Anda di halaman 1dari 8

Cara Menentukan Harga Jual

Cara Menentukan Harga Jual Produk Yang Tepat – Tidak sedikit pelaku bisnis yang masih
bingung dalam menentukan harga jual produknya yang paling pas dan tepat, harga jual sangat
berkaitan dengan tingkat penjualan dan tingkat keuntungan, inilah yang menjadi dilemma para
pelaku bisnis. Jika nanti menetapkan harga terlalu mahal, takutnya pelanggan akan iba dalam
membeli produk. Sedangkan jika produk terlalu murah, di takutkan akan menghasilkan laba
dengan tingkat yang rendah. Maka dari itu, kiranya penting untuk melakukan suatu perhitungan
ketika akan menetapkan harga jual produk.

Harga jual produk juga menjadi suatu hal yang sangat sensitif untuk keberlanjutan usaha dan bisnis
anda, ada banyak hal yang akan terpengaruh dengan harga jual produk yang anda tentukan. Jadi
jika anda asal dalam menentukan harga, maka akan meningkatkan resiko kerugian yang dapat anda
alami. Setidaknya ada beberapa hal yang harus anda perhatikan sebelum menentukan harga jual
suatu produk, baik produk barang maupun jasa. Hal-hal yang harus anda perhatikan di antaranya
adalah faktor pelanggan, pesaing, biaya, dan juga kemanfaatan untuk usaha anda sendiri.

Faktor Penting Dalam Menentukan Harga Jual


1. Pelanggan, tidak bisa di pungkiri bahwa pelanggan merupakan prioritas anda, jadi pastikan
bahwa harga jual yang anda tetapkan akan dapat di terima oleh pelanggan. Artinya harga
menentukan kualitas, yang berarti bahwa harga menentukan kualitas yang anda tawarkan kepada
target pelanggan anda. Jika anda tidak mempertimbangkan faktor ini, bisa jadi produk yang di
tawarkan tidak akan laku.

2. Pesaing, perlu juga untuk melihat harga jual yang di tawarkan oleh pesaing yang memiliki
produk yang sama, pastikan bahwa harga jual produk anda dapat bersaing dengan harga jual
produk pesaing. Artinya anda harus memperhatikan tingkat keuntungan, jika tingkat keuntungan
yang telah di tetapkan menyebabkan harga terlalu mahal, ada baiknya anda menurunkan tingkat
keuntungan.

3. Biaya, faktor ini merupakan faktor utama dalam menentukan harga jual produk, jangan sampai
harga jual yang di tetapkan tidak dapat menutup biaya-biaya yang telah terjadi. Ini artinya anda
harus benar-benar jeli dan teliti dalam menghitung biaya yang terjadi, pastikan bahwa tidak ada
biaya yang tidak anda masukkan dalam perhitungan. Jika saja ada biaya yang tidak anda hitung,
akan menyebabkan harga yang tidak tepat, sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat
keuntungan, atau lebih parahnya akan menyebabkan kerugian.

4. Kemanfaatan untuk usaha, ini artinya apakah harga jual sudah pantas atau belum, di nilai pantas
jika harga dapat memberikan keuntungan yang di harapkan. Seandainya saja keuntungan yang
anda harapkan dapat tercapai, tentu saja hal ini akan mempermudah dalam ekspansi perkembangan
usaha dan bisnis yang anda miliki.

1|Page
Panduan Singkat Menentukan Harga Jual
Penentuan harga jual nggak boleh kamu anggap remeh, karena harga jual menjadi salah satu faktor
laku atau tidaknya produk dan ngaruh banget dengan keberhasilan online-shop kamu.
Nah, berikut ini ulasan beberapa cara menentukan harga jual yang paling banyak digunakan di
Indonesia. Yuk kita simak!
1. Metode Penentuan Harga Biaya-Plus

metode penentuan harga biaya-plus via ncc-indonesia


Penentuan harga dengan menggunakan metode ini ialah
dengan menambah modal atau biaya produksi dengan
keuntungan atau marjin yang dikehendaki.
Rumusnya :

