Anda di halaman 1dari 37

PENCEMARAN

oleh PESTISIDA

MK. PENCEMARAN LINGKUNGAN


PS. KESEHATAN MASYARAKAT SEMESTER IV
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2014
PENCEMARAN LINGKUNGAN

Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,


energi, dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan
oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam
sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya
PESTISIDA

• zat atau campuran zat yang bertujuan untuk


mencegah, membunuh, atau mengendalikan hama
tertentu, termasuk vektor penyakit bagi manusia
dan hewan,
• Substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan
atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau
bagian-bagian tanaman(mengendalikan
pertumbuhan tanaman, merontokkan daun,
mengeringkan tanaman, mencegah kerontokkan
buah).
KLASIFIKASI berdasar target organisme yang
menjadi sasarannya
• Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau
atau kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk
membunuh tungau atau kutu.
• Algisida, berasal dari kata alga yang dalam bahasa latinnya berarti
ganggang laut. Berfungsi untuk melawan alge.
• Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung.
Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol
populasi burung.
• Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron.
Berfungsi untuk melawan bakteri.
• Fungisida, berasal dari kata latin fungus yang berarti jamur. Berfungsi
untuk membunuh jamur atau cendawan.
• Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman. Berfungsi
membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).
• Insektisida. Berfungsi untuk membunuh serangga.
• Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat
atau larva.
• Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti berselubung
tipis lembek. Berfungsi untuk membunuh siput.
• Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema
yang berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam
cacing yang hidup di akar).
• Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk
membunuh telur.
• Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi
untuk membunuh kutu.
• Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi
untuk membunuh ikan.
• Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat.
Berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus.
• Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa.
Berfungsi untuk membunuh pemangsa (predator).
• Silvisida, berasal dari kata latin silva yang berarti hutan. Berfungsi untuk
membunuh pohon.
• Termisida, berasal dari kata Yunani termes yang berarti serangga
pelubang daun. Berfungsi untuk membunuh rayap.
• Atraktan, zat kimia yang baunya dapat menyebabkan serangga menjadi
tertarik. Sehingga dapat digunakan sebagai penarik serangga dan
menangkapnya dengan perangkap.
• Kemosterilan, zat yang berfungsi untuk mensterilkan serangga atau hewan
bertulang belakang.
• Defoliant, zat yang dipergunakan untuk menggugurkan daun supaya
memudahkan panen, digunakan pada tanaman kapas dan kedelai.
• Desiccant. zat yang digunakan untuk mengeringkan daun atau bagian
tanaman lainnya.
• Disinfektan, zat yang digunakan untuk membasmi atau menginaktifkan
mikroorganisme.
• Zat pengatur tumbuh. Zat yang dapat memperlambat, mempercepat dan
menghentikan pertumbuhan tanaman.
• Repellent, zat yang berfungsi sebagai penolak atau penghalau serangga
atau hama yang lainnya. Contohnya kamper untuk penolak kutu, minyak
sereh untuk penolak nyamuk.
• Sterilan tanah, zat yang berfungsi untuk mensterilkan tanah dari jasad
renik atau biji gulma.
• Pengawet kayu, biasanya digunakan pentaclilorophenol (PCP).
• Stiker, zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap
angin dan hujan.
• Surfaktan dan agen penyebar, zat untuk meratakan pestisida pada
permukaan daun
• Inhibitor, zat untuk menekan pertumbuhan batang dan tunas.
• Stimulan tanaman, zat yang berfungsi untuk menguatkan pertumbuhan dan
memastikan terjadinya buah
KLASIFIKASI berdasar struktur senyawanya
dan bahan bakunya

• Organik, misal berbahan dasar tumbuhan yaitu piretrum, nikotin,


strychnine dll
• Inorganik, misal berbahan dasar ferum, cuprum, mercury, zinc dan
arsenic
• Sintetis
• Biopestisida. Mencakup pestisida mikrobiologi dan biokimia
Biopestisida
• Dari bahan alami, dari hewan, tumbuhan, dan bakteri.
Klasifikasi biopestisida :
• Biopestisida mikroba : sekumpulan mikroba (bakteri, fungi, virus) sbg bhn aktifnya.
bersifat selektif dan mengincar target tertentu saja. Telah terdapat fungi yang
didayagunakan sebagai penghambat pertumbuhan gulma tertentu. Beberapa jenis
fungi juga menjadi parasit bagi serangga dan dapat digunakan untuk membunuh
serangga ttt. Bacillus thuringensi adl contoh bakteri biopestisida. Bakteri ini
memproduksi protein yg membunuh larva serangga. Protein ini mengganggu sal
pencernaan shg menyebabkan larva serangga kelaparan.Tanaman juga dapat
dimodifikasi secara genetika untuk menghasilkan senyawa yg mampu melindungi
tanaman.
• Pestisida biokimia : mengendalikan hama secara non-toksik. Contohnya
adalah feromon yg mempengaruhi siklus perkembang biakan serangga sehingga
rantai keturunan serangga terputus. Feromon juga bisa berfungsi sebagai pemikat
serangga untuk menuju ke jebakan serangga.
Klasifikasi berdasar senyawa kimianya

