Anda di halaman 1dari 46

INFEKSI SSP

dr. Ade Ricky Harahap, M.Ked (Surg), Sp.BS


Pendahuluan
• Infeksi :

Invasi atau multiplikasi mikroorganisme di dalam


jaringan tubuh

• Dapat berupa:
• Bakteri
• Virus
• Protozoa
Infeksi pada SSP
• Hematogen, terjadi setelah adanya suatu
bakteremia oleh karena infeksi ditempat lain.
• Percontinuitatum, yang disebabkan infeksi dari
sinus paranasalis, mastoid, abses otak, sinus
cavernosus.
• Implantasi langsung pada trauma kepala
terbuka (fraktur basis kranii, tindakan bedah
otak, lumbal pungsi).
Faktor predisposisi
Host
•Struktur Blood Brain Barrier
yang utuh dan efektif
•Aliran darah otak yang
adekuat
•Sistem imunologik yang
berfungsi sempurna

Environment Agent
•Transmisi kuman •Kuman yang
cenderung neurotropik
Klasifikasi
• Infeksi selaput otak (meningitis)
• Bakterial akut/purulenta
• Bakterial subakut/kronis/serosa
• aseptik
• Infeksi parenkim otak (enchepalitis)
• Bakterial
• viral
MENINGITIS
Infeksi pada CSS disertai radang pada
piamater dan arachnoid, ruang subarachnoid,
jaringan superfisialis otak dan medula spinalis.
Etiologi Meningitis
M. akut M. subakut M. Aseptik
Pada Neonatal: •M. tuberculosa (plg sering) Virus:
E. Coli •Treponema pallidum •Enterovirus
Streptococcus •Jamur (Coccidiodes atau – polio
Stafilococcus Candida) – Coxsackie A, B
Pneumococcus –ECHO
Pada Bayi dan anak: •Herpesvirus
H. Influenza –Herpes simpleks
Meningokokus –CMV
Pneumokokus •Mixovirus
E. Coli –Campak
Streptococcus –Parotitis
Dewasa: –influenza
Pneumococcus
Meningokokus
Streptokokus
Stafilokokus
H. Influenza
Meningitis Bakterial Akut
Meningitis ini disebabkan oleh bakteri
pembuat nanah, sehingga disebut juga
meningitis purulenta.
Gambaran klinis
Kelompok Umur Gejala Tanda

• Panas • Kaku kuduk


• Letargi / kesadaran • Purpura / Ptekhie
• Nyeri kepala • Kejang
Anak • Intabilitas • Ataxia
• Mual dan muntah • Defisit Neurologis Fokal
• Gejala pernafasan
• Fotofobia
• Panas • Kaku kuduk
• Nyeri kepala • Kesadaran menurun
• Letargi, bingung sp koma • Defisit Neurologis Fokal
Dewasa • Mual dan muntah
• Fotofobia
• Gejala pernafasan
Gambaran klinis
• Panas • Kaku kuduk
Tua • Kebingungan sp • Kesadaran menurun
koma • Kejang – Status
• Nyeri kepala Epileptikus
• Gejala pernafasan
Diagnosis
• Diagnosis pasti : ditemukan mikroorganisme
pada kultur kuman CSS

• Secara klinis, diagnosis dapat dibuat


berdasar:
• Tanda dan gejala klinis:
• Sakit kepala
• Febris
• Meningeal sign (+)
Diagnosis
• Pada pemeriksaan CSS didapatkan :
• Cairan likuor keruh dan xanthochrom.
• Jumlah leukosit, predominan polimorfonuklear
1.000 – 10.000/mm3.
• Kadar gula menurun, kurang dari 45 mg/100 cc.
• Kadar protein meningkat di atas 70–80 mg/dl.
• Kadar klorida dibawah 700 mg%

• Pemeriksaan penunjang
• X-foto sinus paranasalis, thorax
• CT-Scan
Penatalaksanaan
• Konservatif
• Breath
• Bebaskan & bersihkan airway, sedot lendir dlm mulut
• Posisi lateral dekubitus, kepala 300
• Bila gagal napas psg ET dan napas buatan
• Thorax foto
• Monitor pernapasan: ritme, frekuensi, gerak napas
• Blood
• Psg infus RL/NaCl
• Ambil darah vena untuk lab, indikasi pemeriksaan gula
darah, elektrolit, drh rutin
• Pertahankan & monitor tensi bila rendah/shock: IV
Dopamin 3 mikrogram/kgBB atau drip dopamin 50-200
mikrogram/500cc cairan
• EKG cito bila diperlukan
Penatalaksanaan
• Bladder
• Pasang kateter tetap & urine tampung 24 jam
• Ambil contoh urine untuk lab
• Perhatikan balans cairan dan elektrolit
• Bowel
• Nutrisi/kalori permukaan dapat diberikan IV,
sesudah >3 hari NGT
• Rubah posisi penderita tiap 2 jam
• Tirah baring
• Pengobatan simptomatis:
• Anti kejang, antipiretik, analgetik, anti edema
otak.
Penatalaksanaan
• Spesifik
• Antibiotika secepat mungkin
• Pemberian antibiotika broadspektrum
intravena
• Pemilihan antibiotika berdasar:
pemeriksaan klinis, dugaan
mikroorganisme, hasil pengecatan
Gram
Meningitis Bakterial Sub Akut

