Anda di halaman 1dari 22

HUKUM AGRARIA DAN PROPERTI

Erry S. Dipawinangun,S.H.,M.H.
errydipa @gmail.com
WA : 081320003823
HA8
Pengertian Landreform
1.Landreform : Land =Tanah,Reform = perubahan dasar atau perombakan atau
penataan kembali struktur tanah pertanian.
2.Budi Harsono
a. Landreform dalam arti sempit = serangkian tindakan dalam rangka agraria reform
Indonesia, meliputi perombakan mengenai pemilikan dan penguasaan tanah serta
hubungan-hubungan hukum yang bersangkutan dengan penguasaan tanah.
b. Landreform dalam arti luas disebut Agrarian Reform Indonesia yang meliputi 5
Program (Panca-Program) :
1).Pembahuran Hukum Agraria,melalui unifikasi hukum yang berkonsepsi nasioanl
dan pemberian jaminan kepastian hukum;
2). Penghapusan hak-hak asing dan konsesi-konsesi atas tanah;
3). Mengakhiri penghisapan feodal secara berangsur-angsur;
4).Perombakan pemilikan dan penguasaan tanah serta hubungan – hubungan
hukum yang bersangkutan dengan penguasaan tanah dalam mewujudkan
pemerataan kemakmuran dan keadilan;
5).Perencanaan persedian dan peruntukan bumi,air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya serta penggunaannya secara terencana,sesuai dengan
daya dukung dan kemampuannya.
Program yang ke empat lazim disebut program Landreform.
Pengertian Landreform
Lanjutan……
3. R. Suprapto : Perombakan system penguasaan dan pemilikan tanah pertanian disesuaikan
dengan batas kemampuan manusia untuk mengerjakan sendiri tanahnya,dengan
memperhatikan keseimbangan antara tanah yang ada dan manusia yang membutuhkan.
4. Urip Santoso : Perubahan secara mendasar mengenai penguasaan dan pemilikan tanah
dari system yang lama sebelum berlakunya UUPA ke system yang abru menurut
UUPA.Landeform adalah suatu perombakan yang dilakukan secara mendasar mengenai
system penguasaan dan pemilikan yang berlaku (lama) denagn menggantikannya dengan
system yang baru.
5. Bahsan Mustofa : Landreform di dalam UUPA telah memberikan pengertian yang luas
dan atau disebut dengan agrarian reform yang mencakup 3 (tiga) masalah pokok :
a. Melakukan perombakan dan pembangunan kembali system pemilikan dan penguasaan
atas tanah.Tujuannya adalah adanya pelarangan pemilikan tanah yang melampaui batas
( groot ground bezit) , sebab hal yang demikian akan merugikan kepentingan umu. Asas
ini dapat ditemukan dalam pasal 7 UUPA;
b. Melakukan perombakan dan penetapan kembali system penggunaan atas tanah atau
disebut landuse planning. Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 14 dan 15 UUUPA;
c. Melakukan penghapusan terhadap Hukum Agraria Kolonial dan melakukan
pembangunan Hukum Agraria Nasional.
Tujuan Landreform
1. Prof. Budi Harsono
a. Untuk mengadakan pembagian yang adail atas sumber penghidupan rakyat tani yang
berupa tanah,dengan maksud agar ada pembagian hasil yang adail pula,dengan
merombak struktur pertanahan sama sekali secara revolusioner, guna merealisir
keadilan social.
b. Untuk melaksanakan prisip tanah untuk bertani agar tidak terjdi lagi tanah sebagai
obyek spekulasi dan obyek pemerasan.
c. Untuk memperkuat dan memperluas hak milik atas tanah bagi setiap Warga Negara
Indonesia, baik laki-laki maupun wanita, yang berfungsi sosial.Suatu pengakuan dan
perlindungan terhadap privat-bezit yaitu hak milik sebagai hak yang terkuat, bersifat
perorangan dan turun-temurun, tetapi yang berfungsi social.
d. Untuk mengakhiri sistem tuan tanah dan penghapusan pemilikan dan penguasaan
tanah secara besar-besaran dengan tak terbatas,dengan menyelenggarakan batas
maksimum dan batas minimun untuk tiap keluarga.
e. Untuk mempertinggi produksi nasional dan mendorong terselenggaranya pertanian
yang intensif secara gotong royong dalam bentuk koperasi dan gotong royong
lainnya,untuk mencapai kesejahteraan yang merata dan adil,dibarengi dengan suatu
sistem perkreditan yang khusus ditujukan kepada golongan tani.
2. H.M. Arba, mengklasifiaksi tujuan Landreform menjadi dua bagian :
a. Secara Umum bertujuan untuk mempertinggi taraf hidup dan penghasilan petani
penggarap, sebagai landasan pembangunan ekonomi menuju masyarakat adil dan
Makmur bedasarkan Pancasila
Tujuan Landreform
Lanjutan

