yang lain yang terhubung dengan sumber yang sama. Dari sini dapat
ditarik kesimpulan tentang pengertian start secara langsung ialah motor yang
yang akan dijalankan langsung atau di switch on ke sumber tegangan jala-jala
sesuai dengan besar tegangan nominal motor. Artinya tidak perlu mengatur
atau menurunkan tegangan pada saat starting.
MATERI PEMBELAJARAN
kondisi normal, maka pengasut langsung ini hanya digunakan untuk motor-
motor kecil dengan daya kurang dari 5 kW. Prinsip kerja starting langsung DOL
(direct on line) secara umum, yaitu, ketika tombol mulai (start) ditekan maka
arus akan mengalir dari fasa merah (R) melalui rangkaian kendali dan kumparan
kontaktor ke fasa biru.
Arus ini akan membuat aktif kumparan kontaktornya sehingga kontaktor
akan menutup untuk menyalurkan tegangan 3 fasa ke motor. Jika tombol mulai
dilepaskan maka rangkaian kendali akan tetap dipertahankan seperti semula
karena adanya sebuah penahan kontak. Selanjutnya jika tombol berhenti (stop)
ditekan atau jika kumparan-kumparan beban lebih bekerja maka rangkaian
kendali akan terputus dan kontaktor akan membuka untuk memutuskan
penyaluran tegangan listrik 3 fasa ke motor. Untuk penyambungan kembali
suplai ke motor hanya dapat dilakukan dengan menekan kembali tombol mulai,
jadi rangkaian ini juga dapat memberi proteksi terhadap kehilangan tegangan
suplai.
Karena dalam keadaan start. Rotor belum berputar (n=0) maka slip S = 1, dan
rangkaian ekuivalen motor induksi tiap fasanya dapat digambarkan sebagai
berikut.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Keunggulan dari metode ini adalah peralatan start yang sederhana, torsi awal
yang besar, dapat memulai (start) dengan cepat dan biaya yang murah. Metode
ini bisa digunakan ketika, sebagai berikut.
a. Daya motor relatif rendah dibandingkan suplai utama, yang dibatasi dengan
arus inrush.
b. Peralatan yang digerakkan tidak memerlukan peningkatan secara bertahap
atau peralatan peredam yang membatasi shock dari start awal.
c. Starting torsi diperbolehkan cukup besar tanpa mengganggu operasi dari
peralatan atau beban yang digerakkan.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Bagian kurva torsi terhadap kecepatan yang diberi bayangan arsir adalah torsi
aselerasi yang dibutuhkan untuk mengaselerasi beban. Perhatikan torsi start
pada rangkaian bintang harus selalu lebih besar dari torsi awal beban supaya
motor dapat mengangkat beban dan beraselerasi menuju kecepatan naminal.
Hubungan bintang delta atau star-delta atau wye-delta ini memang cukup
digemari sebagai pilihan aplikasi yang membutuhkan konsusmsi arus yang kecil
beberapa saat awal motor dihidupkan, namun memiliki suatu kelemahan yang
membuatnya kurang menjadi pilihan setelah adanya pengembangan starting
yang lebih baik seperti soft starter. Satu-satunya alasan pemilihan jenis starting
ini adalah biaya yang lebih murah dibandingkan starting lainnya. Satu lagi dari
kelemahan starting star- delta adalah, apabila beban membutuhkan 40 % dari
torsi awal atau lebih untuk start, maka terpaksa harus memilih motor induksi
dengan satu frame size yang lebih besar.
3. Start dengan Auto-transformator
Auto transformator starter menggunakan auto- transformator untuk
mengurangi tegangan selama periode awal dan kemudian menghubungkannya
ke tegangan penuh untuk mendapatkan kecepatan yang cukup. Transformator
memiliki berbagai tap yang dapat digunakan untuk menetapkan tegangan awal.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar rangkaian ekivalen dari starting motor induksi 3 phasa dengan rheostat
adalah sebagai berikut.
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 4.13 Rangkaian Ekivalen dari Starting Motor Induksi 3 Phasa dengan Rheostat
Dengan demikian, dari gambar di atas akan mendapatkan rumus berikut ini.
Di mana, jika nan semakin besar, maka arus start akan semakin kecil.
5. Start dengan Soft Starter (Elektronik)
Soft starter sangat berbeda dengan starter lainnya. Alat ini
mempergunakaan thyristor sebagai komponen utamanya. Tegangan yang masuk
ke motor akan diatur dimulai dengan sangat rendah, sehingga arus dan torsi saat
start juga rendah. Pada saat start ini tegangan yang masuk hanya cukup untuk
menggerakkan beban dan akan menghilangkan kejutan pada beban. Secara
perlahan tegangan dan torsi akan dinaikkan, sehingga motor akan mengalami
percepatan, sehingga tercapai kecepatan normal. Salah satu keuntungan
mempergunakan alat ini adalah kemungkinan dilakukannya pengaturan torsi
pada alat yang diperlukan, tidak terpengaruh ada atau tidaknya beban.
Soft starter dipergunakan untuk mengatur atau memperhalus start dari
elektrik motor. Prinsip kerjanya adalah dengan mengatur tegangan yang masuk
ke motor. Pertama-tama motor hanya diberikan tegangan yang rendah sehingga
arus dan torsipun juga rendah. Pada level ini motor hanya sekedar bergerak
perlahan dan tidak menimbulkan kejutan. Selanjutnya tegangan akan dinaikkan
secara bertahap sampai ke nominal tegangannya dan motor akan berputar
dengan kondisi RPM yang nominal.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Di mana :
V1 = Tegangan sumber
Vm = Tegangan pada motor
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 4.19 (a) Diagram Daya Rangkaian Kendali DOL (b) Diagram Kontrol.
MATERI PEMBELAJARAN
c. Thermal overload relay dalam keadaan normal maka arus bisa mengalir dan
menuju ke push button stop.
d. Push button stop dalam keadaan normal (NC) arus melewati dan berhenti
pada push button start.
e. Karena push button ini normalnya adalah open (NO).
f. Tombol push button hijau (start) maka arus akan mengalir dan menuju ke
kontaktor (A1).
g. Kontaktor bekerja kemudian kontak NO dari kontaktor 13 dan 14 semulanya
NO menjadi NC dan membuat pengunci agar kontaktor bekerja terus
(rangkaian pengunci atau self holder). Sebab push button start jika dilepas
tidak mengalir arus (NO), dengan adanya rangkaian pengunci, maka arus
akan tetap mengalir melalui kontak 13 dan 14 saat push button start dilepas.
h. Pilot lamp warna hijau menyala.
i. Tombol push button stop untuk mematikan rangkaian direct on line tersebut.
j. Jika trip maka overload dari 97 dan 98 berubah menjadi NC dan pilot lampu
merah menyala.
Pada sistem kendali motor yang sederhana dengan beban daya yang
relatif rendah hingga daya menengah biasanya menggunakan metode dengan
sistem langsung atau DOL, yaitu antara 5 kW hingga 1 MW dengan waktu
pengasutan maksimum berkisar antara 10 detik. Tapi kita harus memperhatikan
ketersediaan daya yang cukup selama waktu pengasutan tersebut, mengingat
arus starting yang cukup tinggi (sampai 10 kali arus nominal) dan harus pastikan
nilai arus starting tersebut tidak melampaui tripping alat proteksi yang ada
dalam sistem sesuai gambar.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
kesehatan kerja), alat pelindung diri dan panel. Hal ini diharapkan peserta didik
mampu dan siap bekerja dalam praktek, maupun di dunia kerja nantinya, dengan
memahami beberapa hal yang harus diketahui dan dimiliki oleh peserta didik
sebelum memulai pekerjaa atau praktikum itu sendiri. Setelah mempelajari
ketiga hal ini, maka harus siap untuk melakukan praktikum di akhir pembahasan
ini.
a. K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
Dimulai sejak pada awal kehidupan manusia, untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya manusia untuk bekerja. Pada saat berkerja pastilah
bisa saja mereka mengalami yang namanya kecelakaan dalam bentuk cedera
atau luka. Dengan akal pikirannya manusia mencegah terulangnya peristiwa
kecelakaan yang mengintai nyawa para pekerja, terlebih pekerja profesional
yang sulit dicari penggantinya, hal tersebut dapat merugikan pemilik usaha
ataupun perusahaan, manusia dapat mencegah kecelakaan namun hanya
sebatas preventif. Selama pekerjaan masih dikerjakan secara perseorangan
atau dalam kelompok maka usaha menerapkan keselamatan kerja tidaklah
terlalu sulit, sifat yang demikian segera cepat berubah, tatkala revolusi
industriyakni sewaktu umat manusia mampu dan dapat memanfaatkan
hukum alam untuk dipelajari, sehingga menjadikan ilmu pengetahuan yang
terhubung berkesinambungan dan dapat diterapkan secara praktis.
Pedoman K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) menguraikan tentang
bagaimana manusia bekerja dengan cara yang baik dan aman hingga tidak
menimbulkan kecelakaan atau zero accident bagi karyawan, pekerja dan
msyarakat. Banyak teknik serta metode yang digunakan untuk umat manusia
sekarang ini untuk melindungi pegawai, melindungi lingkungan sekitar dan
masyarakat sekitarnya dari berbagai potensi bahaya yang mungkin timbul di
tempat kerja dan akibat proses suatu produksi.
Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak terutama
tenaga kerja dapat melakukan pekerjaan dengan aman, dan nyaman serta
mampu mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang
tinggi. K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) merupakan jawaban dari suatu
pemikiran yang terus berkembang sebagai bentuk upaya untuk menjamin
keselamatan dan kesehatan baik jasmani maupun rohani.
Pada awal abad pertengahan berbagai bahaya telah diidentifikasi,
termasuk efek bahan kimia seperti paparan timbal dan merkuri, kebakaran,
serta kebutuhan alat pelindung perorangan. Penerapan ilmu pengetahuan
tersebut dimulai pada abad ke-18 dengan munculnya industri tenun, lalu
saat dimulainya industri besar-besaran menyusul penemuan ketel uap
untuk keperluan industri. Tenaga uap pada masa itu sangat bermanfaat
bagi industri, namun pemanfaatannya juga mengandung sejumlah resiko
terhadap ledakan karena adanya tekanan uap yang sangat tinggi. Namun
pada saat itu masih tidak ada standart atau persyaratan keselamatan yang
terorganisasi dan ditetapkan pada masa itu. Para pekerja biasa seperti
pengrajin independen atau bagian dari toko atau usaha kecil keluarga
mereka bertanggung jawab sendiri untuk keselamatan, kesehatan dan
kesejahteraannya. Selanjutnya menyusul revolusi industri dengan sistem
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Dari sini dapat disimpulkan bahwa, jika satu domino jatuh, maka
domino tersebut akan menimpa domino-domino ynag lain, sehingga pada
domino yang terakhir jatuh menggambarkan terjadinya kecelakaan. Dan
jika ada salah satu saja faktor penyebab dalam domino tersebut dapat
dihentikan atau dihilangkan, maka tidak akan terjadi kecelakaan. Pada
kondisi domino yang pertama disebut sebagai sistem kerja. Jika sistem
kerja dikelola dengan sebaik mungkin seperti pada bagian pengendalian
manajemen dan standart kerja yang sesuai dan baik, maka akan membuat
domino tersebut terkendali dan tidak akan menimpa domino yang
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
(9) Tanda label peringatan bahaya berupa kode, tulisan harus sesuai
resiko bahaya harus terpasang jelas di belakang muatan, depan
muatan dan samping kiri-kanan.
e) Berikut ini merupakan petunjuk pelaksanaan K3 untuk penggunaan
bahan kimia berbahaya.
(1) Harus diketahui terlebih dahulu informasi bahayanya, baik dari
sifat bahan kimia, serta pencegahan, dan penanggulangannya
sebelum menggunakan bahan kimia berbahaya.
(2) Penerapan dan perencana K3 harus dilakukan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
(a) Perlengkapan APD yang sesuai dengan resiko bahaya, APAR,
dan P3K.
(b) Sudah dinyatakan aman tentang kondisi kerja, dan lingkungan
oleh pihak yang berwenang.
(c) Harus layak pakai mengenai peralatan kerjanya.
(d) Metode kerja sudah efektif dan aman.
(e) Sudah dipersiapkan tentang kelengkapan administratif.
(3) Menghindari tindakan yang tidak aman.