Meningitis yang onset klinis penyakitnya >4


minggu, biasanya karena M. tuberkulosa,
onsetnya terselubung, bertahap dan
progresif.
Patofisiologi
• Terjadi sekunder dari proses tuberkulosis primer di
luar otak.

• Fokus primer biasanya di paru-paru, bisa juga di KGB,


tulang, sinus nasalis, GIT, ginjal, dsb.

• Terdapat tuberkel2 kecil berwarna putih di permukaan


otak, selaput otak, sumsum tulang belakang, tulang.
Tuberkel kemudian melunak, pecah, dan masuk ke
ruang subarachnoid
Patofisiologi
• Penyebaran perkontinuitatum dari peradangan organ
atau jaringan sekitar  eksudat kental, serofibrinosa
yang berpredisposisi di dasar otak.

• Dapat mengakibatkan pembuntuan aliran likuor pada


akuaduktus sylvii dan ruang subaraknoid sekitar
batang otak, akibatnya :
• hidrosefafus
• papil edema
• peningkatan tekanan intrakranial
Gejala klinis
• Fase pertama.
• Onset penyakitnya terselubung, bertahap serta progresif. Gejala berupa
kelesuan, iritabilitas, menurunnya selera makan, mual serta sakit kepala
ringan.

• Fase kedua.
• Tanda rangsangan meningen, kelainan saraf otak (n. Vi, n. Vii) dan
terkadang hemiparesis.
• Hemiparesis dapat terjadi oleh karena : arteritis, eksudat yang menekan
pedunkulus serebri, maupun oleh karena hidrosefalus.

• Fase ketiga.
• Tanda rangsangan meningen, tanda neurologik fokal, konvulsi dan
kesadaran menurun.

• Fase keempat.
• Tanda-tanda fase ketiga disertai dengan koma dan shock.

Fase-fase tersebut menentukan prognosa. Fase III dan IV bila sembuh akan
menimbulkan kecacatan.
Diagnosis
• Dapat ditegakkan melalui:

• Gejala klinis

• Sakit kepala

• Panas yang tidak tinggi

• Kaku kuduk (+)

• Pemeriksaan CSS

• Likuor yang jernih

• Pleositosis limfositer yang berjumlah 10-350 per mm3

• Kadar glukosa < 40 mg%

• Jumlah protein > 40 mg% dan terus melonjak pada pemeriksaan


berikutnya

• Kadar Cl < 680 mg%


Diagnosis
Jika CSF dibiakkan maka akan terbentuk pelikel
seperti laba-laba dan bila dicat dengan Ziehl-
Niehlsen kemungkinan akan ditemukan M.
tuberculosa.

• Pemeriksaan Foto Thorax

• CT-Scan

• MRI

• Kontak dengan penderita TB aktif


Penatalaksanaan
• Konservatif
• Sama dengan pengobatan meningitis akut.
• Pengobatan spesifik :
1. INH, 400 ml/hari
2. Pyrazinamid, 15 – 30 mg/kgBB/hari
3. Streptomycin, 1 gr/hari IM
4. Rifampisin 15 mg/kg per hari
• Indikasi pemberian kortikosteroid :
• Penderita dalam keadaan shock
• Ada tanda-tanda kenaikan tik
• Ada tanda-tanda araknoiditis.
• Timbul tanda-tanda neurologis fokal yang progresif.
Meningitis aseptif
• Penyakit yang self-limited karena
disebabkan oleh virus, tapi sering
berkembang menjadi meningoensefalitis
yang lebih berat.

• Invasi dan penetrasi dapat melalui usus,


serta lintasan oral fekal atau melalui
percikan droplet.
Gejala klinis
• Onset penyakit mendadak dengan gejala:
• Sakit kepala hebat, subfebril dan muntah
• Kaku kuduk yang sangat ringan
• Jika infeksi menyebar ke parenkim akan terlihat
kejang fokal, defisit neurologis, serta peningkatan
TIK
Diagnosis
• Meningitis virus dapat ditegakkan berdasarkan :
• Gejala-gejala klinis sakit kepala, kaku kuduk,
febris.
• Pemeriksaan cairan serebrospinalis didapatkan :
• Likuor jernih atau opalescent.
• Pleositosis antara 50 – 500 dengan predominan
limfosit.
• Kadar glukosa dan klorida normal.
• Kadar protein meningkat ringan.
• Diagnosis pasti meningitis virus adalah dengan
menemukan virus pada cairan serebrospinalis.
Penatalaksanaan
•Konservatif  sama dengan
pengobatan meningitis akut.
•Pengobatan spesifik
1. Acyclovir, 10 mg/kg bb tiap 8 jam selama 10 hari.
2. ARA-A (Vidarabine), 15 mg/kgBB/hari intravena
12 jam, selama 10 hari.
Ensefalitis
• Ensefalitis adalah peradangan parenkim otak,
yang menyebabkan disfungsi neurofisiologi
yang difus dan atau hanya fokal.

• Dari perspektif epidemiologi dan patofisiologi


ensefalitis berbeda dari meningitis, meskipun
pada evaluasi klinis tanda dan gejala inflamasi
meningeal sering timbul berdampingan,
seperti fotofobia, sakit kepala, atau leher kaku
Etiologi
• Etiologi Infeksi:
• agen Virus,
• HSV 1 dan 2 (banyak dijumpai pada neonatus),
VZV, EBV, virus campak (PIE dan SSPE),
gondok, dan rubella, Arbovirus, rabies
• parasit
• jamur
Epidemologi
• HSE, penyebab paling umum ensefalitis
sporadis di negara-negara Barat, relatif langka;
kejadian secara keseluruhan 0,2 per 100.000
(infeksi HSV neonatal terjadi pada 2-3 per
10.000 kelahiran hidup).

• Japanese virus ensefalitis (JE), terutama terjadi


di Jepang, Asia Tenggara, Cina, dan India,
adalah ensefalitis virus yang paling umum di
luar Amerika Serikat.
• Mortalitas dan morbiditas terkait dengan
faktor host, seperti cedera SSP yang sudah ada
sebelumnya dan virulensi dari menginfeksi
organisme.

• Hasil yang buruk pada bayi berusia kurang dari


1 tahun dan orang dewasa yang lebih tua dari
55 tahun.
Patofisiologi
• Portal pintu masuk virus spesifik tergantung dari jenis
virusnya.

• Herpes Simpleks Encepalitis dianggap reaktivasi virus


herpes simpleks (HSV) tertidur di ganglia trigeminal.

• Arbovirus ditularkan dari gigitan Nyamuk atau kutu

• Virus rabies ditransfer melalui gigitan hewan.

• Virus varicella-zoster (VZV) dan sitomegalovirus (CMV)


kekebalan host merupakan faktor risiko utama.
• Secara umum, virus bereplikasi di luar SSP

• penyebaran hematogen atau penjalaran sepanjang saraf (rabies, HSV, VZV,HSV)

• Setelah melintasi penghalang darah-otak, virus memasuki sel-sel saraf, dan


menimbulkan:

• Gangguan fungsi sel,

• Pelebaran perivascular,

• perdarahan

• respon inflamasi difus

• Focal HSV kecenderungan untuk pada temporal inferior dan medial.

• Rabies adanya Negri bodies di hippocampus dan otak kecil


Gejala Klinis
• Tanda-tanda ensefalitis dapat terjadi difus atau fokal.

• Perubahan status mental dan / atau perubahan


kepribadian (paling umum)

• Gejala Focal, seperti hemiparesis, kejang fokal, dan


disfungsi otonom

• Gejala Cacat saraf cranial

• Disfagia (Rabies)

• Unilateral sensorimotor dysfunction (PIE)


Differential Diagnosa
• Brain Abscess

• Hypoglycemia

• Leptospirosis in Humans

• Meningitis

• Status Epilepticus

• Subarachnoid Hemorrhage

• Systemic Lupus Erythematosus

• Toxoplasmosis

• Tuberculosis
Pemeriksaan Lab
• DL

• Serum electrolytes

• Serum glucose level.

• BUN/creatinine and liver function tests (LFTs)

• Platelet test and a coagulation profile

• CT scan / MRI

• CSF analysis.

• Biopsi otak

• Electroencephalography (EEG).
Tata Laksana
• Mengevaluasi dan mengobati untuk shock atau
hipotensi
• Pertimbangkan perlindungan jalan napas pada
pasien dengan penurunan kesadaran.
Antivirals
• Acyclovir
• Dexamethasone
Komplikasi & Prognosa
• Kejang

• TIK meningkat

• Koma

• Prognosis tergantung dari virulence virus and


on status kesehatan pasien seperti umur,
status imun, keadaan neurologi sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai