Anda di halaman 1dari 37

Wawancara dan Pemeriksaan

Psikiatrik
Oleh
Dr. Sulistiana Dewi, SpKJ
• Tehnik dalam melakukan wawancara adalah
dengan membiarkan pasien bicara dengan
perkataannya sendiri  terapis harus sensitif
dan terampil dapat mengetahui ungkapan
yang tersurat maupun tersirat
• Perilaku pasien merupakan respon, terhadap
apa yang dikatakan dokter
• Tidak sibuk dengan alat tulis/mencatat
Prosedur Pemeriksaan
• Memperoleh semua keluhan
Opening

• Menerjemahkan keluhan  simptom, sifat &


Clarification
tingkah laku, atau masalah hidup

• Berpindah dari satu set/topik keluhan ke set/topik


Steering
keluhan yang lainnya
Opening Technique (1)
• Saat memulai topik: pergunakan pertanyaan
terbuka yang menitik-beratkan pada
beberapa target  diakhiri: pertanyaan yg
berspektrum sempit, atau pertanyaan
tertutup ( tipe ya/ tidak  verifikasi,
spesifikasi, atau memicu respon). Contoh :
“apa yang dapat saya bantu untuk anda?”
• Bila ingin menghindari pertanyaan “close-
ended” sama sekali, gunakan fokus yang tajam
tapi pertanyaannya “open-ended”. Contoh :
“Ada masalah dengan tidurmu?” (jawaban
yang diharapkan : ya atau tidak)  jadi
tanyanya : “Apa yang terjadi ketika kamu
mencoba untuk tidur?.
Clarification Technique (2)
• Beri pertanyaan yang lebih menyempit untuk
mendapat jawaban yang akurat
• Bentuk pertanyaan dengan memakai kata-kata
tersamar dari pasien.
• Jika gagal mendapat feedback  cek ulang
pemahaman akan jawaban pasien
• Jika pasien tidak setuju dengan pemeriksa 
biarkan pasien yang mendeskripsikan kejadian
secara runtun.
klarifikasi

• Contoh : bila pasien berkata “saya tidak tahu


mengapa saya disini”  Tanya : “apa yang kamu
pikirkan ketika mereka membawa kamu kesini?”
 bila pasien menyangkal, lanjut pelacakan 
“Mengapa kamu pergi dengan mereka?”. Lacak
dengan pertanyaan “Mengapa” ketika pasien
bercerita dengan cara yang membingungkan 
Tanya tentang interpretasi pengalamannya :
“Mengapa hal ini terjadi menurutmu?” atau “Apa
artinya ini menurutmu?”. (waham dan tilikan)
• Bila pasien menghubungkan dua elemen yang
tidak berhubungan, katakan padanya
“Tunggu! Saya tidak mengerti hubungan
antara A dan B. Tolong bantu saya melihat
hubungan antara keduanya”. Jadi
pewawancara bertanya tentang hubungan
logisnya tapi tidak membahas emosi pasien.
(menilai proses dan isi pikiran)
Steering Technique
• Mengarahkan
• Bagaimana pindah dari satu keluhan/topik ke
keluhan/topik lainnya tanpa menekan pasien
• Mendorong pasien untuk melanjutkan cerita
& menunjukkan bahwa arahnya sudah benar
 meyakinkan bahwa pasien sudah
memberikan informasi yang berguna untuk
kepentingan diagnosis.
• Tehnik ini termasuk : bahasa isyarat,
mengangguk-angguk, tatapan mata dan
pernyataan seperti ; “Apa yang terjadi
kemudian”, “Ceritakan lagi”, “Oke”, “Hmm”,
dsb.
• Pewawancara mengulang secara selektif untuk
mendapatkan gejala gangguan mood :
kehilangan tenaga, mudah tersinggung,
bangun tidur terlalu pagi, mudah teralih
perhatiannya, meningkatnya aktivitas,
negative high.
• Wawancara psikopatologi
• Wawancara Hirarki
• Tanyakan tilikan/ insight pasien  tingkatkan
tilikan dengan psikoterapi supportif. Contoh:…
anda telah lama makan obat dan bagaimana
manfaatnya… dan pernah dihentikan dan
bagaimana akibatnya….
Menutup wawancara
• Simpulkan apa yang telah dibicarakan dalam
wawancara
• Contoh :
– Kamu/anda telah banyak menceritakan pengalaman2
anda, dan saya simpulkan…..
– “Saya ingin lihat/simpulkan apa yang telah kita
bicarakan, jadi saya ingin mengulangi arti dari
pembicaraan kita tadi dengan kata-kata saya sendiri
dan saya ingin kamu mengoreksinya bila ada
kesalahan”.
– Berikan kesempatan pasien untuk bertanya
– salam
Ganguan Jiwa
• Suatu kelompok gejala atau perilaku klinis
ditemukan bermakna dan disertai dengan
penderitaan (distress) pada kebanyakan Kasus
• Urutan hirarki dalam mengelompokan gangguan
jiwa penting pada saat wawancara kita wajib
berpikir hirarki
• Pengertian hirarki  merupakan ganguan jiwa
dengan urutan/blok yang diatas mempunyai lebih
banyak unsur (gejala) dari gangguan jiwa blok
dibawahnya. Contoh F0 ditemukan gejala
psikotik/ ggn mood/cemas/gangguan tidur/DLL
dan mengancam nyawa (gangguan secara fisik)
dibandingkan kelompok F1/F2
Penilaian Status Mental

