Anda di halaman 1dari 37

Definisi Imunodefisiensi

Tanggapan imun yang lemah oleh pemberian


obat-obatan imunosupresif, radiasi, malnutrisi,
beberapa proses penyakit tertentu; disebut juga
imunocompromised. (Dorland)

Keadaan dimana terjadi penurunan atau


ketiadaan respon imun normal (sistem kekebalan
tidak berfungsi secara kuat)  rentan infeksi dan
dapat menjadi fatal
Gambaran Umum Defisiensi Imun
1. Peningkatan kerentanan terhadap infeksi
tergantung dari jenis komponen imun yang
defektif
2. Rentan terhadap kanker tertentu
3. Defisiensi imun dapat terjadi akibat defek
pematangan limfosit atau aktivasi atau dalam
mekanisme efektor imunitas spesifik dan
nonspesifik
4. Imunodefisiensi tertentu berhubungan dengan
insiden autoimunitas
Klasifikasi imunodefisiensi
Pembagian Defisiensi Imun
Defisiensi Imun Nonspesifik Defisiensi Imun Spesifik
A. Defisiensi Komplemen A. Defisiensi kongenital / Primer
1. Defisiensi komplemen B. Defisiensi imun fisiologik
kongenital 1. Kehamilan
2. Defisiensi komplemen 2. Usia tahun pertama
fisiologik 3. Usia lanjut
3. Defisiensi komplemen C. AIDS
didapat D. Defisiensi didapat /sekunder
B. Defisiensi interferon dan lisozim 1. Malnutrisi
1. Defisiensi interferon 2. Infeksi
kongenital 3. Obat,trauma,tindakan
2. Defisiensi interferon dan kateterisasi dan bedah
lisozim didapat 4. Penyinaran
C. Defisiensi sel NK 5. Penyakit berat
1. Defisiensi kongenital 6. Kehilangan Ig/leukosit
2. Defisiensi didapat 7. Stres
D. Defisiensi sistem Fagosit 8. Agamaglobulinemia dengan
1. Defisiensi kuantitatif timoma
2. Defisiensi kualitatif
DEFISIENSI IMUN NONSPESIFIK
A. Defisiensi Komplemen
Defisiensi komponen/fungsi komplemen  ↑ infeksi bakteri rekuren &
sensitivitas penyakit autoimun

1. Defisiensi komplemen kongenital


Def. C1 INH Def. C2 & C4 Def C3 Def C5 Def C6,C7,C8

Angioedem Penyakit infeksi gangguan Gangguan dlm


herediter serupa LES mikroba kemotaktik  lisis 
aktivitas c1 tdk kegagalan piogenik kerentanan kerentanan
terkontrol & eliminasi fragmen thdp infeksi thdp septikemi
produksi kinin kompleks kemotaktik C5 bakteri meningokokus
↑  C2a & imun tdk diproduksi & gonokokus ↑
C4a dilepas   kompleks  ↑ drajat
sel mast Ag-Ab-C3b ≠ infeksi
melepas diendapkan di nesseria,
histamin  membran sepsis,
edem fatal gangguan artritis, & DIC
opsonisasi
2. Defisiensi komplemen fisiologik
Hanya ditemukan pada neonatus yang disebabkan kadar C3,C5 dan B-cell yang
masih rendah
3. Defisiensi komplemen didapat
etiologi :Depresi sintesis (sirosis hati dan malnutrisi protein/kalori)  def
komplemen  gangguan aktivasi komplemen  ↑ resiko infeksi

Def C1q,r,s Def C4 Def C2 Def c3 Def C5-C8 Def C9

Terjadi Byk tjd Byk tjd pd Infeksi Kerentanan ≠ ada tanda


bersamaan dgn pd LES LES bakteri infeksi ↑ infeksi
pnykt autoimun (defisiensi rekuren ↑ Terutama rekuren
(LES) komplemen neseria Lisis masih
def.inhibitor paling sering dapat terjadi
esterase C1  terjadi) atas pengaruh
C4 / C2 terus C8 tanpa
mengaktifkan C9perlahan
bahan(plasmin) (jarang
 edem lokal ditemukan)
berbagai alat
tubuh
B. Defisiensi Interferon & lisozim
1. Defisiensi interferon kongenital
Dapat menimbulkan infeksi mononukleosis yang fatal
2. Defisiensi interferon dan lisozim didapat
Ditemukan pada malnutrisi protein/kalori

C. Defisiensi sel NK
1. Defisiensi kongenital
 Ditemukan pada penderita dengan osteopetrosis (defek
osteoklast & monosit)
 Def NK Autoantibodi ↑  imunodefisiensi
2. Defisiensi didapat
Terjadi akibat Imunosupresi / radiasi  defisiensi sel NK
D. Defisiensi Sistem Fagosit
 Fagosit dapat menghancurkan mikroorganisme tanpa
bantuan komplemen.
 Defisiensi fagosit (fagosit turun sampai 500/mm3) 
defisiensi neutrofil infeksi berulang  kerentanan infeksi
piogenik ↑

1. Defisiensi kuantitatif
↓ produksi / ↑ destruksi  neutropenia, granulositopenia
2. Defisiensi kualitatif
Fungsi fagosit (kemotaksis,menelan/memakan dan membunuh
mikroba) ↓
Defisiensi kualitatif
No. Defisiensi Keterangan
1 Chronic Infeksi rekuren berbagai mikroba, baik negarif-Gram
Granulomatous (escherichia,serratia,kleibsiela) maupun positif-Gram
Disease (CGD) (stafilokok).
- Merupakan penyakit X-linked resesif  pd
usia 2 tahun pertama
- Ditemukan defek neutrofil & ketidakmampuan
membentuk peroksid hidrogen/metabolit
oksigen toksik lainnya.

2 Glucose-6- -Penyakit X-linked resesif dgn gambaran klinis seperti


phosphate CGD.
dehydrogenase -Ditemukan anemia hemolitik
-Disebabkan oleh def. Generasi NADPH
-Gejala mulai terlihat pd usia < 2 tahun
-Kelainan klinis yg ditemukan : limfadenopati,
hepatosplenomegali & KGB yg terus mengeluarkan
cairan.
-Selain di KGB infeksi kronik & akut jg terjadi di kulit,
saluran cerna, hati & tulang
No. Defisiensi Keterangan
3 Mieloperoksidase Ditemukan infeksi mikroba rekuren terutama K. Albicans
(DMP) dan S. Aureus
Kemampuan neutrofil membunuh terganggu.
4 Sindrom Chediak- -Sangat jarang ditemukan.
Higashi (SCH) -Ditandai dgn infeksi rekuren, piogenik, terutama
streptokok dan stafilokok.
-Kebanyakan penderita meninggal pd usia anak.
-Ditemukan neutrofil dgn kemotaksis & kemampuan
membunuh yg abnormal dgn aktivitas sel NK & kadar
enzim lisosom menurun.
5 Sindrom Job -Berupa pilek berulang (tdk terjadi inflamasi normal), abses
stafilokok, eksim kronis dan otitis media.
-Kemampuan neutrofil menelan-memakan tdk
menunjukkan kelainan, tetapi kemotaksis terganggu.
-Kadar IgE serum ↑↑↑ & dpt ditemukan eosinofilia.
6 Sindrom leukosit Berupa rentanan terhadap infeksi mikroba yg berat
malas (lazy Jumlah neutrofil ↓, respons kemotaksis (asal nama sindrom),
leucocyte) respons inflamasi terganggu.
7 Adhesi leukosit Penyakit yg ditandai dgn infeksi bakteri & jamur rekuren &
gangguan penyembuhan luka
Efek sitotoksik neutrofil, sel NK & sel T tergganggu
DEFISIENSI IMUN SPESIFIK
A. Defisiensi Kongenital/Primer
Jarang terjadi
1. Defisiensi imun primer sel B
Tjd krn hipogamaglobulinemia (kadar Ig rendah)
X-linked Hipogamaglobulin Common variable Def. Imunoglobulin yg
hipogamaglobulin- -emia sementara Hypogammaglo- selektif(disgamaglo-
emia bulinemia bulinemia)
Semua serum Ig↓, Terjadi pada bayi Menyerupai X-linked ↓ kadar 1 /lebih Ig,
KGB tidak dgn sintesis Ig hipogamaglobulin- sedangkan kadar Ig
mengandung B- (IgG)terlambat emia yang lain normal /↑
cell walaupun IgM &
IgA normal  Jumlah Sel B & Ig G
Pre-sel B (kadar gangguan Th sel normal , kemampuan
normal) tidak bisa B tidak terbentuk memproduksi dan /
menjadi sel B melepas Ig
matang↓sel mengalami
Binfeksi bakteri gangguan
rekuren ↑
2. Defisiensi imun primer sel T
Def sel T yg disertai pula dg Ig yg rendah (tdk ada respon imun thdp vaksinasi)
Aplasi Timus Kongenital (sindrom di George) Kandidiasis Mukokutan Kronik
Terjadi karena defisiensi sel T Infeksi jamur nonpatogenik (Candida
Sel B,sel plasma , kadar Ig normal, namun albicans) pada kulit & selaput lendir –
tidak dpt membentuk Ab setelah vaksinasi gangguan fungsi sel T yang selektif

3. Defisiensi imun primer sel B & T


SCID Sindrom Sindrom Ataksia Def.adenosin
Nezelof Wiskott-Aldrich telangiektasi deaminase
Tidak ada sel Sel T ↓,def. sel Trombositopeni, Mengenai Adenosin
B & T B bervariasi , ekzem,IgM↓, saraf,endokrin, deaminase tdk
limfositopenia kadar Ig(↓/N/↑) IgG N,IgA &IgE↑ dan sistem ditemukan dlm
Rentan respon Ab infeksi rekuren vaskulargera semua selkadar
terhadap thdp Ag kan otot yg tdk bhn toksik
infeksi (CMV, spesifik ↓/ - terkoordinasi & (ATP&deoksiATP)
pneumositis Rentan dilatasi Dlm sel limfoid ↑
karini,& infeksi rekuren P.D.kecil
candida) (telangiektasi)
B. Defisiensi Imun spesifik fisiologik
Kehamilan Usia tahun pertama Usia lanjut
Kehamilan  Jumlah sel T yg ada Involusi timus mnjd jar
Peningkatan aktifitas sel msh brupa sel T naive lemak  produksi sel T
Ts atau efek supresif fktr  sel T tdk mmberikan ↓ dan sel T memori ↑ ttpi
humoral yg dbtk respon imun yg adekuat sulit utk berkembang 
trofoblast  def imun thdp antigen repon CMI ↓  respon
selular utk imun tergangtung dari
kelangsungan hidup persediaan sel T
fetus tergntung dr persediaan
sblmnya

C. AIDS
Penyakit yang disebabkan oleh virus HIV.
Defisiensi Imun Sekunder
Penyebab Mekanisme
Infeksi HIV Penipisan dari CD4 Th

Malnutrisi protein Kekacauan metabolik yang


menghambat maturasi dan fungsi
limfosit
Kemoterapi untuk pengobatan kanker Pengurangan prekursor limfosit di
sumsum tulang
Metastatis kanker dan leukemia yang Mengurangi tempat perkembangan
meliputi sumsum tulang limfosit
Imunosupresi untuk transplantasi, Mengurangi aktivasi limfosit
penyakit autoimun
Splenektomi Pengurangan aktivitas fagositosis
terhadap mikroba
Imunodefisiensi primer
• Etiologi :
1. Mutasi : langka, mempengaruhi setiap bagian
sistem imun dan menyebabkan penyakit parah
2. Polimorfisme : sangat umum, mempengaruhi
setiap bagian sistem imun dan menimbulkan
peningkatan risiko infeksi yang sedang
3. Kelainan poligenik : relatif umum, mempengaruhi
terutama antibodi dan menyebabkan penyakit
parah.
Immunodefisiensi primer
(congenital immunodeficiencies)

Gangguan pada komponen sistim imun innate

- Gangguan pada makrofag & komplemen  SLE


- Gangguan produksi reactive oxygen  CGD
- Gangguan ekspresi ligan pada leukosit  LAD 1 & LAD 2
- Gangguan fusi phago-lisosom  Chediak-Higashi
syndrome
- Gangguan signalling TLR
Immunodefisiensi primer
(congenital immunodeficiencies)

Leukocyte Adhesion Deficiencies 1 (LAD 1)


 Mutasi pada gen CD 18  defisiensi ekspresi β2
integrin  adhesi leukosit pada endotel dan
pengikatan limfosit T pada APC.

