Anda di halaman 1dari 4

Nama : Assyifa Pangestuti

NPM : 2006470230

Tugas Esai untuk Sesi 2

Kriminologi Kritis oleh Pat Carlen (Critical criminology? In praise of an oxymoro and
its enemies) dan Jock Young (Critical criminology in the twenty-first century: critique,
irony, and the always unfinished)
Di Inggris, telah terjadi peningkatan “lingkungan kriminologis” yang diatur di sekitar
asumsi anti-kritis, intelektual, bahkan anti-sosial sehingga diperlukan pendefinisian terkait
kriminologi kritis. Menurut Carlen, ada dua karakteristik yang dapat menjelaskan kriminologi
kritis. Pertama, hubungan keterkaitan antara keadilan sosial dan pidana. Kedua, kriminologi
kritis secara konsisten menolak untuk menerima fenomena yang berkaitan dengan kejahatan,
di mana telah diketahui sepanjang waktu dan di berbagai tempat. Carlen hanya berfokus pada
epistemologi atau ideologi yang dominan dan seluruh praktik disiplin yang berkaitan dengan
sumber pengetahuan kriminologis (pengadilan, lembaga akademi, atau penjara).
Carlen berpendapat bahwa terlepas dari profesi yang berbasis ilmu pengetahuan
tersebut kritis atau tidak, kenyataannya tetap menghasilkan kondisi ideologis yang
kontradiksi dengan proyek kritis (critical project). Proyek kritis ini harus dipertahankan guna
menjaga tendeksi melekat ataupun tendensi yang kontradiktif. Salah satu contoh tendensi
yang kontradiktif dengan kriminologi kritis ini, diantaranya, yaitu theoriticsm, politicism,
populism, value free dan value added, pseudo-scientism, trimming dan clubbing. Fokus utama
dari kriminologi kritis ini adalah strategi. Oleh karena itu, aturannya harus dapat mengikat
para praktisi yang nantinya dapat membentuk praktik mereka sesuai dengan kemampuan,
kebutuhan, dan kekuatan politiknya sendiri di waktu tertentu. Menurut Carlen, yang
terpenting adalah ketika terjadi ‘pergumulan’ kritis terkait teori kritis individu jangan
menutup perdebatan serta menolak berkolusi dalam kriminologi mana pun yang menghalangi
hubungan antara keadilan sosial dan pidana. Dengan mengesampingkan adanya perselisihan
kepentingan, perspektif baru secara keseluruhan kini telah mapan dan terlembaga.
Kriminologi kritis telah menjadi bahan pokok buku teks dan menjadi dasar dalam
menjalankan konferensi, jurnal, atau penelitian. Kriminologi kritis merupakan kriminologi
modernitas akhir yang dimulai dari fokus terhadap lembaga kesejahteraan narapidana dan
menempatkan lembaga serta praktik sektor swasta pada pencegahan kejahatan.
Menurut Young, teori kriminologi kritis sangat diperlukan karena itu merupakan teori
balasan dari neoliberalism dan konservatisme. Kriminologi kritis merupakan perluasan dari
sistem peradilan hukum tindak pidana yang menghasilkan berbagai evaluasi pembelajaran
terhadap ilmu tindak kejahatan. Penyebab utama kejahatan terletak pada perampasan yang
sangat sering terjadi di mana kombinasi dari ketidakmampuan secara finansial atau ekonomi
menyebabkan ketidakpuasan dan menjadi warga negara yang terpinggirkan. Hal ini juga yang
menyebabkan cara pandang kejahatan serta penyimpangan berbeda pada setiap kelas lapisan
masyarakat. Istilah ‘kejahatan sebagai produk masyarakat’ menjadi berbeda di mana
dianggap sebagai hasil etiologi atau asal-usul yang berbeda pula dari daerah dengan
kehidupan masyarakat yang cenderung tidak harmonis. Dalam mengatasi tindak kejahatan
dan kemungkinan pidana, maka perlu melibatkan politik redistribusi dan pengenalan politik
afirmasi. Pada bagian ini, dijelaskan bahwa postmodernisme bukanlah akhir dari
modernisme, melainkan modernisme tanpa ilusi.
Kriminologi Kritis oleh Michael A. Long (Critical Criminology)
Kriminologi kritis telah muncul pada tahun 1970-an meskipun sempat dibahas pada
beberapa tahun sebelumnya. Menurut Michael A. Long, kriminologi kritis merupakan sebuah
proses penelitian terkait dengan kejahatan, hukum, dan pelanggaran yang berlawanan dengan
