Anda di halaman 1dari 14

ARIF NADZIRUL HAQ E

1920532014
(BBC) How unethical are you?
Artikel ini membahas masalah yang sering terjadi dibawah pengaruh manager
yang tidak sadar dalam pengambilan keputusan yang tidak etis:

• PRASANGKA TERSIRAT

• BIAS YANG MEMIHAK KELOMPOK SENDIRI

• BIAS YANG MEMIHAK DIRI SENDIRI

• KONFLIK KEPENTINGAN
A. PRASANGKA TERSIRAT

Prasangka tersirat adalah salah satu fenomena yang


sering ditemui dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
Munculnya prasangka adalah akibat dari kontak sosial dari
berbagai individu dalam masyarakat itu sendiri, dan karena
rendahnya pemahaman lintas budaya yang ada dimasyarakat.
Seperti menganggap orang berkulit hitam erat
hubungannya dengan tindakan kriminial dan sebagainya.
Terdapat beberapa upaya dalam mengurangi prasangka tersirat ini, yaitu:

1 • Melalui hungungan antara


kelompok

2 • Sosialisasi

3 • Intospeksi Diri
B. BIAS YANG MEMIHAK KELOMPOK SENDIRI

Kita cenderung menolong keluarga, sahabat, kolega


atau pun yang orang kita kenal agar mudah masuk pada suatu
pekerjaan atau sebagainya.
Terdapat penemuan yang dilakukan oleh Psikolog
David Messick, ia menemukan bahwa di bank-bank America
lebih cenderung menolak permohonan peminjaman uang
orang yang berkulit hitam dibandingkan dengan orang yang
berkulit putih. Atau saat pemenuhan syarat dimana syarat
untuk orang kulit hitam diperketat dibandingkan orang kulit
putih.
C. BIAS YANG MEMIHAK DIRI SENDIRI

Wajar bagi kita untuk menilai positif diri kita sendiri. tetapi
banyak penelitian yang menunjukkan bahwa kita sering
menganggap diri kita positif secara berlebihan sehingga dapat
mengarahkan kita kepada rasa kepemilikan yang berlebihan. Disini
banyak terjadi pada bisnis kongsi, sehingga orang yang menganggap
konstribusinya lebih dibandingkan rekan kerjanya akan menuntut
bagian yang lebih. Sehingga jika masing masing mengklaim bahwa
memberikan konstribusi yang berlebihan maka itu akan
menyebabkan ketidak stabilan dalam bisnis tesebut.
D. KONFLIK KEPENTINGAN

Semua orang tau bahwa konflik kepentingan dapat menyebabkan


perilaku menyimpang yang disengaja. Banyak eksperimen psikologis
menunjukkan betapa kuatnya konflik-konflik semacam itu dapat
secara tidak sengaja membuat keputusan menjadi kacau. Menurut
penelitian HBR Max Bazerman, George Loewenstein, dan Don
Moore November 2002, "Mengapa Akuntan yang Baik Melakukan
Audit yang Buruk." Eksperimen ini menunjukkan bahwa dunia kerja
penuh dengan situasi di mana konflik semacam itu menyebabkan
para profesional yang jujur dan beretika untuk secara tidak sadar
membuat rekomendasi yang tidak sehat dan tidak etis.
Dokter, misalnya, menghadapi konflik kepentingan ketika
mereka menerima pembayaran untuk merujuk pasien ke uji klinis.
Meskipun, sebagian besar dokter secara sadar percaya bahwa rujukan
mereka adalah pilihan klinis yang terbaik untuk pasien, namun jika
pasien bermasalah terhadap pembayaran apakah itu dapat
mengubah keputusan dokter tersebut?
Ketika suatu perusahaan terjatuh kedalam suatu
masalah, perusahaan merespon dengan program pelatihan
etika bagi para manajer. Manajer akan membuat keputusan
yang bijaksana dan lebih etis jika telah mengetahui bias alam
bawah sadar. Yang dibutuhkan adalah kewaspadaan dan
kesadaran untuk terus menerus terhindar dari pengambilan
keputusan yang salah serta penyesuaian yang dilakukan
terus-menerus.
Penyesuaian tersebut terbagi menjadi tiga yaitu
pengumpulan data, pembentukan lingkungan, dan
pengambilan keputusan.
Langkah pertama adalah pengumpulan data untuk mengungkap
kebenaran, salah satunya adalah dengan memeriksa keputusan kita
secara sistematis.

Penelitian menunjukkan bahwa attitude dapat dibentuk dengan


lingkungan. Solusi jika terjadi bias implisit adalah dengan
mengekspos diri dengan lingkungan luar.

Perluasan dalam pengambilan keputusan. Seorang manajer


harus mengambil keputusan yang objektif dan untuk
kepentingan yang luas.
Manajer yang etis harus aktif mengumpulkan data, membentuk
lingkungan, dan memperluas dalam pengambilan keputusan.
Manajer harus menerapkan kebijakan tindakan afirmatif dan
bukan karena masa lalu yang dilakukan suatu kelompok.
Ironisnya, hanya orang yang memahami potensi mereka sendiri
untuk berlaku tidak etis yang dapat membuat keputusan yang etis.
SARAN

Menurut saya masih ada faktor lain yang menyebabkan


seseorang melakukan pengambilan keputuusan yang tidak etis
secara tidak sadar. Seperti faktor lingkungan, misalnya seseorang
manajer menerima calon karyawan karena calon karyawan
tersebut berdomisili disekitar perusahaan. Dan faktor keadilan,
contohnya seperti seorang yang memberikan gaji yang kepada
satu karyawan dengan lebih dan juga memberikan gaji karyawan
lain dengan lebih pula, padahal konstribusi mereka berbeda.
Penyesuaian yang harus dilakukan ditambah dengan
mereview pengalaman terdahulu yang kita anggap etis padahal
secara tidak sadar itu adalah perilaku yang tidak etis.
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai