Anda di halaman 1dari 19

Kelompok II

JEFRI MORAN (13


NADYA RAHMI UTAMI (1704032)
AMILIA PUTRI ( 1704070)
NADILA AFYVAH (1704094)
AGI MIFTAHIR RIZKA (1704120)
DETIA WILIAN REFINDANI (1704130)
OBAT ANTI DIABETES
DIABETES

I. DEFINISI DAN KLASIFIKASI


 DEFINISI
 DM adalah penyakit metaboli (kebanyakan herediter) sebagai akibatdarikurangnya
insulin efektif (DM Tipe 2) atau insulin absolute (DM Tipe 1) didalamtubuh. Pada DM
terdapat tanda-tanda hiperglikemi dan glukosuria,dapatdisertai dengan atau
tidaknyagejala klinik akut sepertipoliuri,polidipsi, penurunan berat badan, ataupun
gejala kroniksepertigangguanprimerpadametabolisme karbohidrat dan sekunder pada
metabolisme lemak danprotein(Tjokroprawiro,2007).
 Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit berbahayayang dikenal oleh
masyarakatIndonesia dengan nama penyakit kencing manis. DM adalah penyakit
gangguan metabolik yang terjadi secara kronis atau menahun karena tubuh tidak
mempunyai hormon insulin yang cukup akibatgangguanpada sekresi insulin, hormon
insulin yang tidak bekerja sebagaimana mestinya atau keduanya (Kemenkes RI,
2014).Mufeed Jalil Ewadh (2014) menyebutkan bahwaDM adalah penyakit gangguan
metabolik dengan ciri ditemukan konsentrasi glukosa yang tinggi di dalam darah
(hiperglikemia).
 KLASIFIKASI

 Diabetes melitus (DM) tipe 1


DM yang terjadi karena kerusakan atau destruksi sel beta di pankreas. kerusakan ini
berakibat pada keadaan defisiensi insulin yang terjadi secara absolut. Penyebab dari
kerusakan sel beta antara lain autoimun dan idiopatik.
 Diabetes melitus (DM) tipe 2
Penyebab DM tipe 2 seperti yang diketahui adalah resistensi insulin. Insulin dalam jumlah
yang cukup tetapi tidak dapat bekerja secara optimal sehingga menyebabkan kadar gula
darah tinggi di dalam tubuh. Defisiensi insulin juga dapat terjadi secara relatif pada penderita
DM tipe 2 dan sangat mungkin untuk menjadi defisiensi insulin absolut.
 Diabetes melitus (DM ) tipe lain
Penyebab DM tipe lain sangat bervariasi. DM tipe ini dapat disebabkan oleh defek genetik
fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati
pankreas, obat, zat kimia, infeksi, kelainan imunologi dan sindrom genetik lain yang
berkaitan dengan DM.
 Diabetes melitus Gestasional
Diabetes gestasional, istilah ini dipakai terhadap pasien yang menderita hiperglikemia
selama kehamilan. Ini meliputi 2-5% dari seluruh diabetes. Jenis ini sangat penting diketahui
karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar (Suyono, 2006).
Kondisi ini dapat terjadi di usia kehamilan berapa pun, namun lazimnya berlangsung di
minggu ke-24 sampai ke-28 kehamilan
II. Faktor Resiko Penyakit DM

Seseorang akan lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 jika memiliki


faktor-faktor risiko, seperti:
 Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 1.
 Menderita infeksi virus.
 Orang berkulit putih diduga lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 dibandingkan ras
lain.
 Bepergian ke daerah yang jauh dari khatulistiwa (ekuator).
 Diabetes tipe 1 banyak terjadi pada usia 4-7 tahun dan 10-14 tahun, walaupun diabetes
tipe 1 dapat muncul pada usia berapapun.
 Sedangkan pada kasus diabetes tipe 2, seseorang akan lebih mudah
mengalami kondisi ini jika memiliki faktor-faktor risiko, seperti:
 Kelebihan berat badan.
 Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2.
 Kurang aktif. Aktivitas fisik membantu mengontrol berat badan, membakar glukosa
sebagai energi, dan membuat sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Kurang aktif
beraktivitas fisik menyebabkan seseorang lebih mudah terkena diabetes tipe 2.
 Usia. Risiko terjadinya diabetes tipe 2 akan meningkat seiring bertambahnya usia.
 Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi).
 Memiliki kadar kolesterol dan trigliserida abnormal. Seseorang yang memiliki kadar
kolesterol baik atau HDL (high-density lipoportein) yang rendah dan kadar trigliserida
yang tinggi lebih berisiko mengalami diabetes tipe 2.
III. GEJALA – GEJALA DIABETES MELITUS
 Gejala Khas

1. Poliuri atau sering buang air kecil dengan volume yang banyak, apalagi pada malam
hari. Jika kadar gula darah melebihi nilai ambang ginjal atau lebih dari 180 mg/dl,
maka gula akan keluar bersama urine. Untuk menjaga agar urine yang keluar, yang
mengandung gula itu, tak terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin ke
dalam urine sehingga volume urine yang keluar banyak dan kencing pun menjadi
sering. Hal tersebut akan sangat sering sehingga pada malam hari bisa mengganggu
tidur.
2. Polidipsi atau sering kali merasa haus dan ingin minum sebanyak-banyaknya. Dengan
begitu banyaknya urine yang keluar, badan akan kekurangan air atau dehidrasi. Untuk
mengatasi hal tersebut, timbullah rasa haus sehingga orang ingin selalu minum dan
ingin yang dingin, manis, segar, dan banyak. Minuman manis akan sangat merugikan
karena membuat kadar gula semakin tinggi.
3. Polifagi atau nafsu makan meningkat dan kurang tenaga. Pada diabetes, karena insulin
bermasalah, pemasukan gula ke dalam sel-sel tubuh kurang sehingga energi yang
dibentuk pun kurang. Itu sebabnya orang menjadi lemas. Dengan demikian, otak juga
mengira bahwa kurang energi itu terjadi karena kurang makan. Oleh karena itu, tubuh
berusaha meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan rasa lapar sehingga
timbulah perasaan selalu ingin makan.
4. Penurunan berat badan .Walau nafsu makan meningkat, penderita diabetes
dapat mengalami penurunan berat badan, bahkan sangat drastis. Menjelang dewasa,
berat badan manusia cenderung stabil dari tahun ke tahun. Turun atau naik 1-2 kilo
adalah lazim, tapi berhati-hatilah bila perubahannya sampai 5 persen dari berat
badan. Karena kemampuan metabolisme glukosa terganggu, tubuh akan
menggunakan apapun lain sebagai 'bahan bakar', misalnya otot dan lemak sehingga
orang akan tampak kurus.
IV. DIAGNOSIS DIABETES MELITUS

a.Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi


tidak ada asupan kalori minimal 8 jam.
b.Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi
Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 mg.
c.Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan
klasik.
d.Pemeriksaan HbA1c ≥6,5 % dengan menggunakan metode yang
terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization
Program (NGSP).
V. OBAT-OBAT YANG DIGUNAKAN UNTUK ANTI
DIABETES

 PEMICU SEKRESI INSULIN


A. Golongan Suphanylurea
Efek samping yang dilaporkan antara lain hiponatremia (kekurangan
natrium/ garam), gejala-gejala seperti kulit memerah dan sulit bernapas,
serta bisa memengaruhi kerja jantung. Karena itulah generasi pertama kini
mulai ditinggalkan para dokter dan sudah jarang dipakai.
OBAT :
 Gliburid atau glibenklamid
Glibenklamid memiliki efek hipoglikemik yang kuat sehingga Anda perlu
melakukan jadwal makan yang ketat. Artinya jangan pernah meninggalkan sarapan,
makan siang, atau makan malam. Pasalnya, metabolit dari glibenklamid juga memiliki
kemampuan menurunkan gula darah. Berdasarkan Kriteria Beers (AGS, 2015), obat ini
dihindari penggunaannya untuk lansia karena potensi hipoglikemia yang berat.
 Glipizid
Glipizid termasuk dalam obat dengan waktu paruh yang pendek, dan kejadian
hipoglikemik lebih rendah dari glibenklamid.
 Glikuidon
Obat ini memiliki efek hipoglikemik yang sedang dan jarang
menimbulkan serangan hipoglikemia. Obat ini hampir
seluruhnya dikeluarkan melalui empedu dan usus, sehingga
boleh diberikan pada pasien yang memiliki gangguan fungsi
hati dan ginjal.
 Glikazid
Berdasarkan Canadian Diabetes Association, kejadian
hipoglikemia paling sedikit dengan gliklazid dibandingkan
dengan obat diabetes golongan sulfonilurea lainnya (misalnya
glimepirid, glibenklamid).
 Glimepirid
Glimepirid termasuk dalam agen yang lebih baru dan lebih
dipilih untuk pasien diabetes yang juga memiliki penyakit
jantung atau gagal ginjal non-dialisis.
 A. Memicu produksi insulin
 1. Sulfonilurea
 Obat ini telah digunakan dalam menangani hipoglikemia pada
penyandang diabetes melitus tipe 2 selama lebih dari 40 tahun.
Mekanisme kerja obat ini cukup rumit. Ia bekerja terutama pada sel
beta pankreas untuk meningkatkan produksi insulin sebelum
maupun setelah makan. Sel beta pankreas merupakan sel yang
memproduksi insulin dalam tubuh.