kriminologi tradisional. Ia meyakini bahwa ketidaksetaraan dapat memengaruhi kejahatan
karena dapat mengakibatkan ketimpangan pada kelas, ras, dan gender. William Bonger
menyatakan bahwa orang-orang di kelas bawah mendapat diskriminasi dan hukuman lebih
banyak dibandingkan mereka yang berada di ekonomi kelas atas. Sementara beberapa tokoh
lainnya juga memperkenalkan karya dan pemikiran masing-masing terkait dengan
kriminologi kritis. Karya-karya tersebut tentu dapat membentuk aliran pemikiran baru yang
disebut sebagai kriminologi radikal yang berfokus pada hubungan kelas dan kekuasaan.
Berbeda dengan kriminologi kritis, kriminologi kontemporer justru memiliki arah yang
berbeda dengan lebih berfokus pada faktor material-ekonomi.
Dalam waktu yang lama, kriminologi berkembang tanpa memperhatikan pengalaman
perempuan dan kemudian muncul kriminologi feminis sebagai respon dari penelantaran isu
perempuan oleh akademisi pada masa itu. Kriminologi feminis berfokus pada mengangkat
suara perempuan dengan pandangan liberal dalam studi kejahatan dan keadilan dengan
meneliti beberapa topik yang tidak diperhatikan oleh kriminologi tradisional, seperti dampak
dari pornografi, kekerasan dalam hubungan, dan kejahatan lainnya yang menempatkan
perempuan sebagai korban. Inti dari kriminologi kritisi di sini, yaitu berfokus pada
ketimpangan kekuasaan serta korban yang terpinggirkan (dalam konteks ini berarti
dirugikan), dan memperluas definisi kejahatan mengenai kerugian yang tidak dianggap ilegal
oleh hukum pidana.
Persamaan dan Perbedaan Kriminologi Kritis oleh Carlen & Young dengan
Kriminologi Kritis oleh Long
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, terdapat beberapa persamaan definisi, pemikiran
atau konsep yang dikemukakan oleh Carlen dan Young dengan yang dikemukakan oleh
Long, diantaranya sebagai berikut:
● Kriminologi kritis merupakan perspektif yang memandang bahwa sumber utama
kejahatan dan kontrol sosial sebagai hubungan kelas, ras/etnis, dan gender yang tidak
setara dalam mengendalikan masyarakat.
● Dalam berpikir kritis tentang kejahatan, diperlukan berbagai cara serta pemikiran
yang terus berkembang, namun beberapa pemikiran atau ilmu pengetahuan
sebelumnya pun tidak boleh dilupakan.
● Kriminologi kritis menurut Carlen dan Young serta menurut Long dianggap sebagai
suatu keberlanjutan dari modernitas.
● Peran atau fungsi yang dijalankan oleh peradilan pidana, seperti penghukuman
melalui penjara bukan lagi menjadi sesuatu yang efektif atau tepat untuk diberikan
sebagai akibat dari tindak kejahatan.
Selain persamaan pemikiran, terdapat perbedaan definisi, pemikiran, atau konsep
yang dikemukakan oleh Carlen dan Young dengan yang dikemukakan oleh Michael A. Long.
yaitu:
● Carlen dan Young berfokus pada kontradiksi dari kriminologi kritis, sedangkan Long
membahas terkait keberagaman serta perbedaan antara kriminologi kritis dan
kriminologi tradisional.
● Pemikiran Carlen dan Young membahas realitas yang terjadi dari kriminologi kritis,
sementara Long berfokus pada berbagai sudut pandang atau perspektif dari
kriminologi kritis.
● Kriminologi kritis yang disampaikan oleh Carlen dan Young lebih berfokus kepada
ketidaksetaraan dengan sudut pandang politik, sementara menurut Long kriminologi
kritis merupakan sebuah ilmu pengetahuan.
Daftar Pustaka:
Carlen, Pet. Chapter 10 “Critical criminology? in praise of an oxymoron and its enemies”
dalam Carrington, K. & Hogg, R. (2002). Critical Criminology: issues, debates,
challenges. Willian Publishing: Devon
Long, M. A. (2015). Critical Criminology. The Encyclopedia of Crime and Punishment, 1-7.
Young, Jock. Chapter 11 “Critical criminology in the twenty-first century: critique, irony,
and
the always unfinished” dalam Carrington, K. & Hogg, R. (2002). Critical
Criminology: Issues, Debates, Challenges. Willian Publishing: Devon.

Anda mungkin juga menyukai