diantara para pakar tentang penggunaan istilah penilaian (appraial), peninjauan ulang (review), dan evaluasi. Ketiganya sering dipergunakan secara bergantian dengan maksud yang sama. Beberapa terminologi lain yang sering dipergunakan adalah staf assessment, employee review, dan performance evaluation, atau dinyatakan dengan cara lain yang dirasakan sesuai untuk organisasi tertentu (Roy Lecky – Thompson dalam Wibowo, 2014) Penilaian dilakukan terhadap kinerja karyawan atau organisasi dan atas dasar penilaian tersebut dilakukan review terhadap pelaksanaan tugas pekerjaan karyawan. Review merupakan kelanjutan dari penilaian sehingga merupakan satu kesatuan, sedangkan evaluasi sebenarnya juga mengandung makna menilai. Review mengandung makna meninjau kembali atas segala sesuatu yang telah dilakukan sebelumnya, baik yang menyangkut kebijakan, strategi, perencanaan maupun pelaksanaan. Review yang efektif merupakan inti keberhasilan manajemen. Review kinerja merupakan penilaian formal oleh atasan atau manajer terhadap bawahannya atas kinerjanya dalam periode waktu tertentu yang disepakati. Review kinerja merupakan proses yang berjalan dan dapat dilakukan beberapa kali dalam setahun. Atasan sebagai penilai sering disebut sebagai the appraiser, dan bawahan yang dinilai dinamakan the appraisee. Review kerja merupakan alat manajemen yang penting bagi individual, departemental, dan organisasional (Ken Lawson dalam Wibowo, 2014). Arti penting review kinerja bagi individual adalah: a. Feedback (umpan balik) Semua pekerja perlu dan ingin tahu dengan sungguh-sungguh seberapa tingkat keberhasilannya. Proses formal memungkinkan semua aspek kinerja individual dinilai dengan cara yang diatur secara objektif. b. Improving Performance (memperbaiki kinerja) Semua pekerja perlu mengetahui seberapa baik sekarang ini mereka menjalankan tanggung jawabnya, sebelum mereka dapat dimotivasi memperbaiki bidang kelemahannya, atau membangun kerja lebih baik lanjut. Hal ini juga membuat pekerja dapat menghadapi setiap masalah kinerja. c. Determining pay raises (mempertimbangkan kenaikan upah/gaji) Kenaikan upah/gaji sering ditentukan oleh seberapa baik review kinerja yang diterima pekerja. d. Renewal of the work contract (pembaruan kontrak kerja) Review kinerja sering memperngaruhi pembaruan kontrak kerja. Hal ini terjadi dengan meninjau kembali komitmen formal dan informal pada organisasi dan tujuannya. Review yang dilakukan dengan baik membuat pekerja mempunyai komitmen pada organisasi dan secara efektif meningkatkan motivasi pekerja. e. Determine development needs ( mempertimbangkan kebutuhan pengembangan) Review kinerja memungkinkan manajer mengamati kebutuhan pengembangan dan pelatihan staf. Kepentingan review kinerja pada tingkat departemental adalah sebagai berikut: a. Promotion (Promosi) Review kinerja akan menunjukkan true value atau nilai sebenarnya seorang pekerja bagi organisasi. Hal ini memungkinkan manajer mempromosikan bawahan dan memelihara pengetahuan bahwa keputusan mereka didasarkan pada kenyataan. b. Redundancy (berlebihan) Apabila organisasi perlu melakukan downsize, maka mereka yang mempunyai review kinerja negatif akan diidentifikasi sebagai yang pertama dikeluarkan. c. Setting goals and objectives (menetapkan tujuan dan sasaran). Ini merupakan alat motivasi yang umum dan efektif. Ditetapkan dengan jelas dan terukur harapn ming-masing pekerja. Ini lebih efektif daripada strategi ‘just do your best’, sekadar melakukan yang terbaik. Sementara