 Sulfonilurea sering digunakan pada penyandang diabetes yang tidak
gemuk di mana kerusakan utama diduga adalah terganggunya
produksi insulin. Penyandang yang tepat untuk diberikan obat ini
adalah penyandang diabetes melitus tipe 2 yang mengalami
kekurangan insulin tapi masih memiliki sel beta yang dapat
berfungsi dengan baik. Penyandang yang biasanya menunjukkan
respon yang baik dengan obat golongan sulfoniurea adalah usia saat
diketahui menyandang diabetes melitus lebih dari 30
tahun, menyandang diabetes diabetes melitus lebih dari 5 tahun,
berat badan normal atau gemuk, gagal dengan pengobatan melalui
pengaturan gaya hidup, perubahan pengobatan dengan insulin
dengan dosis yang relatif kecil.
B. Meningkatkan kerja insulin (sensitivitas terhadap insulin)

1. Biguanid
Metformin adalah satu-satunya biguanid yang tersedia saat ini. Metformin
berguna untuk penyandang diabetes gemuk yang mengalami penurunan kerja
insulin. Alasan penggunaan metformin pada penyandang diabetes gemuk adalah
karena obat ini menurunkan nafsu makan dan menyebabkan penurunan berat
badan.
2. Tiazolidinedion
Saat ini terdapat 2 tiazolinedion di Indonesia yaiturosiglitazon dan
pioglitazon. Obat golongan ini memperbaiki kadar glukosa darah dan menurunkan
hiperinsulinaemia (tingginya kadar insulin) dengan meningkatkan kerja insulin
(menurunkan resistensi insulin) pada penyandang diabetes melitus tipe 2. Obat
golongan ini juga menurunkan kadar trigliserida da asam lemak bebas.

 Rosiglitazone (Avandia)
Dapat pula digunakan kombinasi dengan metformin pada penyandang yang gagal
mencapai target kontrol glukosa darah dengan pengaturan makan dan olahraga.
Pioglitazone (Actos), juga diberikan untuk meningkatkan kerja (sensitivitas) insulin.

 Efek samping dari obat golongan ini dapt berupa bengkak di daerah perifer
(misalnya kaki), yang disebabkan oleh peningkatkan volume cairan dalam tubuh.
Oleh karena itu maka obat goolongan ini tidak boleh diberikan pada penyandang
dengan gagal jantung berat. Selain itu, pada penggunaan obat in ipemeriksaan
fungsi hati secara berkala harus dilakukan.
 C. Penghambat enzim alfa glukosidase

Penghambat kerja enzim alfa-glukosidase seperti akarbose,


menghambat penyerepan karbohidrat dengan menghambat enzim
disakarida di usus (enzim ini bertanggung jawab dalam pencernaan
karbohidrat). Obat ini terutama menurunkan kadar glukosa darah
setelah makan. Efek sampingnya yaitu kembung, buang angin dan
diare. Supaya lebih efektif obat ini harus dikonsumsi bersama dengan
makanan.
VI. FARMAKOKINETIK (INSULIN DAN ABO)

Insulin

 Aspek famakokinetik insulin reguler cukup baik. Absorpsi melalu injeksi


subkutan di abdomen diabsorpsi dengan cepatdan baik. Metabolisme insulin
reguler terjadi di hepar, ginjal, dan jaringan adipose atau otot, sedangkan
eliminasinya terutama di urin.

