Anda di halaman 1dari 20

Berpikir Kritis dan Bersikap

Demokratis
Kelompok 1

1. Aina khazimah
2. Assyifa pangestuti
3. Adysti fitriani
4. Ananda puteri
5. Citra dwi
6. Aqdas khairul
Pengertian
berpikir kritis adalah “berpikir secara beralasan dan reflektif
dengan menekankan penentuan keputusan tentang apa yang
harus dipercayai atau dilakukan”. suatu perilaku dan sikap yang
berdasarkan dengan data serta fakta yang valid dan diikuti
dengan argumen yang akurat.

sikap dan tindakan yang mencerminkan berpikir kritis terhadap


ayat-ayat Allah Swt (informasi Ilahi) adalah berusaha
memahaminya dari berbagai sumber, menganalisis, dan
merenungi kandungannya, kemudian menindaklanjuti dengan
sikap dan tindakan positif.
Makna Berpikir Kritis
Warga negara yang demokrat hendaknya selalu bersikap kritis, baik terhadap
kenyataan empiris (realitas sosial,budaya, dan politik) maupun terhadap
kenyataan supraempiris (agama, mitologi, dan kepercayaan). Sikap kritis juga
harus ditanamkan dalam diri sendiri dengan cara kritis terhadap menanggapi
orang yang berbeda pendapat, serta bertanggung jawab terhadap sesuatu hal
yang sedang kita kritisi.

Sikap kritis dalam suasana demokrasi juga perlu didukung dengan kemampuan
untuk menyelesaikan masalah secara damai. Masalah yang berasal dari
perbedaan pendapat dapat berujung konflik, untuk itu perlu ditekankan
penyelesaian masalah dilakukan dengan damai bukan kekerasan.
Ayat Al-Quran

Artinya: “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-
orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan
kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah
kami dari azab neraka”.
Ayat ini menjelaskan sesungguhnya di dalam tatanan bumi dan langit,
beserta keindahan atas perkiraan dan keajaiban ciptaan yang Maha Kuasa,
juga dalam silih berganti nya antara siang dan malam dengan secara
teratur yang terjadi sepanjang tahun yang dapat dirasakan pengaruh nya
langsung ke tubuh, dan bagaimana cara berfikir kita karena pengaruh dari
dinginnya malam hari, panas matahari serta bagaimana pengaruhnya
terhadap dunia hewan dan tumbuhan adalah sebuah tanda bukti yang
memperlihatkan ke Esaan sang Maha Kuasa Allah Swt terhadap
kesempurnaan pengetahuan-Nya dan kekuasaan-Nya.
“Berpikir Sebelum Bertindak”

• Dalam Islam, masa depan yang bukan sekedar masa depan di dunia, tetapi lebih jauh dari
itu, yaitu akhirat. Maksudnya, jika kita tahu bahwa kebaikan dan keburukan akan
menentukan nasib kita di akhirat, maka dalam setiap perbuatan kita, harus ada
pertimbangan akal sehat. Jangan dilakukan perbuatan yang akan menempatkan kita di
posisi yang rendah di akhirat.

• Jadi, berpikir kritis dalam pandangan Rasulullah adalah mengumpulkan bekal amal salih
sebanyak-banyaknya untuk kehidupan pasca kematian karena “dunia tempat menanam
dan akhirat memetik hasil (panen)”. Oleh karena itu, jika kita ingin memetik hasil di akhirat,
jangan lupa bercocok tanam di dunia ini dengan benih-benih yang unggul, yaitu amal salih.
Manfaat dan Hikmah Berpikir Kritis