itu, pada tingkat organisasional berkepentingan dengan: a. Talent spotting (menemukan bakat) Semua organisasi memerlukan individual yang berbakat. Review kinerja memungkinkan manajer menyoroti dimana orag berbakat dan menggeser mereka apabila tidak terdistribusi secara seimbang di antara tim dan departemen. b. Retention (penyimpanan) Sistem penilaian yang efektif memastikan bahwa pekerja yang paling berbakat tidak memilih meninggalkan organisasi untuk perusahaan atau organisasi lain. c. Wider training needs (kebutuhan pelatihan lebih luas) Apabila semua pekerja menunjukkan kebutuhan untuk pelatihan dalam bidang tertentu, maka terdapat kesenjangan keterampilan dan pengetahuan di seluruh organisasi. d. Hiring staff (mempekerjakan staf) Manajer dapat menilai apakah staf baru adalah individu berbakat seperti yang terlihat dalam wawancara, atau apakah mereka sekadar mengisi jabatan. Karenanya keberhasilan rekrutmen dapat dievaluasi. e. Legalities (legalitas) Sejarah yang dapat ditunjukkan dari review kinerja negatif dapat membuktikan ketahanan legal yang berharga bagi setiap organisasi apabila mengahadapi tuntutan oleh pekerja sebelumnya. f. General organizational performance (kinerja organisasional menyeluruh) Merupakan potret menyeluruh apabila semua butir di atas telah dicakup. Kinerja orgnisasional keseluruhan akhirnya akan diperbaiki. Ini semua menunjukkan proses review kinerja seluruhnya. Manfaat Review Kinerja Ken Lawson dalam Wibowo (2014) mengemukakan bahwa review kinerja memberikan manfaat bagi individual, manajerial maupun kepentingan organisasi. Manfaat Review Kinerja bagi individual a. Objectivitas Sistem penilaian yang bail secara objektif mengukur kinerja individual terhadap standar, dengan cara yang ditentukan sebelumnya, dan secara jujur menganalisis apakah telah dicapai. b. Informasi berharga atas harapan, standar, dan sumber daya Tidak seorangpun mencapai harapan apabila tidak tahu apakah harapan itu. Individual perlu bimbingan secara eksplisit tentang standar dari Keluaran dan kualitas, dan sumber daya, umpan balik, pengembangan, dan pelatihan yang tersedia untuk membantu mencapai standar tersebut. c. Umpan balik Dasar dari suatu penilaian kinerja adalah untuk menjawab tentang seberapa baik seseorang telah melakukan pekerjaannya. Review kinerja harus mengusahakan jawaban berdasarkan sasaran, kriteria terukur, kinerja orang lain yang melakukan pekerjaan yang sama, dan menurut nilai-nilai dan budaya organisasi. d. Menyadari potensi pekerja Penilaian adalah waktu yang ideal bagi individual untuk membuat kontribusi signifikan, dan menggali pengembangan karier secara keseluruhan. Tetapi harus diingat bahwa semua inspirasi harus realistis. e. Kenaikan upah Antara pengupahan dan kerja semakin terhubungkan. Meskipun penilaian bukan waktu terbaik untuk membicarakan tentang uang, paling tidak individual dapat memahami bagaimana bekerjanya kebijakan kompensasi, dan bagaimana setiap kenaikan dapat dinegosiasikan. f. Pelatihan dan pengembangan Individual sama tertariknya dengan manajer tentang pelatihan, karena pelatihan secara langsung menguntungkan kedua pihak. Pengembangan pada pekerjaan yang mengarahkan pada peningkatan keterampilan dan pengalaman juga sangat penting. g. Menyepakati sasaran Kesepakatan berbeda dengan diberitahu apa yang harus dilakukan, karena semua individual paling sedkit mengharapkan beberapa pemikiran dan pandangannya dipertimbangkan ketika merencanakan penilaian periode berikutnya. Subjeknya