Anda di halaman 1dari 20

2.

EKONOMI PERIKANAN TANGKAP:


KARAKTERISTIK PERIKANAN
Pudji Purwanti
Klasifikasi sektor perikanan
1. Perikanan Budidaya:
Struktur kepemilikan: private property
Proses eksploitasi: Farming system
Mobilitas sumberdaya: dikendalikan (contained)
2. Perikanan Tangkap:
Struktur kepemilikan: common property
Proses eksploitasi: hunting system
Mobilitas sumberdaya: Bergerak (Fugitive)
Karakteristik Perikanan tangkap
 Kepemilikan : common properti. Ekstraksi sumberdaya
ikan berlangsung berdasarkan doktrin res nullius
(obyek yang semestinya bisa dimiliki, namun tidak
bisa dimiliki oleh individu).
 “everybody’s property is nobody’s property” 
kaidah ini telah lama disepakati bersama.
Ikan dilaut/sungai yang tidak menjadi subyek
kepemilikan seseorang  obyek “ferae naturae”
(kondisi hewan /ikan memiliki sifat asal alamiah /wild
by nature, tidak ada yang berhak mengklaim
kepemilikannya dan kepemilikan berlaku ketika
seseorang menangkapnya). Ikan menjadi milik
seseorang ketika ditangkap.
 Dalam konteks ekonomi perikanan sumberdaya
diistilahkan sbg “capture resource” atau
sumberdaya tangkap.
 Sifat “ferae naturae” dalam perikanan
menyebabkan siapa saja yang memiliki alat
tangkap dapat menangkap ikan dan tanpa hak
pemilikan yang bisa dikukuhkan (enforceable
property right).  nelayan tidak bisa mencegah
nelayan lain untuk berpartisipasi dalam
penangkapan ikan.
 Konsekwensi: setiap nelayan memiliki insentif
untuk menangkap ikan sebanyak-banyaknya agar
tidak dihabiskan pihak lain.
 “pasar” tidak memberikan sinyal kepada
produsen/nelayan terhadap dampak negatif
(eksternalitas negatif) yang timbul akibat
penangkapan ikan berlebih.
 “Eksternalitas” adalah dampak yang
ditimbulkan oleh tindakan/keputusan satu
pihak, tanpa pertimbangan dampak yang akan
ditanggung oleh pihak lain sebagai akibat
pengambilan keputusan tersebut.
 Eksternalitas negatif akibat penangkapan ikan
1. Eksternalitas ruang berupa intersepsi ruang
(space interception)  menjauhnya daerah
penangkapan dari pantai.
Agar biaya penangkapan minimum, mk semua
nelayan akan menangkap ikan di wilayah pantai.
Hal ini akan menimbulkan crowding effect
(berdesak-desakan) disekitar pantai sehingga
terjadi kehabisan stock ikan disekitar pantai
(thinning out effect). Konsekuensi dari crowding
effect membuat nelayan pergi menjauh dari
pantai untuk intersepsi stok ikan sebelum ikan
tersebut ditangkap nelayan yang lain.biaya
tinggi
2. Eksternalitas waktu dalam bentuk intersepsi
waktu (time interception).
Adalah perilaku nelayan untuk menangkap ikan
sebanyak-banyaknya lebih awal sebelum ikan
ditangkap oleh pihak lain (sebagai akibat dari
sifat kepemilikan bersama).
Intersepsi waktu juga terjadi pada stok ikan.
Contoh: menangkap udang pada ukuran yang
kecil2 (siklus hidup awal) sebenarnya tidak
menguntungkan. Tetapi jika menunggu hingga
ukuran besar maka pihak lain akan menangkap
lebih dahulu. Sehingga nelayan melakukan
intersepsi waktu terhadap siklus hidup udang.
3. Eksternalitas dalam bentuk intersepsi mobilitas
(mobility interception) atau intersepsi alat (gear
interception)
Mobilitas alat tangkap harus bersaing dengan
mobilitas alat tangkap lain. Jika yang ditemui jenis
ikan yang bergerombol dengan pergerakan yang
lebih mudah dideteksi (mis sardin) maka alat
yang memiliki kekuatan dan kecepatan yang lebih
akan tidak efektif jika digunakan untuk
menangkap ikan yang bergerombol. Konsekuensi
dari eksternalitas ini : terbuangnya sumberdaya
ekoonomi (economic waste)
4. Eksternalitas informasi (information externality)
memiliki informasi tentang keberadaan stok ikan
sangat menguntungkan nelayan. Jika nelayan
memberikan informasi kepada pihak lain maka
lokasi tersebut akan didatangi banyak pihak lain
sehingga keuntungan nelayan akan berkurang.
Konsekuensi dari eksternalitas informasi akan
mengakibatkan nelayan menyembunyikan
informasi tersebut (cheating). Akibatnya setiap
individu berusaha untuk memperoleh yang
terbaik untuk dirinya sendiri bukan masyarakat
luas. akibat dari situasi common property
resource
5. Eksternalitas antarspesies (interspecies
externality) yaitu satu spesies bisa menjadi
bahan makanan untuk spesies lainnya
(hubungan mangsa pemangsa) dan
Eksternalitas Stock (stock externality) yaitu
masuknya armada baru akan mengurangi
ketersediaan stok sehingga meningkatkan
biaya penangkapan bagi yang lain.
Kedua eksternalitas ini dikatakan sebagai
eksternalitas yang melekat akibat karakteristik
inheren dari sumberdaya ikan (Seijo dan
Defeo, 1998).
6. Eksternalitas teknologi (technological externality)
Terjadi krn teknologi penangkapan suatu alat mengubah
struktur dinamika populasi spesies target dan by catch, lalu
menimbulkan dampak negatif bagi alat lain. Dibagi 2 yaitu:
Eksternalitas sekuensi: terjadi ketika nelayan skala kecil dan
skala besar mengeksploitasi stok ikan pada siklus hidup
yang berbeda. Nelayan skala kecil menangkap pada ikan
umur juvenil, akan menimbulkan dampak eksternalitas
pada nelayan skala besar/ industri yang menangkap siklus
dewasa.
Eksternalitas accidental: terjadi ketika secara teknologi ada
ketergantungan antara 2 alat tangkap dlm menangkap ikan.
Mis; perikanan udang. By catch ikan demensal yang
dihasilkan dari menangkap udang tidak dihitung dalam
perikanan udang.  timbul eksternalitas negatif pada
perikanan demensal
7. Eksternalitas tekno ekologis (Techno-
ecological externality).
Terjadi ketika alat tangkap dengan teknologi
yang nondiskrimatif merusak habitab yang
menjadi fishing ground bagi target spesies
perikanan lainnya (misalnya perikanan trawl).
Eksternalitas ini akan merubah kualitas habitat
yang menjadi fishing ground bagi perikanan
demensal lainnya.
8. Biological feedback (Umpan balik biologi):
Dalam produksi perikanan tangkap: ikan
merupakan faktor input dan juga faktor
output.
Sumberdaya ikan sangat reaktif terhadap
eksploitasi dan kondisi alam yang
menyediakan ikan. Ini akan menentukan
berapa ikan yang bisa diekstrasi.
Ketersediaan stock ikan (input) akan
menentukan berapa ikan yang bisa ditangkap
(output)
STRUKTUR KOMPONEN PERIKANAN
Terdiri dari 3 komponen utama dan pendukung:
1. Basis sumberdaya (resource base): ikan dan non
ikan (crustacea/udang2an, kerang2an dsb)
2. Industri Perikanan primer: subsisten, tradisional,
rekreasional, dan industri komersial.
3. Industri pengolahan dan perdagangan
4. Industri pendukung: galangan
kapal/dermaga,pelabuhan dan peralatan
perikanan
TUJUAN PEMBANGUNAN PERIKANAN
• Sumberdaya perikanan adlh asset alam yang diekstraksi
guna memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
manusia.
• Aspek manfaat: memiliki dimensi ekonomi, ekologi dan
sosial.  kompleks
• UU 31/2004 jo UU no 45 /2009: Pengelolaan perikanan
ditujuan untuk tercapainya manfaat yang optimal dan
berkelanjutan serta terjaminnya kelestarian
sumberdaya ikan  tidak mudah mencapai
pengelolaan maksimal.
• Secara analisis empiris: tujuan pembangunan
perikanan  kategori ekonomi; sosial dan tekno-
ekologi.
• Tabel: Dari banyak tujuan pembangunan
perikanan, tidak satupun memiliki tanda chek
pada semua aspek.
• Menunjukkan adanya trade off pengelolaan
perikanan  sulit mencapai kondisi ideal.
Trade off ini menjadi kunci dalam pengelolaan
perikanan
• Jika digambarkan seluruh tujuan dalam
diagram Venn  ada irisan antara satu tujuan
dengan tujuan lainnya dlm dimensi ekonomi,
ekologi dan sosial.
• Dari diagram Venn: Pembangunan perikanan
bersifat multidimensi dan interaksi berbagai
komponen didalamnya.
• Mengkaji ekonomi perikanan tidak bisa
didekati dengan pendekatan ekonomi
konvensional saja, tetapi memerlukan
pemahaman aspek sumberdaya biologi dan
aspek masyarakat (pelaku) yang terlibat.

Anda mungkin juga menyukai