1. Poliuri atau sering buang air kecil dengan volume yang banyak, apalagi pada malam
hari. Jika kadar gula darah melebihi nilai ambang ginjal atau lebih dari 180 mg/dl,
maka gula akan keluar bersama urine. Untuk menjaga agar urine yang keluar, yang
mengandung gula itu, tak terlalu pekat, tubuh akan menarik air sebanyak mungkin ke
dalam urine sehingga volume urine yang keluar banyak dan kencing pun menjadi
sering. Hal tersebut akan sangat sering sehingga pada malam hari bisa mengganggu
tidur.
2. Polidipsi atau sering kali merasa haus dan ingin minum sebanyak-banyaknya. Dengan
begitu banyaknya urine yang keluar, badan akan kekurangan air atau dehidrasi. Untuk
mengatasi hal tersebut, timbullah rasa haus sehingga orang ingin selalu minum dan
ingin yang dingin, manis, segar, dan banyak. Minuman manis akan sangat merugikan
karena membuat kadar gula semakin tinggi.
3. Polifagi atau nafsu makan meningkat dan kurang tenaga. Pada diabetes, karena insulin
bermasalah, pemasukan gula ke dalam sel-sel tubuh kurang sehingga energi yang
dibentuk pun kurang. Itu sebabnya orang menjadi lemas. Dengan demikian, otak juga
mengira bahwa kurang energi itu terjadi karena kurang makan. Oleh karena itu, tubuh
berusaha meningkatkan asupan makanan dengan menimbulkan rasa lapar sehingga
timbulah perasaan selalu ingin makan.
4. Penurunan berat badan .Walau nafsu makan meningkat, penderita diabetes
dapat mengalami penurunan berat badan, bahkan sangat drastis. Menjelang dewasa,
berat badan manusia cenderung stabil dari tahun ke tahun. Turun atau naik 1-2 kilo
adalah lazim, tapi berhati-hatilah bila perubahannya sampai 5 persen dari berat
badan. Karena kemampuan metabolisme glukosa terganggu, tubuh akan
menggunakan apapun lain sebagai 'bahan bakar', misalnya otot dan lemak sehingga
orang akan tampak kurus.
IV. DIAGNOSIS DIABETES MELITUS
1. Biguanid
Metformin adalah satu-satunya biguanid yang tersedia saat ini. Metformin
berguna untuk penyandang diabetes gemuk yang mengalami penurunan kerja
insulin. Alasan penggunaan metformin pada penyandang diabetes gemuk adalah
karena obat ini menurunkan nafsu makan dan menyebabkan penurunan berat
badan.
2. Tiazolidinedion
Saat ini terdapat 2 tiazolinedion di Indonesia yaiturosiglitazon dan
pioglitazon. Obat golongan ini memperbaiki kadar glukosa darah dan menurunkan
hiperinsulinaemia (tingginya kadar insulin) dengan meningkatkan kerja insulin
(menurunkan resistensi insulin) pada penyandang diabetes melitus tipe 2. Obat
golongan ini juga menurunkan kadar trigliserida da asam lemak bebas.
Rosiglitazone (Avandia)
Dapat pula digunakan kombinasi dengan metformin pada penyandang yang gagal
mencapai target kontrol glukosa darah dengan pengaturan makan dan olahraga.
Pioglitazone (Actos), juga diberikan untuk meningkatkan kerja (sensitivitas) insulin.
Efek samping dari obat golongan ini dapt berupa bengkak di daerah perifer
(misalnya kaki), yang disebabkan oleh peningkatkan volume cairan dalam tubuh.
Oleh karena itu maka obat goolongan ini tidak boleh diberikan pada penyandang
dengan gagal jantung berat. Selain itu, pada penggunaan obat in ipemeriksaan
fungsi hati secara berkala harus dilakukan.
C. Penghambat enzim alfa glukosidase
Insulin
Absorpsi
Insulin reguler biasanya disuntikkan sekitar 30 menit (kisaran 20─45 menit)
sebelum makan dengan tujuan untuk mengatasi kadar gula darah yang meningkat
setelah makan. Cara penyuntikkan yang disarankan adalah secara subkutan di
abdomen karena absorpsi dengan cara tersebut dua kali lebih cepat daripada
daerah tubuh lainnya.
Insulin reguler sediaan 100 UI diabsorpsi lebih cepat dibandingkan sediaan 500
UI dengan bioavailabilitas sekitar 55─77% per subkutan.
Konsentrasi puncak insulin reguler dalam plasma terjadi setelah 30 menit, selama
dua jam, kemudian aktivitasnya akan menurun dan berakhir 3─4 jam kemudian
Rute injeksi insulin reguler secara intravena memiliki onset 10─30 menit, dengan
waktu puncak dicapai dalam 15─30 menit dan lama kerja 30─60 menit.
Sedangkan rute injeksi insulin reguler secara subkutan memiliki onset 30─60
menit, dengan waktu puncak dicapai dalam 2─4 jam, dan lama kerja 5─7 jam.
Distribusi
Volume distribusi insulin reguler sama dengan insulin endogenus, yaitu sebanding
dengan volume cairan ekstraseluler, atau sekitar 0,26─0,36 L/kgBB. Insulin reguler
beredar di plasma sebagai monomer bebas yang akan berdifusi ke dalam jaringan dan
dapat menembus sawar darah otak (blood-brain barrier).
Metabolisme
Metabolisme insulin reguler terjadi di hepar sebanyak 50─60%, di ginjal sebanyak
35─45%, dan pada jaringan adiposa atau otot sebanyak 20%. Waktu paruh biologis
insulin reguler adalah 30 – 60 menit.
Eliminasi
Eliminasi insulin reguler utamanya diperantarai oleh hepar dan ginjal. Normalnya,
hepar mendegradasi 50-60% insulin yang diproduksi pankreas ke vena porta,
kemudian ginjal 35-45% sisanya lalu diekskresikan melalui urin. Namun, apabila
insulin dimasukkan secara eksogen, seperti pada penggunaan insulin reguler, profil
degradasi akan berubah karena insulin tidak lagi melewati vena porta, sehingga
mayoritas eliminasi akan dilakukan melalui ginjal. Karena ginjal memiliki peran dalam
proses eliminasi insulin, maka gangguan fungsi ginjal akan munurunkan klirens
insulin dan memperpanjang efeknya.
Antidiabetik Oral
Insulin
Farmakodinamik insulin reguler utamanya ditujukan
untuk mengatur metabolisme glukosa. Insulin dapat
menurunkan kadar glukosa darah dengan cara
menstimulasi ambilan/uptake glukosa darah di perifer dan
menghambat produksi glukosa oleh hepar. Selain daripada
itu, insulin juga menghambat proses lipolisis dan
proteolysis, serta meningkatkan sintesis protein. Target
organ insulin adalah pada jaringan otot skeletal, hepar,
dan jaringan adiposa.
Insulin memiliki efek dose-dependent, yaitu semakin besar
dosis akan menyebabkan keterlambatan untuk mencapai
kadar puncak dan meningkatkan lama kerjanya.
Antidiabetik Oral
Glipizide adalah obat anti diabetes oral yang termasuk
dalam golongan sulfonylurea generasi kedua. Glipizide
bekerja menurunkan kadar gula darah dengan memicu
sekresi insulin dari sel beta pankreas. Selain itu, glipizide
juga bekerja mengubah sensitivitas insulin sehingga
sekresi insulin yang distimulasi glukosa bertahan.
Data yang ada juga menunjukkan bahwa selain memicu
sekresi insulin, glipizide bekerja dengan meningkatkan
ketersediaan insulin ekstra pankreas dan atau
meningkatkan jumlah reseptor-reseptor insulin. Selain itu,
glipizide meningkatkan sensitivitas reseptor insulin.