Indonesia ( PRRI) Nama Kelompok 1. Afri Yulfa 2. Puti Windrahmatullah 3. Indriani Dinda Safitri 4. Fenni Yuniar 5. Suci Ramadhani 6. Raudatul Adabiah 7. Pria Laksamana 8. Habibullah Pengertian PRRI O Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (biasa disingkat dengan PRRI) merupakan salah satu gerakan pertentangan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat (Jakarta) yang dideklarasikan pada tanggal 15 Februari 1958 dengan keluarnya ultimatum dari Dewan Perjuangan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Husein di Padang, Sumatra Barat, Indonesia. Awal Gerakan O Gerakan ini bermula dari acara reuni Divisi Banteng di Padang pada tanggal 20- 25 November 1956. Dari pertemuan tersebut di hasilkan perlunya Otonomi Daerah agar bisa menggali potensi dan kekayaan Daerah dan disetujui pula pembetukan Dewan Banteng yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein komandan resimen IV dan tetorium I yang berkedudukan di Padang. Namun upaya ini gagal. Awal Gerakan O Pada tanggal 20 Desember 1956.Letkol Ahmad Husein merebut kekuasaan Pemerintah Daerah dari Gubernur Ruslan Muljohardjo. Dalihnya Gubernur yang ditunjuk Pemerintahtidak berhasil menjalankan pembangunan Daerah. Di samping itu di berbagai Daerah muncul pula dewan-dewan lain yakni: Awal Gerakan O Dewan Gajah di Sumatra Utara pimpinan Kolonel Maludin Simbolon O Dewan Garuda di Sumatra Selatan pimpinan Letkol R. Barlian O Dewan Manguni di Sulawesi Utara pimpinan Letkol Ventje Sumual. Awal Gerakan O Untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi, pemerintah pusat mengadakan musyawarah nasional pada September tahun 1957. Kemudian Musyawarah Nasional Pembangunan pada November 1957 yang bertujuan mempersiapkan pembangunan di daerah secara integral. Namun tetap saja gagal bahkan semakin memanas Pengunguman pendirian PRRI O Selanjutnya diadakan rapat raksasa di Padang. Letkol Ahmad Husein selaku pimpinan mengeluarkan ultimatum yang isinya agar Kabinet Djuanda menyerahkan mandatnya kepada Presiden dengan waktu 5 X 24 jam dan Presiden diminta kembali kepada kedudukan konstitusionalnya. Ultimatum ini ditolak oleh Pemerintah Pusat, bahkan Ahmad Husein dan kawan-kawannya dipecat dari Angkatan Darat. Pada tanggal 15 Februari 1958 Letkol Ahmad Husein mengumumkan berdirinya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia di Padang. Pemerintah tersebut membuat Kabinet dengan Syafruddin Prawiranegara sebagai Perdana Menterinya Sebab berdirinya PRRI
O Sebab berdirinya PRRI adalah tuntutan
otonomi luas dan kekecewaan terhadap pemerintah pusat karena telah dianggap telah melanggar undang-undang. Juga pemerintah yang cenderung sentralis, sehingga pembangunan di daerah menjadi terabaikan Operasi Militer
O Pemerintah Pusat menganggap gerakan
tersebut harus segera ditumpas dengan kekuatan senjata. Lantas Pemerintahmelakukan operasi gabu ngan yang terdiri dari Angkatan Darat, Laut, dan Udara. Operasi pun dilancarkan sebagai berikut: Operasi Militer
O 1. Operasi tegas dengan sasaran Riau
O 2. Operasi 17 Agustus pimpinan Kolonel Ahmad Yani O 3. Operasi sapta marga O 4. Operasi sadar di bawah pimpinan letkol Dr. Ibnu Sutowo O Dalam waktu singkat banyak pimpinan PRRI yang menyerahkan diri pada 29 Mei 1961 Ahmad Husein menyerahkan diri dan berakhirlah pemberontakan PRRI Kabinet PRRI
O Mr. Sjafruddin Prawiranegara sebagai Perdana
Menteri merangkap Menteri Keuangan, O Mr. Assaat Dt. Mudo sebagai Menteri Dalam Negeri, Dahlan Djambek sempat memegangnya sebelum Mr. Assaat sampai di Padang, O Kol. Maludin Simbolon sebagai Menteri Luar Negeri, O Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo sebagai Menteri Perhubungan dan Pelayaran, O Muhammad Sjafei sebagai Menteri PPK dan Kesehatan, Kabinet PRRI
O J.F. Warouw sebagai Menteri Pembangunan,
O Saladin Sarumpaet sebagai Menteri Pertanian dan Perburuhan, O Muchtar Lintang sebagai Menteri Agama, O Saleh Lahade sebagai Menteri Penerangan, O Ayah Gani Usman sebagai Menteri Sosial, O Kol. Dahlan Djambek sebagai Menteri Pos dan Telekomunikasi setelah Mr. Assaat sampai di Padang Pasca PRRI O Peristiwa ini belakangan menyebabkan timbulnya eksodus besar-besaran suku Minangkabau ke daerah lain.[4] Menurut catatan Dr. Mochtar Naim dalam bukunya, Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau(1984), sebelum terjadinya peristiwa PRRI, jumlah orang Minang di Jakarta diperkirakan kurang dari seratus ribu orang, tetapi setelah peristiwa tersebut, jumlahnya meningkat menjadi beberapa ratus ribu. Bahkan menurut perkiraan Gubernur jakarta pada tahun 1971 sudah terdapat sekitar setengah juta orang Minang di Jakarta.[5] Pasca PRRI O Selain itu juga menimbulkan efek psikologis yang besar pada sebagian besar masyarakat Minangkabau masa tersebut, yaitu melekatnya stigma pemberontak[6], padahal kawasan Minangkabau sejak zaman Belanda termasuk kawasan yang gigih menentang kolonial serta kawasan Indonesia yang setia dan banyak melahirkan pemimpin- pemimpin nasionalis yang penting selama masa pra kemerdekaan. Pasca PRRI O Selain beberapa tindakan kekerasan yang dialami oleh masyarakat juga menguncang harga diri, harkat dan martabat yang begitu terhina dan dihinggapi mentalitas orang kalah [7] serta trauma atas kekalahan PRRI. Sampai hari ini para pelaku peristiwa PRRI tetap menolak dianggap sebagai pemberontak atas tindakan yang mereka lakukan.[4]