C. Defisiensi sel NK
1. Defisiensi kongenital
Ditemukan pada penderita dengan osteopetrosis (defek
osteoklast & monosit)
Def NK Autoantibodi ↑ imunodefisiensi
2. Defisiensi didapat
Terjadi akibat Imunosupresi / radiasi defisiensi sel NK
D. Defisiensi Sistem Fagosit
Fagosit dapat menghancurkan mikroorganisme tanpa
bantuan komplemen.
Defisiensi fagosit (fagosit turun sampai 500/mm3)
defisiensi neutrofil infeksi berulang kerentanan infeksi
piogenik ↑
1. Defisiensi kuantitatif
↓ produksi / ↑ destruksi neutropenia, granulositopenia
2. Defisiensi kualitatif
Fungsi fagosit (kemotaksis,menelan/memakan dan membunuh
mikroba) ↓
Defisiensi kualitatif
No. Defisiensi Keterangan
1 Chronic Infeksi rekuren berbagai mikroba, baik negarif-Gram
Granulomatous (escherichia,serratia,kleibsiela) maupun positif-Gram
Disease (CGD) (stafilokok).
- Merupakan penyakit X-linked resesif pd
usia 2 tahun pertama
- Ditemukan defek neutrofil & ketidakmampuan
membentuk peroksid hidrogen/metabolit
oksigen toksik lainnya.
C. AIDS
Penyakit yang disebabkan oleh virus HIV.
Defisiensi Imun Sekunder
Penyebab Mekanisme
Infeksi HIV Penipisan dari CD4 Th
Chėdiak-Higashi syndrome
Mutasi gen yang mengkode lysosomal-trafficking regulator
protein (LYST) gangguan fusi phagosome-lysosome
dalam neutrofil, dan makrofag.
Gangguan formasi melanosome dalam melanosit
(albinism), kelainan lisosom pada nervous sistim ( nerve
defect), dan pada trombosit (bleeding disorder)
Defect pada sel limfosit T cytocoxic
Immunodefisiensi primer
(congenital immunodeficiencies)
Gangguan pada komponen sistim imun
adaptive
Kortikosteroid
menghambat maturasi sel T dan sel B
menghambat sintesis sitokin
Cyclophosphamide
menghambat fungsi sel T dan sel B
Azathioprine
mengganggu pembelahan sel reduced sel T & B
Methotrexate blocks sintesis DNA Ig ↓
Leflunomide menghambat proliferasi sel T dan B
dan produksi antibodi
Ciclosporin, tacrolimus, rapamycin signalling sel T
Immunodefisiensi sekunder
(acquired immunodeficiencies)
Defisiensi nutrisi
Defisiensi nutrisi
kerusakan jar limfoid
penurunan sist imun seluler & fagosit
Def zinc & iron disfungsi sel T, rendahnya
rasio CD4/ CD8, penurunan hipersensitif delayed
cutaneous.
Obesitas perubahan respon imun
PENCEGAHAN
Hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh penderita penyakit
immunodefisiensi:
1. Mempertahankan gizi yang baik
2. Memelihara kebersihan badan
3. Menghindari makanan yang kurang matang
4. Menghindari kontak dengan orang yang menderita penyakit menular
5. Menghindari merokok dan obat-obat terlarang
6. Menjaga kebersihan gigi untuk mencegah infeksi di mulut
7. Vaksinasi diberikan kepada penderita yang mampu membentuk antibodi.
Kepada penderita yang mengalami kekurangan limfosit B atau limfosit T
hanya diberikan vaksin virus dan bakteri yang telah dimatikan (misalnya
vaksin polio, MMR dan BCG).
Imunonutrisi
• Makronutrient protein & asam lemak tak
jenuh.
• Mikronutrient vitamin & mineral.