(4) Amankan dan bersihkan alat-alat kerja, lingkungan kerja, tempat
sisa bahan, sampai kondisi sudah aman bila pekerjaan sudah
selesai.
(5) Segera, jika terjadi kecelakaan hubungi tim medis, dan lakukan
tindakan P3K.
f) Pembuangan bahan limbah kimia, ada empat metode upaya
pembuangan limbah bahan kimia, yaitu sebagai berikut.
(1) Bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air dibuang langsung
melalui bak pembuangan limbah. Pembuangan langsung di mana
dapat diterapkan untuk bahan kimia yang larut dalam air. Untuk
bahan kimia sisa yang mengandung logam berat dan beracun
seperti Pb, Hg, Cd dan sebagainya, endapannya harus dipisahkan
terlebih dahulu kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang.
(2) Bahan-bahan organik tersebut dibakar ditempat yang aman dan
jauh dari pemukiman penduduk. Pembakaran terbuka dapat
diterapkan untuk bahan-bahan organik yang kadar racunnya
rendah dan tidak terlalu berbahaya.
(3) Menerapkan pembakaran dalam insenerator untuk bahan toksik
yang jika dibakar di tempat terbuka akan menghasilkan senyawa
yang bersifat toksik.
(4) Metode dikubur di dalam tanah dengan perlidungan tertentu agar
tidak merembes ke badan air dapat diterapkan untuk zat pada yang
reaktif dan beracun.
b. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri adalah perlengkapan wajib yang harus digunakan
saat bekerja sesuai dengan bahaya dan resiko kerja untuk menjaga
keselamatan tenaga kerja itu sendiri maupun orang lain di tempat dan
MATERI PEMBELAJARAN
lingkungan kerja. Alat APD yang harus dipakai untuk mendukung keselamatan
dan kesehatan kerja bisa uraikan beberapa hal sebagai berikut.
1) Helem atau Alat Pelindung Kepala
Pemakaian alat pelindung kepala bertujuan untuk mencegah
rambut pekerja terjerat oleh mesin yang sedang berputar, melindungi
kepala dari bahaya terbentur atau kejatuhan oleh benda tajam atau keras
yang dapt menyebabkan luka gores, potong atau tusuk, bahaya terantuk
benda atau terpukul oleh benda yang melayang atau meluncur di udara,
panas radiasi api dan percikan bahan kimia korosif. Topi pengaman dapat
dibuat dari berbagai bahan, misalnya bahan plastik (Bakelit), serat gelas
(fiberglass), dan lain-lain.
Topi yang dibuat dari bahan campuran serat gelas dan plstik sangat
tahan terhadap asam atau basa kuat. Topi pengaman yang dibuat dari
Bakelit mempunyai beberapa keuntungan, yaitu, ringan, tahan terhadap
benturan atau pukulan benda-benda keras, dan tidak menghantarkan arus
listrik (isolator electricity). Alat pelindung kepala, menurut bentuknya
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis.
a) Topi pengaman harus terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar,
tidak menghantarkan listrik ringan dan mudah dibersihkan. Topi
pengaman (safety helem), untuk melindungi kepala dari benturan,
kejatuhan, pukulan benda-benda keras atau tajam. Topi pengaman
harus tahan terhadap pukulan atau benturan, perubahan cuaca dan
pengaruh bahan kimia.
b) Alat Hood adalah alat yang berfungsi untuk melindungi kepala dari
bahaya bahan kimia, api dan panas radiasi yang tinggi. Hood terbuat
dari bahan yang tidak mempunuai celah atau lubang, biasanya terbuat
dari asbes, kulit wol, katun yang dicampuri aluminium dan lain-lain.
c) Tutup kepala biasanya terbuat dari bahan katun atau bahan lain yang
mudah dicuci. Tutup kepala (hair cap), berfungsi untuk melindungi
kepala terutama bagian rambut dan kulit kepala.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
9) Pelampung
Definisi baju pelampung sering disebut sebagai life jacket
atau workvest. Baju pelampung adalah alat yang berfungsi menajaga
penumpang tetap terapung saat terjadi keadaan darurat di kapal
seperti, kapal karam, atau kebakaran, sehingga mengharuskan kita untuk
terjun ke laut atau air agar tetap menjaga kita tidak tenggelam. Dalam
pemakaiannya baju pelampung sering ditemani life jacket light yang
berfungsi memberi tanda lokasi orang di laut terutama pada malam hari.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
b) Free standing
Tipe panel yang konstruksinya lebih tinggi, panjang dan lebar
dibandingkan umumnya dengan ukuran 2200 x 1600 x 600.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
LEMBAR PRAKTIKUM
PRAKTIKUM I
Gambar Praktikum
LEMBAR PRAKTIKUM
1 ON Terbuka
2 ON Terbuka
3 OFF Tertutup
Penjelasan pekerjaan.
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan!
2. Pasang rangkaian sesuai dengan gambar kerja!
3. Setelah selesai cek kembali rangkaian sebelum diuji ke sumber tegangan!
4. Bila rangkaian sudah terpasang dengan benar, laporkan pada guru
pembimbing!
5. Uji rangkaian dengan sumber tegangan!
6. Selesai pengujian kembalikan alat dan bahan!
Keselamatan kerja.
1. Gunakan alat sesuai dengan fungsinya!
2. Hindari diri dari bahaya sengatan listrik!
3. Gunakan baju praktek saat praktikum di bengkel!
4. Pastikan melakukan pekerjaan pada rangkaian yang tidak bertegangan!
PRAKTIKUM II
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
163
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
LEMBAR PRAKTIKUM
Gambar Praktikum
TEKNIK OTOMASI
164 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
LEMBAR PRAKTIKUM
Penjelasan Pekerjaan
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan!
2. Pasang rangkaian sesuai dengan gambar kerja!
3. Setelah selesai cek kembali rangkaian sebelum diuji ke sumber tegangan!
4. Bila rangkaian sudah terpasang dengan benar, laporkan pada guru
pembimbing!
5. Uji rangkaian dengan sumber tegangan!
6. Selesai pengujian, kembalikan alat dan bahan!
Keselamatan kerja.
1. Gunakan alat sesuai dengan fungsinya!
2. Hindari diri dari bahaya sengatan listrik!
3. Gunakan baju praktek saat praktikum di bengkel!
4. Pastikan melakukan pekerjaan pada rangkaian yang tidak bertegangan!
PRAKTIKUM III
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
165
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
LEMBAR PRAKTIKUM
Gambar Praktikum
1 ON OFF ON
2 ON ON ON
3 OFF ON OFF
4 OFF OFF OFF
5 ON OFF OFF
6 ON ON OFF
7 OFF ON ON
8 OFF OFF ON
TEKNIK OTOMASI
166 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
LEMBAR PRAKTIKUM
Penjelasan Pekerjaan.
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan!
2. Pasang rangkaian sesuai dengan gambar kerja!
3. Setelah selesai cek kembali rangkaian sebelum diuji ke sumber tegangan!
4. Bila rangkaian sudah terpasang dengan benar laporkan pada guru
pembimbing!
5. Uji rangkaian dengan sumber tegangan!
6. Selesai pengujian kembalikan alat dan bahan!
Keselamatan Kerja.
1. Gunakan alat sesuai dengan fungsinya!
2. Hindari diri dari bahaya sengatan listrik!
3. Gunakan baju praktek saat praktikum di bengke!.
4. Pastikan melakukan pekerjaan pada rangkaian yang tidak bertegangan!
PRAKTIKUM IV
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
167
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
LEMBAR PRAKTIKUM
Gambar Praktikum
Penjelasan Pekerjaan.
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan!
2. Pasang rangkaian sesuai dengan gambar kerja!
3. Setelah selesai cek kembali rangkaian sebelum diuji ke sumber tegangan!
4. Bila rangkaian sudah terpasang dengan benar, laporkan pada guru
pembimbing!
5. Uji rangkaian dengan sumber tegangan!
6. Selesai pengujian kembalikan alat dan bahan!
Keselamatan Kerja.
1. Gunakan alat sesuai dengan fungsinya!
2. Hindari diri dari bahaya sengatan listrik!
3. Gunakan baju praktek saat praktikum di bengkel!
4. Pastikan melakukan pekerjaan pada rangkaian yang tidak bertegangan!
TEKNIK OTOMASI
168 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
RANGKUMAN
Starting motor induksi 3 fasa dapat dilakukan dengan 6 cara, yaitu, Start secara
langsung DOL (Direct On Line), Start dengan saklar bintang-segitiga, Start dengan
autotrafo, Start dengan Rheostat, Start dengan Soft Starter (elektronik), dan Start
dengan reaktor (induktor).
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
169
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
TUGAS MANDIRI
Diskusikan dengan teman Anda, tentang bentuk atau alternatif gambar rangkaian
kontrol lain dari rangkaian kontrol yang telah disajikan dalam praktikum Bab ini!
TEKNIK OTOMASI
170 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
BAB
TROUBLE SHOOTING V
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi tentang trouble shooting pada intalasi motor listrik,
peserta didik mampu menemukan kesalahan, gangguan ataupun kegagalan pada
sistem instalasi motor listrik.
PETA KONSEP
KATA KUNCI
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
171
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENDAHULUAN
Secara dasar untuk menguji coba rangkaian yang telah dilakukan memang
penting untuk dilakukan, hal ini tentunya untuk mencari hasil yang maksimal.
Setiap uji coba harus direkam hasilnya dan menjadi pertimbangan untuk melakukan
troubleshooting berikutnya. Hal ini harus dilakukan agar apa yang telah dilakukan
tidak menjadi suatu yang tak berguna.
Setiap kali melakukan troubleshooting berlandaskan teori yang terstruktur,
langkah demi langkah dirancang sedetail mungkin. Hal ini untuk memudahkan setiap
hal kecil yang mungkin terjadi. Setiap hal kecil bisa terekam dengan sebaik mungkin.
Struktur troubleshooting dilakukan berdasarkan teori yang telah ada.
MATERI PEMBELAJARAN
TEKNIK OTOMASI
172 INDUSTRI
SISTEM
SISTEM KONTROL
KONTROL
ELEKTROMEKANIK
ELEKTROMEKANIK DAN
DAN ELEKTRONIK
ELEKTRONIK
(SKEE)
(SKEE)
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
2. Pengujian Isolasi
Pengujian isolasi dilakukan juga dalam kondisi tanpa tegangan, alat ukur
akan memeriksa kondisi kabel atau nilai daripada isolasi yang terpakai pada
rangkaian kelistrikan yang hendak kita uji. Peralatan pengujian yang digunakan
untuk memeriksa kegagalan isolasi, adalah ‘insulation-resistance tester’. Secara
umum, alat ini digunakan pada kabel daya tegangan tinggi dan terminasi.
Gambar 147, Rangkaian pengendali motor yang dilengkapi dengan circuit
MATERI PEMBELAJARAN
breaker, fuse dan overload relay, yang dites isolasinya menggunakan megger,
pengujian isolasi rangkaian (mengabaikan kondisi motor), tidak dihubungkan
pada sumber tegangan.
3. Pengujian Kontinuitas Rangkaian Bertegangan
Perhatikan gambar 148 di bawah ini, pemeriksaan hubungan rangkaian
yang baik atau kontinuitas kelistrikan dapat diperiksa dengan menggunakan
lampu sebagai alat pengujian (test lamp). Kondisi lampu penguji dihubungkan
di antara kedua fasa, jadi kita dapat memeriksa dan memastikan kontinuitas
catu daya sampai di tahap akhir sebelum dikoneksi kan ke motor listrik.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 5.15 Megger Pada Sistem 3 Fasa
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 5.21 (A) Rangkaian Utama (B) Rangkaian Kontrol/Kontak Sesaat (C) Rangkaian Kontrol/Kontak Terus
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 5.22 (a) Rangkaian Utama Star-Delta (b) Rangkaian Kontrol Star Delta
MATERI PEMBELAJARAN
rangkaian bintang segitiga dan Gambar 165 (b) adalah merupakan rangkaian
kontrolnya.
Telah kita bahas sebelumnya jika arus starting pada motor akan lebih tinggi
7 kali lipat atau lebih dari arus beban penuh normal pada saat mulai dijalankan. Hal
ini akan menimbulkan naiknya torsi mula jalan lebih tinggi dari keadaan normal dan
hal ini akan menyebabkan hentakan kuat pada motor yang dapat mengakibatkan
kerusakan mekanik. Untuk mencegah hal ini, dilakukan pengasutan untuk
mengurangi nilai arus yang tinggi ini, yaitu dengan proses pengasutan Bintang-
segitiga, pengendali sistem starting motor dengan sistem bintang-segitiga dipakai
pada motor berkapasitas besar yang tidak mungkin dilakukan starting secara DOL.
Jika menggunakan metoda ini arus start akan berkurang 3 kali, lalu torsi putaran
motor saat mulai berputar ini juga akan berkurang 3 kali. Oleh sebab itu metode ini
tidak cocok untuk beban dengan momen inersia tinggi.
Pada awal jalan posisi pengendali bintang-segitiga, pada kumparan akan
terhubung dengan konfigurasi bintang oleh K1 dan K2, berikutnya tegangan
berkurang (kira-kira 60%). Selanjutnya, kumparan akan terhubung dengan
konfigurasi segitiga oleh K1 dan K3.
Prinsip Kerja Rangkaian Kontrol Bintang-Segitiga
Pada kondisi kontaktor utama K1 akan bekerja jika sekring rangkaian kontrol
(F3), sekring (F1), dan relai beban lebih (F2) normal dan tombol tekan start (S1)
dalam posisi ditekan.
Konfigurasi Pengurangan Tegangan (Konfigurasi Bintang)
Pada saat timer bintang-segitiga (K4) mendapatkan daya melalui sekring F3,
F1, kontak NC tombol tekan stop (S0), dan kontak NO tombol tekan start. Seandainya
posisi tombol tekan (S1) ditekan, maka timer K4 dan kontaktor K2 bekerja. Kondisi
kerja Kontaktor (K1) mendapatkan daya melalui kontak NC S0, kontak NO S1,
kontak NO K2 akan terkunci selama tombol tekan (S0) tidak ditekan. Sekarang ini
kontaktor K1 dan kontaktor K2 bekerja, yang akan mengontrol rangkaian motor
pada konfigurasi bintang.
Tegangan Penuh (Konfigurasi Segitiga)
Seumpama durasi waktu timer K4 diset (timer bintang ke segitiga) dengan
batas waktu tertentu, maka kontaktor (K3) akan bekerja dan pada waktu yang
sama, sementara itu kontaktor (K2) tidak akan bekerja. Pada posisi ini kontaktor
(K1) dan kontaktor (K3) dalam kondisi bekerja, yang akan mengendalikan motor
pada konfigurasi segitiga. Jika posisi motor berhenti pada kondisi beban lebih
pada konfigurasi bintang atau segitiga, pada saat ini rangkaian kontrol akan selalu
menjalankan kembali motor pada konfigurasi bintang, selanjutnya konfigurasi
segitiga.
Rangkaian Pembalik (Reversing Circuit)
Ini adalah teknik yang digunakan untuk membalik arah putaran motor
dengan cara menukar dua buah kumparan dalam boks terminal motor. Untuk dapat
melakukan pembalikan ini, dua jenis rangkaian kontrol dapat diuraikan sebagai
berikut.
1. Rangkaian Jenis Jogfor/Rev/Off Menggunakan Saklar Selektor
Teknik ini dengan mengubah dua penghantar pada motor induksi tiga fasa
akan menyebabkan arah putaran terbalik. Terlihat pada rangkaian pembalik tiga
MATERI PEMBELAJARAN
fasa ditunjukkan pada rangkaian ini (Gambar 159) yang memperlihatkan dua
kontaktor K1 dan K2 (forward dan reverse, masing-masing). Pada saklar selektor
adalah jenis pengembali dengan per posisi OFF di tengah.
Untuk kondisi kontaktor K1 akan bekerja jika saklar selektor diputar pada
posisi forward. Pada kondisi ini kontaktor K1 akan menghubungkan sumber
tegangan (L1, L2 dan L3) pada penghantar yang ada pada motor (U, V danW)
dengan urutan fasa yang sama. Ini akan menyebabkan motor berputar dengan
arahforward. Saklar selektor diposisikan pada posisi reverse kontaktor K2
bekerja. Kontaktor K2 menghubungkan sumber tegangan L1 ke W, L2 ke V dan
L3 ke U merubah urutanfasa L1 dan L2. Ini akan menyebabkan motor berputar
dengan arah reverse. Saklar selektor diposisikan pada posisi off motor akan
berhenti.
2. Rangkaian Jenis Latchfor/Rev/Off Menggunakan Saklar Selektor
Uraian tentang materi rangkaian ini telah dibahas sebelumnya pada
rangkaian fwd/rev jenis jog. Dalam hal ini penjelasan rangkaiannya seperti
yang ditunjukkan pada gambar 166 adalah jenis latch, pengendali fwd/
rev. Jika tombol tekan forward ditekan kontaktor K1 akan bekerja. Ini akan
menghubungkan sumber tegangan tiga fasa ke motor dengan urutan fasa yang
sama menyebabkan putaran motor arahnya maju atau forward. Kontaktor K1
akan tetap bekerja karena dikunci oleh kontak NO K1. Motor akan tetap berputar
dengan arah forward selama tombol tekan stop/reverse ditekan atau proteksi
beban lebih bekerja atau sekring putus.
Gambar 5.23 Rangkaian Forward-Reverse Stop Jenis Jog Menggunakan Saklar Selektor
MATERI PEMBELAJARAN
Gambar 5.24 Rangkaian Forward-Reverse Stop Jenis Latch Menggunakan Tombol Tekan
MATERI PEMBELAJARAN
Pengereman Plugging
Dalam hal kejelasan untuk materi ini bahwa saklar atau kontak yang
digunakan untuk meyakinkan status motor. Hal ini sangan tergantung pada putaran
dan kecepatan motor, untuk setiap perubahan status saklar dari NO ke NC. Pada
kondisi ini saklar disebut dengan saklar kecepatan-nol (zero-speed switch atau
plugging switch). Pada posisi saklar kecepatan-nol adalah untuk mencegah putaran
balik motor sebelum berhenti. Pada saat saklar kecepatan-nol secara fisik dipasang
pada poros mesin, sebagai penghambat motor. Sedangkan untuk saklar kecepatan-
nol berputar, gaya sentrifugal yang menyebakan kontak saklar membuka atau
menutup, tergantung pada rancangan penggunaannya. Pada masing-masing saklar
kecepatan-nol mempunyai batas operasi kecepatan, yang akan menyebabkan
saklar kontak. Sebagai contoh adalah 10-100 rpm. Skema pengendali seperti yang
ditunjukkan pada gambar 161, metoda penghambat motor yang akan berhenti dari
hanya satu arah putaran. Jika tombol tekan start (forward) ditekan, kontaktor K1
bekerja. Oleh sebab itu, motorberputar dengan arah forward. Kontaktor K1 dikunci
melalui kontak pengunci, Selama motor berputar dengan arah forward, kontak NC F
(zero switch) rangkaian terbuka pada kontaktor K2. Jika tombol tekan stop ditekan
kontaktor K1 tidak bekerja. Ini akan mengembalikan kontaktor K2 bekerja sebab
kontak forward on saklar kecepatanjuga kondisinya tertutup. Kontaktor reverse
bekerja, motor dihambat. Motor mulai mengurangi kecepatan dengancepat sesuai
dengan keadaan saklar kecepatan, di mana titik kontaknya terbuka dankontaktor
K2 tidak bekerja.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
Contoh Troubleshooting
Berbagai teori dan bermacam-macam rangkaian kontrol dasar dan komplek
untuk motor tiga fasa telah dibahas secara detail. Langkah selanjutnya adalah
tentang contoh troubleshooting rangkaian kontrol. Dengan memperkirakan
rangkaian kontrol untuk motor tiga fasa DOL starter dengan kontak kontrol yang
terpelihara.
MATERI PEMBELAJARAN
Pada permasalahan awal jalan dan jalan motor diuraikan di bawah ini.
1. Motor akan jalan dengan menekan tombol tekan start, tetapi segera berhenti
setelah melepas tombol tekan start.
2. Motor jalan dan berhenti setelah 2 menit tombol tekan start dilepas, dengan
asumsi sekring pada rangkaian utama tidak putus.
Berikut adalah solusi terhadap permasalahan yang diuraikan di atas.
1. Sejak motor jalan dengan menekan tombol tekan start, ini mengindikasikan,
bahwa kontaktor (K1) akan mengendalikan sumber tegangan, jika rangkaian
sempurna dengan menekan tombol tekan start. Bagaimanapun juga, motor
akan segera berhenti saat tombol tekan start dilepas.
2. Pada rangkaian kontrol, secepatnya kontaktor utama terhubung on, kontak NO
diparalel dengan kontak tombol tekan start yang harus tertutup dan rangkaian
kontrol bekerja saat tombol tekan start ditekan atau relai beban lebih bekerja
dan kontak NC terbuka.
Permasalahan troubleshoot, dilakukan berdasarkan langkah-langkah, yaitu sebagai
berikut.
1. Periksa sumber tegangan (L1), periksa tegangan antara L1 dan netral (N)!
2. Periksa sekring rangkaian kontrol (F3) dengan multimeter. Jika sekring rangkaian
pengendali (F3) putus, ganti sekring dan jalankan motor, motor harus jalan, jika
permasahannya hanya sekring rangkaian kontrol (F3) putus!
3. Jika sekring rangkaian kontrol (F3) OK, periksa apakah relai beban lebih telah
bekerja. Periksa dengan bantuan multimeter. Periksa tegangan antara terminal
netral dengan kontak terminal keluaran relai beban lebih, hubungkan tombol
tekan stop. Jika relai beban lebih tidak bekerja dan multimeter menunjukan
bahwa tegangan antara kedua terminal OK, lanjutkan ke langkah berikutnya!
4. Cek tegangan yang ada pada terminal output tombol tekan stop sampai
tombol tekan start. Jika tegangan tidak ada masalah maka lanjutkan ke langkah
berikutnya!
5. Pada saat kedua kontak NO disambungkan secara paralel dengan yang
lainnya dan motor akan bekerja bila hanya menekan tombol tekan start, ini
menunjukkan bahwa kontak NO kontaktor utama harus dalam kondisi tertutup
dengan cepat kontaktor utama menjadi ON. Hal Ini juga menunjukkan bahwa
pengunci kontaktor pada rangkaian kontrol tidak tertutup. Untuk kawat
penghantar dihubungkan paralel dari kontak NO ke kontak NO tombol tekan
start memungkinkan tertutup, atau kondisi kontak NO kontaktor utama tidak
tertutup, penyebabnya adalah kesalahan kontak. Untuk memastikan hal ini,
ambil kawat penghantar berisolasi, dan hubung-singkatkan kontak K1, jika
motor jalan dapatdipastikan bahwa kesalahan pada kontak NO. Ganti kontak NO
kontaktor utama.
Pada saat motor bekerja dan berhenti setelah 2 menit, untuk troubleshoot, hal ini
bisa dilakukan berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Cek sumber tegangan yang ada (L1) kemudian cek tegangan antara L1 dan
netral (N)!
2. Cek pengaman rangkaian kontrol (F3) dengan multimeter. Jika pengaman
rangkaian pengendali (F3) putus, maka harus diganti pengamannya dan
MATERI PEMBELAJARAN
jalankan motor, motor harus bekerja jika indikasi problemnya hanya pengaman
rangkaian pengendali (F3) putus!
3. Pada saat pengaman rangkaian kontrol (F3) kondisinya baik, cek apakah relay
beban lebih telah bekerja dengan baik. Cek dengan bantuan multimeter atau
peralatan sejenis. Pengecekan tegangan antara terminal netral dengan kontak
terminal keluaran relai beban lebih, sambungkan tombol tekan stop. Jika relai
beban lebih telah bekerja, tidak akan mendapatkan tegangan antara kedua
terminal. Reset relai beban lebih dan pastikan bahwa motor tidak berputar
karena beban lebih. Seandainya tidak ada tegangan antara kedua terminal,
maka harus ditemukan kehilangan kontak atau kawat penghantar putus pada
kontak berikutnya di rangkaian pengendali.
Strategi Troubleshooting
Cara yang bisa ditempuh untuk troubleshooting rangkaian pengendali dan
rangkaian logik ladder.
1. Sebelum pelaksanaan troubleshooting yang penting gambar rangkaian
pengendali, rincian peralatan, keberadaan interkoneksi dan interlock sewaktu
troubleshooting rangkaian pengendali. Pada saat troubleshooting mesin atau
masalah peralatan, sangat baik, jika mempunyai“Manufacturer’s Operation dan
Maintenance Manual”, juga “Troubleshooting Instructions”.
