Anda di halaman 1dari 18

PELAYANAN

RUMAH SAKIT
4 3 2 1
• ARTI INGGILLIATUS SAKINAH
• IRNAWATI NURJANAH
• REVINA KARDIAN
Apa itu
rumah
sakit ??
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009
tentang rumah sakit, yang dimaksudkan dengan

PELAYANAN
rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang

RUMAH SAKIT
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.

4 3 2 1
Fungsi Rumah Sakit :
a. Pelayanan medis.

• ARTI INGGILLIATUS SAKINAH


b. Pelayanan dan asuhan keperawatan.
c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis.
d. Pelayanan kesehatan•kemasyarakatan
IRNAWATIdanNURJANAH
rujukan.
e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan.
• REVINA KARDIAN
f. Administrasi umum dan keuangan.
PERIZINAN RUMAH SAKIT
1. IZIN MENDIRIKAN
Izin mendirikan adalah ijin yang diberikan
untuk mendirikan rumah sakit setelah memenuhi
PELAYANAN
persyaratan untuk mendirikan.

RUMAH
diberikan untuk jangka SAKIT
Izin mendirikan sebagaimana dimaksud
waktu 2 (dua) tahun dan
dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun
4 3 sebagaimana tertulis dalam UU no 44 tahun 2009
tentang Rumah sakit, namun dalam Permenkes no
2
1
56 tahun 2014 •ijinARTI INGGILLIATUS
mendirikan SAKINAH
diberikan dalam
jangka waktu 1 (satu) tahun dan dapat
• IRNAWATI
diperpanjang untuk 1 (satu) NURJANAH
tahun. Perpanjangan
• REVINA
izin mendirikan diperoleh dengan mengajukan
KARDIAN
permohonan selambat lambatnya 2 (dua) bulan
sebelum jangka waktu izin mendirikan berakhir
dengan melampirkan izin mendirikan.
lampiran

• fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, kecuali instansi Pemerintah atau
Pemerintah Daerah
• studi kelayakan
• master plan
• Detail Engineering Design
• dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan;
• fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan tanah atas nama badan hukum
pemilik rumah sakit;
• izin undang-undang gangguan (Hinder Ordonantie/HO);
• Surat Izin Tempat Usaha (SITU);
• Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
• Rekomendasi dari pejabat berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah
daerah Propinsi/Kabupaten/Kota sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit
• 2. Izin operasional
• Izin operasional adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan setelah
memenuhi persyaratan dan standar.
• Izin operasional sebagaimana dimaksud diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan. Perpanjangan izin operasional dilakukan dengan
mengajukan permohonan perpanjangan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sebelum habis masa berlakunya
izin operasional.
• Izin Mendirikan Rumah Sakit, bagi permohonan Izin Operasional untuk pertama kali;
• profil Rumah Sakit, meliputi visi dan misi, lingkup kegiatan, rencana strategi, dan struktur organisasi;
• isian instrumen self assessment sesuai klasifikasi Rumah Sakit yang meliputi pelayanan, sumber daya
manusia, peralatan, bangunan dan prasarana;
• gambar desain (blue print) dan foto bangunan serta sarana dan prasarana pendukung;
• izin penggunaan bangunan (IPB) dan sertifikat laik fungsi;
• dokumen pengelolaan lingkungan berkelanjutan;
• daftar sumber daya manusia;
• daftar peralatan medis dan nonmedis;
• daftar sediaan farmasi dan alat kesehatan;
• berita acara hasil uji fungsi peralatan kesehatan disertai kelengkapan berkas izin pemanfaatan dari instansi
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk peralatan tertentu; dan
• dokumen administrasi dan manajemen
PERATURAN MENTRI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 72 TAHUN 2016 STANDAR PELAYANAN
KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