termasuk kinerja dan kualitas, sistem proses, dan pengembangan personel. Manfaat Review Kinerja Bagi Organisasi a. Meningkatkan produktivitas Hal ini dicapai dengan meningkatkan efektivitas masing-masing pekerja individual. b. Tujuan dan visi yang lebih luas Review kinerja dapat membantu pekerja melihat gambar lebih besar dan memahami perubahan sifat lingkungan bisnis atau organisasi dan posisi organisasi tertentu di dalamnya. c. Menarik pelamar yang baik Perusahaan atau organisasi yang mempunyai reputasi untuk mengembangkan dan melatih stafnya dapat menarik pelamar yang mempunyai kemampuan lebih tinggi. d. Pergantian staf lebih rendah Ketika manajemen melakukan peran secara jujur dan aktif dalam menilai, menyimak, dan memotivasi staf, pekerja merasa dihargai dan cenderung kurang mencari pekerjaan dimana- dimana. e. Proteksi terhadap tindakan hukum Apabila review kinerja dilakukan dengan jujur, objektif, dan profesional, perusahaan yang memecat pekerja yang underperforming mempunyai catatan jejak yang jelas yang mungkin berharga dalam membenarkan keputusannya di pengadilan. Tipe Review a. Self-Assesment Review Dalam tipe review ini pekerja diberi kesempatan untuk melakukan review atas kinerjanya sendiri, mengukur sendiri kinerjanya. b.Top-Down Review Top Down Review merupakan review secara tradisional yang dilakukan oleh atasan untuk melihat seberapa jauh bawahannya sudah melakukan pekerjaannya seperti telah ditugaskan. c. Peer Review Peer Review merupakan penilaian yang diminta dari rekan sekerja setingkat sehingga saling bertindak sebagai mentor dan membantu memperbaiki kinerja. d. Subordinate Review Bawahan diberi kesempatan untuk melakukan review atas kinerja atasannya langsung. Bawahan memberikan penilaian atas kinerja atasannya langsung, yang dirasakan berpengaruh terhadap kinerja bawahan. e. Stakeholder Review Stakeholder review merupakan review yang dilakukan oleh mereka yang mempunyai hubungan kerja dengan organisasi, seperti pelanggan dan pemasok. Informasi eksternal dipergunakan atasan untuk menilai bawahannya. Survei kepuasan pelanggan dapat merupakan review kinerja staf. f. 360-Degree Review 360-Degree Review merupakan review yang dilakukan oleh semua orang atau pihak yang mempunyai hubungan kerja dengan pekerja, baik oleh atasan, rekan sekerja, stakeholder, dan bawahan. Tipe review ini merupakan tipe yang memberikan informasi lebih lengkap terhadap kinerja staf. Ken Lawson dalam Wibowo (2014) membedakan review kinerja dari pendekatannya sebagai the casual approach dan the formal approach. 1. The casual approach. Dipergunakan dalam perusahaan atau organisasi kecil atau pada saat memulai suatu usaha bisnis. Kegiatan yang perlu dilakukan adalah: (a) Melakukan persiapan (b) Menyediakan cukup waktu untuk pertemuan dengan santai. (c) Mempertimbangkan self-appraisal. (d) Apabila perlu menambah pada formulir (e) Menyediakan waktu untuk menyiapkan. Menetapkan Sasaran Review memberikan peluang untuk membangun sasaran yang sejalan dengan strategi organisasi. Deskripsi pekerjaan merupakan acuan utama untuk mereview kinerja dan menyelaraskan sasaran pada tujuan organisasi. Jumlah frekuensi dalam suatu review terhadap pekerja harus dilakukan dan ditentukan oleh lima faktor utama, yaitu: a. Tingkat Komplikasi program Apabila bentuk dan prosedur review rumit dan menyangkut banyak waktu dan pekerjaan tulis menulis, review sebaiknya hanya dilakukan sekali setahun. b. Tingkat antusiasme manajer terhadap program Apabila