Anda di halaman 1dari 16

Pandemi HIV/AIDS didunia akan menambah

permasalahan TBC. Ko-infeksi dengan HIV akan


meningkatkan risiko kejadian TBC secara signifikan.
Orang dengan HIV/AIDS mempunyai kemungkinan
sebesar 30 kali lebih berisiko untuk sakit TBC
dibandingkan dengan orang yang tidak terinfeksi HIV.
Lebih dari 25% kematian pada ODHA disebabkan oleh
TBC. (Global Report, 2013).
Di Indonesia diperkirakan sekitar 3% pasien TBC dengan
status Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
karena merupakan infeksi oportunistik terbanyak (49%)
pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

Dalam menghadapi tantangan TBC dengan HIV ini


salah satu upaya penanggulangannya adalah
dengan melakukan kegiatan kolaborasi.
Kolaborasi penanganan TBC-HIV ini pula telah
merumuskan tantangan kedepannya,
diantaranya adalah Melakukan Konseling Tes
HIV atas Inisiasi Petugas Kesehatan yang
ditujukan bagi pasien TBC dan bagaimana
membangun jejaring pelayanan diagnosis dan Langkah-langkah dalam penanganan kolaborasi TBC-HIV ini
pengobatan, Memastikan bahwa pasien yang harus sistematik dengan mengkategorikan penderita TBC
terdiagnosis TBC dan HIV harus mendapatkan tanpa mengidap penyakit HIV atau penderita TBC yang
mengidap HIV sehingga dapat menentukan penanganannya
pelayanan yang optimal untuk TBC dan secara dengan tepat sasaran yang dalam hal ini sesungguhnya dapat
cepat harus dirujuk untuk mendapatkan memaksimalkan Konseling Tes Inisiasi Petugas kesehatan
dukungan dan pengobatan HIV/AIDS dalam hal (KTIPK).
ini termasuk pemberian pengobatan Namun pada kenyataanya tidak mudah untuk melaksanakan
pencegahan dengan INH dan pemberian ARV. program KTIPK ini dikarenakan penderita TBC baru yang
datang berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan adalah
pasien baru dengan keluhan batuk-batuk lebih dari dua
minggu, sehingga mereka merasa tidak perlu untuk dilakukan
pemeriksaan HIV, dan adanya stigma di masyarakat, dan takut
terdiagnosa.
Tes HIV bagi pasien TBC berpotensi pula menimbulkan
polemik karena dapat memunculkan anggapan bahwa
Oleh karena itu, berdasarkan pemeriksaan TBC terkesan ‘mengada-ada’ dan menyulitkan
fenomena tersebut maka peneliti mereka yang tentunya telah datang dengan kesadaran dengan
harapan dapat penanganan yang tepat. Kemudian prosedur
tertarik untuk melakukan penelitian tindakannya harus tersosialisasi dengan baik bila tidak dapat
mengenai “Efektifitas Konseling Tes menimbulkan keengganan atau kemalasan untuk dites HIV.

Inisiasi Petugas Kesehatan (KTIPK)


Terhadap Motivasi Penderita TBC
Baru Untuk Dites HIV di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
Tujuan Umum
 Untuk mengidentifikasi efektifitas konseling tes inisiasi petugas kesehatan
(KTIPK) terhadap motivasi penderita TBC Baru untuk dites HIV di wilayah
Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
Tujuan Khusus
 Teridentifikasi efektifitas konseling tes inisiasi petugas kesehatan (KTIPK)
terhadap penderita TBC baru untuk di tes HIV di wilayah Puskesmas
Kecamatan Kelapa Gading.

 Teridentifikasi motivasi klien untuk dites HIV di wilayah Puskesmas Kecamatan


Kelapa Gading.

 Teridentifikasi hubungan efektifitas konseling tes inisiasi petugas kesehatan


(KTIPK) terhadap motivasi penderita TBC baru untuk di tes HIV di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading.
Konsep Konseling
Konseling adalah proses penerapan strategi komunikasi
dalam membantu seseorang untuk belajar menyelesaikan
masalah interpersonal, emosional dan memutuskan hal
tertentu.

Peran seorang konselor dalam melakukan konseling yaitu membantu


dan memfasilitasi klien untuk dapat membangun kemampuan diri
dalam pengambilan keputusan bijak dan realistik, menuntun perilaku
mereka dan mampu mengemban konsekuensi dari pilihannya dan
memberikan informasi yang terkini. (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Konsep Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan
seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan
tertentu yang dalam hal ini adalah penderita tbc baru mempunyai
kemauan untuk di tes HIV.
Faktor-factor yang
Klasifikasi Motivasi mempengaruhi Motivasi
V. Independent V. Dependent

Efektifitas Konseling Tes Motivasi Responden Untuk di


Inisiasi Petugas
Tes HIV
Kesehatan
Hipotesis alternatif (Ha)
dalam penelitian ini
adalah adanya keefektifan
konseling pemeriksaan
inisiasi petugas kesehatan
terhadap motivasi
penderita TBC baru untuk
pemeriksaan HIV di
wilayah Puskesmas
kecamatan Kelapa Gading
• Desain penelitian yang digunakan penelitian ini
DESAIN PENELITIAN adalah cross sectional dan desain deskriptif
korelasi dengan uji Kai Kuadrat

• Penelitian ini dilakukan Puskesmas kecamatan


LOKASI PENELITIAN
Kelapa Gading

WAKTU PENELITIAN • Pada bulan November 2018 hingga Januari 2019

• Populasi : Responden yang terdiagnosis TBC


POPULASI DAN SAMPEL Baru
• Sampel : 27 responden

INSTRUMENPENELITIAN • Lembar Kuesioner

• Uji validitas dan reliabilitas pada lembar


UJI VALIDITAS & kuisioner adalah crombach alpha 0,993 dengan
REABILITAS nilai r table 0,602
Univariat (Data demografi)
ANALISA DATA Bivariat (menghubungkan V. Independent dgn V.
Dependent)
Data Distribusi Univariat
Tabel distribusi frekuensi usia, Jenis Pendidikan, status perkawinan, pendidikan dan pekerjaan

Variabel Mean Std. Deviasi Minimal-Maksimal 95% CI


Umur 37,37 13,548 15-64 32,01 – 42,73

No. Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%)


1 Jenis Kelamin Laki-laki 15 55,6
Perempuan 12 44,4
2 Status Perkawinan Kawin 22 81,5
Belum Kawin 4 14,8
Cerai Mati 1 3,7
3 Pendidikan Terakhir Tidak pernah 1 3,7
sekolah
SD/sederajat 7 25,9
SMP/sederajat 9 33,3
SMA/sederajat 10 37
4 Pekerjaan Bekerja 14 51,9
Tidak bekerja 13 48,1
Variable Kategori Frekuensi Persentase (%)
Efektifitas Konseling Pemeriksaan Konseling efektif 20 74,1
Inisiasi Petugas Kesehatan Konseling tidak efektif 7 25,9

Variable Kategori Frekuensi Persentase (%)


Motivasi Motivasi tinggi 13 48,1
Motivasi rendah 14 51,9
Tabel Hubungan antara Efektifitas Konseling Tes Inisiasi Petugas Kesehatan
(KTIPK) Terhadap Motivasi Penderita TBC Baru Untuk Dites HIV di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading
Variable
Dependent Motivasi
Total OR 95% CI P value
Variable
Independent

Tinggi Rendah
N % N % N %
Efektifitas Konseling
Pemeriksaan Inisiasi
Petugas Kesehatan

Konseling efektif 13 65 7 35 20 100 0.350 0,193- 0,012


Konseling tidak efektif 0 0 7 100 7 100 0,636
Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan yang ditemukan selama
melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
 Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang

di lakukan oleh peneliti, sehingga masih banyak


kekurangan yang berkaitan dengan pengalaman
dan pengetahuan tentang apa yang di teliti.
 Penelitian ini dilakukan secara individu sehingga

sangat terbatas dalam hal tenaga dan waktu.


 Kesimpulan
 Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
 Karakteristik usia 15 sampe dengan 64 tahun, jenis
kelamin laki-laki 55,6% (15 orang), status perkawinan
kawin 81,5% (22 orang), Pendidikan SMA 37% (10 orang)
dan pekerjaan bekerja 51,9 (14 orang).
 Ada Hubungan antara Efektifitas Konseling Tes Inisiasi
Petugas Kesehatan (KTIPK) Terhadap Motivasi Penderita
TBC Baru Untuk Dites HIV di Wilayah Puskesmas
Kecamatan Kelapa Gading
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
 Bagi Pasien
Dengan diketahui status HIV pada penderita TBC diharapkan pasien
dapat mengetahui status HIVnya sehingga pasien mendapatkan
pengobatan dan asuhan keperawatan yang lebih komprehensif dan
maksimal.
 Bagi Institusi Kesehatan
Diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam rangka
meningkatkan upaya meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat
dalam program kolaborasi TBC-HIV dalam hal konseling tes inisiasi
petugas kesehatan (KTIPK) terhadap motivasi penderita TBC baru
untuk di tes HIV di Wilayah Puskesmas Kecamatan Kelapa Gading.
 Bagi Penelitian Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi awal untuk
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperbanyak sampel dan
desain yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai