Anda di halaman 1dari 16

Characterization of Three-

stage Rutting Development


of Asphalt Mixtures
Hao Fang, Quantao Liu, Liantong Mo, Barugahare Javilla,
Benan Shu, Shaopeng Wu
Wuhan University of Technology, China.

Zaid Dzulkarnain Zubizaretta


ITB-April 2018
Introduction
Introduction

• Tingkat regangan secara


Fase 1
cepat menurun seiring
(Primary) dengan siklus pembebanan

• Tingkat regangan hampir


Fase 2 konstan
(Secondary)

• Tingkat regangan secara


Fase 3
cepat meningkat seiring
(Tertiary) dengan siklus pembebanan
Introduction

WHEEL TRACKING TEST


+
METODE PENGUJIAN
UNIAXIAL REPEATED
LOADING TEST

PENGARUH DARI :
- SUHU
- TEKANAN
- WAKTU PEMBEBANAN
 Static Loading Test → tidak mensimulasikan
Dinamic Loading
Detail Experiment
Menggunakan campuran :

Modifier Bitumen

•Pen : 85 dmm @25°C


•SP : 52°C
•Daktilitas : 52,1 cm @5°C
•Visko : 644,5 cP @135°C

 Pengujian dilakukan pada 4 spesimen dengan kondisi yang berbeda


Detail Experiment

WHEEL TRACKING TEST


• Spesimen : 300×300×300mm (Spesifikasi JTG E20-2011)
• Target air voids @KAO : 4±0,5%
• Suhu : 60°C & 70°C
• Tekanan : 0,7 Mpa & 0,9 Mpa
 AC-13
 Salah satu maupun kedua sisi dari mold dilepas,
karena dapat mempengaruhi besarnya deformasi.
 Dilakukan 40 mm dari sisi cetakan yang dilepas
 AC-20
 Untuk pengujian moisture damage → direndam 5
jam
 Spesimen kondisi kering, didiamkan selama 5 jam.
 Tekanan → 0,7 Mpa & 0,9 Mpa
 Suhu 60°C & 70°C
Detail Experiment

Uniaxial Repeated Loading Test


• Pemadatan : Gyratory Comp., tekanan 675 Mpa, Sudut pemadatan 1,25.
• Alat pengujian : Universal Testing Machine
• Spesimen : Ø100mm, tinggi = 100mm → Setelah Coring & Pemangkasan
• Simulasi siklus pembebanan.
 AC-13
 Spesimen kondisi kering, didiamkan selama 4 jam.
 Pre-Load 10kPa → diikuti pulse beban 1Hz
 Loading period : 0,1 detik
 Rest periode : 0,9 detik
 Tekanan selanjutnya 0,2 MPa s/d 0,6 MPa → variasi suhu 30°C - 60°C
Detail Experiment
Result and Discussion Gb. 2a Hasil Uniaxial Repeated Loading Test AC-13 dengan :
 Variabel Tetap → Tekanan (0,3 MPa)
 Variabel Bebas → Suhu (meningkat, berkala 15°C)
 Meningkatkan besarnya Permanent Deformation
Jumlah cycle (ketika menyebabkan permanent
deformation sebesar 1,5 mm) :
 Suhu 30°C → 24 280 cycles
 Suhu 45°C → 3060 cycles
 Suhu 30°C → 1163 cycles

Gb. 2b Hasil Uniaxial Repeated Loading Test AC-13 dengan :


 Variabel Tetap → Suhu (60°C)
 Variabel Bebas → Tekanan (0,6 MPa; 0,3MPa; 0,2 MPa)
 Meningkatkan besarnya Permanent Deformation
Jumlah cycle (ketika menyebabkan permanent
deformation sebesar 1,5 mm) :
 Tekanan 0,6 MPa → 159 cycles
 Tekanan 0,3 MPa → 2050 cycles
 Tekanan 0,2 MPa → 3060 cycles
Result and Discussion Gb. 3 Hasil Wheel Tracking Test AC-13
 Kegagalan geser terjadi sebelum 3000
cycles
 Kedua sisi dilepas → shear failure lebih
cepat terjadi
Tingkat regangan:
 WTT-C-1 → 0,00048 mm/cycles
 WTT-C-2 → 0,0014 mm/cycles
 WTT-C-3 → 0,0018 mm/cycles
 WTT-C-4 → 0,0029 mm/cycles

Gb. 4 Hasil Wheel tracking Test AC-20


 Pengaruh Moisture damage
 Kondisi basah @cycles 1500 → 3 Stage Rutting
 Kondisi kering @cycles 1500 → 2 Stage Rutting
 Merupakan pengujian yang melihat pengaruh dari
suhu, tegangan dan moisture damage.
 Kedalaman rutting sebanding dengan besarnya
suhu, tekanan dan mositure damage.
Result and Discussion

 Suhu berpengaruh lebih signifikan terhadap rutting


 Dapat dilihat dari dynamic stability → representasi pengaruh suhu, tekanan dan mositure damage
Result and Discussion
Evaluasi hubungan :
1. New Model
2. Francken Model
3. Testing data
Result and Discussion
dimana :
Evaluasi hubungan : εp = Permanent Deformation
1. New Model N = Number of Cycles
2. Francken Model a,b,c = Fitting Coef. of New Model
3. Testing data A,B,C,D = Fitting Coef. of Fracken Model
Result and Discussion

(Fs) : Titik dimana regangan permanen menjadi


konstan
(FN) : titik dimana Strain mulai bergerak ke regangan
sekunder dan lalu ke regangan tersier.
FN/flow number digunakan sebagai indikator dari
rutting.
Result and Discussion
Conclusions

1. - Significant Factor
→ Stress, Temperature, Moisture 2. – Deformasi Sekunder dan Tersier
Damage dan Confinement. berkorelasi secara linear dengan
- Ruth depth naik secara drastis ketika Deformasi Primer
mositure damage diaplikasikan pada - Deformasi Primer ↑, Shear Flow of
tekanan dan temperatur tinggi Mixture ↑, ketika sudah masuk ke deformasi
- Sisi cetakan memberikan kotribusi Tersier → Kerusakan terjadi lebih cepat.
terhadap Confinement Stress of Mixture.

3. - New 3 Stage Model, memiliki


koefisien yang berkorelasi tinggi dengan 4. - Parameter “c” memilikir korelasi
Model Fracken. tinggi.
- Model analitik (dianggap) lebih baik - Koef. “c” dari model baru, digunakan
untuk memodelkan Rutting Development untuk peringkat kinerja dari campuran
of Asphalt Mixture

Anda mungkin juga menyukai