2.H.M. Arba, mengklasifiaksi tujuan Landreform menjadi dua bagian :


b. Seacara khusus bertujuan untuk dapat mencapai 3 aspek sekaligus :
1). Tujuan secara sosial ekonomi :
(a). Untuk dapat mempertinggi keadaan sosial ekonomi rakyat dengan
memperkuat hak milik serta memberi isi dan fungsi sosial pada hak atas tanah;
(b). Untuk mempertinggi produksi nasional khususnya di sektor pertanian guna
mempertinggi penghasilan dan taraf hidup rakyat.
2). Tujuan Secara Sosial Politik
(a).Untuk mengakhiri system tuan tanah dan manghapuskan pemilikan tanah
yang luas;
(b). Untuk mengadakan pembagian secara adil atas sumber-sumber daya
penghidupan rakyat tani berupa tanah dengan maksud agar ada pembagian hasil
yang adil pula.
3). Tujuan Secara Mental Psikologis
(a). Untuk meningkatkan gairah kerja bagi para petani penggarap dengan cara
memberikan kepastian hak mengenai pemilik tanah.
(b). Untuk memperbaiki hubungan kerja antara pemilik tanah dengan
penggarapnya.
Tujuan Landreform
Lanjutan
3. R. Soeprapto
a.Pemerataan penguasaan/ pemilikan tanah pertanian untuk meratakan
hasil produksinya;
b.mengakhiri sistem kapitalisme dan feodalisme dalam
penguasaan,pemilikan,dan penguasaan di bidang keagrarian.
c. meningkatkan produksi pertanian;
d.meningkatkan taraf hidup petani dan rakyat pada umumnya;
e.meningkatkan harga diri para penggarap dan meningkatkan gairah kerja;
f.menghilangkan jurang pemisah antara golongan (petani) kaya dan miskin.
Kesimpulan :
Tujuan Landreform adalah untuk meningkatkan penghasilan dan taraf hidup
para petani terutama petani kecil dan petani penggarap tanah,sebagai
landasan atau prasyarat untuk menyelenggarakan pembangunan ekonomi
menuju masyarakat yang adil dan Makmur berdasarkan Pancasila.
Ruang Lingkup Landreform
1. Larangan Memiliki dan Menguasai Tanah pertainan Yang
melapaui batas;
2. Larangan pemilikan tanah absentee atau guntai ;
3. Redistribusi Tanah Pertanian yang selebihnya dari batas
maksimum serta tanah-tanah yang terkena larangan
absentee,tanah bekas swaparaja,dan tanah negara lainnya;
4. Pengaturan kembali tentang gadai tanah pertanian;
5. Pengaturan kembali perjanjian bagi hasil Tanah Pertanian;
6. Penetaapan luas minimum pemilikan tanah pertanian, dan
larangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
mengakibatkan pemecahan pemilikan tanah-tanah
pertanian menjadi bagian-bagian yang terlampau kecil.
1. Larangan Memiliki dan Menguasai Tanah Pertanian yang Melampaui Batas

