Anda di halaman 1dari 14

MALARIA TERTIANA

Kelompok 1
DEFINISI ETIOLOGI
 Malaria Tersiana  Plasmodium vivax,
(Plasmodium Vivax) merupakan jenis parasit
biasanya menginfeksi yang paling sering dan
eritrosit muda yang menyebabkan malaria
diameternya lebih besar tertiana/ vivax. Parasit ini
dari eritrosit normal. akan menimbulkan demam
Malaria tertiana merupakan yang berlangsung selama
jenis malaria yang paling tiga hari.
ringan dengan masa
inkubasi malariatertiana
yang berlangsung antara 10
sampai 14 hari dan
penderita umumnya akan
merasakan demam
menggigil berulang setiap 2
hari sekali.
EPIDEMIOLOGI
 Papua, Papua Barat, dan Nusa
Tenggara Timur (NTT) masih
menjadi daerah berkategori
endemis tinggi penyebaran
penyakit malaria. Hal itu
terungkap dari data
Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) terkait 'Situasi
Malaria Menurut
Kabupaten/Kota di Indonesia
tahun 2017.'
 Dari total 262 juta penduduk
di Indonesia, sebanyak 4,9juta
atau dua persennya tinggal di
daerah endemis tinggi. Selama
tahun 2017, tercatat ada
261.617 kasus malaria secara
nasional yang menewaskan
setidaknya 100 orang.
PATOFISIOLOGI
 fase Seksual
 Fase ini terjadi di dalam tubuh
manusia (Skizogoni), dan di
dalam tubuh nyamuk
(Sporogoni).
 Fase Aseksual
 Terjadi di dalam hati,
penularan terjadi bila nyamuk
betina yang terinfeksi parasit,
menyengat manusia dan
dengan ludahnya
menyuntikkan “ sporozoit “ ke
dalam peredaran darah yang
untuk selanjutnya bermukim
di sel-sel parenkim hati (Pre-
eritrositer).
PATHWAY
MANIFESTASI KLINIK
 Suatu serangan biasa dimulai  Gejala Malaria Tertiana
secara samar-samar dengan Ringan
menggigil, di ikuti berkeringat dan  Gejala ringan pada malaria
demam yang hilang timbul. tertiana bisa berlangsung antara 6
 rasa tidak enak badan, diikuti oleh sampai 10 jam sekali dan kambuh
menggigil. Demam berlangsung pada hari kedua.
selama 1-8 jam. Setelah demam  Gejala Malaria Tertiana
reda, penderita merasakan sehat Parah
sampai terjadi menggigil
berikutnya.  Pada gejala malaria tertiana parah,
maka bukti klinis atau
 Pada malaria vivax, serangan laboratorium akan
berikutnya cenderung terjadi memperlihatkan tanda disfungsi
setiap 48 jam. organ vital
 Demam tidak teratur pada 2-4
hari pertama, tetapi kemudian
menjadi intermitten dengan
perbedaan yang nyata pada pagi
dan sore hari, dimana suhu
meninggi kemudian turun menjadi
normal
PENULARAN & PENYEBARAN PENYAKIT
MALARIA
 malaria pada manusia  Penularan penyakit
hanya dapat ditularkan malaria dari orang yang
oleh nyamuk betina sakit kepada orang
Anopheles. Sarang sehat, sebagian besar
nyamuk Anopheles melalui gigitan nyamuk.
bervariasi, ada yang di Bibit penyakit malaria
air tawar, air payau dan dalam darah manusia
ada pula yang dapat terhisap oleh
bersarang pada nyamuk, berkembang
genangan air pada biak di dalam tubuh
cabang-cabang pohon nyamuk, dan ditularkan
yang besar kembali kepada orang
sehat yang digigit
nyamuk tersebut.
Anopheles
Sundaicus, nyamuk Anopheles
perantara di derah Aconitus, nyamuk
pantai perantara malaria
daerah persawahan Anopheles Aconitus, nyamuk
perantara malaria daerah
perkebunan, kehutanan dan
pegunungan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Tes Mikroskopis Malaria  Tes Imunoserologis
 Diagnosa yang dilakukan pada  Pemeriksaan ini juga penting
pasien pada umumnya adalah pada metode diagnosa karena
berdasarkan pada manifestasi telah terdesain secara baik
klinis (termasuk anamnesis). agar antibodi spesifik terhadap
Tak hanya didasarkan pada hal parasit plasmodium dapat
tersebut, tapi juga pada uji terdeteksi. Hal ini juga berlaku
imunoserologis serta untuk antigen spesifik
penemuan parasit atau plasmodium yang sudah
plasmodium pada tubuh terkena infeksi plasmodium.
penderita Hanya saja memang diketahui
 QBC atau Semi bahwa metode pemeriksaan
Quantitative Buffy Coat satu ini masih dalam tahap
pengembangan, khususnya
 prinsip dasarnya adalah tes dalam penggunaan teknik
floresensi yakni adanya radioimmunoassay serta
protein di plasmodium di enzim immunoassay.
mana ini akan menyebabkan
pengikatan acridine orange.  Tes Biomolekuler
Tujuannya adalah untuk  Dalam tes ini, pelaksanaannya jelas
mengidentifikasi apakah membutuhkan DNA lengkap, yakni
dengan cara melisiskan eritrosit atau
plasmodium sudah benar- sel darah penderita supaya ekstrak
benar menginfeksi eritrosit. DNA bisa diperoleh.
PENCEGAHAN PENATALAKSANAAN
 Menggunakan  Pengobatan Secara
Farmakologis
semprotan pembasmi
serangga di dalam dan
di luar rumah  Biasanya di tanggulangi
 Memasang tirai di dengan pemberian
pintu dan jendela primaquin 0.5/ Kg BB/
hari selama 14 hari).
 Memasang kawat
nyamuk  Terapi ini disusul kinin
3 dd 600 mg selama 4-
 Mengoleskan obat anti 7 hari).
nyamuk di kulit
 Mengenakan pakaian
yang menutupi tubuh
sehingga mengurangi
daerah tubuh yang
digigit nyamuk.
Obatan Secara Tradisional
1. Daun Pepaya
 Daun pepaya
memang terkenal
pahit, tapi untuk
mengobati malaria
secara alami tanpa
efek samping,
◦ Jahe  Temulawak
 Jahe menjadi bahan  Kandungan senyawa
yang bagus untuk kimia yang ada dalam
meningkatkan sistem temulawak yakni
kekebalan tubuh. turmerol dan
fellandrean serta
 Limau dan Lemon beberapa kandungan
lain seperti minyak
atsiri dan kurkuminoid
 Jeruk limau dan lemon sangat baik digunakan
memiliki senyawa untuk penderita
antioksidan, vitamin malaria.
dan juga mineral yang
sangat ampuh untuk
menghilangkan demam,
mencegah penyebaran
infeksi malaria
sekaligus mempercepat
proses penyembuhan.
ASUHAN KEPERAWATAN
MALARIA TERTIANA
PENGKAJIAN DIAGNOSA KEP.
 Identitas Pasien  Perubahan nutrisi kurang dari
 Tanda-tanda vital kebutuhan tubuh
berhubungan dengan asupan
 Suhu : Meningkat ( > 37°C) makanan yang tidak Adekuat ;
 Tekanan darah :Tekanan darah anorexia; mual/muntah.
normal atau sedikit menurun  Hipertermia berhubungan
 Nadi : Denyut perifer kuat dengan peningkatan
dan cepat (fase demam) metabolisme, dehidrasi, efek
 Respirasi : Tackipnea, Napas langsung sirkulasi kuman pada
pendek hipotalamus.
 Pola Fungsi Keperawatan  Intoleransi aktivitas
sehubungan dengan
 Kesadaran ketidakseimbangan antara
 Aktivitas/ istirahat supplai oksigen dan
 Sirkulasi kebutuhan.
 Makanan dan cairan  Kurang pengetahuan,
 Neuro sensori mengenai penyakit, prognosis
dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan
kurangnya pemajanan/
mengingat kesalahan
interprestasi informasi,
keterbatasan kognitif.

Anda mungkin juga menyukai