Pembimbing :
dr. Annisa Muhyi Sp. A Biomed
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama : An. A. N
Usia : 5 tahun 9 bulan
JK : Laki-laki
Pekerjaan : Siswa TK
Agama : Islam
MRS : 28 Juli 2019
Anamnesis
• KU : Kejang lama 1x
• RPS : Pasien datang ke IGD RS AWS dengan keluhan kejang 1x sejak
sore sebelum masuk rumah sakit. Kejang terjadi saat pasien duduk
duduk di rumah, sekitar 3 jam SMRS dan bertahan hingga di bawa ke
IGD. Ibu pasien mengatakan kejang seperti mata melotot ke atas,
kepala menoleh ke samping kanan, sedangkan kaki dan tangan
pasien kaku selagi duduk tersebut. Keluhan yang menyertai yaitu
pasien enggan makan dan minum. Kejang ini merupakan kali
pertama yang dialami oleh pasien tersebut. Pernah ada riwayat
demam 4 hari yang lalu, namun sudah tidak demam lagi saat terjadi
kejang. Batuk, pilek, mual, muntah disangkal oleh keluarga pasien.
Ibu pasien juga menyangkal tidak ada kejadian trauma sebelumnya.
Sebelumnya juga pasien tidak ada riwayat kejang demam. Tidak ada
gangguan BAK dan BAB.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah masuk rumah sakit Islam dan menjalani operasi pada usia sekitar 1
tahun, saat itu operasi pada perlekatan di bibir pasien. Pasien cukup sering
mengalami demam namun hanya seperti flu-flu biasa saja dan sembuh sendirinya.
Tidak ada riwayat kejang sebelumnya. Tidak ada riwayat trauma atau cedera pada
kepala dan tidak ada riwayat infeksi meningitis sebelumnya. Pasien alergi pada ciki-
ciki dan memiliki riwayat asma. Pasien rutin mengkonsumsi obat herbal merk HDI
Pemerksaan Visus:
saraf tidak diperiksa
kranial
II Lapang pandang: Normal
Warna: tidak diperiksa
Pupil: refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+,nistagmus tidak ada
III, IV, VI
Gerak bola mata: baik ke segala arah
Motorik: baik
V Sensorik: V-1, V-2, V-3: +/+
Refleks kornea: tidak diperiksa
Angkat alis, kerut dahi: tidak dilakukan
Tutup mata : baik, simetris
VII Kembung pipi: tidak dilakukan
Menyeringai: baik
Rasa 2/3 anterior lidah: tidak dilakukan
Suara bisikan: tidak dilakukan
Gesekan jari:tidak dilakukan
Rinne, Webber, Schwabach: tidak dilakukan
VIII
Nistagmus: tidak ada
Berdiri dengan mata terbuka: tidak dilakukan
Berdiri dengan mata tertutup: tidak dilakukan
Arkus faring: simetris
Uvula: terletak di tengah. Simetris
IX, X
Disfonia: tidak ada
Disfagia: tidak ada
Menoleh kanan-kiri: dapat melawan tahanan
XI
Angkat bahu: dapat melawan tahanan
XII Lidah di dalam mulut: tidak ada deviasi, fasikulasi, atrofi, maupun tremor
Lab Rutin
Jenis Hasil
Hb 13.9 g/dL
Hematokrit 39.5 %
Leukosit 8.190/uL
Trombosit 414.000/uL
• Ruangan :
IVFD D5 ½ NS 1000 mL/24 jam
Cefixim 3 x ¾ cth
Diazepam 10 mg supp K/P
• Obat Pulang :
Asam Valproat 2x4 cc
Cefixim 2 x ¾ cth
TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi Epilepsi
• Epilepsi merupakan suatu
gangguan kronik yang
ditandai oleh kejang berulang
dalam waktu lebih dari 24
jam.
• Epilepsi terjadi akibat
ketidakseimbangan
rangsangan (eksitasi) dan
hambatan (inhibitor) muatan
listrik di neuron otak
• Berdasarkan etiologi, epilepsi
dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian yaitu, epilepsi
simtomatik dan epilepsi
idiopatik
Epidemiologi
• Insiden epilepsi lebih tinggi di negara berkembang dibanding
negara maju
• Insiden epilepsi sebanyak 20-70 kasus per 100.000 penduduk
setiap tahunnya.
Faktor Resiko :
1. Faktor prenatal
2. Faktor perinatal
3. Faktor postnatal
4. Faktor Heriditer
Grafik penyebab epilepsi
berdasarkan usia
Patofisiologi
1. Mekanisme Ictogenesis
a. Rangsangan dari neuron tunggal timbul dari perubahan struktural
atau fungsional dalam membran postsinaptic
b. Rangsangan yang timbul dari lingkungan neuronal merupakan hal
fisiologis dan perubahan struktural
c. Perubahan dalam jaringan saraf dapat mengakibatkan hilangnya
neuron inhibisi atau hilangnya rangsang neuron yang dibutuhkan
untuk mengaktifkan neuron inhibisi
2. Mekanisme Non-sinaptik
3. Mekanisme Sinaptik
a. Gaba
b. Glutamat
Manifestasi Klinis
ILAE 1981 mengklasifikasikan epilepsi menjadi: • Kejang parsial simpleks berkembang menjadi
kejang parsial kompleks dan berkembang menjadi
I.Kejang Parsial (Fokal atau Lokal) kejang umum
A.Kejang Parsial Simpleks
• Dengan gejala motorik II. Kejang Umum
• Dengan gejala somatosensori • Kejang Absens
• Dengan gejala otonom • Kejang Absens
• Dengan gejala psikis • Kejang Absens Atipikal
B.Kejang Parsial Kompleks • Kejang Mioklonik
• Kejang parsial simpleks yang diikuti oleh • Kejang Klonik
penurunan kesadaran • Kejang Tonik
• Dengan penurunan kesadaran saat onset • Kejang Tonik-Klonik
kejang • Kejang Atonik
C.Kejang parsial yang berkembang menjadi kejang
umum sekunder (tonik-klonik, tonik, atau klonik) III.Kejang Epilepsi yang Tidak Terklasifikasi
• Kejang parsial simpleks berkembang menjadi
kejang umum
• Kejang parsial kompleks berkembang menjadi
kejang umum
Diagnosis Epilepsi
A. Anamnesis A. Pemeriksaan Neurologis
1. Riwayat Penyakit Sekarang 1. Sensorik dan Motorik
2. Riwayat Keluarga 2. Refleks Fisiologis dan
3. Riwayat perinatal Patologis
4. Riwayat persalinan 3. Meningeal Sign
5. Masa tumbuh kembang 4. Saraf Kranial
6. Tindakan yang telah 5. Otonom
dilakukan B. Pemeriksaan Penunjang
B. Pemeriksaan Fisik 1. EEG
Diawali dengan observasi, 2. Cairan Serebrospinal
lalu diikuti pemeriksaan 3. CT Scan
semua sistem 4. MRI
Diagnosis Banding
1. Gangguan Metabolik
1. Hipoglikemia
2. Hiponatremia
3. Hipomagnesemia
4. Defisiensi vitamin B6
5. Gangguan metabolik bawaan
2. Kejang Demam
3. Infeksis Sistem Saraf Pusat
4. Keracunan Teofilin
5. Encephalopati Hipertensi
6. Tumor Otak
7. Perdarahan Intrakranial
Tatalaksana
1. Penatalaksanaan emergensi
2. Mencari tahu penyebab dari
serangan kejang
3. Motivasi
4. Manajemen saat terjadi
serangan kejang
5. Obat rutin
Manajemen Saat Serangan
• Pindahkan dan jauhi penderita dari benda-benda yang dapat
mencelakai seperti api, air, atau jalan raya
• Jauhkan penderita dari benda-benda tajam
• Longgarkan pakaian yang melekat pada penderita, dan lepaskan
kacamata jika penderita mengenakan kacamata
• Letakkan benda yang lembut pada kepala
• Putar kepala penderita sehingga saliva dan mukus keluar dari mulut
penderita
• Jangan letakkan benda apapun kedalam mulut penderita
• Jangan beri penderita minum
• Jangan coba untuk menghentikan gerakan ataupun menahannya
• Tetap berada didekat penderita sampai kesadaran penderita kembali
• Biarkan penderita beristirahat dan melanjutkan aktivitas yang sedang
dilakukannya.
Obat Antiepilepsi
• Obat antiepilepsi diberikan setiap hari selama bertahun-tahun
atau terkadang seumur hidup sampai periode bebas kejang.
Periode bebas kejang setidaknya dua tahun pada epilepsi
idiopatik dan setidaknya tiga tahun pada epilepsi simtomatik.
Setelah itu dosis dapat dikurangi secara bertahap selama
berbulan-bulan dan jika tidak kambuh lagi obat dapat
dihentikan
• Hati-hati dalam menegakkan diagnosis
• Mulai pengobatan dengan satu jenis macam obat
• Mulai pengobatan dengan dosis minimal
• Naikkan dosis secara bertahap sampai kejang terkontrol.
• Tujuan mencapai dosis minimum pemeliharaan.
• Esamping minimum.
• Jika obat yang diberikan tidak ditoleransi, digantikan dengan obat antikonvulsan
lain yang juga lini pertama.
• Antikonvulsan yang kedua harus ditambah secara bertahap dan antikonvusan
pertama perlahan-lahan ditarik.
• Dalam kasus acute withdrawal syndrom, kekambuhan kejang digunakan diazepam
• Kepatuhan dalam meminum obat adalah kunci untuk mengontrol kejang dan
konseling pada pada keluarga adalah faktor yang terpenting dalam kepatuhan
Jenis Obat
• Fenobarbital • Carbamazepin
• Fenitoin • Valproate
• Diazepam
Pemeriksaan Neurologis
Meningeal sign : DBN
Saraf Kranial : DBN
Motorik : DBN
Sensorik : DBN
Refleks fisiologis : DBN
Refleks patologis : DBN
Koordinasi : belum dilakukan
Fungsi otonom : DBN
Fakta Teori
P. Penunjang
Lab Darah : Lab Darah (sebagai dd) :
Leukosit : 8.190 sel/uL Hipoglikemia
Hemoglobin : 13.9 g/dL Hiponatremia
Hematokrit : 39.5% Hipomagnesemia
Trombosit : 414.000 sel/uL Defisiensi vitamin B6
GDS : 135 mg/dL EEG :
Ureum : 12.3 mg/dL
1. Asimetri irama dan voltase gelombang pada derah
Kreatinin : 0.5 mg/dL
yang sama di kedua hemisfer otak.
Natrium : 142 mmol/L
Kalium :4.4 mmol/L 2. Irama gelombang tidak teratur.
Klorida : 113 mmol/L
3. Irama gelombang lebih lambat dibanding
seharusnya misalnya gelombang delta.
EEG :
Interpretasi Klinis : aktivitas dasar gelombang alfa, 4. Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat
tidak ada asimetri, didapatkan gelombang pada amak normal, misalnya gelombamg tajam,
epilektikform spike wave terutama di occipito paku (spike), paku-ombak, paku majemuk, dan
parietal bilateral gelombang lambat yang timbul secara paroksismal.
Kesimpulan : didapatkan gelombang epilektiform,
Pemeriksaan Cairan Serebrospinal
saran : terapi OAE 2 tahun
CT Scan
MRI
Diagnosis
Fakta Teori
Ruangan :
IVFD D5 ½ NS 1000 mL/24 jam
Cefixim 3 x ¾ cth
Diazepam 10 mg supp K/P
Obat Pulang :
Asam Valproat 2x4 cc Antiepilepsi :
Cefixim 2 x ¾ cth Fenobarbital
Phenitoin
Carbamazepin
Asam valproate
Non Medikamentosa :
Mengajarkan manajemen saat terjadi serangan &
motivasi
TERIMA KASIH