Leukocyt Adhesion Deficiencies 2 (LAD2)


 Mutasi pada gen transport fucose  gagal
mensintesis sialyl Lewis X (tetrasaccharide
carbohydrate ligand) ligan neutrofil  pengikatan E-
selectin dan P-selectin pada endotel  untuk
merekrut leukosit pada jaringan yang terinfeksi
Immunodefisiensi primer
(congenital immunodeficiencies)

Chėdiak-Higashi syndrome
 Mutasi gen yang mengkode lysosomal-trafficking regulator
protein (LYST) gangguan fusi phagosome-lysosome
dalam neutrofil, dan makrofag.
 Gangguan formasi melanosome dalam melanosit
(albinism), kelainan lisosom pada nervous sistim ( nerve
defect), dan pada trombosit (bleeding disorder)
 Defect pada sel limfosit T cytocoxic
Immunodefisiensi primer
(congenital immunodeficiencies)
Gangguan pada komponen sistim imun
adaptive

Perkembangan & Perkembangan &


aktivasi sel T aktivasi sel B

Digeorge synd Defisiensi Sel B


SCID Gangguan produksi
IgG
Imunodefisiensi sekunder
• The immune system in the first year of life
• The aging immune system
• Drugs
• B-cell malignancy
• Kidney disease
• Nutrition
• Infection
• ‡HIV
Immunodefisiensi sekunder
(acquired immunodeficiencies)
Obat

 Kortikosteroid 
 menghambat maturasi sel T dan sel B
 menghambat sintesis sitokin
Cyclophosphamide 
 menghambat fungsi sel T dan sel B
 Azathioprine 
 mengganggu pembelahan sel  reduced sel T & B
 Methotrexate  blocks sintesis DNA  Ig ↓
 Leflunomide  menghambat proliferasi sel T dan B
dan produksi antibodi
Ciclosporin, tacrolimus, rapamycin  signalling sel T
Immunodefisiensi sekunder
(acquired immunodeficiencies)

Defisiensi nutrisi

 Defisiensi nutrisi 
 kerusakan jar limfoid
 penurunan sist imun seluler & fagosit
 Def zinc & iron  disfungsi sel T, rendahnya
rasio CD4/ CD8, penurunan hipersensitif delayed
cutaneous.
 Obesitas  perubahan respon imun
PENCEGAHAN
Hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh penderita penyakit
immunodefisiensi:
1. Mempertahankan gizi yang baik
2. Memelihara kebersihan badan
3. Menghindari makanan yang kurang matang
4. Menghindari kontak dengan orang yang menderita penyakit menular
5. Menghindari merokok dan obat-obat terlarang
6. Menjaga kebersihan gigi untuk mencegah infeksi di mulut
7. Vaksinasi diberikan kepada penderita yang mampu membentuk antibodi.
Kepada penderita yang mengalami kekurangan limfosit B atau limfosit T
hanya diberikan vaksin virus dan bakteri yang telah dimatikan (misalnya
vaksin polio, MMR dan BCG).
Imunonutrisi
• Makronutrient  protein & asam lemak tak
jenuh.
• Mikronutrient  vitamin & mineral.
Protein
• Arginin:
1. Meningkatkan proliferasi limfosit
2. Meningkatkan respon & fungsi sel T
3. Meningkatkan kerja NK dan PMN
4. Sintesis NO
• Glutamin:
1. Meningkatkan aktivasi sel NK & neutrofil
2. Sumber energi berbagai sel dalam tubuh
3. Peran penting dalam imunitas saluran pernapasan,
pencernaan, reproduksi (glutamin  sumber nutrient
sIgA, sel saluran cerna)
Asam lemak tak jenuh
Omega 3
• Prostagladin seri 3
- Proinflamatori lemah
• Leukotrien seri 5
- Menurunkan produksi TNF alfa, IL-1, IL-2, IL-6,
PAF
• Peran dalam penyakit critical ill
Jika inflamasinya terjadi secara berlebihan
Resiko perdarahan (tidak untuk semua kasus)
Vitamin
• Vitamin A
1. Meningkatkan produksi sel hematopoesis
2. Meningkatkan pertahanan mukosa
3. Keseimbangan Th1 dan Th2
 Diperlukan bagi pasien HIV
• Vitamin C
1. Menetralisir free radikal
2. Meningkatkan IgA, IgM, C3
Vitamin
• Vitamin E
1. Mempertahankan integritas membran
2. Berikatan dengan omega 3  menurunkan
PGE2
• Karotenoid (beta karoten)
- Menghambat/menurunkan produksi PGE2
dengan menurunkan asam arakidonat (omega
6  proinflamatori kuat)
Mineral
• Zn
1. Regulator apoptosis limfosit
2. Mempertahankan sel pada lapisan pencernaan
dan pernapasan
3. Berperan dalam perkembangan timus
4. Meningkatkan CD4+, Tc, respon imun
• Fe
1. Rasio CD4+ dan CD8+
2. Meningkatkan proliferasi limfosit T
• Se  meningkatkan produksi IgG dan IgM
Defisiensi sel T
Uji tapis:
• Hitung limfosit total dan morfologinya
• Hitung sel T dan sub populasi sel T : hitung sel T total, Th dan Ts
• Uji kulit tipe lambat (CMI) : mumps, kandida, toksoid tetanus,
tuberkulin
• Foto sinar X dada : ukuran timus

Uji lanjutan:
• Enumerasi subset sel T (CD3, CD4, CD8)
• Respons proliferatif terhadap mitogen, antigen dan sel alogeneik
• HLA typing
• Analisis kromosom
Defisiensi sel B
Uji Tapis:
• Kadar IgG, IgM dan IgA
• Titer isoaglutinin
• Respon antibodi pada vaksin (Tetanus, difteri, H.influenzae)

Uji lanjutan:
• Enumerasi sel-B (CD19 atau CD20)
• Kadar subklas IgG
• Kadar IgE dan IgD
• Titer antibodi natural (Anti Streptolisin-O/ASTO, E.coli
• Respons antibodi terhadap vaksin tifoid dan pneumokokus
• Foto faring lateral untuk mencari kelenjar adenoid
Defisiensi fagosit
Uji tapis:
• Hitung leukosit total dan hitung jenis
• Uji NBT (Nitro blue tetrazolium), kemiluminesensi : fungsi
metabolik neutrofil
• Titer IgE

Uji lanjutan:
• Reduksi dihidrorhodamin
• White cell turn over
• Morfologi spesial
• Kemotaksis dan mobilitas random
• Phagocytosis assay
• Bactericidal assays
Defisiensi komplemen
Uji tapis:
• Titer C3 dan C4
• Aktivitas CH50

Uji lanjutan:
• Opsonin assays
• Component assays
• Activation assays (C3a, C4a, C4d, C5a)
Pemeriksaan Antigen p24
• Lokasi antigen: serum, plasma, cairan
serebospinal.
• Meningkat pada awal infeksi dan beberapa
saat sebelum memasuki fase AIDS.
• Hasil: positif setelah 45 hari terinfeksi.
• Hanya dianjurkan sebagai pemeriksaan
penunjang pada orang dengan resiko tinggi
tertular HIV jika test serologisnya -
HIV-RNA
• Dikenal sebagai viral load  menggunakan
teknik PCR (mengetahui jumlah virus dalam
darah).
• Dapat dilaksanakan pada masa window
period/pada bayi lahir pd ibu
HIV+/pemeriksaan serologis dengan hasil
intermediatte.
• Digunakan untuk monitoring pengobatan ARV
• Hasil: positif setelah 11 hari terinfeksi
Antibodi HIV
• Metode yang dipakai ELISA
• Hasil: positif dengan timbulnya bintik/garis
berwarna/ditemukan pola aglutinasi.
• Dapat dikerjakan kurang dari 20 menit  uji
cepat dan sederhana.
Defisiensi Jenis Terapi

Sel B X-linked hipogammaglobulinemia Pemberian IgG

Hipogammaglobulinemia Pemberian IgG pada infeksi


berat
Common variable Pemberian IgG
hipogammaglobulinemia
Defisiensi imunoglobulin yang selektif Terapi dengan antibiotik
(disgammaglobulinemia) untuk mengendalikan
infeksi
Sel T Aplasia Timus (Sindrom di george) Transplant timus fetal

Chronic mucocutaneous candidiasis Transplant timus

Sel B dan sel T Severe combined imunodeficiency Transplant sumsum tulang


disease
Sindrom Nezelof -

Sindrom Wiskott-Aldrich Pemberian antibiotik dan


transplant sumsum
Ataksia telangiektasia -

Anda mungkin juga menyukai