Modal (biaya produksi) + Laba = Harga Jual


Contoh Kasus :
Kamu memiliki usaha konveksi, lalu mendapat pesanan sekitar 10 baju muslim dengan perkiraan
menghabiskan biaya Rp 1.500.000 dengan rincian sebagai berikut :
Biaya bahan baku : Rp 500.000
Ongkos penjahit : Rp 600.000
Biaya lain-lain : Rp 400.000
Jika kamu menghendaki laba sebesar 30% dari biaya produksi maka perhitungannya sebagai
berikut :
Rp 1.500.000 + (30% x Rp Rp 1.500.000) = Rp 1.950.000 , jadi harga tiap baju muslim adalah Rp
195.000
Perhitungan harga jual di atas umum dipakai oleh penjual yang memproduksi barangnya sendiri,
lalu bagaimana jika kamu adalah reseller?
Rumusnya :

Harga jual = Harga beli + Mark Up


Mark up merupakan kelebihan harga jual produk di atas harga beli. Keuntungan diperoleh dari
sebagaian mark up. Selain itu pedagang juga harus mengeluarkan sejumlah biaya eksploitasi yang
diambilkan dari sebagian mark up.
Contoh kasus :
Kamu menjual mukena, tetapi kamu tidak memproduksinya sendiri alias kamu adalah reseller
mukena, kamu membeli mukena dari supplier Rp 90.000/mukena dengan kuntungan sebesar Rp
30.000/mukena. Jadi;
Harga jual = harga beli + mark up
Harga jual = Rp 90.000 + Rp 30.000
Harga jual = Rp 120.000

2. Metode Pasar atau Pesaing

Metode ini disebut juga dengan competitive pricing, yakni


dengan menyamakan harga produk berdasarkan harga jual
kompetitor. Tidak didasarkan unsur biaya.
Saat kamu memakai metode ini, ada 3 alternatif untuk
menentukan harga jual; pertama harga jual barangmu bisa
sama dengan harga jual kompetitor, kedua harga jualmu bisa
lebih rendah, ketiga harga jualmu bisa lebih tinggi dari harga
jual kompetitor.

2|Page
3. Price Skimming

penentuan harga jual elektronik menggunakan metode skimming


pricing via viva.co.id
Price skimming cocok diterapkan untuk usaha yang punya
pesaing sedikit bahkan nggak punya pesaing. Jadi metode ini
menetapkan harga jual yang tinggi untuk setiap produk baru lalu
berangsur-angsur turun saat ada tipe lain yang diluncurkan.
Metode ini biasanya diterapkan untuk produk elektronik, seperti
handphone, laptop, computer, dll.

4. Multiple Unit Pricing

penentuan harga jual dengan multiple unit pricing


via tribunnews. Pernah nggak sih saat kamu belanja entah
di pusat perbelanjaan sampai toko biasa, beli beberapa
barang dapat bonus satu barang gratis?
Yap! Mereka menggunakan metode multiple unit pricing,
yakni metode yang memberikan harga khusus untuk
pembelian barang dengan jumlah yang banyak. Misalnya,
buy 3 get 1, bonus khusus saat pembelian barang dalam
jumlah banyak.

5. Bundling

penentuan harga jual dengan metode bundling via loveindonesia


Metode bundling adalah penjualan dua atau lebih produk dalam
satu harga, biasanya harga jual yang ditentukan dengan metode ini
lebih rendah dari total penjumlahan masing-masing harga produk.
Biasanya metode ini diterapkan untuk penjualan di restoran cepat
saji yang menyediakan paket menu yang disisipi produk merk lain
sampai penjualan smartphone yang sudah sepaket dengan provider
tertentu.
Misalnya, Blackberry dengan provider seperti Indosat, Telkomsel atau provider lainnya.

3|Page
Mengidentifikasi Berbagai Usaha
a. Kehidupan berusaha atau berbisnis, belum mendapat posisi terhormat dalam struktur
masyarakat. Padahal pembangunan di negara Indonesia sudah berjalan lama, tetapi nasib para
pengusaha di dalam masyarakat, belum begitu baik dan membawa hasil yang memuaskan. Dari
hasil pengamatan dalam lingkungan usaha di masyarakat, kalau kita bertanya kepada para
pengusaha, mereka tidak mau mengikuti kelemahan dan kegagalan dalam usaha atau bisnisnya.
Pengusaha akan mengatakan alasan bahwa tidak berkembangnya usaha atau bisnis adalah
sebagai berikut:
a. Kurangnya modal usaha atau bisnis.
b. Kurangnya bimbingan dari pemerintah.
c. Usaha atau bisnis adalah dominasi orang Tionghoa.
d. Usaha atau bisnis adalah dominasi orang yang bermodal kuat.
e. Usaha atau bisnis dominasi modal orang asing.

Padahal dari hasil pengamatan dan penelitian, alasan utama kelemahan dan kegagalan dalam
bidang usaha atau bisnis adalah:
a. latar belakang usaha atau bisnis yang kurang memadai;
b. kurangnya pengalaman dalam usaha atau bisnis;
c. struktur ekonomi yang belum cocok dengan kondisi ekonomi dunia modern;
d. hambatan nilai-nilai usaha atau bisnis di dalam masyarakat;
e. latar belakang pendidikan para pengusaha yang kurang memadai.

Dari pengalaman dan hasil pengamatan penulis, tergambar dengan jelas bahwa perkembangan
usaha atau bisnis di kalangan masyarakat Indonesia, setiap tahun banyak yang lahir dan bangkrut
terutama pada perusahaan kecil. Di kota-kota besar, setiap tahunnya generasi muda banyak yang
menjadi wirausahawan baru, baik dalam skala usaha yang kecil maupun dalam usaha yang besar.
Sepintas lalu, hal ini sangat menggembirakan dan memberi harapan keberhasilan di dalam
perkembangan dunia usaha.
Namun, kalau kita amati perkembangan dunia usaha di kalangan masyarakat Indonesia, baik
perusahaan kecil, menengah, maupun yang besar, ada juga yang tidak bertahan lama, bahkan ada
perusahaan yang tidak berhasil. Dari hasil pengamatan penulis, kekurangmapanan lingkungan
usaha di dalam masyarakat akan terbukti ketika sang perintis perusahaan sudah tua atau
sakitsakitan, sehingga perusahaannya ikut mengalami proses ketuaan dan kebangkrutan. Dari hasil
pengamatan, sering kita jumpai kegagalan usaha wirausahawan adalah dalam bidang
keorganisasian, keuangan, administrasi, pembukuan, dan pemasaran.

Kelemahan dalam keorganisasian pada umumnya berupa tidak jelasnya struktur organisasi,
pembagian tugas dan wewenang, status karyawan, dan sebagainya. Di bidang keuangan, biasanya
lemah path pembuatan anggaran dan pembukuan. Adapun kelemahan di bidang pemasaran adalah
ketidakserasian antara program produksi dan penjualan. Begitu pula kelemahan lain, perusahaan
sering terjebak dalam perluasan usaha secara emosional, tsnpa didukung data dan fakta yang
aktual.
Dari hasil pengamatan penulis, pada umumnya Qasyarakat yang memulai berwirausaha selalu
dffiinggapi rasa takut menanggung risiko dan takut kalau usahanya gagal. Begitu pula tanpa
adanya kemajuan dalam bidang usaha atau bisnis, dapat dikategorikan bahwa wirausahawan itu di
dalam kegiatan usahanya kurang begitu berhasil. Para wirausahawan di dalam memperbesar usaha
atau bisnisnya, biasanya selalu diikuti keragu-raguan, rasa pesimis yang kadang-kadang tidak
masuk akal dan kurang beralasan. Pada umumnya orang yang berwirausaha, persepsinya kurang
kuat, sehingga akhirnya akan menghasilkan keputusan yang kurang tepat. Sebenarnya orang yang

4|Page
ingin berwirausaha, sebaiknya memiliki pengetahuan dasar mengenai ekonomi, hukum,
pembukuan, dan membuat perencanaan usaha atau bisnis secara aktual. Selanjutnya, yang harus
dipikirkan oleh para wirausahawan adalah bidang usaha apa yang menguntungkan bagi dirinya,
keluarganya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Setelah mempunyai keyakinan yang positif untuk memulai usaha atau bisnis dalam bidang tertentu
maka mulailah membuat proposal usaha atau bisnis. Dengan keyakinan yang kuat dan ditopang
adanya modal usaha atau bisnis yang memadai, Insya Allah cita-cita yang sudah direncanakan
dalam usaha itu akan dapat dilaksanakan. Dengan bermodalkan pengalaman, usaha atau bisnis
sudah dapat dimulai secara kecil-kecilan. Dengan modal ketekunan, tawakal, serta berpikiran
positif, Insya Allah usaha atau bisnisnya akan berkembang dan memperoleh kemajuan.
Keberhasilan seorang wirausahawan di dalam usaha atau bisnis, akan memberikan kebahagiaan
tersendiri bagi dirinya dan keluarganya. Adapun kegagalan di dalam usaha atau bisnis, merupakan
pengalaman untuk bangkit kembali dalam berw= isaha.
Kegagalan di dalam berwirausaha harus diterima apa adanya, sebagai pengalaman di dalam usaha
atau bisnis. Sebaliknya banyak juga para wirausahawan yang berhasil dan menjadi besar, yang
tadinya dimulai dengan merangkak dari bawah dan dari usaha kecil-kecilan. Untuk mentapai
tujuan dan kemajuan di dalam usaha atau bisnis, tidak mungkin seperti orang menunggu durian
runtuh. Tujuan dan kemajuan di dalam berwirausaha hanya mungkin dapat dicapai melalui:
a. . keyakinan dan keimanan yang kuat;
b. peijuangan dan pengorbanan dalam berusaha;
c. kemauan dan keuletan dalam usaha; d. berpikir positif terhadap usaha.
Mengapa banyak usaha atau bisnis di kalangan masyarakat yang mulanya sukses, justru pada
akhirnya mengalami kemacetan setelah berkembang. Menurut hasil pengamatan penulis, dalam
lingkungan usaha atau bisnis di kalangan masyarakat ada banyak faktor kelemahan dan kegagalan
yang diidentifikasikan, yaitu sebagai berikut:
1. Terlambat mengadakan penyesuaian dengan kondisi clan situasi bisnis yang sedang
berlaku.
2. Terlambat mengadakan pembaharuan di bidang produksi, teknik kerja, pengelolaan usaha,
dan pemasaran.
3. Perkembangan usaha yang terlalu mendadak, tanpa diikuti peningkatan sikap dan
kemampuan mengelola usaha.
4. Lupa daratan, mabuk kepayang, ikut terjun dalam kegiatan lain yang tidak ada kaitannya
dengan usaha atau bisnis.
5. Makin menuanya umur pemilik perusahaan dan kepemimpinannya juga turut menua.
6. Sikap para pemilik perusahaan sangat tertutup dan tidak mau menerima adanya
pembaharuan-pembaharuan.
7. Tidak melakukan persiapan jauh jauh hari sebelumnya, sehingga waktu perkembangan
datang, para pengusaha kalang kabut.
Jika mereka belum berpengalaman di dalam mengelola usaha atau bisnis, sudah jelas akan
mengalami kesulitan, dan tragisnya akan mengalami suatu kegagalan. Pada dasarnya, dari hasil
pengamatan dalam lingkungan usaha, faktor-faktor penghambat di dalam usaha atau bisnis itu
dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Tidak adanya perencanaan usaha yang tepat.
b. Kurangnya pengalaman di dalam usaha.
c. Tidak cocok di dalam memilih jenis usaha.
d. Keuangan atau permodalan usaha sangat kurang.
e. Tidak adanya interes pada bidang usaha yang sedang digeluti.
f. Tidak mempunyai keahlian di dalam bidang usaha.
g. Tidak percaya pada kemampuan diri sendiri.
h. Tidak mempunyai semangat kewirausahaan.
i. Tidak ada dukungan dari pemerintah setempat.

5|Page
Berdasarkan pengamatan dalam bidang perekonomian di Indonesia pada periode tahun 1945,
kegiatan usaha atau bisnis masih kurang berkembang dan menguntungkan, karena:
a. kurangnya komunikasi dan informasi di bidang usaha atau bisnis;
b. luas pasar yang sangat terbatas;
c. masih adanya monopoli kekuasaan di perusahaan-perusahaan Belanda yang ada di Indonesia;
d. masih adanya kedudukan istimewa keturunan Cina di dalam usaha atau bisnis;

Dalam tahun 1965, kalau kita amati mengenai lingkungan usaha atau bisnis, pemerintah banyak
mendorong tumbuhnya dunia usaha atau bisnis yang dijalankan para wirausaha Indonesia melalui
cara-cara sebagai berikut:
a. Memberi kemudahan-kemudahan di dalam mendirikan perusahaan.
b. Memberi kemudahan-kemudahan di dalam mendapatkan kredit.
c. Memberi pengeluaran lisensi secara istimewa.
d. Membuka atase ekonomi perdagangan di pusatpusat perdagangan dunia.
e. Mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
f. Pendirian dan pembukaan sekolah-sekolah kejuruan dan kursus-kursus usaha atau bisnis.

