RESUME
1. Keluhan utama
Mual muntah sejak 2 hari SMRS
1. Anamnesis:
- Mual muntah sejak 2 hari SMRS. Mual muntah dirasakan sepanjang hari sebanyak 3-4 kali dalam
sehari, muntah berisi makanan dan minuman yang dikonsumsi, darah (-). Keluhan mual muntah
menyebabkan nafus makan pasien menurun. Keluhan tidak hilang dengan pemberian makanan
dan belum diberikan obat apapun.
- BAK dikatakan menurun sejak 1 minggu SMRS. Pasien BAK 2-3 kali sehari. Pasien BAK kurang
lebih ½ - 1 gelas belimbing dalam 1 hari, warna kuning, nyeri saat BAK (-), ayang-ayangan (-), BAK
berpasir (-), nyeri pinggang (-).
- Lemas sejak 2 hari SMRS. Lemas dirasakan di seluruh tubuh. Keluhan lemas tidak
membaik dengan pemberian makanan dan minuman. Pasien juga mengeluh nggliyer
saat perpindahan posisi dari tidur ke duduk, dan berdiri. Keluhan telinga berdenging
disangkal, pandangan berkunang-kunang disangkal.
- Tangan dan kaki bergerak-gerak sendiri 2 hari SMRS. Gerakan terjadi hampir setiap
10 detik sekali. Gerakan tidak bisa ditahan/dikendalikan secara sadar oleh pasien.
Keluhan tidak menghilang dengan istirahat. Keluhan sakit tenggorokan dalam 1
bulan terakhir disangkal.
- Pada 10 hari SMRS pasien sempat dirawat di RS Swasta di Gemolong dengan keluhan
utama yang sama. Pada saat itu pasien diberitahu bahwa pasien menderita sakit
ginjal dan disarankan untuk melakukan cuci darah. Namun pasien belum bersedia
karena masih takut.
1. Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum compos mentis. Tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 104 kali/menit, frekuensi
nafas 20 kali/menit, suhu 36,90C, dan VAS: 0. Artrofi M. Temporalis. Konjungtiva pucat. Kesan
batas jantung melebar caudolateral. Gerakan involunteer di keempat ekstremitas.
1. Pemeriksaan tambahan:
a. Laboratorium darah:
Anemia hipokromik mikrositik(Hb: 6.9 gr/dl, Ht: 22%, MCH: 25.1 pg, MCV: 79.3 /um),
neutrofilia (85.8), azotemia (ur: 465 mg/dl, Cr : 28.3 mg/dl), Hiponatremia sedang (126
mmol/L), hiperkalemia (5.8 mmol/L), Hipokalsemia (0.98 mmol/L).
b. EKG
Sinus takikardia, HR 101 bpm, RAD.
a. USG
Atrofi kedua ginjal menyokong gambaran CKD bilateral
b. Ro Thorax
Cardiomegaly
c. Urinalisis
1. Leukosit 500
2. Protein +++
3. Eritrosit +++
DAFTAR MASALAH ATAU PROBLEM LIST
1. CKD stage V Non HD dengan sindroma uremikum
2. Anemia hipokromik – mikrositik ec OCD dd defisiensi
Fe
3. Hiponatremi sedang
4. Hiperkalemia ringan
5. Hipokalsemia berat
6. Imunodefisiensi sekunder
7. Movement disorder ec suspek chorea disease
Pengkajian Rencana Awal
No Problem List Rencana Terapi Rencana Edukasi
(Assesment) Diagnosis
1. CKD 5 Non HD dengan sindroma Bed rest tidak total Penjelasan kepada pasien terkait
Pasien datang ke RSDM dengan
uremikum O2 3 lpm penyakitnya yakni gagal ginjal kronik
keluhan mual muntah, kejang- kejang
Diet lunak ginjal 1700 kkal, Rendah derajat 5, dimana terapi yang harus
di tangan dan kaki. BAK berkurang.
garam < 2gr/24jam, protein 0,5- dilakukan untuk meningkatkan taraf
Etiologi : CKD 0,6gr/24jam (22,5gr/24jam) hidup yaitu hemodialisa (cuci darah).
Pemeriksaan Fisik:
Infus NaCl 0,9% 16 tpm mikro drip Hemodialisa harus dilakukan secara
TD : 160/90
Komplikasi : Inj furosemide 20mg/8jam rutin sesuai jadwal agar tindak
CP : (+/+)
Sindroma uremikum Inf. Asam amino 1 fl/24jam menimbulkan komplikasi lebih lanjut
Ekstremitas :
Hyperkalemia Inj. Ranitidine 50mg/12jam seperti sesak nafas, peningkatan kadar
Gerak involunteer
Oedem pulmo Ramipril 5mg/24jam kalium darah yang dapat menyebabkan
Asam folat 800mg/24jam kematian mendadak, dan mencegah
Lab :
HD inisiasi penumpukan zat-zat toksik yang dapat
Hb : 6,9
menyebabkan penurunan kesadaran
Ur : 4,65
Cr : 28,3
USG :
CKD bilateral
Urin :
Protein +++
eGFR : 1,9
2. Anemia hipokromik – Anamnesis: GDT Tranfusi PRC 2 on HD Pasien diberi penjelasan mengenai gejala anemia seperti :
mikrositik ec OCD dd pasien mengeluhkan lemas sejak 2 Retikulosit, pusing nglityer,lemas, mudah lelah, lesu,tidak punya
defisiensi Fe hari SMRS. Lemas dirasakan di seluruh Serum ion, tenaga, pandangan kabur berkunag-kunang, telinga
tubuh. Keluhan lemas tidak membaik TIBC, serum berdenging yang tidak berkurang dengan istirahat
Etiologi : OCD, Def Fe dengan pemberian makanan dan feritin, maupun pemberian makan.
minuman. Pasien juga mengeluh Saturasi Pasien juga diberi edukasi terkait kondisinya yang
Komplikasi AHD nggliyer saat perpindahan posisi dari Transferrin disebabkan karena terdapat gangguan pada ginjal pasien.
tidur ke duduk, dan berdiri. Keluhan Dimana ginjal mengeluarkan suatu hormon untuk
telinga berdenging disangkal, pembentukan darah, karena ada kerusakan di ginjal maka
pandangan berkunang-kunang hormon tersebut tidak dapat dikeluarkan sehingga
disangkal. produksi darah (Hb) kurang.
5.. Hipokalsemia Pemeriksaan penunjang: Inj Ca glukonas 1 Pasien diberi penjelasan terkait hipokalsemianya yakni kadar Cek calsium post
Lab : Ca : 0.98 mmol/L amp/24 jam IV kalsium dalam darah menurun. Hal ini disebabkan karena koreksi
Etiologi : CKD kerusakan ginjal sehinggal tidak dapat mengeluarkan fosfat.
Fosfat akan berikatan dengan kalsium sehingga kandungan
kalsium dalam darah menurun. Jika kondisi ini terjadi terus
menerus maka tubuh akan membongkar cadangan kalsium
dalam tulang sehingga dapat berakibat osteoporosis.
Cara untuk mencegah hipokalsemia pada penyakit ginjal
dengan cara hemodialisa rutin sesuai jadwal dan pemberian zat
pengganti kalsium.
6. Imunodefisiensi lab : Asam folat Edukasi bahwa
sekunder limfosit : 9,7 200mg/24jam penurunan ketahanan
tubuh dapat membuat
Etiologi : CKD, anemia pasien mudah terserak
infeksi
7. Movement disorder Haloperidol 1.5 mg/ Kuvs/8jam
ec susp chorea 12jam
disease
Etiologi :
chorea
Tinjauan Pustaka
CKD
Chronic Kidney Disease atau Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan proses patofisiologi
yang berhubungan dengan fungsi ginjal yang abnormal dan penurunan secara progresif
glomerular filtration rate (GFR). Menurut National Kidney Foundation KDIGO (2013), kriteria
penyakit ginjal kronik (PGK) adalah:
Gagal ginjal kronis semakin banyak menyerang pada usia dewasa muda.
Hal ini dikarenakan pola hidup yang tidak sehat seperti banyaknya
mengkonsumsi makanan cepat saji, kesibukan yang membuat stres,
duduk seharian di kantor, sering minum kopi, minuman berenergi, jarang
-mengkonsumsi air putih. Kebiasaan kurang baik tersebut menjadi faktor
risiko kerusakan pada ginjal (Dharma, 2015).
• LFG = ((140-34) X 45)/(72X28.3) X 0.85
= (4770 / 2037.6 ) X 0.85
= 2.34 X 0.85
= 1.98
Pada penyakit ginjal kronis terjadi kerusakan regional glomerulus dan
penurunan LFG terhadap pengaturan cairan tubuh, keseimbangan
asam basa, keseimbangan elektrolit, sistem hematopoesis dan
hemodinamik, fungsi ekskresi dan fungsi metabolik endokrin. Sehingga
menyebabkan munculnya beberapa gejala klinis secara bersamaan,
yang disebut sebagai sindrom uremia (Suwitra, 2006).
Uremia adalah sindrom klinis dengan penurunan LFG < 10-15 ml/menit (L,
Tao & K, Kendall, 2014)
Hemodialisis adalah terapi pengganti faal ginjal dengan tujuan untuk mengeluarkan
(eliminasi) sisa-sisa metabolisme protein dan koreksi gangguan keseimbangan air dan
elektrolit antara kompartemen darah pasien dengan kompartemen larutan dialisat
(konsentrat) melalui selaput (membran) semi permeabel yang bertindak sebagai
ginjal buatan (artificial atau dializer).
K/DOQI dalam Daurgirdas et al. (2007) mengatakan bahwa
dialisis dimulai bila LFG<15ml/menit tetapi karena gejala klinis
setiap orang berbeda maka dialisis dimulai apabila dijumpai
salah satu gejala yaitu :
– LFG < 15ml/menit, tergantung gejala klinis penderita
– Malnutrisi atau hilangnya massa otot
– Gejala uremia antara lain anoreksia, mual muntah, lethargy
– Hipertensi yang susah dikontrol
– Kelebihan cairan