manajer antusias terhadap kegiatan review kinerja dan merasa membantu hubungan dan produktivitas, review dapat dilakukan dua kali setahun. c. Jumlah staf tersedia untuk mengkoordinasi program. Koordinator dan bantuan sekretariat diperlukan untuk memelihara formulir, menjalankan skedul dan pekerjaan tulis menulis lainnya. d. Jumlah orang dinilai oleh manajer Hal ini berhubungan dengan faktor pertama karena mempengaruhi waktu keseluruhan yang diperlukan untuk melakukan review kinerja. Pada umumnya, semakin banyak orang yang harus direview, semakin kecil frekuensi review dapat dilakukan. e. Keterampilan Penilai Apabila program baru dintegrasikan, lebih baik penilaian formal hanya dilakukan sekali setahun, sedangkan penilai belajar dalam pendekatannya. Hal ini apabila dijalankan tidak meminta banyak waktu manajer dan merupakan langkah awal yang baik bagi program. Segmen Pekerjaan signifikan Tidak setiap tugas dan tanggung jawab pekerja harus dievaluasi. Langkah pertama dalam proses penilaian pekerja adalah memilih segmen pekerjaan signifikan yang merupakan bagian terpenting dari pekerjaan. Umpan balik secara reguler merupakan masukan yang dapat dipergunakan untuk melakukan review kinerja. Berdasarkan review terhadap kinerja bawahan, dapat diketahui pengembangan kemampuan pekerja seperti apa yang diperlukan dan membantu mereka mencapai sasarannya. Untuk itu, diciptakan lingkungan kerja dimana orang menerima dengan umpan balik secara berkelanjutan dan menggunakan untuk mereview kinerja. Pekerja perlu didorong untuk bekerja dengan potensi penuh untuk mendapatkan kesuksesan. Review kinerja yang efektif memungkinkan manajer untuk menghargai prestasi bawahan dan mendorong perbaikan kinerja terus-menerus. Oleh karena itu, perlu direncanakan menggunakan review untuk mendiskusikan sistem reward yang dapat memuaskan kebutuhan individu dan organisasi, daripada hanya sekadar memfokuskan pada review saja. B. Mempersiapkan review 1. Persiapan Reviewer dan pekerja mempunyai tanggung jawab tertentu dalam menyelenggarakan review. Untuk memastikan bahwa diskusi fokus dan terawasi, perlu dipahami peran reviewer dan memberitahu pekerja tentang tanggung jawabnya sehingga mereka juga dapat mempersiapkan diri secara efektif. 2. Penilaian Kinerja Mempersiapkan review kinerja termasuk melihat pada gambaran secara menyeluruh. Penilaian dilakukan terhadap progres pekerja sejak review terakhir untuk menetapkan sasaran baru dan merencanakan aktivitas secara efektif untuk masa yang akan datang. 3. Identifikasi Tujuan Setelah melakukan penilaian, tahap persiapan selanjutnya adalah menetapkan bidang pekerjaan yang memerlukan perbaikan dan sasaran yang harus dicapai sebagai tujuan strategis bisnis. 4. Merencanakan ke depan Perencanaan review yang efektif menyangkut antisipasi terhadap kebutuhan pekerja di masa depan dan mempertimbangkan seberapa baik pimpinan merespon mereka. Perlu diperjelas tentang aktivitas yang diperlukan, mempertimbangkan waktu, sumber daya, dan mengalokasikan tanggung jawab untuk tindakan yang disetujui. 5. Menciptakan lingkungan positif Lingkungan penyelenggaraan review yang kondusif akan mendorong keterbukaan, kesediaan untuk menerima, dan mendorong berlangsungnya diskusi. Untuk itu, perlu dibangun kredibilitas, menciptakan iklim kepercayaan, dan memberi perhatian pada pengaturan ruang pertemuan untuk membantu peserta menjadi santai dan merasa nyaman. 6. Bersikap objektif Pendekatan pribadi manajer pada review kinerja sangat mempunyai makna penting terhadap keberhasilannya. Persiapan diri dilakukan untuk melakukan diskusi, mendorong gagasan, menghindari bias, dan memfokuskan pada aspek penting dari pekerjaan. 7. Merencanakan Struktur Review kinerja yang baik terstruktur dengan baik pula. Setiap review mengikuti struktur langkah yang sama, yaitu pendahuluan, diskusi, rencana tindak, resume, dan tindak lanjut. 8. Mempersiapkan wawancara Penilaian terhadap kinerja pekerja dilakukan melalui wawancara dan dialog antara manajer dengan pekerja untuk mengetahui apakah standar kinerja dapat dipenuhi oleh pekerja. Tujuan yang diinginkan untuk diselesaikan dalam wawancara adalah: (1) Mencapai kesepakatan tentang kinerja pekerja; (2) Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan; (3) Mengidentifikasi bidang kinerja yang perlu diperbaiki; (4) Menyepakati rencana perbaikan kinerja untuk satu bidang atau lebih yang perlu perbaikan; (5) Menyepakati tentang apa yang diharapkan untuk periode penilaian yang akan datang. Perangkap dalam penilaian a. The Halo Effect The Halo Effect menunjukkan suatu kecendrungan manajer untuk menilai lebih tinggi orang yang menjadi favorit. 1) Effect of past Record Terhadap orang yang telah melakukan pekerjaan baik pada masa lalu, kinerjanya diasumsikan baik pula pada saat sekarang ini. 2) Compatibility Merupakan kecendrungan menilai orang yang kita lihat mempunyai kebiasaan dan kepribadian yang lebih memuaskan dibandingkan dengan mereka yang berhak. 3) Effect of Recency Pekerjaan luar biasa yang dilakukan minggu yang lalu dapat mencakup makna kinerja sepanjang sisa tahun. 4) The one-Assets Person Pembicara yang fasih, orang dengan penampilan impresif atau titel yang tinggi atau lulusan dari almamater manajer mendapatkan penilaian lebih menyenangkan daripada orang yang kekurangan atribut ini. 5.The Blind-Spot Effect Ini merupakan kasus dimana supervisor tidak melihat tipe cacat atau kesalahan tertentu karena mereka seperti miliknya sendiri. 6.The High-Potential Effect Kita kadang-kadang lebih mempertimbangkan kertas catatan orang daripada apa yang telah mereka selesaikan untuk organisasi. 7. The No-Complain Bias Di sini penilai memperlakukan bahwa tidak ada berita sebagai berita baik. Pekerja yang tidak mempunyai keberatan dan menyatakan bahwa semua hal berjalan b.The Horn Effect The Horn Effect merupakan kebalikan dari The Halo Effect, yaitu merupakan kecendrungan untuk menilai orang lebih rendah dari keadaan sebenarnya. Beberapa penyebab terjadinya The Horn Effect adalah sebagai berikut: 1) The Manager is Perfectionist Manajer berkeinginan agar bawahan seperti dirnya. Karena harapan manajer terlalu tinggi, ia sering kecewa dan menilai pekerja lebih rendah daripada seharusnya. 2) The Employee is Contrary Di sini manajer secara pribadi jengkel dengan kecendrungan pekerja untuk terlalu sering tidak menyetujui atas terlalu banyak masalah. 3) The Oddball Effect Semua keramahan untuk menyenangkan saja jarang dihitung ketika waktu penilaian datang. Mereka yang bersifat lain daripada yang lainnya mendapatkan penilaian rendah hanya karena mereka berbeda. 4) Membership in a Weak Tim Pemain baik pada tim yang lemah berakhir dengan penilaian lebih rendah daripada apa yang akan mereka peroleh apabila ia berada pada winning tim. 5) The Guilt-by- Association Effect Orang yang tidak benar-benar dikenal oleh manajer sering dihukum oleh perusahaan yang dijaganya. 6) The Dramatic-Incident Effect Perbuatan bodoh yang baru dilakukan dapat menghapus pengaruh kerja baik berbulan-bulan dan memberi penilaian lebih rendah pada orang daripada seharusnya. 7) The Personality-Trait-Effect Pekerja yang terlalu yakin, terlalu tidak tahu malu, terlalu lembut hati atau terlalu pasif yang kekurangan beberapa sifat manajer yang berkaitan dengan pekerja baik, menderita dalam penilaian. 8)The Self-Comparison Effect Orang yang melakukan pekerjaan secara berbeda dari cara yang dilakukan manajer ketika ia masih mempunyai pekerjaan tersebut akan lebih menderita daripada orang yang mempunyai pekerjaan yang tidak pernah dilakukan manajer. Mengelola Review 1. Introduksi Sesi Review dilakukan dalam suatu pertemuan yang dilakukan antara atasan dengan bawahan. Untuk mendapatkan hasil pertemuan secara optimal, harus dibangun rasa percaya diri di antara peserta pertemuan. 2. Menyepakati Agenda Agar review kinerja berjalan lancar, kedua belah pihak harus menyepakati masalah yang akan dibicarakan. Fokus diskusi sebaiknya diarahkan pada masalah yang relevan dengan sasaran seluruh tim. 3. Mendorong Diskusi Untuk membuat review kinerja berhasil, pekerja harus didorong untuk lebih banyak berbicara. Atasan mengambil peran memimpin dalam diskusi dengan menggunakan teknik bertanya yang baik, kemudian mendengarkan secara aktif atas jawaban yang diperoleh. 4. Bersikap praktis Banyak masalah yang harus dibicarakan dalam diskusi review kinerja kebanyakan dengan implikasi penting bagi masa depan. Oleh karena itu, reviewer harus tetap dapat menjaga waktu untuk menangani masalah penting sesuai dengan prioritasnya. 5. Membaca Tanda Review kinerja hanya akan memberikan manfaat apabila mendapatkan tanggapan positif dari peserta. Beberapa orang berjuang menunjukkan kepedulian dengan cara langsung, namun sebagian lain dilakuan secara tidak langsung. 6. Mengukur komitmen Orang akan menunjukkan perhatian yang kuat pada prestasi kerja ketika mereka merasa mempunyai komitmen untuk melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. 7. Menangani situasi sulit Hampir dapat dipastikan bahwa review kinerja dapat menyebabkan kekhawatiran pekerja karena kemampuannya didiskusikan dan masa depannya terpancang. Apabila reviewer salah dalam bertindak menjalankan review, dapat menimbulkan reaksi dari peserta yang justru lebih mempersulit situasi. 8. Menghadapi masalah kinerja Kinerja tidak selalu berjalan mulus seperti diharapkan, dalam perjalanannya sering timbul masalah. Mengatasi masalah kinerja buruk secara efektif merupakan tantangan bagi semua manajer. Oleh karena itu, perlu melakukan identifikasi masalah, mencari faktor penyebabnya, dan minta pendapat peserta tentang solusi yang efektif untuk mengatasi. Masalah yang berkaitan dengan kinerja dapat berupa: a. Kemampuan Masalah kemampuan di sini adalah ketidakmampuan melakukan pekerjaan sesuai perintah, mungkin sebagai akibat kesalahan dalam seleksi atau kurangnya pengalaman. b. Pelatihan Pelatihan merupakan solusi atas kekurangan keterampilan atau informasi yang diperlukan yang mencegah pekerja mencapai standar kinerja. c. Motivasi Masalah motivasi merupakan sesuatu penurunan efektivitas karena kurangnya dorongan, atau kebosanan, atau stres sebagai akibat terlalu besar tantangan. Untuk itu, manajer perlu mengidentifikasi aktivitas perkembangan yang meningkatkan daya pekerja dalam perannya. d. Gangguan Maksud gangguan di sini adalah ketidakmampuan berkonsentrasi dan menjadi efektif dalam bekerja, mungkin karena masalah pribadi yang memerlukan perhatian individu. e. Pengasingan Suatu penolakan atas atau perasaan tidak dilibatkan dalam pekerjaan atau organisasi menimbulkan perasaan diasingkan sehingga mengakibatkan frustasi jangka panjang. 