2. Perlengkapan blok diagram interlock dan urutan kontrol operasi peralatan/
mesin harus tersedia selama troubleshooting.
3. Segala perlengkapan yang harus disiapkan seperti gambar dan uraian rangkaian
daya peralatan atau mesin, peralatan kontrol, kontaktor, timer, counter, safety,
dan peralatan proteksi dan sebagainya dibutuhkan untuk alasan troubleshooting.
4. Perihal layak uji dan instrumen pengukuran menjadi syarat untuk pengujian
rangkaian daya dan pengendali peralatan atau mesin harus ada.
5. Perihal komponen saklar utama daya OFF pada peralatan/mesin dan saklar
pengendali OFF, hal ini bertujuan untuk menghindari sesuatu yang merugikan
atau kecelakaan sewaktu troubleshooting pada rangkaian pengendali yang
disebabkan peralatan bekerja secara mendadak.
6. Untuk rangkaian pengendali ada perbedaan dari peralatan mesin terhadap
mesin, ini tidak memungkinkan untuk diformasikan dengan strategi dasar untuk
troubleshooting pada rangkaian pengendali. Petunjuk standar engineering dan
praktisi profesi harus diikuti sewaktu troubleshooting rangkaian pengendali.
Berikut ini daftar yang harus dilengkapi untuk troubleshooting.
1. Tersedia gambar rangkaian pengontrol.
2. Terdapat buku manufacturers operations dan maintenance manuals dan
troubleshooting instruction
3. Gambar blok diagram interlok dan urutan kontrol operasi peralatan/mesin
4. Tersedia gambar dan uraian rangkaian daya peralatan atau mesin
5. Gambar detail peralatan kontrol, kontaktor, timer, counter, safety, dan peralatan
proteksi
6. Tersedia gambar rangkaian daya peralatan atau mesin.
MATERI PEMBELAJARAN
Di bawah ini, memperlihatkan gambar contoh mesin bor dan meja konveyor.
MATERI PEMBELAJARAN
MATERI PEMBELAJARAN
LEMBAR PRAKTIKUM
TEKNIK OTOMASI
198 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
LEMBAR PRAKTIKUM
Tabel Praktikum
R S T N
R
S
T
N
CAKRAWALA
JELAJAH INTERNET
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
199
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
RANGKUMAN
TUGAS MANDIRI
Buatlah catatan tentang trouble atau permasalahan yang terjadi selama praktikum,
sekaligus tulislah solusi dari permasalahan yang Anda temui selama praktikum!
TEKNIK OTOMASI
200 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
A. PILIHAN GANDA
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberi tanda silang (X)
pada tempat jawaban yang disediakan!
1. Pada instalasi motor listrik 3 fasa pengaman hubungan singkat adalah ....
a. Relay ac
b. MCB 1 Fasa
c. MCB 3 Fasa
d. Kontaktor
e. Relay penunda waktu
3. Sebagai pelayanan dua sumber tegangan pada satu motor 1 fasa sakelar yang
terdiri dari dua kutub dengan dua arah, yang bekerja sebagai penukar arah
putaran motor 1 fasa dinamakan . . . . . . .
a. Sakelar TPDT
b. Sakelar SPST
c. Sakelar TPST
d. Sakelar SPDT
e. Sakelar DPDT
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
201
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
8. Komponen Relay elektronik adalah saklar elektronis yang tidak berisi bagian....
a. Berputar
b. Berkedip-kedip
c. Bergerak
d. Berbunyi
e. Bercahaya
9. Pada rangkaian utama motor listrik AC 3 fasa maka saklar yang bekerja
berdasarkan kemagnetan dinamakan .........
a. Relay
b. Kontaktor magnet
c. Tombol tekan
d. Over load
e. Miniatur circuit breaker (MCB)
10. Dipasang cincin hubung singkat untuk menjaga arus kemagnetan pada kontaktor
magnet AC pada inti magnetnya adalah ...
a. Berubah
b. Konstan
c. Bergetar
d. Tetap bergetar
e. Tetap bergerak
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
12. Pemberian tanda nomor pada kontaktor terminal utama yaitu .......
a. U1,V1, W1 & U2, V2, W2
b. 1,2,3 & 4 ,5, 6
c. u, v w & x, y, z
d. 13 & 14
e. 21 & 22
17. Yang digunakan bila pada motor listrik AC 3 fasa terjadi beban beban lebih adalah
alat pengaman yang dinamakan ....
a. TDR
b. Bimetal
c. LM 35
d. Thermal over load relay (OL)
e. Thermocouple
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
203
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
18. Jika terjadi beban lebih lampu indikator hidup adalah alat pengaman yang
digunakan bila pada motor listrik AC 3 fasa biasanya dihubungkan pada kontak
.......
a. Bantu,13,14
b. Kontak 97-98
c. Utama 2,4,6
d. Utama U1, V1, W1.
e. Kontak 2-7
21. Komponen yang digunakan sebagai tanda fasa R, S dan T pada panel dinamakan
.…..
a. MCB
b. pengaman lebur
c. tombol tekan OFF
d. indikator
e. tombol tekan ON
22. Pada gambar di samping, informasi terminal sumber terdapat pada nomo …….
a. 1-8
b. 1-4
c. 2-7
d. 8-6
e. 4-5
23. Pada gambar di samping ini, kontak terminal normally open posisi normal pada
TDR adalah .....
TEKNIK OTOMASI
204 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
25. Penggunaan kontaktor pada motor listrik AC 3 fasa rotor sangkar untuk putaran
kanan dan kiri sebanyak .......
a. Kontaktor 1 buah
b. Kontaktor 4 buah
c. Kontaktor 2 buah
d. Kontaktor 5 buah
e. Kontaktor 3 buah
26. Ada bagian yang diam pada motor listrik AC 3 fasa, ada bagian yang bergerak,
dinamakan ......
a. Rotor dan pengaman lebur .
b. Rotor dan medan putar
c. Stator
d. Rotor dan over load
e. Kapasitor dan kontaktor
27. Penggunakan thermal over load pada motor listrik AC 3 fasa rotor sangkar untuk
putaran kanan dan kiri sebanyak .......
