Anda di halaman 1dari 39

PENGERTIAN, KLASIFIKASI,

PREVALENSI, DAN ETIOLOGI FRAKTUR


Shafiyyah Al Atsariyah 1710711004
PENGERTIAN
FRAKTUR
Pengertian Fraktur

• Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu


tulang. Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak disekitarnya juga
sering kali terganggu.
• Fraktur adalah patahnya kontinuitas tulang yang terjadi ketika
tulang tidak mampu lagi menahan tekanan yang diberikan
kepadanya (Donna L. Wong, 2004).
KLASIFIKASI
FRAKTUR
Klasifikasi Fraktur

Menurut jumlah garis fraktur:


1. Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur).
2. Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur).
3. Comminutive fraktur (banyak garis fraktur/fragmen kecil yang
lepas, fragmen dapat terpuntir atau hancur).
Lanjutan..

Menurut luas garis fraktur:


1. Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara langsung,
fraktur hanya terjadi pada satu sisi korteks tulang, biasanya
tidak bergeser).
2. Fraktur komplit (tulang terpotong secara total, patah melintang
pada satu bagian tulang, sering kali bergeser).
3. Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak sehingga
tidak ada perubahan bentuk tulang).
Lanjutan..

Menurut bentuk fragmen:


1. Fraktur transversal (bentuk fragmen melintang).
2. Fraktur obligue (bentuk fragmen miring)
3. Fraktur spiral (bentuk fragmen melingkar)
Lanjutan..

Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar:


1. Fraktur terbuka (fragmen tulang menembus kulit) atau dicirikan oleh
robeknya kulit diatas cedera tulang, terbagi 3:
 Derajat 1, pecahan tulang menembus kulit, kerusakan jaringan
sedikit, kontaminasi ringan, luka <1 cm.
 Derajat 2, kerusakan jaringan sedang, risiko infeksi lebih besar, luka
>1 cm.
 Derajat 3, luka besar sampai ± 8 cm, kehancuran otot, kerusakan
neurovaskuler, kontaminasi besar. Oleh karena luka berhubungan
dengan dunia luar, risiko infeksi harus segera dikenali dan ditangani.
2. Fraktur tertutup (fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia
luar) atau memiliki kulit yang masih utuh diatas lokasi cedera.
PREVALENSI
FRAKTUR
Prevalensi Fraktur

Fraktur di Indonesia menjadi penyebab kematian terbesar


ketiga dibawah penyakit jantung koroner dan tuberculosis.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013.
Kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera antara lain karena
terjatuh, kecelakaan lalu lintas dan 2 trauma benda tajam atau
tumpul. Kecenderungan prevalensi cedera menunjukkan kenaikan
dari 7,5 % menjadi 8,2% pada tahun 2013 (Kemenkes RI, 2013).
Peristiwa terjatuh terjadi sebanyak 45.987 dan yang mengalami
fraktur sebanyak 1.775 orang (58 %) turun menjadi 40,9%, dari
20.829, kasus kecelakaan lalu lintas yang mengalami fraktur
sebanyak 1.770 orang (25,9%) meningkat menjadi 47,7%, dari 14.125
trauma benda tajam atau tumpul yang mengalami fraktur sebanyak
236 orang (20,6%) turun menjadi 7,3%.
ETIOLOGI
FRAKTUR
Etiologi Fraktur

• Traumatik. Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang


tiba-tiba dan berlebihan.
• Kelelahan atau tekanan berulang-ulang.
• Kelemahan dan abnormal pada tulang (patologis).
• Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar
dari
pada daya tahan tulang akibat trauma.
• Fraktur terjadi karena penyakit tulang.
PENATALAKSANAAN
MEDIS

13
A. Fraktur Terbuka
1. Perawatan darurat
Perawatan darurat yang Fraktur dibalut untuk
mengalami fraktur, antara lain mempertahakan kesejajaran
mengimobilisasi fraktur, dan mencegah fraktur dari
mempertahankan perfusi dislokasi. Membalut
jaringan, dan mencegah meredakan nyeri dan
infeksi. Luka terbuka ditutup mencegah kerusakan lebih
dengan balutan steril dan lanjut ke arteri, saraf, dan
perdarahan dikendalikan tulang.
dengan balut tekan.
14
2. Medikasi
Pasien yang mengalami fraktur pada awalnya akan
membutuhkan analgesia untuk meredakan nyeri.
- Pada kasus fraktur multiple opioid diberikan pada
awalnya.
- NSAID diprogramkan untuk mengurangi inflamasi
- Antibiotik dapat diberikan secara profilaksis
- Antikoagulen dapat diprogramkan untuk mencegah
DVT.

15
B. Seluruh Fraktur
1. OREF
Penanganan intraoperatif pada fraktur terbuka derajat III
yaitu dengan cara reduksi terbuka diikuti fiksasi eksternal
(open reduction and external fixation= OREF) sehingga
diperoleh stabilisasi fraktur yang baik. Keuntungan fiksasi
eksternal adalah memungkinkan stabilisasi fraktur
sekaligus menilai jaringan lunak sekitar dalam masa
penyembuhan fraktur.
2. ORIF / Pembedahan
ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan
internal fiksasi pada tulang yang mengalami fraktur. Fungsi ORIF
untuk memepertahankan posisi fragmen tulang agar tetap
menyatu dan tidak mengalami pergeseran.

17
3. Imobilisasi
Imobilisasi fraktur adalah upaya yang dilakukan untuk
menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti semula
secara optimum. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang
dipertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai
terjadi penyatuan.
Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna
(pembalutan, gips, bidai) dan interna (implan logam).

18
4. REHABILITASI
Kegelisahan, ketidaknyamanan dikontrol dengan berbagai
pendekatan (misal meyakinkan, perubahan posisisi,
strategi peredaan nyeri)
Partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari diusahakan
untuk memperbaiki kemandirian fungsi dan harga diri, dan
pengembalian bertahap pada aktivitas semula

19
Pemeriksaan Penunjang

Mentari Elisabeth (1710711002)


Ridha Tiomantha (1710711128)
1. Pemeriksaan rontgen
Mengetahui dan menentukan lokasi dan luasnya
fraktur/trauma dan jenis fraktur
2. Scan tulang
Memperlihatkan keparahan fraktur, juga dapat untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
Adapun juga menggunakan skor tulang tomography,
skor C1, Mr1, untuk mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak.
3. Arteriogram
Untuk memastikan ada atau tidaknya kerusakan
vaskuler pada bagian fraktur.
4. Hitung darah lengkap
Hemokonsentrasi mungkin menurun atau
meningkat (perdarahan bermakna pada sisi
fraktur atau organ jauh pada trauma multiple)
5. Kreatinin
Trauma otot meningkat menyebabkan beban
kreatinin untuk klirens ginjal.
6. Profil koagulasi
Mengetahui perubahan terjadinya kehilangan
darah, tranfusi atau cedera hati.
ASUHAN
KEPERAWATAN
KASUS 1
- Farras Jihan
- Niasa Lora
KASUS
Seorang klien dirawat diruangan perawatan umum dirumah sakit
pemerintah. Klien dirawat dengan keluhan patah tulang pada
femur sinistra dan luka terbuka sehingga tulang keluar dari kulit,
nyeri hebat, dan perdarahan. Seorang perawat melakukan
anamnesa, didapatkan hasil sebagai berikut: klien mengatakan
sakitnya karena kecelakaan ditabrak motor, saat kecelakaan klien
menyatakan sadar akan kejadian, dan tungkai sinistra sakit untuk
digerakkan.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapat data: tingkat kesadaran
composmentis, TTV: TD 100/60 mmHG, HR 112 x/menit, T 37 oC,
RR 20 x/menit, palpasi daerah farktur ada bagian tulang yang
menonjol dan ada krepitus di femur sisnistra, tulang keluar dari
permukaan kulit, perdarahan. Dari hasil pemeriksaan laboraturium
Hb 12 gr/dl, Ht 40%, Lekosit 12.000, GDS 125, Hasil Rontgen
Femur Sinistra: Fraktur Komunitif. Tindakan sementara klien
terpasang spalk dan akan direncanakan dilakukan ORIF, klien
terpasang Infus RL 28 tts/menit, dan mendapat antibiotik Cefizox
1 gr/IV. Diagnosa medis klien Fraktur Terbuka Kominutif Sinistra.
Perawat dan dokter serta paramedic lainnya yang terkait
melakukan perawatan secara integrasi untuk menghindari /
mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut.
DATA FOKUS
Data Subjektif: Data Objektif:
• Klien datang dengan keluhan • Tingkat kesadaran composmentis
patah tulang pada femur
sinistra dan luka terbuka. • TTV: TD 100/60 mmHG, HR 112
x/menit, T 37OC, RR 20 x/menit.
• Klien mengeluh nyeri hebat.
• Palpasi daerah farktur ada bagian
• Klien mengatakan sakitnya tulang yang menonjol dan ada
karena kecelakaan ditabrak krepitus di femur sinistra, tulang
motor, saat kecelakaan klien keluar dari permukaan kulit,
menyatakan sadar akan perdarahan.
kejadian, dan tungkai sinistra
sakit untuk digerakkan. • Hasil lab: Hb 12 gr/dl, Ht 40%,
Lekosit 12.000, GDS 125.
• Hasil Rontgen Femur Sinistra:
Fraktur Komunitif.
• Terpasang spalk, rencana ORIF,
terpasang Infus RL 28 tts/menit, dan
mendapat antibiotik Cefizox 1 gr/IV.
ANALISA DATA
Data Diagnosa Keperawatan Etiologi
DS: Nyeri Akut Agens cedera fisik
• Klien mengeluh patah tulang
pada femur sinistra dan luka
terbuka.
• Klien mengeluh nyeri hebat.
• Klien mengatakan sakitnya
karena kecelakaan ditabrak
motor, dan tungkai sinistra
sakit untuk digerakkan.

DO:
• Terdapat bagian tulang yang
menonjol dan krepitus di
femur sinistra, tulang keluar
dari permukaan kulit,
perdarahan.
• Hasil Rontgen Femur Sinistra:
Fraktur Komunitif.
ANALISA DATA
Data Diagnosa Etiologi
Keperawatan
DS: Hambatan Mobilitas Kerusakan
• Klien datang dengan keluhan Fisik integritas struktur
patah tulang pada femur sinistra tulang
dan luka terbuka.
• Klien mengatakan tungkai
sinistra sakit untuk digerakkan.

DO:
• Palpasi daerah farktur ada
bagian tulang yang menonjol
dan ada krepitus di femur
sinistra, tulang keluar dari
permukaan kulit, perdarahan.
• Tingkat kesadaran
composmentis.
• TTV: TD 100/60 mmHG, HR 112
x/menit, T 37OC, RR 20 x/menit.
• Terpasang spalk
ANALISA DATA
Data Diagnosa Keperawatan Etiologi
DS: Resiko Infeksi Prosedur Invasif
• Klien datang dengan
keluhan patah tulang pada
femur sinistra dan luka
terbuka.

DO:
• Palpasi daerah farktur ada
bagian tulang yang
menonjol dan ada krepitus
di femur sinistra, tulang
keluar dari permukaan kulit,
perdarahan.
• Lekosit 12.000
• Terpasang spalk, rencana
ORIF, terpasang Infus RL 28
tts/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSA
1 Nyeri Akut b.d agens cedera fisik
2 Hambatan Mobilitas Fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang
3 Resiko Infeksi b.d prosedur Invasif
INTERVENSI
NO. Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan a. Lakukan pengkajian nyeri secara
selama 3x24jam diharapkan masalah komprehensif termasuk lokasi,
keperawatan nyeri akut dapat teratasi karakteristik, dursi, frekuensi,
dengan kriteria hasil: kualitas dan faktor presipitasi
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu b. Observasi reaksi non-verbl dari
penyebab nyeri, mampu ketidaknyaman
menggunakan tehnik nonfarmakologi c. Gunakan teknik komunikasi
untuk mengurangi nyeri, mencari terapeutik untuk mengetahui
bantuan) pangalaman nyeri pasien
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang d. Kontrol lingkungan yang dapat
dengan menggunakan manajemen mempengaruhi nyeri
nyeri e. Observasi tanda-tanda vital
3. Mampu mengenali nyeri (skala, f. Observasi keadaan umum pasien
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) g. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
4. Menyatakan rasa nyaman setelah h. Ajarkan teknik relaksasi
nyeri berkurang i. Kolaborasi dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
j. Kolaborasi dengan anggota tim
kesehatan lainnya
INTERVENSI
NO. Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Dx
2 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital
keperawatan selama 3x24jam 2. Observasi keadaan umum
diharapkan masalah keperawatan pasien
gangguan mobilitas fisik dapat 3. Ajarkan pasien tentang
teratasi dengan kriteria hasil: teknik ambulasi
a. Klien meningkat dalam 4. Kaji kemampuan pasien
aktivitas fisik dalam mobilisasi
b. Mengerti tujuan dan 5. Latih sesuai dalam
peningkatan mobilitas pemenuhan kebutuhan ADLs
c. Memverbalisasikan perasaan secara mandiri sesuai
dalam meningkatkan kekuatan kemampuan
dan kemampuan berpindah 6. Bantu klien untuk
d. Memperagakan penggunaan menggunakan tongkat saat
alat berjalan dan cegah terhadap
e. Bantu untuk mobilisasi cedera
(walker)
INTERVENSI
NO. Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Dx
3 Setelah dilakukan tindakan 1. Cuci tangan sebelum dan
keperawatan selama 3x24jam sesudah tindakan
diharapkan masalah keperawatan keperawatan
resiko infeksi dapat teratasi dengan 2. Monitor kerentanan
kriteria hasil: terhadap infeksi
a. Klien bebas dari tanda dan gejala 3. Batasi pengunjung bila
infeksi perlu
b. Mendeskripsikan proses 4. Instruksikan pada
penularan penyakit, faktor yang pengunjung untuk mencuci
mempengaruhi penularan serta tangan saat berkunjung
penatalaksanaannya dan setelah berkunjung
c. Menunjukkan kemampuan untuk meninggalkan pasien
mencegah timbulnya infeksi 5. Ajarkan pasien dan
d. Jumlah leukosit dalam batas keluarga tanda dan gejala
normal infeksi
e. Menunjukkan perilaku hidup 6. Ajarkan cara menghindari
sehat infeksi.
SUMBER
Nanda-I Diagnosa Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi, 2018-2020
Nursing Outcomes Classification (NOC), ELSEVIER
Nursing Interventions Classification (NIC), ELSEVIER
Telaah Jurnal

The Characteristic of Patients With Femoral Fracture In Department Of


Orthopaedic and Traumatology RSUD Dr. Soetomo Surabaya 2013-2016

Ega shafira 1710711108


Anna Fauziah 1710711141
no Penulis, th Perlakuan Kontrol Sampel (n)

1 Riswanda Noorisa, Mengalisis catatan Dari 1 januari Intervensi


Dwi Apriliwati, medis dari semua 2013 sampai 31 (n=290)
Abdul Aziz, pasien rawat inap di Desember 2016
Sulis Bayusentono. Dapertement n=112
2017 Ortopedi RSUD Dr.
Soetomo Surabaya
Metode Random Hasil

Yang diukur Temuaan

Cross sectional Tidak 1.Jenis kelamin 1. laki-laki masuk dalam kasus


2. Usia fraktur paling banyak
3.Penyebab fraktur 2. Sering terjadi pada rentan usia
4. Lokasi fraktur 15-24 tahun
5.Tempat insiden 3. Penyebab terserinya yaitu
fraktur kecelakaan lalu lintas
6.Waktu terjadinya 4.Lokasi shaft femur merupakan
fraktur lokasi terbanyak terjadinya
insiden
5. jalan raya merupakn tempat
tersering terjadinya insiden
fraktur
6. Pukul 06.01 – 12.00
merupakan waktu tersering
terjadinya fraktur.

Anda mungkin juga menyukai