a. Pasal 7 UUPA , Untuk tidak merugikan kepentingan umum maka pemilikan dan penguasaan
tanah yang melampaui batas tidak diperkenankan.
b. Maksud larangan,agar tidak merugikan kepentingan orang banyak atau umum,karena
ketersedian tanah pertanian yang kian terbatas,khususnya di wilayah-wilayah perkotaan
atau daerah-daerah yang padat penduduk. Pemilikan dan penguasaan tanah yang
melampaui batas akan menyebabkan kesempatan bagi pihak yang lainnya tidak dapat
memiliki tanah sendiri dan ini bias berimlipasi pada kecemburuan social.
c. Ketentuun larangan pemilikan dan penguasaan tanah yang melampuai batas dijabarkan
lebih lanjut dalam Pasal 17 UUPA :
1). Dengan mengingat ketentuan dalam pasal 7 maka untuk mencapai tujuan yang
dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) diatur luas maksimum dan/atau minimum tanah yang
boleh dipunyai dengan sesuatu hak tersebut dalam pasal 16 oleh satu keluarga atau
badan hukum.
2). Penetapan batas maksimum termaksud dalam ayat (1) pasal ini dilakukan dengan
peraturan perundangan di dalam waktu yang singkat.
3). Tanah-tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum termaksud dalam ayat (2)
pasal ini diambil oleh Pemerintah dengan ganti kerugian, untuk selanjutnya dibagikan
kepada rakyat yang membutuhkan menurut ketentuan-ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah.
4). Tercapainya batas minimum termaksud dalam ayat (1) pasal ini, yang akan ditetapkan
dengan peraturan perundangan, dilaksanakan secara berangsur-angsur.
1. Larangan Memiliki dan Menguasai Tanah Pertanian yang Melampaui Batas
Lanjutan….
d.Pelaksanaan lebih lanjut Pasal 17 UUPA, UU N0. 56 Prp. Tahun 1960 Tentang
Penetapan Luas Tanah pertanian. UU ini merupakan UU Landreform Indonesia
mengatur tiga hal :
1).Penetapan luas maksimum pemilikan dan penguasaan tanah pertanian;
2).Penetapan luas minimum pemilikan tanah pertanian dan larangan melakukan
perbuatan yang mengakibatkan pemecahan pemilikan tanah menjadi bagian-
bagian yang terlampau kecil;
3).Penganturan tentang pengembalian dan penebusan tanah-tanah pertanian yang
digadaikan.
e.Luas Batas Maksimum Pemilikan dan Penguasaan tanah Pertanian :
Di daerah-daerah yg Klasifikasi Tanah Sawa Sawah
kepadatan penduduknya/ Km Kepadatan ( hektar) Kering
Penduduk (hektar)
0 sd 50 1. Tidak Padat 15 20
2. Padat
51 sd 250 a. Kurang Padat 10 12
251 sd 400 b. Cukup Padat 7,5 9
401 ke atas c. Sangat Padat 5 6
2. Larangan Pemilikan Tanah absentee atau guntai
1. Pemilikan Tanah absentee artinya pemilikan tanah pertanian di luar kecamatan tempat
tinggal pemiliknya.Pemilikan tanah secara absentee tdk sesuai dgn asas yg terkandung
dalam Pasal 10 UUPA yang menetapkan bahwa tanah pertanian harus dikerjakan secara
aktif oleh pemiliknya.
2. Menurut Urip Santoso penyebab terjadinya pemilikan tanah pertanian secara absentee
adalah :
a.Pemilik tanah pertanian meninggalkan kecamatan tempat letak tanahnya;
b.Seseorang yang menerima warisan tanah pertanian yang letaknya di kecamatan lain;
c.Seseorang yang membeli tanah pertanian yang tempat tinggalnya terletak di luar
kecamatan yang berbatasan lokasi tanah pertanian tersebut berada.
3. Larangan pemilikan tanah diatur lebih lanjut dalam PP N0. 224 tahun 1961 , PP N0. 41
tahun 1964,PP N0. 4 Tahun 1977,Peraturan Mendagri N0. 15 tahun 1974.
4. Pasal 3a PP No. 1964 mengatur sbb :
(1).Pemilik tanah pertanian yang berpindah tempat atau meninggalkan tempat
kediamannya keluar Kecamatan tempat letak tanah itu selama 2 (dua) tahun berturut-
turut, sedang ia melaporkan kepada pejabat setempat yang berwenang, maka dalam
waktu 1 (satu) tahun terhitung sejak berakhirnya jangka waktu 2 (dua) tahun tersebut di
atas ia diwajibkan untuk memindahkan hak milik atas tanahnya kepada orang lain yang
bertempat tinggal di Kecamatan letak tanah itu.
(2).Jika pemilik tanah yang dimaksudkan pada ayat (1) pasal ini berpindah tempat atau
meninggalkan tempat kediamannya keluar Kecamatan tempat letak tanah itu, sedang ia
tidak melaporkan kepada pejabat setempat yang berwenang, maka dalam waktu 2 (dua)
tahun terhitung sejak ia meninggalkan tempat kediamannya itu diwajibkan untuk
memindahkan hak milik atas tanahnya kepada orang lain yang bertempat tinggal di
Kecamatan letak tanah itu.
2. Larangan Pemilikan Tanah absentee atau guntai
Lanjutan…….