MENURUT PASAL 3
(1) Standar kefarmasian di rumah sakit meliputi standar : a.
PELAYANAN
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai dan b. pelayanan farmasi klinik
RUMAH SAKIT
(2) Pengelolaan sediaan farmasi alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat(1) harus
meliputi :
4 2
1
3
1. Pemilihan
• ARTI INGGILLIATUS SAKINAH
Adalah kegiatan untuk menetapkan jenissediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahanmedis habis pakai sesuai dengan kebutuhanberdasarkan:
• IRNAWATI NURJANAH
•Formularium dan standarpengobatan/pedoman diagnosa dan terapi;
•Standar sediaan farmasi, alat kesehatan danbahan medis habis pakai yang
telahditetapkan;
•Pola penyakit;
• REVINA KARDIAN
•Efektifitas keamanan;
•Pengobatan berbasis bukti;
•Mutu;
•Harga; dan
•Ketersediaan di pasaran
2. Perencanaan Kebutuhan
Merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periodepengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medishabis pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untukmenjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah,
tepatwaktu dan efisien. Pedoman perencanaan harusmempertimbangkan:
•Anggaran yang tersedia;
•Penetepan prioritas;
•Sisa persediaan;
•Data pemakaian periode yang lalu;
•Waktu tunggu pemesanan; dan
•Rencana pengembangan

3. Pengadaan
Merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikanperencanaan kebutuhan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalampengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medishabis pakai antara lain:
•Bahan baku obat harus disertai sertifikat analisa
•Bahan berbahaya harus menyertakan
Material Safety DataSheet
{MSDS}
•Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakaiharus mempunyai nomor izin edar
•Masa kadluarsa minimal 2 tahun kecuali untuk sediaanfarmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai tertentu{vakasin,
regensia, dan lain-lain}/pada kondisi yangdapatdipertanggung jawabkan
4. Penerimaan
Merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,spesifikasi, jumlah, mutu,
waktu penyerahan dan hargayang tertera dalam kontrsk atau surat pesanan dengankondisi fisik
yang diterima.

5. Penyimpanan
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanansediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakaisesuai dengan persyaratan kefarmasian (stabilitas dan keamanan,sanitasi, cahaya,
kelembaban, ventilasi dan keamanan)
•Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi,bentuk sediaan dan jenis
serta disusun secara alfabetis denganmenerapkan prinsip First Expired First Out
• (FEFO) danFist In FirstOut (FIFO)
• disertai sistem informasi manajemen.
•Rumah sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan obatemergensi untuk kondisi
kegawatdaruratan. Tempat penyimpananharus mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan
anpencurian
6. Pendistribusian
Merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/menyerahkan sediaanfarmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai dari tempat penyimpanan
sampaikepad pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatanwaktu.
7. Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
8. Pengendalian
Dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan, dilakukan oleh instalasifaarmsi harus
bersama komite/tim farmasi dan terapi di RS.
9. AdministrasiKegiatan administrasi terdiridari
•Pencatatan dan pelaporan
•Administrasi keuangan
•Admnistrasi penghapusan

10. Manajemen risikopengelolaan sediaanfarmasi, alat kesehatan danbahan medis habis pakai
•Menentukan konteksmanajemen risiko padaproses pengelolaan
•Mengidentifikasi risiko
•Menganalisa risiko
•Mengevaluasi risiko
•Mengatasi risiko
(3) Pelayanan farmasi klinik meliputi :
a. Pengkajian dan pelayanan resep
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat
rekonsiliasi obat
c. Pelayanan informasi obat
d. Konseling
e. Visite
f. Pemantauan efek samping obat
g. Dispending sediaan steril
h. Pemantauan kadar obat dalam darah
UU NARKOTIKA DAN
PSIKOTROPIKA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
PELAYANAN
NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN,
PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN
RUMAH
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASISAKIT

Pasal 5 tentang Peredaran


2
3
1
4
• ARTI
(1) Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat INGGILLIATUS
jadi hanya dapat SAKINAH
diedarkan setelah mendapatkan izin edar dari Menteri.
• IRNAWATI NURJANAH
(2) Untuk mendapatkan izin edar Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
dalam bentuk obat jadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)harus melalui
pendaftaran pada Badan Pengawas Obat dan Makanan.
• REVINA KARDIAN
(3) Ketentuan mengenai tata cara untuk mendapat izin edar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 25 tentang Penyimpanan
(1) Tempat penyimpanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dapat
berupa gudang, ruangan, atau lemari khusus.
(2) Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan untuk menyimpan
barang selain Narkotika.
(3) Tempat penyimpanan Psikotropika dilarang digunakan untuk menyimpan
barang selain Psikotropika.
(4) Tempat penyimpanan Prekursor Farmasi dalam bentuk bahan baku dilarang
digunakan untuk menyimpan barang selain Prekursor Farmasi dalam bentuk
bahan baku.

Pasal 37 tentang Pemusnahan


Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi hanya dilakukan dalam hal:
a. diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat
diolah kembali;
b. telah kadaluarsa;
c. tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk sisa penggunaan;
d. dibatalkan izin edarnya; atau
e. berhubungan dengan tindak pidana.
Pasal 45 tentang Pelaporan
(1) Industri Farmasi yang memproduksi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib membuat, menyimpan, dan
menyampaikan laporan produksi dan penyaluran produk jadi Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi setiap bulan
kepada Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala Badan.
(2) PBF yang melakukan penyaluran Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi wajib membuat,
menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam
bentuk obat jadi setiap bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan tembusan Kepala Badan/Kepala Balai.
(3) Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan penyaluran
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi kepada Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala
Badan.
(4) Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan penyaluran
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau
Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Balai setempat.
(5) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) paling sedikit terdiri atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi;
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
c. tanggal nomor dokumen dan sumber penerimaan;
d. jumlah yang diterima;
e. tanggal nomor dokumen dan tujuan penyaluran;
f. jumlah yang disalurkan; dan
g. nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran dan persediaan awal dan akhir.
Kewajiban rumah sakit
Pasal 2 ( peraturan menteri kesehatan republik indonesia no 4 tahun 2018

Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban :

• memberikan informasi yang benar tentangpelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat;


• memberi pelayanan kesehatan yang aman,bermutu, antidiskriminasi, dan efektif
denganmengutamakan kepentingan pasien sesuaidengan standar pelayanan Rumah Sakit;
• memberikan pelayanan gawat darurat kepadapasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya;
• berperan aktif dalam memberikan pelayanankesehatan pada bencana, sesuai dengankemampuan
pelayanannya;
• menyediakan sarana dan pelayanan bagimasyarakat tidak mampu atau miskin;
• melaksanakan fungsi sosial;
• membuat, melaksanakan, dan menjaga standarmutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakitsebagai
acuan dalam melayani pasien;
SANKSI ADMINISTRASI
1. Sanksi administrasi ringan
tindakan administratif yang diberikan kepada Rumah Sakit yang
melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang berpotensi
mengakibatkan terganggunyaatau menurunnya kualitas pelayanan
di Rumah Sakit.

contoh :
• teguran lisan
• teguran tertulis.
2.Sanksi Administrasi sedang
merupakan tindakan administratif yang diberikan kepada Rumah Sakit
yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang secara langsung
berakibat pada terganggunya atau menurunnya kualitas pelayanan
diRumah Sakit.

Contoh :
pemberhentian sementara sebagian kegiatan, bertujuan agar Rumah Sakit
melakukanperbaikan pelayanan dan/atau kegiatannya
3.Sanksi Administrasi Berat
merupakan tindakan administratif yang diberikan kepada Rumah Sakit yang
memiliki kebijakan bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan mengakibatkan Pasien tidak mendapatkan pelayanan yang
sesuai dengan standar.

contoh :
berupa denda dan pencabutan izin operasional.
SEKIAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai