BALITA STUNTING
OLEH :
KELOMPOK 19/ E 2016
NABILLAH LINDA KURNIA PUTRI 16 -280
A D H I N U R S AT R I O A L I M 16-281
DEFINISI
b. Intervensi dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 0-6 bulan :
Mendorong inisiasi menyusu dini (pemberian ASI jolong atau colostrum)
Mendorong pemberian ASI Eksklusif
c. Intervensi dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 7-23 tahun :
Mendorong penerusan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh pemberian MPASI
Menyediakan obat cacing
Menyediakan sumplementasi zink
Melakukan fortifikasi zat besi kedalam makanan
Memberikan perlindungan terhadap malaria
Memberikan imunisasi lengkap
Melakukan pencegahan dan pengobatan diare
2. Intervensi gizi sensitif
Menyediakan dan memastikan akses pada air bersih
Menyediakan dan memastikan akses pada sanitasi
Melakukan fortifikasi bahan pangan
Menyediakan akses kepada layanan kesehatan dan Keluarga
Berencana (KB)
Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal)
Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua
Memberikan pendidikan anak usia dini universal
Memberikan pendidikan gizi masyarakat
Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi
pada remaja
Menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin
Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi
PATHWAY
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Nama klien, jenis kelamin dan usia. Stunting atau tubuh pendek biasanya baru nampak pada
anak usia 2 tahun. Nama orang tua, alamat, pekerjaan dan pendidikan. Pada pengkajian
pendidikan diketahui bahwa pendidikan berpengaruh pada kemampuan dalam mengatur pola
makan dan pentingnya asupan gizi bagi balita.
2. Keluhan utama
Pada umunya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertuhan (berat badan
semakin lama semakin turun), tinggi badan lebih pendek dari anak seusianya, pertumbuhan
gigi yang lebih lambat, menderita penyakit infeksi.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi pengkajia riwayat prenatal, natal, dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang
pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik,
kurang atau buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu
dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan
protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
4. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dna
pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan anggota keluarga, kultur dan kepercayaan,
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien, serta
riwayat stunting pada keluarga.
5. Pemeriksaan fisik
Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda vital.
Biasanya balita memiliki BB yang rendah serta TB yang lebih rendah dari anak seusianya.
Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang
berdenging, adakah gangguan pendengaran, pertumbuhan gigi lambat, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah. Biasanya balita mengalami gizi kurang mempunyai warna rambut yang
kecoklatan, pucat, dan anemia.
Sistem integumen
Biasanya balita mempunyai turgor kulit menurun, kulit tampak kering dan kasar, kelembaban dan
suhu kulit meningkat, tekstur rambut dan kuku juga kasar.
Sistem pernafasan
Pernafasan balita masih dalam rentang normal.
Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan balita menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikadi atau bradikardi,
disritmia, pemeriksaan CRT.
Sistem gastrointestinal
Bising usus pada balita yang mengalami gizi kurang terdengar jelas, frekuensi > 20 kali/menit, mual,
muntah, diare, konstipasi, perubahan berat badan.
Sistem perkemihan
Sistem perkemihan pada klien gizi kurang tidak mengalami gangguan.
Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan, keterlambatan pertumbuhan
tulang dan gigi, cepat lelah, lemah dan nyeri.
Sistem neurologis
Pada balita gizi kurang terjadi penurunan sensoris, penurunan kesadaran, reflek lambat, kacau mental
dan disorientasi.
DIAGNOSA KEPERAWATAN