Anda di halaman 1dari 51

(Watershed Management)

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


9/30/2019 February, 2019Free template from 1
www.brainybetty.com
Rangkuman Karakteristik DAS
Biogeofisik
 Meteorologi-Klimatologi
 Morfologi
 Morfometri
 Hidrologi
 Kemampuan DAS
Sosial-Ekonomi-Budaya dan Kelembagaan
 Sosial Kependudukan
 Sosial Ekonomi
 Sosial Budaya
 Kelembagaan

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Pertemuan 03
Karakteristik Biogeofisik - meteorologi, klimatologi,
morfologi, morfometri, hidrologi, kemampuan wilayah
DAS

Kemampuan Akhir yang Diharapkan


Mampu mengidentifasi dan menjelaskan tatacara
identifikasi karakteristik meteorologi, klimatologi,
morfologi, morfometri, hidrologi, kemampuan
wilayah DAS

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


 Nama dan Makna
 Letak Lintang (LU/LS)
 Letak Bujur (BB/BT)
 Administrasi Pemerintahan/Kehutanan
 Sumber-sumber Rujukan Peta

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Sejarah dan makna nama sungai

• Karangmumus (1)
– Mumus: sebutan sayang untuk anak laki-laki
– Karang: gundukan di tepi atau tengah sungai
– Karangmumus: karangan tempat anak laki-laki bermain-main
• Karangmumus (2)
– Gumus: semacam buah jambu air
– Daerah sedimen DAS Karangmumus banyak ditumbuhi Gumus
• Karangmumus (3)
– Muara sungai (anak sungai Mahakam) banyak ditinggali buaya
– Konon, batu (karang) jatuh pun akan diperebutkan para buaya
– Karangmumus: batu (karang) yang jatuh (mumus)

http://ceritakota.info/2016/05/namaku-karang-mumus.htm
Batas Administrasi Pemerintahan

• Sungai
Mahakam
– Kabupaten
Mahakam Ulu
– Kabupaten Kutai
Barat
– Kabupaten Kutai
Timur
– Kabupaten Kutai
Kartanegara
– Kota Samarinda
 Luas (DAS, Sub-DAS dst.)
 Bentuk (Memanjang, Membulat, Paralel dll)
 Bagian (Hulu, Tengah, Hilir)

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)
Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)
Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)
Karakteristik Meteorologi DAS
Jeluk/Curah Hujan/Rainfall Depth
Besaran Jeluk/Curah
No Hujan (mm/Tahun)
Harkat Kualitatif
01. < 1.500 Sangat Rendah
02. 1.500 - 2.000 Rendah
03. 2.000 - 2.500 Sedang
04. 2.500 - 3.000 Tinggi
05. > 3.000 Sangat Tinggi

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Intensitas Hujan (Rainfall Intensity)
Kelas Harkat Kualitatif Intensitas Hujan
(mm/Hari Hujan)
01. Sangat Rendah < 13,6
02. Rendah 13,6 - 20,7
03. Sedang 20,7 - 27,7
04. Tinggi 27,7 - 34,8
05. Sangat Tinggi > 34,8

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Geologi
Karakteristik DAS terkait Air Permukaan dan Air Tanah
• Sifat batuan induk penyusun lahan
– Batuan kedap (lava, andesit, granit): menghasilkan aliran
dengan puncak lebih tajam dan waktu naik (rising limb)
lebih pendek
– Batuan tidak kedap (permeable; seperti limestone/kapur,
batu pasir/sandstone): menghasilkan aliran dengan puncak
lebih landai dan waktu naik (rising limb) lebih panjang
• Sumber informasi
– Peta Geologi bersistem terbitan Direktorat Geologi Tata
Lingkungan Kementerian ESDM
– Peta RePPProT dari TAD(1980-an)
– Interpretasi citra penginderaan jauh
• Deskripsi geologi
– Bahan/batuan induk, sejarah dan formasi geologi (batuan
dominan), karakter umum/khusus formasi geologi dan
kondisi geologi secara umum di wilayah sekitarnya
Tanah
Karakteristik hidrologis tanah penyusun wilayah DAS