9. Mendiskusikan Pengembangan Aktivitas pelatihan dan pengembangan dimaksudkan untuk membantu pekerja mencaai sasarannya dan memperbaiki kinerja jangka pendek dan jangka panjang. 10. Mendiskusikan Aspirasi dan Potensi Kebanyakan orang mempunyai aspirasi untuk lebih berperan sebagai senior dan melanjutkan karirnya. Untuk itu, diperlukan upaya untuk melihat peluang mendiskusikan aspirasi pekerja dan potensinya di masa depan sehingga dapat membantu mereka menyiapkan kemajuan di masa depan. 11. Merencanakan tindakan Agar pekerja mencapai sasaran seperti yang diharapkan, maka penting bagi mereka untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab atas program aksi dan menentukan batas waktu untuk menyelesaikannya. 12. Menyimpulkan Review Kesalahpahaman yang terjadi dalam proses review biasanya terjadi karena atasan hanya ingin mendengarkan apa yang ingin didengar. Tindak lanjut review
Review kinerja dilakukan sebagai langkah
untuk mengetahui posisi kemampuan pekerja dalam menyelesaikan tugasnya, dan seberapa jauh tujuan organisasi telah dapat diselesaikan. Suatu penyelenggaraan review yang baik diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan yang dapat menjadi landasan untuk peningkatan kinerja. Namun, review kinerja yang baik dapat menjadi tidak bermanfaat apabila tidak diikuti tindak lanjut. Tindak Lanjut Reviewe 1. Monitoring Progress Untuk memastikan bahwa hasil review jangka panjang bermanfaat, progres harus dimonitor dengan ketat. Tindak lanjut review yang benar dilakukan pada saat yang tepat. Terdapat beberapa tipe tindak lanjut review, sebagai berikut: a. Quick Update Quick Update merupakan review spontan, singkat, dan informal tanpa agenda. Tipe ini bermanfaat bila orang memegang peran atau tugas baru, atau jika sesuatu telah terjadi begitu saja dengan impilkasi bagi anggota staf atau proyek. b.Ad-hock Review Ad-hoc Review merupakan review singkat antara 10-15 menit dengan maksud mendiskusikan topik tertentu. Hal ini dilakukan apabila pekerja atau reviewer berkepentingan karena sasaran di bawah tekanan dan perlu merencanakan bagaimana mengatasi persoalannya. c. Checkpoint Review Checkpoint Review merupakan rapat yang direncanakan untuk memonitor tonggak ukuran seperti yang telah disepakati oleh pekerja. Hal ini diperlukan untuk memeriksa bahwa progres masih sesuai target, dan semua berkembang sesuai dengan rencana. d. Evaluation Review merupakan pertemuan formal yang dilakukan pada setiap akhir proyek untuk mengukur efektivitasnya. Hal ini memberi peluang bahwa apa yang telah dipelajari, mempelajari apakah sasarannya dapat tercapai, dan apakah mereka cocok. 2. Implementasi Rencana Pengembangan. Kemampuan sumber daya manusia untuk melakukan review perlu ditingkatkan secara berkelanjutan. Untuk membantu staf mengembangkan keterampilan dan pengetahuan, perlu dipertimbangkan aktivitas keterampilan yang tepat untuk dikembangkan. 3. Mendorong Team Work Sistem review bekerja baik untuk tim maupun individu. Untuk itu, perlu dikembangkan keterampilan atau memperbaiki kinerja tim sebagai keseluruhan dengan melakukan review tim secara regular dengan mengintegrasikan kebutuhan training. 4. Evaluasi Diri Agar sistem review kinerja semakin berkembang, review diharapkan mampu melakukan evaluasi diri, menilai kelebihan dan kekurangan diri dan timnya.