DEMOKRASI

LIBERAL (1950-
1959)
POLITIK
DEMOKRASI
LIBERAL
CIRI-CIRI DEMOKRASI LIBERAL
DI INDONESIA
 Bentuk negara Kesatuan
 Sistem pemerintahannya adalah quasi
parlementer (semi Parlementer)
 Menggunakan Undang-Undang Dasar
Sementara 1950
 Sistem Multipartai
Sisi Positif Sistem
Multipartai
 Menghidupkan suasana demokratis di
Indonesia.
 Mencegah kekuasaan presiden yang
terlalu besar.
 Menempatkan kalangan sipil sebagai
pelaksana kedaulatan rakyat dan
pemerintahan.
Sisi Negatif Sistem
Multipartai
 Sejumlah partai cenderung
menyuarakan kepentingan kelompok
sendiri.
 Ada kecenderungan persaingan tidak
sehat.
 Kabinet Natsir
(6 September 1950-21 Maret 1951)

Tokoh- Kelebihan Kelemahan Sebab

Partai Kegagalan
Natsir- • Sumitro Plan • Gagal dalam • Mosi tidak
Masyumi yang Perundingan percaya dari
mengubah dengan Belanda PNI
perekonomian tentang Irian (menentang
kolonial ke Barat peraturan
perekonomian • Pembentukan pada DPRD)
nasional DPRD dianggap
• Indonesia terlalu
masuk PBB menguntungkan
Masyumi
• Korupsi bantuan
kredit untuk
pengusaha
nasional
 Kabinet Sukiman
(26 April 1951-23 Februari 1952)

Tokoh- Kelebiha Kelemahan Sebab

Partai n Kegagalan
Sukiman- • Tidak • Politik luar • Menlu
Masyumi Ada negerinya Subandrio
dianggap dan Dubes AS
melanggar Merle Cohran
prinsip bebas yang
aktif menerima
Bantuan
Amerika
Serikat atas
dasar Mutual
Security Act
 Kabinet Wilopo
(30 Maret 1952-2 Juni 1953)

Tokoh- Kelebih Kelemahan Sebab

Partai an Kegagalan
Mr. Wilopo- • Tidak • “Kasus Jengkol” • Tuntutan
PNI Ada (Peristiwa Tanjung perwira AD untuk
Morawa) membubarkan
• Peristiwa 17 kabinet
Oktober 1952 •Mosi tidak
(dilatarbelakangi percaya
oleh campur
tangan politik
dalam AD.
•Munculnya
sparatisme dan
provinsialisme
 Kabinet Ali Sastroamidjojo I
(31 Juli 1953-Juli 1955)

Tokoh- Kelebihan Kelemahan Sebab

Partai Kegagalan
Mr. Ali • Berhasil • Masalah Darul •Masalah TNI
Sastroami melaksanak Islam di Jawa Barat, AD kelanjutan
djojo-PNI an KAA Sulawesi Selatan, dari Peristiwa
• Aceh. 17 Oktober
Merencanak • Masalah Irian • Krisis
an PEMILU Barat tak kunjung ekonomi
usai. memuncak.
• Perekonomian Ali- • Perseteruan
Baba (kerjasama PNI-NU (yang
penduduk pribumi- tadinya
Cina) gagal berkoalisi)
• Gagal • NU menarik
melaksanakan dukungannya
Pemilu terhadap
 Kabinet Burhanuddin Harahap
(12 Agustus 1955-3 Maret 1956)

Tokoh- Kelebihan Kelemah Sebab

Partai an Kegagalan
Burhanud • Berhasil • Tidak • Pemilu I
din melaksanakan Ada tidak
Harahap- Pemilu menghasilka
Masyumi • Pemutusan n dukungan
hubungan Uni yang cukup
Indonesia- terhadap
Belanda kabinet.
• Gerakan Assat
(perlindungan
pengusaha
pribumi)
Pemilihan Umum 1955

 Pemilu pertama dilangsungkan pada

tahun 1955 dan bertujuan untuk
memilih anggota-anggota DPR dan
Konstituante.
 Pemilu ini dipersiapkan di bawah
pemerintahan Perdana Menteri Ali
Sastroamidjojo.
 Dianggap sebagai Pemilu paling
demokratis.
Pemilihan Umum 1955

 Sesuai tujuannya, Pemilu 1955 ini dibagi

menjadi dua tahap, yaitu:
1. Tahap pertama adalah Pemilu untuk memilih
anggota DPR. Tahap ini diselenggarakan
pada tanggal 29 September 1955, dan
diikuti oleh 29 partai politik dan individu,
2. Tahap kedua adalah Pemilu untuk memilih
anggota Konstituante. Tahap ini
diselenggarakan pada tanggal 15 Desember
1955.
Pemilihan Umum 1955

 Lima besar dalam Pemilu ini

adalah Partai Nasional Indonesia,
Masyumi, Nahdlatul Ulama,
Partai Komunis Indonesia, dan
Partai Syarikat Islam Indonesia.
 Kabinet Ali Sastroamidjojo 2
(24 Maret 1956-14 Maret 1957)

Tokoh- Kelebiha Kelemahan Sebab

Partai n Kegagalan
Mr. Ali Tidak ada • Pergolakan daerah • Mundurnya
Sastroam (pembentukan Dewan sejumlah
idjojo-PNI Militer) menteri
• Mendapat oposisi dari Masyumi.
PSI-PKI karena tidak
dilibatkan dalam
kabinet.
• Ketidakpuasan
daerah di luar pulau
Jawa atas pembagian
keuangan pusat dan
daerah.
• Timbul perpecahan
antara PNI dan
 Kabinet Juanda
(9 April 1957-5 Juli 1959)

Tokoh- Kelebihan Kelemah Sebab

Partai an Kegagalan
Ir. • Tidak • Tidak • Dekrit
Juanda didasarkan pada Ada Presiden
kekuatan politik 1959.
(Zaken Kabinet)
•Berhasil
menetapkan
batas Laut
teritorial
Indonesia sejauh
12 mil
MASA INI DISEBUT MASA
LIBERAL

MENGGUNAKAN PRINSIP-
PRINSIP LIBERAL.

TETAPI , PENGUSAHA PRIBUMI

MASIH LEMAH DAN BELUM BISA
BERSAING DENGAN
PENGUSAHA NONPRIBUMI
MASALAH EKONOMI, ANTARA LAIN:

1. GUNTING SJAFRUDDIN, YAITU

PEMOTONGAN NILAI UANG (SANERING) PADA 20
MARET 1950

- TERJADI PADA MASA SJAFRUDDIN

PRAWIRANEGARA MENJADI MENTERI KEUANGAN
PADA KABINET HATTA II

- BERTUJUAN UNTUK MENGURANGI JUMLAH

UANG YANG BEREDAR AGAR TINGKAT HARGA
TURUN

1. GUNTING SJAFRUDDIN
NATSIR), YAITU UPAYA MENUMBUHKAN
WIRASWASTAWAN PRIBUMI DAN MENDORONG
IMPORTIR NASIONAL AGAR BISA BERSAING
DENGAN PERUSAHAAN IMPOR ASING

PEMBERIAN KREDIT DIBERIKAN PADA

PERUSAHAAN PERUSAHAAN PRIBUMI AGAR
MEREKA BISA BERPARTISIPASI DALAM
PERKEMBANGAN EKONOMI NASIONAL. TAPI,
USAHA INI GAGAL. PENGUSAHA PRIBUMI
MEMILIKI SIFAT YANG CENDERUNG KONSUMTIF
DAN TAK BISA BERSAING DENGAN PENGUSAHA
NONPRIBUMI

2. PROGRAM BENTENG
3. NASIONALISASI DE
JAVASCHE BANK MENJADI BANK
INDONESIA PADA 15 DESEMBER 1951,
LEWAT UU NO 24 TAHUN 1951 DENGAN
FUNGSI SEBAGAI BANK SENTRAL DAN
BANK SIRKULASI.

3. NASIONALISASI DE JAVASCHE BANK

(KABINET ALI SASTROAMIJOYO
I) LANGKAH YANG DILAKUKAN ADALAH
- MENGGALANG KERJA SAMA ANTARA
PENGUSAHA CINA DAN PENGUSAHA PRIBUMI.
- PENGUSAHA NONPRIBUMI WAJIB MEMBERIKAN
LATIHAN-LATIHAN KEPADA PENGUSAHA
PRIBUMI.
- PEMERINTAH MENYEDIAKAN KREDIT DAN
LISENSI BAGI USAHA-USAHA SWASTA
NASIONAL.

PROGRAM INI PUN TIDAK BERJALAN DENGAN BAIK.

PENGUSAHA PRIBUMI KURANG BERPENGALAMAN
SEHINGGA HANYA DIJADIKAN ALAT UNTUK
MENDAPATKAN BANTUAN KREDIT DARI PEMERINTAH

4. SISTEM EKONOMI ALI-BABA

5. PEMBATALAN SEPIHAK ATAS
HASIL-HASIL KONFERENSI MEJA
BUNDAR (KMB), TERMASUK
PEMBUBARAN UNI INDONESIA-BELANDA.
AKIBATNYA, BANYAK PENGUSAHA BELANDA
YANG MENJUAL PERUSAHAANNYA,
SEDANGKAN PENGUSAHA-PENGUSAHA
PRIBUMI BELUM BISA MENGAMBIL ALIH
PERUSAHAAN-PERUSAHAAN TERSEBUT

5. PEMBATALAN SEPIHAK HASIL KMB

 Upaya Konstituante
Menyusun UUD
 Mulai bersidang tanggal 10 November
1956.
 Diwarnai dengan:
1. Perdebatan berlarut-larut
2. Tawaran presiden
3. Tindakan inkonstitusional
Latar Belakang Dekrit Presiden
5 Juli 1959
 Anjuran kembali ke UUD 45 tidak
memperoleh keputusan dari
Konstituante.
 Konstituante tidak mungkin lagi
menyelesaikan tugasnya.
 Kemelut dalam Konstituante
membahayakan persatuan, mengancam
keselamatan negara, merintangi
pembangunan nasional.
Keputusan Dekrit Presiden
5 Juli 1959
 Konstituante dibubarkan
 UUD 1945 berlaku kembali sebagai UUD
Republik Indonesia.
 Membentuk MPRS dan DPAS dalam
waktu singkat.