𝑊
V=
𝑄
Keterangan:
V = Potensial listrik ( Volt )
Q = Muatan listrik (C)
W = Usaha (J)
Potensial listrik sebesar 1 Volt antara dua titik jika diperlukan usaha
1 Joule untuk memindahkan muatan 1 Coulumb antara dua titik
tersebut..
1 𝐽𝑜𝑢𝑙𝑒
1 Volt =
1 𝐶𝑜𝑢𝑙𝑜𝑚𝑏
A.2 Pengertian Kuat Arus Listrik (A)
L
Dimana : R = tahanan (Ω)
𝑅𝑡 = Hambatan Pada Suhu 𝑇 𝑜 C
Ρ = tahanan jenis ( ohm m𝑚 / m)
2
𝑅𝑜 = Hambatan Pada Suhu Mula - Mula
L = panjang penghantar (m)
A = Luas Penampang Penghantar (𝑚𝑚2 )
α = Koefisien temperatur tahanan.
A.4 Hukum Ohm
Dalam suatu rangkaian listrik besarnya kuat arus
sebanding dengan jumlah selisih potensial dari kedua
ujung kawat penghantar dan berbanding terbalik
dengan jumlah tahanan penghantar tersebut.
Bunyi hukum Ohm adalah “Kuat arus dalam suatu
rangkaian berbanding lurus dengan tegangan pada
ujung-ujung rangkaian dan berbanding terbalik
dengan hambatan rangkaian
∑𝑉
I=
∑𝑅
Di mana :
V : Jumlah selisih potensial (V)
R : Jumlah tahanan penghantar (Ω)
A.5 Hukum Kirchhoff I
Hukum I kirchoff ini berlaku pada rangkaian bercabang yang
berkaitan dengan arah arus saat melewati titik
percabangan.
Bunyi Hukum I Kirchoff: Kuat arus total yang masuk melalui
titik percabangan dalam suatu rangkaian listrik sama
dengan kuat arus total yang keluar dari titik percabangan.
Σ Imasuk = Σ Ikeluar
A.6 Hukum Kirchhoff II
Hukum ini berlaku pada rangkaian yang tidak bercabang yang
digunakan untuk menganalisis beda potensial (tegangan) pada suatu
rangkaian tertutup.
Bunyi Hukum II Kirchoff: Total beda potensial (tegangan) pada suatu
rangaian tertutup adalah nol. Versi lain Hukum II Kirchoff yaitu pada
rangkaian tertutup jumlah aljabar GGL (ε) dan jumlah penurunan
potensial (IR) sama dengan nol.
B. Arus Bolak – Balik
Arus bolak – balik dalah arus yang arahnya senantiasa berubah.
Arus bolak – balik didapatkan dari sumber tegangan bolak – balik
yaitu generator AC (alternator)
Rangkaian Arus
Bolak – Balik B.1 RANGKAIAN ARUS
Untuk Rangkaian
arus bolak – balik
BOLAK - BALIK
terdapat hambatan
yang disebut Hambatan Hambatan Hambatan
impendansi dengan Murni Induktif Kapasitas
simbol Z (ohm) yang
Resistor (R) Induktor (L) Kapasitor (C)
terdiri dari:
B.2 Hubungan Komponen - komponen
Rangkaian seri R,L,C
Impendasi (Z) dari hubungan seri
didapat dengan penjumlahan secara Jika sudut diketahui 90 derajat
vector R,XL,dan XC (R arah sumbu X Z = 𝑅 2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶)2
positif, XL arah sumbu Y positif dan XC
arah sumbu Y negatif seperti gambar)
Apabila sudut tidak 90 derajat
XL maka
(XL – XC) Z
Z=
φ 𝑅 2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶)2 +2 𝑋𝐿 . 𝑋𝐶 𝐶𝑂𝑆φ
R
XC
B.2.1 Rangkaian R
dan L Seri
Jika Gabungan Seri antara resistor dan inductor L
dipasang pada sumber tegangan maka inductor
𝑉𝐿 mendahului arus I dengan beda fase 90 derajat
sedangkan tegangan resistor 𝑉𝑅 mempunyai fase
yg sama dengan arus I
Maka mempunyai rumus :
Impendasi Z = 𝑅2 + (𝑋𝐿 )2
Beda Potensial V = IZ
𝑉𝐿
Arah Fasor Tan φ =
𝑉𝑅
B.2.2 Rangkaian R Dan C Seri
Mempunyai Rumus :
Impendasi Z = 𝑅2 + (𝑋𝐶 )2
Beda Potensial V = IZ
𝑉𝐶
Arah Fasor Tan φ = -
𝑉𝑅
B.2.3 Rangkaian L dan C
Seri
Jika gabungan seri antara induktor L
dan kapasitor C dipasang pada sumber
tegangan bolak – balik, maka tegangan
inductor 𝑉𝐿 mendahului arus I dengan
beda fase 90 derajat dan tegangan
kapasitor 𝑉𝐶 tertinggal oleh arus I
dengan beda fase 90 derajat
Mempunyai Rumus :
Impendasi Z = 𝑋𝐿 - 𝑋𝐶
Beda Potensial V = IZ
Mempunyai Rumus :
Beda Potensial V = IZ
𝑉𝐿 − 𝑉𝐶
Arah Fasor Tan φ =
𝑉𝑅
C. Daya Kerja Dan Faktor Kerja
𝑃 𝑄
Cos φ= Sin φ =
𝑆 𝑆
Keterangan : Keterangan :
Cos φ = Faktor Daya Sin φ = Faktor reaktif
P = Daya aktif (W) Q = Reaktif induksi (VAR)
S = Daya semu (VA) S = Daya semu (VA)
D. TRANSFORMASI ∆ - Y
TRANSFORMASI ∆ - Y