a. Satu buah
b. Empat buah
c. Dua buah
d. Lima buah
e. Tiga buah
28. Pemberian tanda nomor 1 dan 2 pada gambar di bawah ini adalah .....
a. Tombol tekan
b. Saklar tunggal
c. Saklar selektor dua posisi
d. Saklar selektor
e. Saklar togel
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
205
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
29. Hal yang berguna untuk merubah daya listrik induksi menjadi daya mekanik
(berupa putaran) pada bagian motor yang bergerak, dinamakan...
a. Stator
b. Transformator
c. Rotor
d. Generator
e. Komutator
30. Gambar di bawah ini merupakan gambar sambungan motor listrik 3 fasa jenis
sambungan……
a. Star
b. Delta
c. Star/delta
d. Putar kanan
e. Putar kiri
31. Dari nameplate motor 3 fasa di bawah ini berapakah daya listrik untuk
menggerakkan motor tersebut…
a. 186.5 watt
b. 1865 watt
c. 373.5 watt
d. 3735watt
e. 150 watt
TEKNIK OTOMASI
206 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
PENILAIAN AKHIR
SEMESTER GENAP
34. Perhatikan terminal motor di bawah ini, Bila motor tersebut akan dihubung delta
maka sambungan yang benar adalah…..
a. W2-V1, U2-U1, V2-W1
b. W2-W1, U2-U1, V2-V1
c. W2-W1, V2-U1, U2-V1
d. W2-U1, U2-V1, V2-W1
e. W2-W1, U2,U1, V2,V1
35. Berikut merupakan gambar control circuit untuk menggerakkan motor secara….
a. Bergantian
b. Forward reverse
c. Star/delta
d. Berurutan
e. Start/stop
B. ESSAY
Kerjakan soal di bawah ini dengan baik dan benar!
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
207
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
A., E. Fitzgeral, David E. Higginbotham, dan Arvin Grabel. 1985. Dasar-Dasar Elektro
Teknik. Jakarta: Erlangga.
Amirudin, Arham. 2008. Pengetahuan Dasar Listrik. Jakarta: Erlangga.
Astuti, Budi. 2011. Pengantar Teknik Elektro. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bishop, Owen. 2004. Dasar-Dasar Elektronika. Jakarta: Erlangga.
Bolton, W. 2006. Sistem Instrumentasi dan Sistem Kontrol. Jakarta: Erlangga.
Djoko Santoso, M.Pd. & H. Rahmadi Heru Setianto, M.Pd. 2009. Teori Dasar Rangkaian
Listrik. Yogyakarta: Laksbang Mediatama.
Frank D. Petruzella, 2001. Elektronik Industri, diterjemahkan oleh Sumanto, Penerbit
Andi, Yogyakarta.
Handayani, S. 2009. Fisika Untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
h t t p s : / /a d o c . t i p s / b a b - i i - l a n d a s a n - t e o r i 4 9 d 4 6 4 8 c 7 0 e 2 f 7 4 9 b f a 4 c 8 d
0e767841657959.html, Diakses pada tanggal 10 April 2020.
https://www.academia.edu/32918836/BAB_2_LANDASAN_TEORI_2.1_Motor_Listrik.
Diakses pada tanggal 10 April 2020.
https://www.kelasplc.com/prinsip-kerja-motor-listrik-ac-dan-dc/. Diakses pada
tanggal 10 April 2020.
https://artikel-teknologi.com/prinsip-kerja-motor-listrik/. Diakses pada tanggal 10
April 2020.
http://www.niguru.com/2018/08/inilah-rangkaian-saklar-elektronik.html
https://teknikelektronika.com/pengertian-rele-fungsi-rele/
https://circuits4you.com/2016/05/19/iot-based-home-automation-project/
https://www.engineersgarage.com/microcontroller-projects-tf/ssr-with-arduino-
heavy-loads-control/
https://www.phidgets.com/docs/Solid_State_rele_Primer
https://www.teknik-otomotif.com/2017/09/fungsi-rele-dan-macam-macam-rele.
html
https://teknikelektronika.com/cara-mengukur-rele-dengan-menggunakan-
multimeter/
https://teknikelektronika.com/mengukur-pengertian-fungsi-fuse-sekering/
http://trikueni-desain-sistem.blogspot.com/2014/04/Pengertian-MCB.html
https://i.ytimg.com/vi/L5wJfooper8/maxresdefault.jpg. Diakses pada tanggal 21
April 2020
https://panduanteknisi.com/fungsi-relay.html. Diakses pada tanggal 21 April 2020
https://www.hitachi-ies.co.jp/english/products/motor/threephase/index.htm.
Diakses pada tanggal 21 April 2020
https://www.instructables.com/id/repulsion-startinduction-run-motor/. Diakses
pada tanggal 21 April 2020
Malvino, Albert Paul. 2003. Prinsip-prinsip Elekronika Erlangga. Jakarta: Salemba
Teknika.
Richard, Blocher dan Dipl Phys. 2004. Dasar Elektronika. Yogyakrata: Andi Offset.
Sumanto. 1993. Motor Listrik Arus Bolak-Balik. Jogjakarta: Andi Offset.
Suryatm F.1997. Teknik Pengukuran Listrik dan Elektronika. Jakarta: Bumi Aksara.
Tooley, Michael. 2003. Rangkaian Elektronik Prinsip dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.
TEKNIK OTOMASI
208 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
DAFTAR PUSTAKA
Watkins, A.J. Parton R.K. 2000. Perhitungan Instalasi Listrik Volume I. Jakarta: Erlangga.
Wasito S. 1995. Vademekum Elektronika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
William, D. Stevenson Jr. Kamal Idris. 1994. Analisis Sistem Tenaga Listrik, Edisi
Keempat. Jakarta: Erlangga.
Zuhal. 1988. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Eelektronika Daya. Jakarta: Gramedia.
Zuhal. 1995. Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jakarta: PT Gramedia
PustakaUtama.
Zuhal dan Zhanggischan. 2004. Prinsip Dasar Elektronika. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
209
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
GLOSARIUM GLOSARIUM
GLOSARIUM
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
211
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
BIODATA PENULIS
BIODATA PENULIS
BIODATA PENULIS 1 :
TEKNIK OTOMASI
212 INDUSTRI
SISTEM KONTROL
ELEKTROMEKANIK DAN ELEKTRONIK
(SKEE)
BIODATA PENULIS
BIODATA PENULIS 2 :
TEKNIK OTOMASI
INDUSTRI
213