Perusahaan bisa saja tidak membagikan dividen walau memperoleh laba, jika dalam kasus perusahaan
ingin menggunakan laba perusahaan untuk melakukan ekspansi atau pengembangan usaha.
Istilah pada dividen:
1. Dividend Payout Ratio (DPR)
Adalah rasio seberapa banyak laba perusahaan yang dibagi menjadi dividen kepada pemegang saham.
Contoh :
Dik :
Laba bersih PT. ABC adalah Rp 1.000.000.000,-.
PT. ABC memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp 500.000.000,- kepada pemegang saham.
Dit :
Berapakah Dividend Payout Ratio (DPR) yang diberikan PT ABC ?
Jawab :
Dividend Payout Ratio (DPR) = 500.000.000 X 100% = 50%.
1.000.000.000
Jadi, Dividend Payout Ratio (DPR) dari PT. ABC adalah 50%.
2. Dividend Per Share (DPS)
Adalah dividen per lembar saham. Angka ini didapat dari pembagian dividen perusahaan dengan jumlah total
lembar saham.
Contoh :
Dik :
PT. ABC memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp 500.000.000,- kepada pemegang saham.
Jumlah total lembar saham dari PT. ABC adalah 1.000.000 lembar.
Dit :
Berapakah Dividend Per Share (DPS) yang diterima oleh pemegang saham ?
Jawab :
DPS = 500.000.000 = Rp 500,-.
1.000.000
Jadi, Dividend Per Share (DPS) atau dividen per lembar yang diterima oleh pemegang saham adalah Rp 500,-
3. Dividend yield
Adalah perbandingan seberapa besar dividen yang dibagi perusahaan terhadap harga saham yang sedang
beredar.
Contoh :
Dik :
Dividend Per Share (DPS) dari PT. ABC adalah Rp 500,-.
Harga saham PT. ABC adalah Rp 10.000,-.
Dit :
Berapakah Dividend yield yang diberikan PT ABC ?
Jawab :
Dividend yield = 500 X 100% = 5%.
10.000
Apabila kita melakuakan ekbijakan deviden sebagai keputusan pembelanjaan secara kaku,
pembayaran deviden kas merupakan sisa pasif. Persentase pendapatan yang dibayarkan sebagai
deviden akan berfluktuasi pada periode ke periode sesuai dengan fluktuasi jumlah kesempatan investasi
yang diterima perusahaan. Apabila kesempatan investasi tersebut berlebihan maka perusahaan
pendapatan yang dibayarkan untuk deviden adalah 0, sebaliknya apabila kesempatan investasi yang
menguntungkan tidak ada maka pembayaran deviden adalah 100% dari pendapatan tersebut. Jadi, DPR
adalah bernilai 0 sampai 1. Perlakuan kebijakan deviden sebgai sisa yang pasif, ditentukan tersendiri oleh
tersedianya usaha investasi yang dapat diterima, menunujukan secara langsung bahwa deviden tidak
relevan.
Faktor Penentu Kebijakan Deviden
1. Kebutuhan Dana Untuk Membayar Utang
Apabila suatu perusahaan akan memperoleh utang baru atau menjual obligasi untuk membiayai perusahaan,
sebelumnya harus sudah direncanakan bagaimana caranya untuk membayar kembali utang tersebut. Utang dapat
dilunasi pada hari jatuhnya dengan mengganti utang tersebut dengan utang baru . Atau alternatif lain ialah
perusahaan harus menyediakan dana sendiri yang berasal dari keuntungan untuk melunasi utang tersebut.
Yang jelas, apabila perusahaan memilih untuk memakai laba untuk pembayaran utang, maka akan berpengaruh
terhadap kemampuan perusahaan dalam membagikan dividen kepada pemegang saham akan semakin kecil.
2. Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendek dengan menggunakan aktiva
lancar.Posisi likuiditas perusahaan sangat berpengaruh dalam pengambilan kebijakan dividen. Semakin lancar
likuiditas perusahaan, semakin besar juga kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen.
B. Pengaruh nilai dividen saham dan pemecahan saham terhadap dividen kas
Dividen saham atau pemecahan saham mungkin dibarengi dengan meningkatnya dividen kas. Jika laba
meningkat perusahaan tidak meningkatkan dividen kas namun perusahaan bahkan menahan laba dalam
jumlah yang cukup besar dan memberikan dividen saham. Meskipun dividen saham mungkin cenderung
untuk menyenangkan hati investor tertentu dengan kebaikan dari dampak psikologisnya, tetapi penggantian
saham biasa untuk dividen kas melibatkan biaya administrasi yang cukup besar.Dividen saham lebih mahal
biayanya daripada dividen kas.Hal ini merupakan kelemahan pembagian dividen saham.
C. Pengaruh nilai dividen dan pemecahan saham terhadap perdagangan
Pemecahan saham dan dividen saham digunakan untuk menempatkan saham pada perdagangan yang lebih
disukai dengan harga yang lebih rendah. Keadaan ini untuk menarik lebih banyak pembeli dan juga
mempengaruhi bauran pemegang saham (mix shareholders). Sejalan dengan meningkatnya pemegang
saham individu dan menurunnya pemegang saham kelembagaan akan berdampak perdagangan saham akan
lebih banyak yang terlibat.