Akan tetapi menurut pengamatan, ternyata tidak semua bidang usaha atau bisnis berhasil. Dalam
hal ini, permasalahannya disebabkan:
a. adanya situasi dan kondisi politik ekonomi, keamanan yang tidak menguntungkan;
b. masih kurangnya pengalaman pemerintah dan masyarakat di bidang usaha atau bisnis;
c. masih kurangnya kesadaran dan dukungan masyarakat dalam bidang usaha atau bisnis.

Permasalahan bidang usaha di samping adanya hambatan dalam struktural, penulis juga
menemukan adanya hambatan di dalam sistem sosial masyarakat, seperti:
a. adanya anggapan yang rendah dari masyarakat terhadap dunia usaha atau bisnis;
b. adanya nepotisme dan feodalisme di dalam bidang usaha atau bisnis;
c. adanya sikap kompromistis dan kurang ambisius di dalam mengelola bidang usaha atau bisnis;
d. adanya wirausaha yang tidak berani mengambil risiko di dalam bidang usaha atau bisnis.

Menurut pengamatan dalam lingkungan usaha, terungkap bahwa dunia usaha atau bisnis,
mempunyai peranan penting dan saling berkaitan dengan eksistensi ekonomi nasional.
Dunia usaha atau bisnis merupakan tulang punggung dalam kehidupan perekonomian Indonesia.
Di dalam permasalahan usaha, kita dapat membuat perhitungan tentang bagaimana cara mengatasi
kelemahan-kelemahan dalam bidang usaha yang ada, serta bagaimana mewujudkan rencana
kehidupan dunia usaha untuk masa depan yang lebih cerah.

Kegiatan usaha atau bisnis yang dikembangkan para wirausaha, kalau kita amati banyak yang
bergerak dalam bidang waralaba, cafe, asuransi, perbankan, rumah sakit, swalayan, pujasera,
usaha' toko, rental, rumah makan, distributor, grosir, kiospon, elektronika, perhotelan, biro
perjalanan wisata, pabrik tekstil, pabrik sepatu, pabrik pupuk, dan lain sebagainya. Akan tetapi,
pilihan bidang usaha tersebut tergantung pada minat, pengetahuan, keterampilan, keahlian,
manajemen, dan fasilitas yang ada. Secara singkat pilihan bidang usaha berikut permasalahannya
tampaknya mencakup bidang produksi, perdagangan, dan jasa.

Namun menurut pengamatan kami, tidak dapat dipungkiri bahwa bidang usaha apapun jenis dan
bentuknya, merupakan salah satu sendi kehidupan ekonomi negara Indonesia, karena:
a. dunia usaha ikut serta menyediakan lapangan kerja;

6|Page
b. dunia usaha merupakan ujung tombak industri nasional;
c. dunia usaha ikut serta membayar pajak kepada pemerintah;
d. dunia usaha memproduksi banyak sektor kebutuhan pokok rakyat;
e. dunia usaha menjadi pedagang perantara.

Tujuan dunia usaha atau bisnis adalah ingin mencapai hasil atau keuntungan yang memuaskan
bagi pemiliknya, para konsumen, para karyawan, masyarakat, dan pemerintah. Untuk mencapai
tujuan tersebut, para wirausaha diharapkan mampu:
a. merumuskan tujuan usaha, sasaran usaha, dan perencanaan usaha;
b. merencanakan biaya atau modal usaha;
c. membuat dan mempraktikan rencana usaha;
d. merencanakan laba atau keuntungan usaha.

Adapun yang menjadi permasalahan dalam usaha atau bisnis menurut Alex S. Nitisemito (Ghalia
Indonesia 1980), membagi dua sebab kegagalan perusahaan, yaitu kegagalan yang dapat
dihindarkan dan kegagalan yang tidak dapat dihindarkan.

Kegagalan yang dapat dihindarkan sebenarnya tidak perlu terjadi, seandainya pengusaha mau dan
mampu mengatasinya, seperti adanya mismanajemen, tidak ada perencanaan, banyak piutang
ragu-ragu, pelayanannya yang kurang memuaskan, produknya kekurangan atau ketinggalan mode,
dan lain sebagainya. Sedangkan kegagalan yang tidak dapat dihindarkan, yaitu suatu keadaan yang
tidak dapat dihindarkan para wirausaha, seperti terjadinya bencana alam, kecelakaan, kebakaran,
dan lain sebagainya. Permasalahan selanjutnya menurut Alex S. Nitisemito dalam bukunya
"Sebab-sebab Kegagalan Perusahaan (Ghalia Indonesia 1980), menyebutkan, sebab-sebab
kegagalan dalam perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Kurang ulet dan leka putus asa
2. Kurang tekun dan kurang teliti
3. Kurang inisiatif dan kurang kreatif d. Tidak jujur dan tidak tepat janji
4. Kekeliruan di dalam memilih lapangan usaha f. Memulai usaha langsung secara besar-
besaran
5. Memulai usaha tanpa pengalaman dengan modal hasil pinj aman
6. Mengambil kredit tanpa pertimbangan masakmasak
7. Kurang dapat menyesuaikan dengan selera konsumen atau pembeli
8. Pelayanan yang kurang baik
9. Banyaknya piutang ragu-ragu
10. Banyaknya pemborosan dan penyelewengan m. Kekeliruan menghitung harga pokok
11. Menyamakan perusahaan sebagai badan sosial
12. Tidak ada pemisahan antara harta pribadi dan harta perusahaan
13. Kemacetan keuangan yang sering teijadi
14. Kurangnya pengawasan atau kurang pengendalian
Berdasarkan pengamatan mengenai lingkungan usaha, sebenarnya para wirausaha tidak perlu
harus mengalami kegagalan di dalam usahanya, kalau saja dari semula atau di tengah perjalanan,
usahanya dapat menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (Analisis SWOT).

Dalam era globalisasi di mana orang membicarakan visi perdagangan pada tahun 2020, maka mau
tidak mau perlu adanya suatu pemberdayaan yang sangat tajam terhadap para wirausaha Indonesia,
untuk berkiprah secara lebih mantap di dalam mengelola usaha atau bisnis tingkat nasional,
maupun internasional. Begitu pula dalam momentum APEC yang mencanangkan liberalisasi
perdagangan, tentu memacu persaingan ekonomi global yang tidak bisa terhindarkan.

Para wirausaha Indonesia di dalam menghadapi permasalahan liberalisasi, mau tidak mau perlu

7|Page
meningkatkan kualitas kinerja di dalam usahanya. Menurut pengamatan Karakaya dan Kobu
(1994), mengidentifikasikan tiga kelompok permasalahan penyebab kegagalan usaha atau bisnis
yaitu sebagai berikut:
a. Kelompok pertama berkaitan dengan produk dan pasar antara lain:
 timing peluncuran (launching) produk yang kurang tepat;
 desain produk yang tidak sesuai dengan keinginan konsumen;
 strategi distribusi produk yang tidak tepat;
 tidak mampu mendefinisikan usaha yang sedang dijalankannya.
b. Kelompok kedua berkaitan dengan masalah finansial, meliputi:
 terlalu rendah dalam memperhitungkan kebutuhan dana;
 terlalu dini berutang dalam jumlah besar.
c. Kelompok ketiga berkaitan dengan masalah manajemen, yaitu:
 terlalu bersikap nepotisme;
 sumber daya manusia yang lemah;
 tidak menggunakan konsep tim.
Menurut pendapat Peter Drucker, ada empat jebakan permasalahan yang dihadapi oleh wirausaha
dan kewirausahaan pada perusahaan, yaitu:
a. bersikeras bahwa dialah yang lebih mengetahui dibanding pasar;
b. terlalu yakin bahwa profit adalah segalanya;
c. tumbuh melebihi kapabelitas manajemen;
d. mementingkan dirinya sebelum bisnis.

8|Page

Anda mungkin juga menyukai