• Dapat menangkap makna dan hikmah di balik semua ciptaan Allah Swt.
• Dapat mengoptimalkan pemanfaatan alam untuk kepentingan umat manusia.
• Dapat mengambil inspirasi dari semua ciptaan Allah Swt. dalam mengembangkan IPTEK
• Menemukan jawaban dari misteri penciptaan alam (melalui penelitian)
• Mengantisipasi terjadinya bahaya dengan memahami gejala dan fenomena alam.
• Semakin bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah akal dan fasilitas lain, baik yang berada di
dalam tubuh kita maupun yang ada di alam semesta
• Semakin bertambah keyakinan tentang adanya hari pembalasan.
• Semakin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner.
• Semakin bersemangat dalam mengumpulkan bekal amal untuk kehidupan di akhirat, dengan
meningkatkan amal salih dan meninggalkan kemaksiatan.
Demokratis
Demokrasi memiliki dua makna yakni:

a. Etimologis (tinjauan)
yang berasal dari bahasa Yunani dan terdiri atas kata :
1. Demos yang berarti rakyat
2. Kratos/Cratein yang berarti kekuasaan atau kedaulatan
Sehingga secara etimologis demokrasi adalah rakyat yang memiliki kekuasaan atau
kedaulatan tertinggi dalam artian "dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat".
B. Terminologis (istilah)
Demokrasi adalah bentuk dari mekanisme sistem pemerintahan pada
negara yang menjadi upaya perwujudan kedaulatan rakyat atau
kekuasaan warga pada negara atas negara nya sendiri untuk kemudian
dijalankan dan dilaksanakan oleh pemerintahan negaranya.

Oleh karena itu, suatu negara yang menganut sistem demokrasi ini adalah
negara yang didirikan dan di selenggarakan atas dasar kebutuhan dan
kehendak serta keinginan rakyat negara tersebut.
• Orang islam hanya mengenal yang namanya Al-hurriyah atau
kebebasan yang menjadi pilar utama dari demokrasi yang ada dan di
wariskan sejak zaman nabi Muhammad Saw yang termasuk ada di
dalamnya yakni:

1. Kebebasan dalam memilih seorang pemimpin


2. Syura atau mengelola negara dengan secara bersama-sama
3. Kebebasan dalam memberikan kritik terhadap penguasa
4. Bebas berpendapat
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah swt-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkan
ampunan bagi mereka, dan bermusyawarah lah dengan mereka dalam urusan itu,
dan apabila kamu telah membulatkan tekad maka berdakwahlah kepada Allah swt,
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.

menjelaskan tentang tata cara dalam melakukan musyawarah. Ayat Qur'an Surah Ali
'Imran ini diturunkan yakni sebagai sebuah teguran pada sikap sahabat-sahabat
Rasulullah Saw yang sudah sepakat atas keputusan musyawarah dengan
menerapkan perang Uhud. Akan tetapi mereka melanggar kesepakatan tersebut
sehingga dari keputusan musyawarah dalam perang Uhud tersebut, para kaum
muslimin menjadi susah untuk mengalahkan musuh-musuh.
Asbabun Nuzul

• Sebab-sebab turunnya ayat 159 surat Ali-Imran ini kepada Nabi Muhammad saw.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abas r.a., bahwa setelah terjadi perang
Badar Rasulullah mengadakan musyawarah dengan Abu Bakar r.a. dan Umar bin
Khatab r.a. untuk meminta pendapat mereka tentang para tawanan perang Badar.
Abu Bakar r.a. berpendapat, mereka sebaiknya dikembalikan kepada keluarga
mereka dan keluarga mereka harus membayar tebusan. Namun Umar bin Khatab
r.a. berpendapat, mereka sebaiknya dibunuh dan yang diperintah membunuh
adalah keluarga mereka. Rasulullah saw kesulitan dalam memutuskan, kemudian
turun ayat 159 surat Ali-Imran ini sebagai dukungan atas pendapat Abu Bakar r.a.
Dalam ayat 159 menjelaskan bahwa Rasulullah saw senantiasa
bermusyawarah dengan para sahabatnya tentang hal-hal yang
penting, terutama dalam masalah peperangan.
Oleh karena itu, kaum muslimin patuh terhadap keputusan yang
diperoleh tersebut, karena merupakan keputusan mereka bersama
Rasulullah saw. Mereka tetap berjuang dengan tekad yang bulat di
jalan Allah Swt.
Keluhuran budi Rasulullah saw inilah yang menarik simpati orang lain,
tidak hanya kawan bahkan lawan pun menjadi tertarik sehingga mau
masuk Islam.
Hadis Rasulullah yang mengisyaratkan pentingnya demokrasi, karena beliau dikenal sebagai pemimpin
yang paling demokratis. Diantaranya adalah hadis yang menegaskan bahwa beliau adalah orang yang
paling suka bermusyawarah dalam banyak hal, seperti hadits di bawah ini;

Artinya:
“Dari Abu Hurairah, ia berkata, Aku tak pernah melihat seseorang yang lebih sering
bermusyawarah dengan para sahabat dari pada Rasulullah saw.” . [HR. at-Tirmizi]
• Hadis di atas menjelaskan bahwa menurut pandangan para
sahabat, Rasulullah saw adalah orang yang paling suka
bermusyawarah. Dalam banyak urusan yang penting beliau
senantiasa melibatkan para sahabat untuk dimintai
pendapatnya, seperti dalam urusan strategi perang.

• Kedudukannya yang begitu mulia di sisi Allah Swt. itu sama


sekali tidak membuatnya merasa “paling benar” dalam urusan
kemanusiaan, padahal bisa saja Rasulullah memaksakan
pendapat beliau kepada para sahabat, dan sahabat tentu akan
mengikutinya. Tetapi itulah Rasulullah, manusia agung yang
tawadhu’ dan bijaksana.
Tips Bermusyawarah yang Baik
dan Demokratis
1. Luruskan niat!
2. Sampaikan pendapat dengan santun!
3. Hargai pendapat orang lain!
4. Hormati keputusan bersama (kesepakatan)!
5. Jalankan kesepakatan dengan tawakal!
6. Berharaplah agar keputusan tersebut membawa berkah dan
maslahat bagi umat!
Manfaat Bersikap Demokratis

a. Permasalahan yang sulit menjadi mudah setelah dipecahkan oleh


orang banyak lebih-lebih kalau yang membahas adalah seorang ahli.
b. Akan terjadi kesepahaman dalam bertindak.
c. Menghindari prasangka yang negatif, terutama masalah yang ada
hubungannya dengan orang banyak.
d. Melatih diri menerima saran dan kritik dari orang lain.
e. Berlatih menghargai pendapat orang lain.
KESIMPULAN
• Jadi, berpikir kritis adalah memikirkan dan melakukan tadabbur semua ciptaan Allah Swt.
sehingga kita sadar betapa Allah Swt. adalah Tuhan Pencipta Yang Maha Agung, Maha
Pengasih lagi Penyayang, dan mengantarkan kita menjadi hamba-hamba yang bersyukur.
Hamba yang bersyukur yang selalu beribadah dengan ikhlas semata-mata hanya untuk
mengejar masa depan yang abadi yakni akhirat.

• Memikirkan terciptanya siang dan malam serta silih bergantinya secara teratur,
menghasilkan perhitungan waktu bagi kehidupan manusia. Semua itu menjadi
tanda kebesaran Allah Swt. bagi orang-orang yang berakal sehat. Dengan
demikian, mereka akan berpikir bahwa tidak ada satu pun ciptaan Tuhan yang
sia-sia, karena semua ciptaan-Nya adalah inspirasi bagi orang berakal.
Musyawarah termasuk salah satu sifat orang yang beriman.
Hal ini perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seorang
muslim terutama dalam hal- hal yang penting, karena
Rasulullah saw pun sangat mengedepankan penyelesaian
masalah secara bermusyawarah.

Sifat yang harus diterapkan ketika bermusyawarah yaitu;


- bersikap lemah lembut dalam bermusyawarah, baik ketika menyampaikan pendapat maupun
menanggapi pendapat orang lain.
- berlapang dada untuk memaafkan semua pihak yang mungkin berlaku tidak wajar sehingga
menyinggung perasaan baik saat maupun setelah bermusyawarah.
- konsisten terhadap keputusan hasil musyawarah, terutama jika menyangkut kepentingan
bersama.

Anda mungkin juga menyukai