5. Pasal 3c PP N0. 41 Tahun 1964 menentukan sbb:


(1) Jika seseorang memiliki hak atas tanah pertanian di luar Kecamatan di mana ia
bertempat tinggal, yang diperolehnya dari warisan, maka dalam waktu 1 (satu)
tahun terhitung sejak si pewaris meninggal diwajibkan untuk memindahkannya
kepada orang lain yang bertempat tinggal di Kecamatan di mana tanah itu terletak
atau pindah ke Kecamatan letak tanah itu.
(2) Dalam hal-hal tertentu yang dapat dianggap mempunyai alasan yang wajar jangka
waktu tersebut dalam ayat (1) di atas dapat diperpanjang oleh Menteri Agraria.
6.Pengecualian larangan pemilikan tanah secara absentee :
(a).Pemilik tanah yang bertempat tinggal di kecamatan yang berbatasan dengan
kecamatan tempat lelak tanah yang bersangkutan yang menurut pertimbangan
Panitia Pertimbangan Landreform Kabupaten/Kota masih memungkinkan adanya
penggarapan tanah secara efisien dan tanah itu dimiliki sejak saat sebelum PP 224
Tahun 1961 (19 September 1961);
(b).Pegawai Negeri Sipil dan anggota TNI serta orang lain yang dipersamakan mereka;
(c).Mereka yang sedang menjalanakan tugas negara atau menunaikan kewajiban
agama;
(d). Mereka yang mempunyai alasan khusus lainnya yang diterima oleh BPN.
3. Redistribusi Tanah Pertanian yang Selebihnya dari Batas Maksimum serta Tanah-tanah
yang Terkena Larangan Absentee, Tanah Bekas Swaparaja, dan Tanah Negara lainnya

1.Pasal 17 Ayat (3) UUPA J0. PP N0. 224 Thn 1961 J0. PP N0. 41 Thn 1964
mengatur redistribusi tanah pertanian.
2.Pasal 1 PP N0. 224 Thn 1961 Tanah-tanah yang dalam rangka pelaksanaan
Landreform akan dibagikan:
a.tanah-tanah selebihnya dari batas maksimum sebagai dimaksudkan dalam
Undang-undang Nomor 56 Prp tahun 1960 dan tanah-tanah yang jatuh pada
Negara, karena pemiliknya melanggar ketentuan-ketentuan Undang-undang
tersebut;
b.tanah-tanah yang diambil oleh Pemerintah, karena pemiliknya bertempat
tinggal diluar daerah, sebagai yang dimaksudkan dalam pasal 3 ayat (5);
c.tanah-tanah Swapraja dan bekas Swapraja yang telah beralih kepada Negara,
sebagai yang dimaksudkan dalam Diktum Keempat huruf A Undang-undang
Pokok Agraria;
d.tanah-tanah lain yang dikuasai langsung oleh Negara, yang akan ditegaskan
lebih lanjut oleh Menteri Agraria.
3. Redistribusi
Lanjutan…

3. Pasal 8 & 9 PP N0. 224 Thn 1961 Petani yg berhak menerima Resdistribusi:
a. Penggarap yg mengerjakan tanah yg bersangkutan;
b. Buruh tani tetap pada bekas pemilik, yg mengerjakan tanah yg bersangkutan;
c. Pekerja tetap pada bekas pemilik tanah yang bersangkutan;
d. Penggarap yang belum sampai tiga tahun mengerjakan tanah yang besangkutan;
e. Penggarap yg mengerjakan tanah hak pemilik;
f. Penggarap tanah yg oleh pemerintah diberi peruntukan lain berdasarkan pasal 4 ayat (2) dan (3);
g. Penggarap yg tanah garapannya kurang dari 0,5 ha;
h. Pemilik yg luasntanahnya kurang dari 0,5 ha;
i. Petani atau buruh tani lainya
4. Apabila terdapat petani yg berada dalam prioritas sama,maka mereka mereka mendapat pengutamaan dr petani
laiinya,yaitu :
a. Petani yg mempunyai ikatan keluarga sejauh tdk lebih dari dua derajat dengan mantan pemilik,dgn ketentuan
sebanyak-banyak lima orang;
b. Petani yg terdaftar sbg veteran;
c. Petani janda pejuang kemerdekaan yg gugur;
d. Petani yg menjadi korban kekacauan.
5. Selain harus memenuhi daftar prioritas, harus memenuhi syarat :
a. Syarat Umum : WNI dan bertempat tinggal di Kec. Tanah itu terletak dan kuat bekerja di bidang pertanian;
b. Syarat khusus : 1). Petani dalam urutan prioritas a sd g telah mengerjakan sekurang-kurangnya 3 tahun; 2).
Petani yg tergolong prioritas b telah mengerjakan tanahnya dua musim berurut-turut; 3). Pekerja pada priorits butir
c telah bekerja pd pemilik selama tiga tahun berturut-turut.
3. Redistribusi
Lanjutan…
6. Kewajiban petani penerima redistribusi tanah:
a. Wajib membayar uang pemasukan sebesar yg ditetapkan dalam surat
keputusan pemberian hak milik;
b. Tanah harus diberi tanda batas;
c. Haknya harus di daftarkan kepada BPN;
d. Wajib mengerjakan tanah/mengusahan tanah secara aktif;
e. setelah 2 tahun sejak tanah tersebut diberikan dengan hak milik, setiap
tahunnya harus dicapai kenaikan hasil tanaman sebanyak yang ditetapkan oleh
Dinas Pertanian Daerah;
f. Wajib menjadi anggota koperasi pertanian;
g. Selama harga tanah yang dimaksud dalam huruf a diatas belum dibayar lunas,
maka hak milik tersebut dilarang untuk dipindahkan kepada orang lain, kecuali
dengan izin Menteri Agraria atau pejabat yang ditunjuk olehnya.
h. Kelalaian dalam memenuhi kewajiban atau pelanggaran terhadap larangan
dapat dijadikan alas an untuk membatalkan pemberian hak milik atas tanh
pertanian tanpa ganti kerugian dalam bentuk apapun.
4. Pengaturan Kembali Tentang Gadai Tanah
Pertanian
Dalam rangka penertiban dan melindungi ekonomi lemah dalam Pasal 7 UU N0. 56 Prp
Tahun 1960 telah mengatur sbb
(1).Barangsiapa menguasai tanah pertanian dengan hak gadai yang pada waktu mulai
berlakunya Peraturan ini sudah berlangsung 7 tahun atau lebih wajib mengembalikan
tanah itu kepada pemiliknya dalam waktu sebulan setelah tanaman yang ada selesai
dipanen , dengan tidak ada hak untuk menuntut pembayaran uang tebusan
(2).Mengenai hak gadai yang pada mulai berlakunya Peraturan ini belum berlangsung 7
tahun, maka pemilik tanahnya berhak untuk memintanya kembali setiap waktu
setelah tanaman yang ada selesai dipanen, dengan membayar uang tebusan yang
besarnya dihitung menurut rumus:
(7 + ½) - waktu berlangsung hak gadai X uang gadai
7
Dengan ketentuan bahwa sewaktu-waktu hak gadai itu telah berlangsung 7 tahun
maka pemegang gadai wajib mengembalikan tanah tersebut tanpa pembayaran uang
tebusan, dalam waktu sebulan setelah tanaman yang ada selesai dipanen.
(3).Ketentuan dalam ayat 2 pasal ini berlaku juga terhadap hak gadai yang diadakan
sesudah mulai berlakunya Peraturan ini.
5. Pengaturan Kembali TTg. Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian

1. Perjanjian bagi hasil adalah suatu bentuk perjanjian antara sesseorang yg


berhak atas suatu bidang tanah pertanian dan orang lain yang disebut
penggarap,berdasrkan perjanjian mana penggarap diperkenankan
mengusahakan tanah yang besangkutan dengan pembagian hasilnya
anatara penggarap dan yg berhak atas tanah menurut imbangan yang
telah disetujui Bersama (Boedi Harsono).
2. Pasal 53 UUPA mementukan perjanjian bagi hasil merupakan salah satu
hak yg bersifat sementara, yang dalam waktu singkat akan dihapus karena
mengandung sifat pemerasan,feudal,dan bertentangan dgn jiwa dan
semangat ada dalam UUPA.
3. Untuk mengatasi permasalahan yg muncul dikeluarkan UU N0. 2 Tahun
1960 ttg. Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian,yg pada pokoknya
bertujuan :
a. Agar pembagian hasil antara pemilik tanah dan penggarap dilakukan
atas dasar yang adil;
b. Agar terjamin kedudukan hokum yang layak bagi penggarap dengan
menegaskan hak dan kewajiban pemilik dan penggarap.
6. Batas minimum Pemilikan Tanah Pertanian, dan larangan
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
mengakibatkan pemecahan pemilikan tanah-tanah
pertanian menjadi bagian yang terlampau kecil.
1. Batas minimum tanah pemilikan tanah (pertanian) diatur dalam Pasal 17 UUPA dan diatur
lebih lanjut dalam UU 56 /Prp Tahun 1960 ttg. Penetapan Luas Tanah Pertanian.
2. Pasal 8 UU 56/Prp Tahun 1960 menentukan, Pemerintah mengadakan usaha-usaha agar
supaya setiap petani sekeluarga memiliki tanah pertanian minimum 2 hektar.
3. Tujuan pembatasan luas minimum tanah pertanian dimaksudkan agar petani yang
bersangkutan mendapat penghasilan yg cukup atau layak untuk menghidupi diri sendiri
dan keluarganya.
4. Pasal 9 UU 56/Prp tahun 1960 mengatur sbb :
(1) Pemindahan hak atas tanah pertanian, kecuali pembagian warisan, dilarang apabila
pemindahan hak itu mengakibatkan timbulnya atau berlangsungnya pemilikan tanah
yang luasnya kurang dari dua hektar. Larangan termaksud tidak berlaku kalau si
penjual hanya memiliki bidang tanah yang luasnya kurang dari dua hektar dan tanah
itu dijual sekaligus.
(2) Jika dua orang atau lebih pada waktu mulai berlakunya Peraturan memiliki tanah
pertanian yang luasnya kurang dari dua hektar, di dalam waktu 1 tahun mereka itu
wajib menunjuk salah seorang dari antaranya yang selanjutnya akan memiliki tanah
itu, atau memindahkannya kepada fihak lain, dengan mengingat ketentuan ayat (1).
(3) Jika mereka yang dimaksud dalam ayat 2 pasal ini tidak melaksanakan kewajiban
tersebut di atas, maka dengan memperhatikan keinginan mereka Menteri Agraria atau
pejabat yang ditunjuknya, menunjuk salah seorang dari antara mereka itu, yang
selanjutnya akan memiliki tanah yang bersangkutan, ataupun menjualnya kepada fihak
Dasar Hukum Landereform
1. Undang-undang N0. 5 Tahun 1960 Ttg. Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agrari :
a. Pasal 7 : Untuk tidak merugikan kepentingan umum maka pemilikan dan penguasaan tanah yang
melampaui batas tidak diperkenankan.
b. Pasal 10 :
(1) .Setiap orang dan badan hukum yang mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian pada
azasnya diwajibkan mengerjakan atau mengusahakannya sendiri secara aktif, dengan mencegah
cara-cara pemerasan.
(2) .Pelaksanaan dari pada ketentuan dalam ayat (1) ini akan diatur lebih lanjut dengan peraturan
perundangan.
(3) .Pengecualian terhadap azas tersebut pada ayat (1) pasal ini diatur dalam peraturan
perundangan.
c. Pasal 17 :
(4) Dengan mengingat ketentuan dalam pasal 7 maka untuk mencapai tujuan yang dimaksud
dalam pasal 2 ayat (3) diatur luas maksimum dan/atau minimum tanah yang boleh dipunyai
dengan sesuatu hak tersebut dalam pasal 16 oleh satu keluarga atau badan hukum.
(5) Penetapan batas maksimum termaksud dalam ayat (1) pasal ini dilakukan dengan peraturan
perundangan di dalam waktu yang singkat.
(6) .Tanah-tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum termaksud dalam ayat (2) pasal
ini diambil oleh Pemerintah dengan ganti kerugian, untuk selanjutnya dibagikan kepada rakyat
yang membutuhkan menurut ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah.
(4) Tercapainya batas minimum termaksud dalam ayat (1) pasal ini, yang akan ditetapkan dengan
peraturan perundangan, dilaksanakan secara berangsur-angsur.
Dasar Hukum
Lanjutan….

2. UU N0. 2 Tahun 1960 Ttg. Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian. Diatur perjanjian
pengusahaan tanah pertanian dgn cara bagi hasil anatara pemilik tanah dengan
penggarap yg dilakukan atas dasar yg adil,terjamin kedudukan hukumnya yg layak
bagi penggarap,dan menegaskan hak dan kewajiban pemilik dan penggarap.
3. UU N0. 56/Prp. Thn 1960 Ttg. Penetapan Luas Tanah Pertanian, ebagai
pelaksanaan dari Pasal 17 UUPA yg mengatur luas maksimum dan minimum tanah
pertanian.
4. PP N0. 224 Thn. 1961 Ttg. Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti
Rugi , mengatur mengenai asal tanah yg dapat dibagi dalam rangka pelaksanaan
landreform dan pemberian ganti rugi kepada bekas pemilik tanah yg terkena
landreform.
5. PP N0. 41 Thn. 1964 Ttg. Perubahan dan Tambahan PP N0. 224 Thn 1961 Ttg.
Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian.Ketentuan ini telah
merubah beberapa pasal atau ketentuan dalam PP 224 Tahun 1961.
6. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional N0. 4 Tahun 1992 Ttg.
Penyesuaian Harga Ganti Rugi Tanah Kelebihan maksimum dan Absente/Guntai.
Instansi Penyenggara Landeform
1.Panitia Landreform
a. Dengan Keppres N0. 131 Tahun 1961 dibentuk Panitia Landreform Pusat, Darah Tk. I,Daerah Tk.
II,Kecamatan dan Desa. Susunan, tugas dan cara kerja Panitia kemudian disempurnakan dengan Keppres
N0. 263 Tahun 1964;
b. Dengan Keppres N0. 55 Tahun 1980 Panitia Landreform dibubarkan. Tugas dan wewenang beralih keapada
Mendagri,Gubernur,Bupati/Walikota,Camat dan Kepala Desa,selaku wakil Pemerintah Pusat di Daerah.
Pada tingkat pusat,Propensi dan Kabupaten/Kota dibentuk Panitia Pertimbangan Landreform, yg bertugas
memberikan saran dan pertimbangan keapada Mendagri,Gubernur dan Bupati/Walikota.
c. Dengan telah dibentuknya BPN dgn Keppres N0. 26 Thn 1988 penanganan program Landreform pd tingkat
pusat termasuk bidang tugas Deputi BPN bidang Pengaturan Penguasaan dan Penatagunaan
Tanah,Direktorat Pengaturaan Penguasaan Tanah. Di tingkat Daerah ditugaskan pada Kepala BPN Wilayah
Propensi,Bidang Pengaturaan Penguasaan Tanah dan Kantor BPN Kabupaten/Kota.
2. Yayasan Dana Landreform
d. Pasal 16 PP N0. 224 Thn 1961 mewajibkan dibentuk suatu Yayasan sebagai badan hokum yg otonom untuk
memperlancar pembiayaan landreform dan mempermudah pemberian fasilitas kredit kepada para petani.
e. Pada tgl. 25 Agustus 1961 Menteri Agraria membentuk Yayasan Dana Landreform (YDL) dgn Akta Notaris
R.Kadiman,Jakarta,N0. 110. Kegiatan YDL dibekukan, dan untuk selanjutnya pelaksanaan landreform
dibiayai APBN. Dengan Peraturan Kepala BPN N0. 1/1992 pembiayaan uang pemasukan untuk tanah yang
diredistribusikan yg semula merupakan uang YDL dilakukan kepada Bank BRI.
3. Pengadilan Landreform
f.Pengadilan Landreform dibentuk berdasarkan UU N0. 21 Tahun 1964 tgl. 31 Oktober 1964 Ttg. Pengadilan
Landreform.
3. Pengadilan Landreform

b. Pengadilan Landreform berwenang mengadili perkara-perkara Landreform yaitu perkara-perkara


perdata, pidana maupun administratip yang timbul dalam melaksanakan peraturan-peraturan
landreform (Pasal 2 Ayat 1);
c. Pasal 2 Ayat (2) secara rinci menyebut peraturan-peraturan mana yg dimaksud dengan peraturan
landreform;
d. Untuk menegaskan wewenang Pengadilan Landreform dalam hubungannya dengan wewenang Panitia
Landreform dan Pengadilan Negeri telah dikeluarkan Keputusan Bersama Presidium Kabinet,Menko
Hukum Dan Dalam Negeri/Ketua Mahkamah Agung,Menteri Agraria dan Menteri Pertanian tgl. 23
Agustus 1965 No. Aa/E/106/1965 serta Ketetapan Mahkamah Agung tgl. 12 Juni 1967 No.
6/KM/845/MA.III/67.
e. Pengadilan Landreform terdiri dari Pengadilan Landreform Pusat dan Pengadilan-pengadilan Landreform
daerah yg tempat kedudukannya ditetapkan Menteri Kehakiman atas usul Menteri Agraria. Dengan
Keputusan Menteri Kehakiman tgl. 16 Nopember 1964 No.YB1/2/9 telah dibentuk 18 Pengadilan
Landreform Daerah yg daerah hukumnya meliputi seluruh wilayah Indonesia.Pengadilan Landreform
Daerah merupakan pengadilan tingkat pertama,Pengadilan Landreform Pusat merupakan pengadilan
banding.
d. Terhadap putusan banding tidak dapat dimintakan kasasi kepada MA,kecuali kasasi untuk kepentingan
hokum yang diajukan oleh Jaksa Agung.
e. Dengan UU No. 6 Tahun 1969, UU no. 21 Tahun 1964 dinyatakan tidak berlaku lagi atas dasar
pertimbangan bahwa materi yg diaturnya betentangan dgn UUD 1945.
f. Dengan dikelurkannya UU 7 Tahun 1970 Ttg. Penghapusan Pengadilan Landreform, mencabut UU N0. 21
Tahun 1964 dan menghapus Pengadilan-Pengadilan Landreform mulai 31 Juli 1970.
Landreform Masih diperlukan

1. Setelah terjadinya G30S PKI,sering dikemukan


anggapan bahwa landreform adalah gagasan
PKI,suatu konsep komunis;
2. Landreform masih diperlukan ketentuan-
ketentuannya yang perlu disesuaikan dgn
perkembangan keadaan.

Anda mungkin juga menyukai