• Organoklorin, senyawa karbon mengandung klor (terklorinasi),


misal :
DDT, aldrin, dieldrin (insektisida), heksaklorobenzena (BHC),
2,4,5-Triklorofenoksiasetat (2,4,5-T), 2,4-Diklorofenoksiasetat
(2,4-D) (herbisida)
• Organoklorin bekerja dengan mengganggu
keseimbangan ion kalium-natrium di dalam jaringan
syaraf. Tingkat keracunan senyawa ini dapat
bervariasi, namun seluruh senyawa organoklorin
bersifat persisten dan dapat terakumulasi secara
biologi.
• Organofosfat, senyawa karbon mengandung phospat, misal paration dan
malation. Kedua senyawa ini tergolong insektisida.

O,O-Dietil-O-p-nitrofeniltiofosfat (Paration) S-(1,2-Dikarbetoksietil)-0-0-dimetilditiofosfat (Malation)


• Paration sangat efektif utk mencegah hama pengganggu buah-buahan, tetapi
pestisida ini sangat beracun bagi manusia.
• Malation sangat efektif untuk serangga tertentu dan efek racunnya tidak
terlalu kuat bagi manusia.
• Karbamat, contoh : isopropil N-fenilkarbamat (IPC)(herbisida),
sevin, dan baygon (insektisida).

N-metil-1-naftilkarbamat (Sevin) Baygon


• Organofosfat dan karbamat telah menggantikan organoklorin.
Keduanya antikolinresterase(agen yang menghalangi aksi enzim
asetilkolinestrase) (acetylcholinesterase/ AChE), yg
memecah asetilkolin. Dengan menghalangi aktivitas AChE, kadar
asetilkolin meningkat.asetilkolin : zat kimia yang dibuat oleh
beberapa jenissel syaraf utk mengirim pesan ke sel lain (syaraf,
oto, kelenjar) (sebagai neurotransmiter). Asetilkolin membantu
mengatur memori di otak dan mempengaruhi tindakan otot
rangka dan otot polos di sistem syaraf perifer. Efek asetilkolin
berlawanan dengan dopamin. Organofosfat secara umum beracun
bagi vertebrata.
Klasifikasi Pestisida berdasar cara kerjanya
dan pengaruhnya
Dapat membunuh :
• Pestisida kontak (racun sentuh), berarti mempunyai daya bunuh setelah
mengenai tubuh/jasad sasaran.
• Pestisida fumigan (racun pernafasan), berarti mempunyai daya bunuh
setelah saluran pernafasan sasaran terkena uap atau gas
• Pestisida sistemik, berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian
tanaman melalui jaringan. Hama akan mati kalau mengisap cairan
tanaman.
• Pestisida lambung (racun perut), berarti mempunyai daya bunuh setelah
jasad sasaran memakan pestisida.
lanjutan

• Dapat menjauhkan serangga : repelant


• Dapat menggugurkan daun : defoliant
• Dapat menggagalkan pertumbuhan
FORMULASI PESTISIDA

• Pestisida sebelum digunakan harus diformulasi terlebih


dahulu. Pestisida dalam bentuk murni biasanya
diproduksi oleh pabrik bahan dasar, kemudian dapat
diformulasi sendiri atau dikirim ke formulator lain. Oleh
formulator baru diberi nama.
Jenis formulasi pestisida :

• 1. Cairan emulsi (emulsifiable concentrates/emulsible concentrates)


Pestisida yang berformulasi cairan emulsi meliputi pestisida yang di
belakang nama dagang diikuti oleb singkatan ES (emulsifiable solution),
WSC (water soluble concentrate). B (emulsifiable) dan S (solution).
Biasanya di muka singkatan tersebut tercantum angka yang menunjukkan
besarnya persentase bahan aktif. Bila angka tersebut lebih dari 90 persen
berarti pestisida tersebut tergolong murni. Komposisi pestisida cair
biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu bahan aktif, pelarut serta bahan
perata. Pestisida golongan ini disebut bentuk cairan emulsi karena berupa
cairan pekat yang dapat dicampur dengan air dan akan membentuk emulsi.
• 2. Butiran (granulars)
Formulasi butiran biasanya hanya digunakan pada bidang pertanian sebagai
insektisida sistemik. Dapat digunakan bersamaan waktu tanam untuk
melindungi tanaman pada umur awal. Komposisi pestisida butiran biasanya
terdiri atas bahan aktif, bahan pembawa yang terdiri atas talek dan kuarsa
serta bahan perekat. Komposisi bahan aktif biasanya berkisar 2-25 persen,
dengan ukuran butiran 20-80 mesh. Aplikasi pestisida butiran lebih mudah
bila dibanding dengan formulasi lain. Pestisida formulasi butiran di
belakang nama dagang biasanya tercantum singkatan G atau WDG (water
dispersible granule).
• 3. Debu (dust)
Komposisi pestisida formulasi debu ini biasanya terdiri atas bahan
aktif dan zat pembawa seperti talek. Dalam bidang pertanian
pestisida formulasi debu ini kurang banyak digunakan, karena
kurang efisien. Hanya berkisar 10-40 persen saja apabila pestisida
formulasi debu ini diaplikasikan dapat mengenai sasaran
(tanaman).
4. Tepung (powder)
Komposisi pestisida formulasi tepung pada umumnya terdiri atas bahan aktif
dan bahan pembawa seperti tanah hat atau talek (biasanya 50-75 persen).
Untuk mengenal pestisida formulasi tepung, biasanya di belakang nama
dagang tercantum singkatan WP (wettable powder) atau WSP (water soluble
powder).
5. Oli (oil)
Pestisida formulasi oli biasanya dapat dikenal dengan singkatan SCO (solluble
concentrate in oil). Biasanya dicampur dengan larutan minyak seperti xilen,
karosen atau aminoester. Dapat digunakan seperti penyemprotan ULV (ultra
low volume) dengan menggunakan atomizer. Formulasi ini sering digunakan
pada tanaman kapas.
• 6. Fumigansia (fumigant)
Pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas,
bau, asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya
digunakan di gudang penyimpanan.
PENGGUNAAN PESTISIDA

• Prinsip :
Aman terhadap diri dan lingkungannya,
Benar dalam arti 5 tepat (tepat jenis
pestisida, tepat cara aplikasi, tepat sasaran,
tepat waktu, dan tepat takaran).
Aman

• harus kompatibel dengan komponen pengendalian lain, seperti komponen


hayati
• efisien untuk mengendalikan hama tertentu
• meninggalkan residu dalam waktu yang singkat
• tidak boleh persistent, jadi harus mudah terurai
• dalam perdagangan (transport, penyimpanan, pengepakan, labeling) harus
memenuhi persyaratan keamanan yang maksimum
• harus tersedia antidote untuk pestisida tersebut
• sejauh mungkin harus aman bagi lingkungan fisik dan biota
• relatif aman bagi pemakai (LD50 dermal dan oral relatif tinggi)
Keamanan personal pengguna pestisida
• Pestisida digunakan apabila diperlukan
• Sebaiknya makan dan minum secukupnya sebelum bekerja dengan
pestisida
• Harus mengikuti petunjuk yang tercantum dalam label
• Anak-anak tidak diperkenankan menggunakan pestisida, demikian pula
wanita hamil dan orang yang tidak baik kesehatannya
• Hati-hati bekerja dengan pestisida, lebih-lebih pestisida yang konsentrasinya
pekat. Tidak boleh sambil makan dan minum
• Jangan mencium pestisida, karena pestisida sangat berbahaya apabila tercium
• Apabila terjadi luka,
tutuplah luka tersebut,
karena pestisida dapat
terserap melalui luka
• Menggunakan perlengkapan
khusus, pakaian lengan
panjang dan kaki, sarung
tangan, sepatu kebun,
kacamata, penutup hidung
dan rambut dan atribut lain
yang diperlukan
• Sebaiknya pada waktu pengenceran atau pencampuran pestisida dilakukan di
tempat terbuka.
• Menggunakan alat-alat yang bersih dan alat khusus
• Dalam mencampur pestisida sesuaikan dengan takaran yang dianjurkan. Jangan
berlebih atau kurang.
• Tidak diperkenankan mencampur pestisida lebih dari satu macam, kecuali
dianjurkan
• Jangan menyemprot atau menabur pestisida pada waktu akan turun hujan, cuaca
panas, angin kencang dan arah semprotan atau sebaran berlawanan arah angin.
• Wadah bekas pestisida harus dirusak atau dibenamkan, dibakar supaya tidak
digunakan oleh orang lain untuk tempat makanan maupun minuman
• Memasang tanda peringatan di tempat yang baru diperlakukan dengan pestisida
• Setelah bekerja dengan pestisida, semua peralatan harus dibersihkan, demikian
pula pakaian-pakaian, dan mandilah dengan sabun sebersih mungkin.
Cara aplikasi pestisida