• Jenis dan sebaran tanah mengendalikan aliran bawah


permukaan melalui infiltrasi
• Variasi jenis tanah dengan kedalaman dan luas tertentu
mempengaruhi karakteristik infiltrasi dan timbunan
kelembaban tanah (soil moisture storage)
• Variabel lain yang perlu diperhatikan adalah kedalaman
lapisan kedap dan permeabilitas rataan horizon A
• Jenis tanah dengan tekstur pasir akan mempunyai
tingkat infiltrasi yang lebih tinggi dibanding tekstur
lempung
• Tanah dengan tekstur pasir mempunyai limpasan
permukaan lebih kecil dibanding tekstur lempung (halus)
• DAS dominan dengan jenis tanah bertekstur halus lebih
mudah terjadi erosi daripada DAS dominan jenis tanah
bertekstur kasar
Horizon Tanah
Lapisan-lapisan hasil dari proses pembentukan tanah

Horizon O Horizon O O1
• Horizon organik di atas lapisan tanah
mineral
O1 dan O2 O2
Horizon A Horison A A1
• Horizon campuran bahan organik dan
mineral, mengalami pencucian
A1, A2 dan A3 A2
Horizon B
Horison B A3
• Horizon penimbunan dari bahan yang
tercuci di atasnya B1, B2 dan B3 B1
Horizon C B2
• Horizon lapisan batuan induk yang Horison C B3
sedikit terlapuk
Horizon D atau R C
• Horizon lapisan batuan keras yang Horison D atau R R
belum terlapuk

Tidak semua tanah terdiri dari seluruh horison seperti ini


Deskripsi Kondisi Tanah
 Batuan induk pembentuk tanah
 Proses pembentukan tanah
 Klasifikasi umum tipe/jenis tanah
 Sebaran tipe/jenis tanah dominan
 Erodibilitas Tanah
 Kapasitas Infiltrasi, Permeabilitas, Perkolasi Tanah,
Konduktivitas Hidrologi
 Sumber-sumber informasi kondisi umum tanah

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Geomorfologi
Bentuk Muka Bumi dan Proses Pembentukannya

• Ragam bentuk dan konfigurasi muka bumi


– Pegunungan, perbukitan dan dataran
• Proses pembentukan
– Lipatan, patahan, pengangkatan, pelapukan batuan induk, erosi,
pengendapan, vulkanisme
• Berpengaruh terhadap
– Besarnya potensi limpasan permukaan, erosi, banjir dan tanah longsor
yang terjadi di wilayah DAS
• Topografi
– Datar, landai, berombak, bergelombang, berbukit, bergunung
• Sumber informasi
– Interpretasi citra penginderaan jauh dan model elevasi digital
– Yang diamati: topografi, materi, proses
• Materi penyusun lahan
– Fluvial, Marin, Vulkanik, Struktural, Denudasional, Aeolin, dan Organisme
• Proses
– Terkikis kuat, terkikis lemah, dan seterusnya
• Bentuk Lahan
– Sistem klasifikasi bentuk lahan yang digunakan dalam proses pemetaan
bentuk lahan
Sub-sub DAS Karangmumus
Deskripsikan karakteristik bentuk lahannya

• Bentuk permukaan bumi?


• Dimana perbukitan?
• Dimana pematang (batas
DAS)?
• Dimana dataran rendah?
• Topografi yang dominan?
• Bagaimana proses
pembentukan lahannya?
• Dimana wilayah yang
lebih berpotensi erosi?
Geomorfologi
 Lahan terbentuk dari proses lipatan, patahan, pengangkatan), pelapukan
batuan induk, erosi, pengendapan, vulkanisme menghasilkan konfigurasi
ragam bentuk muka bumi (pegunungan, perbukitan dan dataran)
 Pengaruh terhadap besarnya potensi limpasan permukaan, erosi, banjir
dan tanah longsor yang terjadi di wilayah DAS
 Sumber informasi - interpretasi pada citra penginderaan jauh : Topografi,
Materi, Proses
 Topografi : Datar, Landai, Berombak, Bergelombang, Berbukit, Bergunung;
 Materi dibedakan dalam : Fluvial, Marin, Vulkanik, Struktural,
Denudasional, Aeolin, dan Organisme;
 Proses : Terkikis kuat, Terkikis lemah, dan seterusnya;
 Sistem klasifikasi bentuk lahan yang digunakan dalam proses pemetaan
bentuk lahan
Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)
Topografi
Variabel topografi dibagi menjadi ketinggian DAS, orientasi DAS, kemiringan
lereng DAS dan bentuk lereng DAS. Keempat variabel tersebut sangat erat
terkait dengan proses infiltrasi, limpasan permukaan dan erosi.
Elevasi DAS

