Anda di halaman 1dari 9

Materi: 4.

Hierarkhi dan Azas Hukum


Peraturan Perundangan
Pengertian Perundangan Kehutanan
• Definisi Perundangan (legislation)= peraturan/prinsip/rambu
(tertulis) yang dibentuk/disusun/diterbitkan oleh pihak
berwenang (negara/otoritas) berkaitan dengan prosedur yang
harus ditempuh/tingkah laku masyarakat (bersifat
pengendalian) dan yang mengikat secara umum
• Perundangan Kehutanan= mengatur prosedur/tingkah laku
(a.l. Pengelolaan, pemanfaatan dan penggunaan) kawasan,
hasil dan jasa hutan;
• Hierarkhi/tata urutan Peraturan Perundangan Kehutanan
mengikuti hierarkhi yang berlaku secara umum di Indonesia,
dimana sejak Orde Baru telah berganti beberapa kali, sbb.:
Hierarkhi Perundangan di Indonesia

TAP MPR No TAP MPR UU No. 10 Tahun UU No. 12 Tahun


IX/MPR/1978 No.III/MPR/2000 2004 2011
• UUD 1945 •
• UUD 1945 • UUD 1945 UUD 1945
• TAP MPR •
• TAP MPR • Undang-Undang/ Ketetapan MPR
• Undang-Undang/ • Undang-Undang/
• Undang-Undang/ Peraturan
Peraturan Peraturan
Peraturan Pemerintah
Pemerintah Pemerintah
Pemerintah Pengganti UU
Pengganti UU
Penggannti UU • Peraturan Pengganti UU
• Peraturan • Peraturan
• Peraturan Pemerintah
Pemerintah
Pemerintah • Peraturan Presiden Pemerintah
• Keputusan •
• Keputusan • Peraturan Daerah Peraturan
Presiden Presiden
Presiden (Provinsi;
• Peraturan Daerah • Peraturan Daerah
• Keputusan Kabupaten/Kota;
(Provinsi/Kabupa- (Provinsi; Kabupa-
Menteri Desa)
ten/Kota ten/Kota)
• Perda Tkt I
• Kep KDH Tkt I
• Perda Tkt II
• Kep KDH Tkt II
Catatan Terkait Hierarkhi
• Ketetapan MPR (TAP) MPR bisa lebih tinggi kedudukannya dari UUD, jika
sidang dilakukan a.l. untuk mengamandemen UUD’45;
• Semakin tinggi posisi perundangan semakin tidak operasional, shg UU
s/d PP masih membutuhkan petunjuk pelaksanaannya melalui Peraturan
Menteri terkait (misal Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan/LHK) ---
meskipun secara hierarkhis tidak ada posisi Peraturan Menteri;
• UU dan Perda disusun bersama dan atas persetujuan antara
Pemerintah/Pemda dengan legislatif (DPR/DPRD). Biasanya perlu waktu
panjang, sehingga guna mempercepat sementara bisa Perpu (Peraturan
pemerintah Pengganti UU);
• Kepala Daerah juga bisa menerbitkan Peraturan. Bagaimana dengan
Keputusan (misal Keputusan Menteri/Kepala Daerah)? Biasanya
diterbitkan untuk kebutuhan tim/kepanitiaan (ad-hoc) yang memerlukan
basis legal;
• Menteri Dalam Negeri bisa mencabut/membatalkan Perda/Peraturan
Kepala Daerah jika bertentangan dengan Peraturan yang ada di atasnya
(misal PP)
Pengertian Hukum Kehutanan
• Peraturan perundangan yang mengatur tata tertib masyarakat
harus ditaati dan akan dikenakan sanksi (=hukuman) bila
melanggar.
• Definsisi Hukum (Law) : Himpunan perintah dan larangan
yang mengatur hubungan hukum antara badan, masyarakat
atau perorangan dengan suatu obyek (misal Hukum Kehu-
tanan, berarti hubungannya dengan hutan) dan pemberian
sanksi bagi pelanggaran
• Bidang Hukum yang dikenal di Indonesia, a.l. (1) Hukum
Perdata; (2) Hukum Pidana; dan (3) Hukum Administrasi;
• Materi Pidana (ancaman penjara; kurungan dan denda)
hanya dijumpai di UU; Perda (Provinsi; Kabupaten/Kota)
Lingkup Sanksi (=Hukuman) Hukum
Kehutanan
A. Sanksi adminsitratif (untuk pelanggaran adminsitratif)
(1) Penghentian pelayanan adminsitrasi; dan/atau
(2) Penghentian kegiatan (mis. Penebangan) untuk jangka waktu tertentu;
dan/atau
(3) Pengurangan target produksi; dan/atau
(4) Pengenaan denda
B. Sanksi Pidana
(1) Pidana perlindungan hutan
(2) Pidana konservasi SDH dan ekosistemnya
(3) Pidana Umum – a.l. Bersifat kriminal (sanksi dengan KUHP)
C. Sanksi Perdata
Kegiatan yang merugikan negara a.l. Tidak melunasi DR atau kerusakan hutan
akibat kelalaian
Azas-azas Perundangan (1)
A. Azas-azas Umum

(1) Tiada hukuman dapat dijatuhkan atas suatu perbuatan tanpa perbuatan
itu sebelumnya ditetapkan sebagai tindak pidana dalam undang-undang
(Nulla poena sine praevia lege poenali);
(2) Undang-undang lebih baru didahulukan berlakunya daripada yang lebih
tua (lex posterior derogat legipriori);
(3) Undang-undang istemewa/khusus didahulukan berlakunya daripada
undang-undang yang umum (Lex specialis derogat legi generali);
(4) Undang-undang lebih tinggi tingkatannya didahulukan berlakunya
daripada undang-undang yang lebih rendah (Lex superior derogat legi
inferiori);
(5) Apabila terjadi perubahan surat peraturan perundang-undangan sesudah
perbuatan dilakukan, maka terhadap terdakwa diterapkan ketentuan
yang paling menguntungkan baginya
Azas-azas Perundangan (2)
B. Azas Berlakunya Undang-Undang
(a) Mulai berlakunya Undang-Undang menurut tanggal yang ditentukan
dalam undang undang sendiri
(b) Jika tanggal berlakunya tidak disebutkan dalam Undang-Undang, maka
berlakunya UU 30 hari setelah diundangkan dalam Lembaran Negara
(untuk Jawa dan Madura) atau 100 hari (untuk daerah lainnya)

C. Azas Berakhirnya Undang-Undang


(a) Jangka waktu berlakunya telah ditentukan oleh Undang-Undang itu
sudah lampau;
(b) Keadaan atau hal mengapa Undang-Undang itu diadakan sudah tidak
ada lagi;
(c) UU itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat atau instansi
yang lebih tinggi;
(d) Telah keluar UU baru yang isinya bertentangan dengan UU yang lebih
dulu berlaku
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai