Anda di halaman 1dari 20

DISPEPSIA

DEFINISI
 Dispepsia berasal dari bahasa Greek dimana “dys” berarti
buruk dan “pepsis” artinya pencernaan. Istilah dispepsia
mulai gencar dikemukakan sejak akhir tahun 80-an yang
menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala (jadi suatu
sindroma) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di
epigastrium,mual,muntah,kembung,cepat kenyang,rasa
perut penuh dan sendawa.
EPIDEMIOLOGI
 Studi di amerika dan Eropa menunjukkan prevalensi
dispepsia pada orang dewasa pertahun berkisar 25-
40% dengan insidens antara 1-9%.
 Di Indonesia di perikirakan 30% kasus pada praktek
umum dan 60% pada praktek spesialis merupakan
kasus dispepsia
ETIOLOGI
 Kelainan struktural pada saluran cerna :
Ulkus peptikum, ulkus duodenum, esofagitis refluks,
gastritis kronis, gastritis OAINS, penggunaan obat-
obatan
 Penyakit hepatobilier :
Kolesistitis kronik, pankreatitis kronik, hepatitis,
hepatoma,
 Penyakit sistemik :
Diabetes melitus, hiperkalsemia
- Sekresi asam lambung
Diduga adanya peningkatan sensitivitas mukosa
lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak
enak diperut
- Helicobacter pylori
- Dismotilitas Gastrointestinal
Perlambatan pengosongan lambung dan berkorelasi
dengan adanya keluhan mual, muntah dan rasa penuh
di ulu hati
-Gangguan relaksasi fundus
Bahwa penurunan kapasitas relaksasi fundus akan
bermanifestasi dengan keluhan cepat kenyang.
-Faktor Dietetik
- Psikologis
adanya stres akut dapat mempengaruhi fungsi
gastrointestinal dan mencetuskan keluhan.
adanya penurunan kontraktilitas lambung yang
mendahului keluhan mual setelah setelah stimulus
stres.
Manifestasi Klinis
 Dyspepsia dengan Dyspepsia dengan gejala
keluhan ulkus (ulkus- dismotilitas (dismotility-
lyke dyspepsia), dengan like dyspepsia) dengan
gejala : gejala :
Mudah kenyang
 Nyeri epigastrium Perut cepat terasa penuh
terlokalisasi saat makan
 Nyeri hilang setelah Mual muntah
pemberian antacid Rasa tidak nyaman
 Nyeri saat lapar bertambah saat makan

 Nyeri episodic
Sindroma
Dispepsia

Kelompak penyakit Gangguan


organik fungsional

Dispepsiafungsioanal
didefiniskan dengan adanya
riwayat dispesia paling tidak
minimal 3 bulan dan tidak ada
bukti kerusakan struktural yang
nyata sebelum diagnosis
ditegakkan
PATOFISIOLOGI
Pemeriksaan penunjang
1. Endoskopi
2. Ultrasonografi
3. Pencitraan
4. Pemeriksaa laboratorium
5. Urease breath test (UTB)
Gambaran alarm sign untuk dispepsia
Umur > 45 tahun (onset baru)
Perdarahan dari rektal atau melena
Penurunan berat badan >10% tanpa sebab yang jelas
Anoreksia
Muntah yang persisten
Anemia atau perdarahan
Massa di abdomen atau limfadenopati
Disfagia yang progresif atau odinofagia
Riwayat keluarga keganasan saluran cerna bagian atas
Riwayat keganasan atau operasi saluran cerna sebelumnya
Limfadenopati
Pendekatan diagnosis dispepsia
DISPEPSIA

Investigasi

Kelainan organik atau biokimiawi

+ -

Penyakit organik
(gastritis, ulkus, Dispepsia
dll) fungsional
Univestigated dyspepsia

Usia > 55 tahun Usia < 55 tahun atau


atau alarm sign alarm sign negatif

Endoskopi Prevalensi Prevalensi


HP <10% HP >10%

PPI Test and


empiris treat HP

Test and PPI


treat HP Empiris
Alogaritma tatalaksana Uninvestigated
dyspepsia

Pertimbangkan Endoskopi
PILIHAN REGIMEN TERAPI ERADIKASI INFEKSI
H.PYLORI

Lini pertama
PPI Rabeprazol 20mg setiap 12 jam + amoksisilin 1 g setiap 12 jam 7 hari
+ klaritromisin 500mg setiap 12 jam
Atau
PPI Lanzoprazol 30mg/ omeprazol 20mg/ pantoprazol 40mg/
esomeprazol 40mg setiap 12 jam + amoksisilin 1 g setiap 12 jam + 10 hari
klaritromisin 500mg setiap 12 jam.

Lini kedua
PPI (seperti diatas) + bismuth subsalisilat 525mg setiap 6 jam + 14 hari
metronidazole 250mg setiap 6 jam + tetrasiklin 500mg setiap 6
jam

Lini ketiga 10 hari


PPI (seperti diatas) + levofloksasin 500mg setiap 12 jam +
amoksisilin 1 g tiap 12 jam
Klasifikasi dispepsia fungsional
menurut ROME III
 1. sindrom distress post-prandial (SDP)
memenuhi salah satu dan kedua syarat berikut :
1. Rasa penuh setelah makan yang mengganggu. Makanan
dengan porsi biasa, terjadi beberapa kali dalam seminggu.
2. Rasa cepat kenyang yang menyebabkan tidak dapat
menghabiskan makanan, terjadi beberapa kali dalam
seminggu.

Kriteria suportif :
1. Kembung di perut bagia atas, mual atau bersendawa setelah
makan.
2.dapat terjadi bersaman dengan sindrom nyeri epigastrik.
 Sindrom nyeri epigastrik (SNE)
 Nyeri atau rasa terbakar di epigastrium, intensitas
moderat, setidaknya sekali dalam seminggu.
-nyeri intermiten, tidak tergeneralisasi atau terlokalisasi ke
area lian abdomen
- tidak membaik setelah defekasi atau buang gas
- tidak memenuhi kriteria batu empedu
Kriteria suportif :
-Nyeri seperti terbakar, tetapi bukan di daerah retrosternal
- nyeri di induksi atau diredakan dengan makanan
- dapat terjadi bersamaan dengan sindrom distress post-
prandial.
Tatalaksana dispepsia fungsional
 Edukasi : untuk makan lebih sering dalam porsi yang
lebih kecil hindari makanan yang tinggi lemak, pedas
atau asam yang dapat mencetuskan gejala
 Eradikasi infeksi H.pylori dapat dilakukan untuk
memperbaiki gejala dan mencegah terjadinya ulkus.
Dispepsia

Obati bila HP
(+)

Sindrom Sindrom nyeri


distres post- epigastrik
prandial

Metoklopramid, Supresi asam Omeprazole


eritromisin,domp 1x20mg PO
prokinetik eridon lambung (PPI)

gagal gagal
Tambah atau ganti Tambah atau
dengan supresi asam ganti dengan
(PPI) prokinetik
gagal gagal

Antidepresan Amitriptilin 10-20mg


trisiklik PO setiap sebelum tidur

Anda mungkin juga menyukai