Memperhatikan keadaan angin, suhu udara, kelembapan


dan curah hujan.
Angin yang tenang dan stabil akan mengurangi pelayangan
partikel pestisida di udara. Apabila suhu di bagian bawah
lebih panas, pestisida akan naik bergerak ke atas.
Demikian pula kelembapan yang tinggi akan
mempermudah terjadinya hidrolisis partikel pestisida yg
menyebabkan kurangnya daya racun. Sedang curah hujan
dpt menyebabkan pestisida larut dlm air hujan,
selanjutnya daya kerja pestisida berkurang.
PENCEMARAN PESTISIDA
Bahaya bg lingkungan

• Polusi air, tanah dan udara.


• Pestisida organik persisten dapat masuk dalam rantai makanan.
• Mengurangi keanekaragaman hayati tanah di ekosistem pertanian,
shg dpt mengganggu peningkatan nitrogen, resistensi dan
resurjensi.
• Residu pada makanan (buah dan sayur)
Diagram alir pencemaran Pestisida
(proses bioakumulasi dan biomagnifikasi)
Bahaya bg kesehatan
• Keracunan (iritasi pada kulit dan mata)
• Meninggal (efek yang yang mempengaruhi kerja syaraf)
• Penyakit kronis (mengganggu sistem hormon reproduksi)
• Karsinogenik. Sebuah studi pada tahun 2007 pd limfoma non-
hodgkin dan leukimia menunjukan hubungan positif dengan
paparan pestisida. ;kerusakan syaraf
• Teratogenik (kelainan bawaan, kematian janin, gangguan
perkembangan sistem syaraf). Wanita pada usia kehamilan 8
minggu yang hidup dekat dengan ladang yang disemprot
pestisida organoklorin jenis dikofol dan endosulfan memiliki
kemungkinan mendapatkan anak yang lahir dalam kondisi autis.
Istilah yg berkaitan dengan pestisida
• Hama : spesies tanaman atau hewan yang tidak diinginkan yang dapat
menyebabkan kerusakan selama produksi, pemrosesan, penyimpanan,
transportasi, atau pemasaran bahan pertanian (termasuk hasil hutan,
perikanan dan peternakan.
• Bahan Aktif : bahan kimia dan atau bahan lain yang terkandung
dalam Pestisida dan pada umumnya merupakan bahan yang berdaya racun
• Dosis: Takaran/ ukuran dalam liter, gram atau kg yang digunakan
untuk mengendalikan hama atau penyakit per satuan luas tertentu
• Formulasi : campuran bahan aktif dengan bahan lainnya dengan kadar dan
bentuk tertentu yang mempunyai daya kerja sebagai Pestisida sesuai dengan
tujuan yang direncanakan
• Lethal Dose 50 (LD50), dosis tunggal bahan kimia atau bahan lain
yang diturunkan secara statistik yang dapat diduga menyebabkan
kematian 50% dari populasi organisme dalam serangkaian kondisi percobaan
• Lethal Concentration 50 (LC50), konsentrasi yang diturunkan secara
statistik yang dapat diduga menyebabkan kematian 50% dari populasi
organisme dalam serangkaian kondisi percobaan yang telah ditentukan
• Lethal Time 50 (LT50), waktu dalam hari yang diperlukan untuk mematikan
50% hewan percobaan dalam kondisi tertentu.
• Resistensi adalah menurunnya kepekaan hama, penyebab
penyakit dan /atau gulma terhadap Pestisida tertentu (Kebal)
• Resurjensi adalah peningkatan populasi organisme sasaran setelah
perlakuan dengan Pestisida
TERIMA KASIH ATAS PERHATIAN ANDA

Anda mungkin juga menyukai