Protein
• Arginin:
1. Meningkatkan proliferasi limfosit
2. Meningkatkan respon & fungsi sel T
3. Meningkatkan kerja NK dan PMN
4. Sintesis NO
• Glutamin:
1. Meningkatkan aktivasi sel NK & neutrofil
2. Sumber energi berbagai sel dalam tubuh
3. Peran penting dalam imunitas saluran pernapasan,
pencernaan, reproduksi (glutamin sumber nutrient
sIgA, sel saluran cerna)
Asam lemak tak jenuh
Omega 3
• Prostagladin seri 3
- Proinflamatori lemah
• Leukotrien seri 5
- Menurunkan produksi TNF alfa, IL-1, IL-2, IL-6,
PAF
• Peran dalam penyakit critical ill
Jika inflamasinya terjadi secara berlebihan
Resiko perdarahan (tidak untuk semua kasus)
Vitamin
• Vitamin A
1. Meningkatkan produksi sel hematopoesis
2. Meningkatkan pertahanan mukosa
3. Keseimbangan Th1 dan Th2
Diperlukan bagi pasien HIV
• Vitamin C
1. Menetralisir free radikal
2. Meningkatkan IgA, IgM, C3
Vitamin
• Vitamin E
1. Mempertahankan integritas membran
2. Berikatan dengan omega 3 menurunkan
PGE2
• Karotenoid (beta karoten)
- Menghambat/menurunkan produksi PGE2
dengan menurunkan asam arakidonat (omega
6 proinflamatori kuat)
Mineral
• Zn
1. Regulator apoptosis limfosit
2. Mempertahankan sel pada lapisan pencernaan
dan pernapasan
3. Berperan dalam perkembangan timus
4. Meningkatkan CD4+, Tc, respon imun
• Fe
1. Rasio CD4+ dan CD8+
2. Meningkatkan proliferasi limfosit T
• Se meningkatkan produksi IgG dan IgM
Defisiensi sel T
Uji tapis:
• Hitung limfosit total dan morfologinya
• Hitung sel T dan sub populasi sel T : hitung sel T total, Th dan Ts
• Uji kulit tipe lambat (CMI) : mumps, kandida, toksoid tetanus,
tuberkulin
• Foto sinar X dada : ukuran timus
Uji lanjutan:
• Enumerasi subset sel T (CD3, CD4, CD8)
• Respons proliferatif terhadap mitogen, antigen dan sel alogeneik
• HLA typing
• Analisis kromosom
Defisiensi sel B
Uji Tapis:
• Kadar IgG, IgM dan IgA
• Titer isoaglutinin
• Respon antibodi pada vaksin (Tetanus, difteri, H.influenzae)
Uji lanjutan:
• Enumerasi sel-B (CD19 atau CD20)
• Kadar subklas IgG
• Kadar IgE dan IgD
• Titer antibodi natural (Anti Streptolisin-O/ASTO, E.coli
• Respons antibodi terhadap vaksin tifoid dan pneumokokus
• Foto faring lateral untuk mencari kelenjar adenoid
Defisiensi fagosit
Uji tapis:
• Hitung leukosit total dan hitung jenis
• Uji NBT (Nitro blue tetrazolium), kemiluminesensi : fungsi
metabolik neutrofil
• Titer IgE
Uji lanjutan:
• Reduksi dihidrorhodamin
• White cell turn over
• Morfologi spesial
• Kemotaksis dan mobilitas random
• Phagocytosis assay
• Bactericidal assays
Defisiensi komplemen
Uji tapis:
• Titer C3 dan C4
• Aktivitas CH50
Uji lanjutan:
• Opsonin assays
• Component assays
• Activation assays (C3a, C4a, C4d, C5a)
Pemeriksaan Antigen p24
• Lokasi antigen: serum, plasma, cairan
serebospinal.
• Meningkat pada awal infeksi dan beberapa
saat sebelum memasuki fase AIDS.
• Hasil: positif setelah 45 hari terinfeksi.
• Hanya dianjurkan sebagai pemeriksaan
penunjang pada orang dengan resiko tinggi
tertular HIV jika test serologisnya -
HIV-RNA
• Dikenal sebagai viral load menggunakan
teknik PCR (mengetahui jumlah virus dalam
darah).
• Dapat dilaksanakan pada masa window
period/pada bayi lahir pd ibu
HIV+/pemeriksaan serologis dengan hasil
intermediatte.
• Digunakan untuk monitoring pengobatan ARV
• Hasil: positif setelah 11 hari terinfeksi
Antibodi HIV
• Metode yang dipakai ELISA
• Hasil: positif dengan timbulnya bintik/garis
berwarna/ditemukan pola aglutinasi.
• Dapat dikerjakan kurang dari 20 menit uji
cepat dan sederhana.
Defisiensi Jenis Terapi