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Deskripsi Topografi/Kelerengan
Kemiringan
No. Penilaian
Lereng (%)
01. 0-8 Datar
02. 8 - 15 Landai
03. 15 - 25 Agak Curam
04. 25 - 40 Curam
05. > 45 Sangat Curam

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Orientasi DAS (Aspect)

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Karakteristik Topografi
Bentuk Lereng

Kode / Bentuk Keterangan


Kelas Lereng
Cb Cembung Lebih 50% kenampakan
kurva hipsometrik
cembung
Ck Cekung Lebih 50% kenampakan
kurva hipsometrik cekung

Kredit Gambar: Lorens Kambuaya


Pembagian Wilayah DAS
Bagian Hulu, Tengah dan Hilir
Hulu
>70% wilayah kelerengan >8%
Konservasi tanah, pengendalian erosi
Pusat pengisian kembali air tanah/permukaan

Tengah
<50% wilayah kelerengan <8%
Konservasi tanah, pengendalian banjir
Transisi curah hujan ke air tanah
Hilir
>70% wilayah kelerengan <8%
Pengendalian banjir dan drainase
Karakteristik Morfometri DAS

Luasan DAS

No. Luas DAS (Ha) Keterangan


01. > 1.500.000 Sangat Besar
02. 500.000 - 1.500.000 Besar
03. 100.000 - 500.000 Sedang
04. 10.000 - 100.000 Kecil
05. < 10.000 Sangat Kecil

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Bentuk Wilayah DAS
 Bentuk DAS mempunyai pengaruh pada pola aliran sungai
dan ketajaman puncak banjir.
 Dengan membandingkan konfigurasi DAS dapat dibuat
suatu indeks yang berdasarkan derajat kekasaran atau
circularity dari DAS.

Memanjang (bulu burung)

Membulat (circular/radial/membulat)

Paralel (sejajar)
Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)
Jaringan Sungai
 Pola aliran/susunan sungai merupakan karakteristik fisik
setiap DAS yang penting karena mempengaruhi efisiensi
sistem drainase dan karakteristik hidrografis serta kondisi
tanah terkait tenaga erosi;
 Metode kuantitatif untuk mengklasifikasikan sungai dalam
DAS adalah pemberian orde sungai dan cabang-cabang
sungai secara sistematis;
 Sungai-sungai di bagian hulu mendapat skala terkecil,
pertemuan sungai dengan orde sama, maka terjadi
kenaikan orde, pertemuan sungai dengan orde yang
berbeda tidak terjadi kenaikan orde.

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Ordo Sungai
Klasifikasi menurut Horton, Shreve dan Strahler (dibawah)
Pola Aliran (Drainage Pattern)
 Dendritik
Seperti percabangan pohon, tidak teratur dengan arah dan sudut yang
beragam, berkembang di batuan homogen, tidak terkontrol oleh
struktur, umumnya pada batuan sedimen dengan perlapisan horisontal,
atau batuan beku dan batuan kristalin yang homogen.
 Paralel
Anak sungai utama saling sejajar atau hampir sejajar, bermuara pada
sungai-sungai utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara ke
laut, berkembang di lereng yang terkontrol oleh struktur (lipatan
monoklinal, isoklinal, sesar saling sejajar dengan spasi yang pendek)
atau dekat pantai.
 Radial
Sungai yang mengalir ke segala arah dari satu titik. Berkembang pada
vulkan atau dome.

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Pola Aliran (Drainage Pattern)
 Trellis
Percabangan anak sungai dan sungai utama hampir tegak lurus, sungai-
sungai utama sejajar atau hampir sejajar. Berkembang di batuan sedimen
terlipat atau terungkit dengan litologi yang berselang-seling antara yang
lunak dan resisten.
 Angular
Sungai utama melingkar dengan anak sungai yang membentuk sudut hampir
tegak lurus. Berkembang di dome dengan batuan yang berseling antara
lunak dan keras.
 Centripetal
Sungai yang mengalir memusat dari berbagai arah. Berkembang di kaldera,
krater, atau cekungan tertutup lainnya.
 Multibasinal
Percabangan sungai tidak bermuara pada sungai utama, melainkan hilang ke
bawah permukaan. Berkembang pada topografi karst.
Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)
Morfometri DAS
Pengaruh bentuk DAS terhadap hidrograf aliran
Pola Aliran (Drainage Pattern)
Pola Aliran (Drainage Pattern)

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Kerapatan Aliran (drainage density)
Adalah panjang aliran sungai per kilometer persegi luas DAS. Semakin besar
nilai Dd semakin baik sistem pengalirannya. Semakin besar jumlah air larian
total (semakin kecil infiltrasi) semakin kecil air tanah yang tersimpan

Dd = Ln / A km/km2
Dd = Kerapatan aliran (km/km2)
Ln = Panjang sungai (km)
A = Luas DAS (km2)

LYNSLEY (1975) menyatakan bahwa jika nilai kepadatan aliran lebih kecil dari 1 mile/ mile2
(0,62 Km/ Km2), DAS akan mengalami penggenangan, sedangkan jika nilai kerapatan aliran
lebih besar dari 5 mile/ mile2 ( 3,10 Km/ Km2), DAS sering mengalami kekeringan

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Profil Sungai Utama
Sungai merupakan jalan air alami yang mengalir menuju samudera, danau ,
laut dan atau ke sungai lainnya, terdiri dari beberapa bagian bermula dari
mata air yang mengalir ke anak sungai, kemudian beberapa anak sungai
akan bergabung untuk membentuk sungai utama

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Morfometri Daerah Aliran Sungai
Aspek Topografi: Kemiringan DAS (Sb) dan Sungai (Ss)
• Kemiringan DAS
– Mean Slope of Watershed (Sb)
• Kemiringan Sungai Utama
– Mean Slope of Main Channel (Ss)
• Kemiringan Sungai

• Dimana
– Su: Kemiringan Dasar Sungai (%)
– H85: Ketinggian pada 0.85 thd Panjang Sungai Induk
– H10: Ketinggian pada 0.85 thd Panjang Sungai Induk
– Lb: Panjang Sungai Induk
• Median Elevasi
Morfometri Daerah Aliran Sungai
Aspek Panjang Alur Sungai (Li, Lca, Ls, Lg)

• Sungai Terpanjang (Li)


• Panjang Sungai Utama ke Pusat DAS (Lca)
• Panjang Sungai Utama (Ls)
• Panjang ‘Overland Flow” (Lg)
Morfometri Daerah Aliran Sungai
Aspek Alur Sungai

• Orde Sungai (Stream Order)


• Tingkat Percabangan Sungai (Bifurcation Ratio) =
Rb
• Kerapatan Alur Sungai (Drainage Density) = D / Dd
• Titik Pusat DAS (Center of Gravity)
• Sudut Percabangan Sungai (Angle of junction)
BIFURCATION RATIO/TINGKAT
PERCABANGAN SUNGAI
 Rb = Nu/Nu+1
 Nu = jumlah alur sungai orde ke U
 Nu+1 = jumlah alur sungai untuk orde ke u+1

 TOTAL BASIN RELIEF


 Beda tinggi antara titik outlet dengan titik tertinggi dalam DAS
 H=Hm-H1
 H1=ketinggian ttk outlet (m)
 Hm=ketinggian maks DAS (m)
DRAINAGE DENSITY / KERAPATAN ALIRAN
 Suatu angka indeks yg menunjukan banyaknya aliran di
dlm suatu DAS
 Dd = L/A
 L = jumlah panjang aliran (km)
 A = luas DAS (km2)
 Klasifikasi Kerapatan Aliran
 < 0,25 km/km2  rendah
 0,25 – 10 km/km2 sedang
 10 – 25 km/km2  tinggi
 > 25 km/km2
Karakteristik Kemampuan DAS
Erosi - Sedimentasi
Pendugaan kehilangan Lapisan Tanah Atas sebagai Erosi Permukaan
(Surface Erosion) dan sedimentasi dapat dilakukan secara kualitatif dan
secara kuantitatif berdasarkan konsep satuan lahan dalam DAS/Sub-DAS.

Secara Kualitatif
Erosi permukaan dapat diestimasi berdasarkan kenampakan seperti
adanya bekas-bekas percikan material tanah (splash erosion), aliran
lembaran yang bergerak perlahan di permukaan (sheet erosion), alur-alur
kecil hasil goresan aliran limpasan permukaan (rill erosion), parit-parit kecil
hasil perkembangan dari alur-alur permukaan (gully erosion), pemunculan
batang pohon dan akar-akarnya, gundukan tanah di bawah tanaman
pohon/kayu, dan lainnya

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Secara Kualitatif
 Pendugaan erosi permukaan menggunakan plot erosi berukuran
panjang 22 meter dan lebar 2 atau 4 meter dengan kemiringan plot
kurang lebih 9% dan dicobakan pada berbagai jenis tanaman
 Pada mulut plot erosi dipasang drum terukur (1) sebagai
penampung lumpur dan air hujan yang terangkut dan kelebihannya
ditampung dalam drum penampung (2)
 Berat per satuan volume lumpur ditimbang dikalikan dengan berat
jenis (BD) lumpur sehingga dapat diperoleh hasil lumpur dalam
gram per liter
 Pengukuran erosi permukaan tersebut dikenal dengan pengukuran
erosi aktual (metode volumetrik).

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Secara Prediktif - Kuantitatif
Pendugaan erosi permukaan berdasarkan rumus USLE
(Universal Soil Loss Equation) yang dikembangkan oleh
Wischmeier dan Smith (1978):

A = RxKxLxSxCxP
A = Erosi permukaan (ton/ha/tahun),
R = Faktor erosivitas hujan,
K = Faktor erodibilitas tanah,
L = Faktor panjang lereng,
S = Faktor kelerengan lahan,
C = Faktor tanaman
P = Faktor manajemen lahan

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Klasifikasi Kelas Bahaya Erosi (KBE) dan Tingkat
Bahaya Erosi (TBE) Permukaan (Dephut RI, 1986)

Kelas Bahaya Erosi (KBE)


Erosi
(I) (II) (III) (IV) (V)
Solum Tanah Laju Erosi (ton/ha/tahun)
(cm) (<15) (15-60) (60-180) (180-480) (>480)
Dalam SR R S B SB
(> 90) 0 I II III IV
Sedang R S B SB SB
(60 - 90) I II III IV IV
(Dangkal S B SB SB SB
(30 - 60) II III IV IV IV
Sangat B SB SB SB SB
Dangkal III IV IV IV IV
< 30 cm

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Erosi Lembah dan Erosi Tebing Sungai
 Erosi Lembah dan Erosi Tebing Sungai serta Erosi Total Sungai dapat
diduga dengan parameter erosi permukaan (USLE, SCS-USA)
 Besaran erosi permukaan diestimasi untuk setiap satuan lahan, walaupun
besarnya erosi permukaan per satuan lahan dalam satuan DAS atau Sub-
DAS belum mempertimbangan besarnya erosi lembah dan erosi tebing
(valley and bank erosion)
 Besarnya erosi lembah sungai dan erosi tebing sungai diestimasi antara 10 -
25 % kali besarnya erosi permukaan (A). Erosi total sungai (Gross erosion,
GE) adalah besarnya erosi permukaan (A) ditambah besarnya erosi lembah
dan erosi tebing ((10-25 %) A)

GE = A + (25% x A)
GE = Erosi total sungai (Gross Erosion) (ton/ha/th) atau (mm/tahun)
A = Erosi permukaan (Metode USLE) (ton/ha/th)

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Hasil Sedimen Sungai (Sediment Yield - Sy
Hasil sedimen sungai (SY) dapat diduga melalui prediksi
besarnya erosi total sungai (GE) dikalikan dengan Rasio
Pelepasan Sedimen (Sediment Delivery Ratio - SDR).
Sy = GE x SDR
Sy = Sedimen total sungai (ton/liter),
GE = Erosi total sungai (ton/ha/th atau mm/tahun)
SDR dapat diduga berdasarkan perbandingan antara besarnya erosi
permukaan (A) dengan erosi total sungai (GE). Besarnya rasio pelepasan
sedimen berbanding terbalik dengan luas DAS yang digambarkan dalam
bentuk grafik hubungan antara luas DAS dan nilai SDR. Semakin luas
wilayah DAS maka SDR semakin kecil.

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Daya Dukung Lahan DAS
 Daya dukung lahan adalah kemampuan suatu lahan untuk mendukung
dalam alokasi pemanfaatan ruang/lahan dalam wilayah DAS untuk
tujuan penataan ruang yang sesuai dengan kapasitas penyediaan
(supportive capacity) dan kapasitas daya tampung DAS (assimilative
capacity). Agar dalam pemanfaatan ruang DAS sesuai dengan kapasitas
lingkungan dan sumber daya maka alokasi pemanfaatan ruang/lahan
harus mengindahkan kemampuan lahan (land capability).
 Kapasitas SDA DAS tergantung pada kemampuan, ketersediaan, dan
kebutuhan akan lahan, air, dan vegetasi karena akan menentukan dalam
penataan ruang dan pemanfaatan sumberdaya alam tersebut.
 Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan akan lahan, air, dan
vegetasi di suatu wilayah DAS menentukan keadaan surplus dan defisit
dari lahan, air, dan vegetasi untuk mendukung kegiatan pemanfaatan
ruang dalam DAS

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Daya Dukung Lahan DAS
 Penentuan daya dukung lahan DAS melalui alokasi pemanfaatan ruang
berdasarkan kemampuan lahan yang dikategorikan ke dalam tingkat
kelas, sub-kelas, dan unit pengelolaan/manajemen lahan. Kemampuan
lahan merupakan karakteristik lahan DAS yang mencakup sifat tanah
(fisik dan kimia), topografi, drainase, kondisi lingkungan DAS lainnya.
 Suatu wilayah DAS dapat dilakukan klasifikasi kemampuan lahan ke
dalam tingkat kelas, sub-kelas, hingga unit pengelolaan/manajemen
lahan. Kemampuan lahan berkaitan dengan tingkat bahaya kerusakan
dan hambatan dalam pengelolaan lahan DAS.
 Klasifikasi kemampuan lahan dibagi ke dalam 8 kelas, kelas I hingga IV
mempunyai kemampuan untuk bidang pertanian, sedang kelas V hingga
VIII mempunyai kemampuan untuk bidang non-pertanian. Khususnya
untuk kelas VII dan VIII merupakan lahan yang harus dilindungi atau
untuk fungsi konservasi.

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Daya Dukung Lahan DAS
 Kemampuan lahan di sub-kelas klasifikasinya didasarkan pada jenis
faktor penghambat atau ancaman dalam penggunaannya
 Kemampuan lahan kelas II - VIII, karena kemampuan lahan kelas I tidak
mempunyai faktor penghambat. Kelas Kemampuan lahan yang dirinci
lagi ke dalam tingkat sub-kelas didasarkan pada 4 (empat) faktor
penghambat: (1) kemiringan lereng (t), (2) penghambat terhadap
perakaran tanaman (s), (3) tingkat erosi/bahaya erosi (e), dan (4)
genangan air (w). Sub kelas kemiringan lereng (t) terdapat pada lahan
yang faktor lerengnya menjadi faktor penghambat utama, yang meliputi
kemiringan lereng, panjang lereng, dan bentuk lereng sangat
mempengaruhi erosi, limpasan permukaan, serta kemudahan atau
faktor penghambat terhadap usaha pemanfaatan ruang/lahan DAS,
sehingga dapat menjadi petunjuk dalam pengelolaan/manajemen lahan

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Daya Dukung Lahan DAS
 Kelas kemampuan yang dirinci ke dalam sub-kelas dapat dirinci menurut
unit pengelolaan lahan yang dikategorikan berdasarkan intensitas faktor
penghambat dalam kategori sub-kelas. Dalam kategori unit pengelolaan
lahan telah diindikasikan kesamaan potensi dan hambatan/resiko
sehingga dapat digunakan untuk menentukan tipe pengelolaan atau
teknik konservasi yang dibutuhkan
 Kemampuan lahan pada tingkat unit pengelolaan lahan memberikan
faktor kelerengan yang lebih spesifik dan detil dari lahan tingkat sub-
kelas, diberi simbol dengan menambahkan angka (1, 2, 3, dst) di
belakang simbol sub-kelas. Angka-angka tersebut menunjukkan
besarnya tingkat faktor penghambat yang ditunjukkan dalam sub-kelas.
Sebagai contoh, sub kelas IIIt (faktor penghambat kelerengan) dengan
intensitas 1 (satu) maka dapat ditulis dalam unit pengelolaanlahan
tingkat IIIt1, IIIt2 dan seterusnya.

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)

Anda mungkin juga menyukai