observation

conversation

eksploration
OBSERVASI
Fokus pada pasien
Gunakan pancaindera kita saat mengamati

Appearance
Consciousness
Psychomotor behavior
APPEARANCE
Jenis kelamin dan usia

Ras dan latar belakang etnis

Status gizi

Perawatan diri dan cara berpakaian

Kontak mata
Kesadaran
Keadaan fungsional dari individu untuk mengadakan relasi dan limitasi
terhadap dunia sekitarnya, sesuai yang ditangkap oleh panca indra.

A. Kesadaran
1. Compos mentis
2. Disorientasi = gangguan orientasi orang, tempat, atau waktu
3. Stupor = hilang reaksi terhadap sekeliling
4. Delirium = kebingungan, gelisah, reaksi disorientasi dengan rasa takut
dan halusinasi
5. Koma = derajat ketidaksadaran yang berat
6. Koma vigil = mutisme akinetik
7. Twilight state = gangguan kesadaran dengan halusinasi
8. Dream like state = terdapat pada kejang parsial komplek, epilepsi
psikomotor
9. Somnolen = mengantuk yang abnormal
B. Gangguan Atensi
1. Distraktibilitas = tidak mampu memusatkan perhatian
2. Inatensi selektif = hambatan hanya pada hal
mencemaskan
3. Hipervigilensi = sekunder dari keadaan delusional ,
paranoid
4. Trance = atensi pada kesadaran berubah, hipnosis
EMOSI
Suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatik dan
perilaku yang berhubungan dengan mood dan afek.

A. Afek: Ekpresi emosi yang terlihat (observasi)


1. Appropriate affect = irama emosional harmonis dengan gagasan,
perilaku, pembicaraan
2. Inappropriate affect = tidak harmonis
3. Afek tumpul = penurunan berat pada intensitas irama perasaan
4. Afek terbatas (restricted atau constricted) = < afek tumpul
5. Afek datar = ekspresi afek (-)
6. Afek labil = perubahan cepat&tiba-tiba, ≠ stimuli eksternal
MOOD

Perasaan yang dipertahankan dalam jangka


panjang,
seluruh pengalaman disaring didalamnya

Tanyakan pasien secara langsung/


subyektif

Kadang mood ≠ afek


B. Mood: emosi yang meresap dan dipertahankan, yang dialami secara
subyektif, dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang lain.

1. Eutim = normal
2. Mood disforik = mood tidak menyenangkan
3. Expansive mood = ekspresi perasaan tanpa pembatasan
4. Irritable mood = mudah tersinggung
5. Mood swings (labile) = osilasi antara euforia dan depresi/kecemasan
6. Elevated mood = mood yang lebih ceria dari biasanya
7. Euforia = elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran
8. Ecstasy = perasaan kegairahan yang kuat
9. Depresi = perasaan kesedihan yang psikopatologis
10. Anhedonia = hilang minat&menarik diri dari aktivitas rutin&menyenangkan
11. Berkabung = kesedihan ~ kehilangan yang nyata
12. Aleksitimia = sulit mengungkapkan perasaan
C. Emosi yang lain

1. Kecemasan = perasaan takut (dugaan bahaya) dari dalam/luar


2. Kecemasan yang mengambang = takut tidak terpusatkan
3. Ketakutan = kecemasan akan bahaya yang dikenali secara sadar & realistis
4. Agitasi = kecemasan berat + kegelisahan motorik
5. Ketegangan = pe↑ aktivitas motoric & psikologis yang tidak menyenangkan
6. Panik=serangan cemas akut,episodik,kuat+ketakutan+pelepasan otonomik
7. Apatis = emosi tumpul + ketidakacuhan
8. Ambivalensi = 2 impuls >< terjadi bersamaan pada orang&waktu sama
9. Abreaksional = pelepasan emosi setelah ingat pengalaman menakutkan
10. Rasa malu = gagal membangun pengharapan diri
11. Rasa bersalah = emosi sekunder karena melakukan sesuatu yang salah
Perilaku motorik
Aspek jiwa termasuk impuls, motivasi, harapan, dorongan, instink, dan
idaman, seperti yang diekspresikan oleh perilaku/aktivitas motorik seseorang.

1. Ekopraksia = peniruan gerakan patologis


2. Katatonia = kelainan motorik (non-organik)
a. Katalepsi: posisi tidak bergerak, dipertahankan terus
b. Furor katatonik: teragitasi, tanpa tujuan, tidak dipengaruhi stimuli eksternal
c. Stupor katatonik: pe ↓aktivitas motorik
d. Rigiditas katatonik: penerimaan postur kaku yang disadari, menentang usaha
untuk digerakkan
e.Posturing katatonik: penerimaan postur kaku, dipertahankan dalam waktu lama
f. Cerea flexibilitas: seseorang dapat diatur dalam posisi yang kemudian
dipertahankan, jika pemeriksa menggerakan anggota tubuh pasien terasa
seakan-akan terbuat dari lilin
3. Negativisme = tahanan tanpa motivasi terhadap semua
instruksi
4. Katapleksi = hilang tonus otot & kelemahan sementara
5. Stereotipik = pola tindakan/bicara yang terfiksasi & berulang
6. Mannerisme = pergerakan tidak disadari, kebiasaan (biasanya
pada otot kecil)
7. Otomatisme = tindakan otomatis (tidak disadari)
8. Otomatisme perintah = otomatisme mengikuti sugesti
(kepatuhan otomatik)
9. Mutisme = tidak bersuara tanpa kelainan struktural
10. Overaktivitas =
a. Agitasi psikomotor
b. Hiperaktivitas (hiperkinesis)
c. Tik (hanya pada mata)/kedutan
d. Somnabulisme tidur berjalan
e. Akathisia kegelisahan motorik
f. Kompulsi: dipsomania, kleptomania, nimfomania,
satiriasis, trikotilomania
g.Ataksia ggn koordinasi, disatria, disfagia dll
11. Hipoaktivitas = penurunan aktivitas
motorik&kognitif
12. Mimikri = aktivitas motorik tiruan & sederhana
pada anak
13. Agresi = tindakan kuat&diarahkan (verbal/fisik)
14. Acting out = fantasi tidak disadari dihidupkan
secara impulsif dalam perilaku
15. Abulia = pe↓ impuls untuk berpikir & bertindak
GANGGUAN PERSEPSI
Persepsi
terganggu
dari panca
• Halusinasi indra
• Ilusi
•Depersonalisasi
•Derealisasi
Halusinasi
Auditorik, visual,
olfaktorik, Taktil,
gustatorik
Gangguan spesifik proses/bentuk
pikir
 Neologisme: penciptaan kata baru oleh pasien  sering: penggabungan
suku kata dari kata-kata lain untuk alasan idiosinkratik psikologis.

 Word salad: campuran kata-kata dan frasa-frasa yang inkoheren.

 Circumstantiality: pembicaraan tak langsung yang berputar-putar  pada


akhirnya sampai pada tujuan.

 Tangentiality: ketidakmampuan mencapai tujuan pikiran.

 Inkoherensi: pikiran yg pada umumnya tidak dapat dimengerti  pikiran,


kata-kata yg terdapat bersamaan tanpa didasari logika/ hubungan
gramatikal  disorganisasi.
 Echolalia: pengulangan kata-kata/ frasa-frasa dari orang lain scr patologis
 berulang dan menetap  dapat dengan nada meledek/ intonasi
staccato.

 Asosiasi longgar: alur pikir dimana ide beralih dari satu subjek ke subjek
lain secara tidak berhubungan  berat: inkoherensi.

 Flight of ideas: permainan/ verbalisasi kata-kata yang cepat, terus


menerus  peralihan dari satu ide ke ide lainnya, antara ide-ide nampak
terhubung  bila ringan: dapat dimengerti.

 Clang association: penghubungan kata-kata yang sama bunyinya tapi


tanpa arti  tidak ada hubungan logis.

 Blocking: interupsi mendadak pada rangkaian pikiran sebelum suatu ide


terselesaikan  setelah perhentian, pasien tidak dapat mengingat hal
yang sudah dikatakan/ akan dikatakan.
Gangguan spesifik dalam isi pikir
 Miskin ide  memberikan sedikit informasi: ketidakjelasan,
pengulangan tak berarti.

 Ide berlebihan: keyakinan yang tidak masuk akal dan dipertahankan


 lebih lemah dari waham.

 Waham: keyakinan yang salah didasari kesimpulan yang salah


tentang realita eksternal  tidak sesuai dengan intelektual pasien
& latar belakang kultural/budaya/agama/pendidikan dan tidak
dapat dikoreksi.

1. Waham bizarre: tidak masuk akal, mustahil, keyakinan salah


yang aneh.

2. Waham yang sesuai/ tidak sesuai dengan mood: waham


dengan isi mood yang sesuai/ tidak sesuai.
3. Waham nihilistik: keyakinan yang salah bahwa
dirinya sendiri, orang lain, dan dunia tidak ada.

4. Waham somatis: keyakinan yang salah tentang


fungsi salah satu organ tubuh.

5. Waham paranoid: waham kejar, waham rujukan,


waham kebesaran, waham kendali.

6. Waham kontrol: thought withdrawal, thought


insertion, thought broadcasting, thought control.

7. Erotomania: keyakinan delusional bahwa


seseorang yang terkenal suka pada dirinya  ♀
>♂
• Preokupasi: pemusatan pikiran pada ide tertentu,
dihubungkan dengan kualitas afektif yang kuat.

• Hipokondria: kecemasan berlebihan ttg kesehatan yang tidak


didasari oleh patologi organik ttp didasari oleh interpretasi
yang tidak realistik terhadap tanda-tanda fisik/ sensasi yg
abnormal.

• Obsesi: pikiran/ perasaan yang menetap dan tidak dapat


ditolak, tidak dapat disingkirkan dengan upaya logis.
• Koprolalia: pengulangan patologis kata-kata jorok.

• Fobia: ketakutan yang tidak rasional, menetap, berlebihan dan patologis


terhadap sebuah bentuk spesifik stimulus atau situasi  hasrat tak
tertahankan untuk menghindari stimulus/ situasi tsb.
1. Fobia spesifik: ketakutan yang terbatas pada sebuah objek/ situasi
yang nyata ( mis: takut laba-laba).
2. Fobia sosial: ketakutan akan mendapat malu di muka umum 
ketakutan berbicara di depan umum, ketakutan makan di depan
umum.
3. Akrofobia: ketakutan akan tempat yang tinggi.
4. Agorafobia: ketakutan akan tempat yang terbuka.
5. Algofobia: ketakutan akan rasa sakit.
6. Ailurofobia: ketakutan akan kucing.
7. Eritrofobia: ketakutan akan warna merah.
8. Panfobia: ketakutan akan semua hal.
9. Klaustrofobia: ketakutan akan tempat tertutup.
10. Xenofobia: ketakutan akan orang asing.
11. Zoofobia: ketakutan akan binatang.
• Sensorium dan kognisi
– Kesadaran
– Orientasi dan memori
– Konsentrasi dan perhatian BAIK/
TERGANGGU
– Kemampuan membaca dan menulis
– Kemampuan visuospasial
– Pikiran abstrak
• Pengendalian impuls  baik/terganggu
• Daya nilai daya nilai social dan daya nilai
realita
• Tilikan/insight (Lihat derajat tilikan)
Diagnosis Multiaksial
• Aksis I: kondisi klinis (ganguan jiwa) yang
mendapat perhatian untuk diterapi (dalam blok
hirarki F0-F9, kecuali F6:ggn kepribadian dan F7
(RM)
• Aksis II: Gangguan Kepribadian (F6) dan Retardasi
mental (F7)
• Aksis III: Kondisi Medik Umum
• Aksis IV: Problem Psikososial dan Lingkungan
yang masih mencetuskan aksis I berlangsung
• Aksis V: Penilaian Fungsi secara Global
(menyeluruh) dalam fungsi psikologis, social,
relasi dan okupasi
Selamat Berlatih

Anda mungkin juga menyukai