 Absorpsi
Insulin reguler biasanya disuntikkan sekitar 30 menit (kisaran 20─45 menit)
sebelum makan dengan tujuan untuk mengatasi kadar gula darah yang meningkat
setelah makan. Cara penyuntikkan yang disarankan adalah secara subkutan di
abdomen karena absorpsi dengan cara tersebut dua kali lebih cepat daripada
daerah tubuh lainnya.
Insulin reguler sediaan 100 UI diabsorpsi lebih cepat dibandingkan sediaan 500
UI dengan bioavailabilitas sekitar 55─77% per subkutan.
Konsentrasi puncak insulin reguler dalam plasma terjadi setelah 30 menit, selama
dua jam, kemudian aktivitasnya akan menurun dan berakhir 3─4 jam kemudian
Rute injeksi insulin reguler secara intravena memiliki onset 10─30 menit, dengan
waktu puncak dicapai dalam 15─30 menit dan lama kerja 30─60 menit.
Sedangkan rute injeksi insulin reguler secara subkutan memiliki onset 30─60
menit, dengan waktu puncak dicapai dalam 2─4 jam, dan lama kerja 5─7 jam.
 Distribusi
Volume distribusi insulin reguler sama dengan insulin endogenus, yaitu sebanding
dengan volume cairan ekstraseluler, atau sekitar 0,26─0,36 L/kgBB. Insulin reguler
beredar di plasma sebagai monomer bebas yang akan berdifusi ke dalam jaringan dan
dapat menembus sawar darah otak (blood-brain barrier).
 Metabolisme
Metabolisme insulin reguler terjadi di hepar sebanyak 50─60%, di ginjal sebanyak
35─45%, dan pada jaringan adiposa atau otot sebanyak 20%. Waktu paruh biologis
insulin reguler adalah 30 – 60 menit.
 Eliminasi
Eliminasi insulin reguler utamanya diperantarai oleh hepar dan ginjal. Normalnya,
hepar mendegradasi 50-60% insulin yang diproduksi pankreas ke vena porta,
kemudian ginjal 35-45% sisanya lalu diekskresikan melalui urin. Namun, apabila
insulin dimasukkan secara eksogen, seperti pada penggunaan insulin reguler, profil
degradasi akan berubah karena insulin tidak lagi melewati vena porta, sehingga
mayoritas eliminasi akan dilakukan melalui ginjal. Karena ginjal memiliki peran dalam
proses eliminasi insulin, maka gangguan fungsi ginjal akan munurunkan klirens
insulin dan memperpanjang efeknya.
Antidiabetik Oral

 Glipizide diabsorpsi dengan baik bila dikonsumsi secara


oral. Obat ini utamanya dieliminasi melalui urin.
 Absorpsi
 Diabsorpsi secara lengkap dan cepat oleh kanal-kanal di
sistem gastrointestinal. Konsentrasi plasma maksimal
dicapai dalam 1,2 - 3,5 jam setelah administrasi oral. Pada
orang normal, waktu paruh eliminasi glipizide memiliki
rentang sekitar 2-4 jam.
 Distribusi
Volume distribusi glipizide berkisar 10-11 liter, yang dapat ditemukan juga di
cairan ekstraseluler. Volume distribusi pada keadaan stabil adalah 0.089 L/kg
pada kompartemen sentral dan 0.112 L/kg pada kompartemen perifer. Glipizide
sendiri memiliki ikatan protein pada rentang 98-99%. [3,5,7]
 Metabolisme dan Eliminasi
Glipizide memiliki waktu paruh yang sangat singkat bila dibandingkan obat-obat
golongan sulfonylurea lainnya. Waktu paruh glipizide berkisar pada rentang 2-4
jam.
Glipizide utamanya dimetabolisme di hepar melalui CYP2C9 dan akan
membentuk metabolit-metabolit tidak aktif.
Sebanyak 5% dari total dosis yang dikonsumsi melalui first pass metabolism.
Sekitar 72-85% dari total dosis obat diekskresikan dalam bentuk yang tidak
diubah, sedangkan sisanya dimetabolisme menjadi metabolit-metabolit inaktif di
hepar. Sebesar 65-68% diekskresikan di urin dalam 24 jam dan 15% diekskresi di
feses.
VII. FARMAKODINAMIK INSULIN DAN ANTI DIABETIK ORAL

 Insulin
Farmakodinamik insulin reguler utamanya ditujukan
untuk mengatur metabolisme glukosa. Insulin dapat
menurunkan kadar glukosa darah dengan cara
menstimulasi ambilan/uptake glukosa darah di perifer dan
menghambat produksi glukosa oleh hepar. Selain daripada
itu, insulin juga menghambat proses lipolisis dan
proteolysis, serta meningkatkan sintesis protein. Target
organ insulin adalah pada jaringan otot skeletal, hepar,
dan jaringan adiposa.
Insulin memiliki efek dose-dependent, yaitu semakin besar
dosis akan menyebabkan keterlambatan untuk mencapai
kadar puncak dan meningkatkan lama kerjanya.
 Antidiabetik Oral
Glipizide adalah obat anti diabetes oral yang termasuk
dalam golongan sulfonylurea generasi kedua. Glipizide
bekerja menurunkan kadar gula darah dengan memicu
sekresi insulin dari sel beta pankreas. Selain itu, glipizide
juga bekerja mengubah sensitivitas insulin sehingga
sekresi insulin yang distimulasi glukosa bertahan.
Data yang ada juga menunjukkan bahwa selain memicu
sekresi insulin, glipizide bekerja dengan meningkatkan
ketersediaan insulin ekstra pankreas dan atau
meningkatkan jumlah reseptor-reseptor insulin. Selain itu,
glipizide meningkatkan sensitivitas reseptor insulin.

Anda mungkin juga menyukai