Anda di halaman 1dari 9

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG Perdebatan mengenai aborsi di negara kita akhir akhir ini semakin ramai,karena di picu oleh berbagai peristiwa yang mengguncang dan sudah bukan rahasia lagi bahwa masyarakat mengetahui adanya dokter dokter tertentu atau klinik klinik tertentu yang sering melakukan aborsi. Para pengamat sadar bahwa masalah legalisasi aborsi, dimana orang boleh melakukan aborsi tanpa diancam hukuman bukanlah solusi yang terbaik.Misalnya saja Amerika Serikat, membuka jalan selebar lebarnya bagi praktik aborsi sampai umur kandungan tertentu, dengan diundangkannya Undang Undang Aborsi yang dikenal dengan nama Roe. V.Wade pada tahun 1973 dan negara negara lainpun menyusul. World Health Organization telah mengkalkulasikan bahwa setap tahun sekitar 50 juta kehamilan diakhiri dengan aborsi dan diperkirakan bahwa 100 200.000 wanita meninggal setiap tahun akibat komplikasi aborsi ( Segal dan La Guardia,1990; Fathalla,1992 ). . Masalah aborsi bukanlah masalah baru,hal ini sudah ada sejak zaman purba / kuno.Yang membedakan hanyalah kadarnya yang semakin lama semakin intens, searah dengan perkembangan teknologi yang semakin memudahkan pelaksanaan aborsi dengan resiko

kematian ibu yang semakin kecil. Pada zama kuno, ramuan obat obatan untuk menggugurkan kandungan sudah ada yaitu pada zaman kekaisaran china kuno. Undang undang aborsi paling tua yang tersedia sampai pada zaman kita ialah dari Undang undang Hammurabi yang mengatakan jika seorang memukul seorang perempuan yang sedang mengandung dan menyebabkan perempuan itu mengalami keguguran, ia harus membayar denda 10 shekels perak oleh karena kematian fetus itu. Jika wanita meninggal, maka anak perempuan yang memukul itu juga harus dibunuh. Undang undang tersebut tampaknya dibuat, pertama tama bukan untuk melindungi hak hidup janin, tetapi untuk melindungi hak ayah yang merasa dirugikan oleh karena kematian janin itu.

Uni soviet adalah negara adalah Negara yang pertama kali membolehkan aborsi yaitu pada tahun 1920 M. Kemudian pada tahun 1935 aborsi dilarang disebabknan meningkatnya angka kematian ibu yang melakukan praktek aborsi. Kemudian Uni Soviet mengikuti aturan Negara Jepang yang membolehkan aborsi bagi penduduk yang memiliki lima anak. Akan tetapi aturan ini kemudian diperingan hingga akhirnya aborsi diperbolehkan untuk kandungan yang berusia tiga bulan.

Pada zaman modern ada seorang hakim dari raja Inggris Hendrik III, dia menegaskan bahwa aborsi yang dilakukan sebelum adanya pergerakan janin, maka perbuatan itu sama sekali bukan tindakan kriminal, sedangkan kalau dilakukan sesudah ada pergerakana janin, itu hanya pelanggar kecil saja. Hukum yang mengatur aborsi menjadi sumber perdebatan di Inggris sehingga pada tahun 1990, hukum tersebut di amendemenkan untuk menurunkan batas atas dari 28 minggu gestasi menjadi 24

3 minggu, pengecualian dibuat untuk kasus janin dengan kelainan kongenital yang sangat parah yang tidak memungkinkan hidup. Di Amerika sampai tahun 1800 an, aborsi dipraktikan dengan sangat mudah, bahkan para dokter pun menggunkanannya sebagai cara yang mudah untuk mendapakan uang, karena memang tidak ada undang undang yang mengatur tentang aborsi. Iklan iklan mengenai aborsi sangat mudah didapatkan dan penjualan pil pengguguran bisa mencapai omzet yang besar. Zaman berganti dan pergerakan demi pergerakan datang silih berganti. Pandangan aborsi lambat laun juga mengalami tekanan perubahan. Pada tahun 1967 dan sampai sekarang aborsi diperbolehkan demi kesehatan ibu dan janin tidak memungkinkan untuk hidup.

Situsi di Indonesia sama seperti di bagian dunia lainnya, masalah aborsi juga bukan masalah yang baru. Sejak lama sudah terdapat obat obatan (ramuan) tradisional yang berkasiat untuk menggugurkan kandungan. Dewasa ini jamu dan obat obatan tradisional tersebut telah dikemas sedemikianrupa, diberi merek menarik dan indah, contohnya: jamu pelancar datang bulan, jamu terlambat bulan dan sebagainya. Jamu jamu tersebut bahkan boleh didaftarkan (dipatenkan) di Departemen Kesehatan dan diiklankan secara terbuka. Tentu saja ada jamu yang benar benar memperlancar datang bulan, tetapi ada juga yang sebenarnya menggugurkan kandungan.Demikian pula, sejak lama sudah banyak dukun, yang dengan pengalamannya mengurut wanita hamil, untuk menggugurkan kandungan.

Dewasa ini, masalah aborsi di Indonesia diatur dalam Kode Etik Kedokteran (kodeki) dan beberapa perangkat hukum, yakni KUHP dan UU No.18 tahun1981, kemudian diperbaharui dalam UU Kesehatan No.23 tahun1992, khususnya pasal 15 dan 80, UU

tersebut mulai berlaku sejak 17 september 1992. Kodeki ini jelas memberikan pedoman bahwa dokter tidak boleh melakukan aborsi, sebab dokter Indonesia harus melindungi mahkluk insani sejak pembuahan sampai dengan kematiannya. Dalam pasal 1 kodeki itu dikatakan, Setiap dokter harus menjunjung dan mengamalkan sumpah dokter. Oleh karena itu, baik menurut agama, undang undang negara maupun etika kedokteran, seorang kedokteran Indonesia tidak diperbolehkan menggugurkan kandungan dan euthanasia. Dalam bagian lain penjelasan pasal 10 itu jelas dikatakan, bahwa aborsi hanya bisa dilakukan kalau ada indikasi medis sebagai satu satunya jalan untuk menolong nyawa ibu.

Indikasi medis itu tidak sama dengan indikasi kesehatan. Seorang ibu yang mengandung dan kesehatannya terganggu akan tetapi tidak mengancam nyawanya, maka ini tidak boleh menjadi alasan untuk melakukan aborsi, atau bayi yang tidak cacat tidak boleh menjadi alasan untuk menggugurkan kandungan, sebab ia tidak membahayakan nyawa ibu. Alasan alasan seperti ini nyatanya sering dilontarkan para wanita yang mencoba meyakinkan diri bahwa membunuh janin dalam kandungannya adalah boleh dan benar seperti : karena hasil pergaulan bebas, ketidaksiapan pasangan suami istri muda untuk punya anak, dan tidak jarang karena sang perempuan menjadi korban pemerkosaan, menjadi fenomena dalam melakukan tindakan pengakhiran kehamilan pada saat ini.

Rumusan undang undang ini dirasakan tidak mencukupi untuk menyelesaikan masalah aborsi dewasa ini, sebab UU Kesehatan ini tidak sejalan dengan KUHP. Dalam KUHP segala macam aborsi dilarang, sedangkan dalam UU kesehatan aborsi therapeutis bisa dilakukan dan keduanya masih tetap berlaku dalam tata hukum Indonesia sampai

5 sekarang. Perumusan aborsi dalam UU ini tidak jelas. Pada umumnya secara medis aborsi didefinisikan : pengeluaran hasil pembuahan ( kehamilan ) dari rahim sebelum janin bisa hidup diluar kandungan ( umur 20 24 minggu ). Dengan defini ini, janin yang dikeluarkan akan mati. Pengeluaran janin yang terjadi pada umur sesudah itu dan janinnya mati maka tidak dapat dikatakan aborsi tetapi disebut pembunuhan bayi ( infanticide ), sedangkan kalau bayinya hidup maka disebut kelahiran immature, premature atau bahkan mature.

Data yang diperoleh mengenai jumlah aborsi di Indonesia menunjukkan kenaikan mencolok dari tahun ke tahun, di Jakarta 1997 setiap harinya sekitar 100 kasus aborsi. Pada tahun 1984 sudah terjadi sekitar 250 kasus aborsi disengaja setiap harinya.MenurutProf.DR.Dr.Azrul Anwar MPH, pengurus harian PKBI, jumlah aborsi pertahun di Indonesia pada tahun 2000 terdapat sekitar 2,3 juta dan pada tahun 2001 sebanyak 2,5 juta. Dari jumlah itu sebanyak 750 ribu dilakukan oleh remaja putri yang belum menikah, dan 78% wanita diperkotaan, 40% di pedesaan melakukan aborsi dengan sengaja. Tingkat KTD mencapai 18.582 kasus pada tahun 2006 ( bali ) ( menurut rilis BKKBN ). Salah satu alasan pokok para pendukung aborsi adalah pendapat yag mengatakan bahwa wanita berhak mengatur apa yang boleh terjadi di dalam tubuhnya dan menentukan sendiri apa yang dikehendaki dan apa yang tidak dikehendaki. Janin juga dipandang sebagai pars viscerum matris ( bagian dari organ tubuh ibu ), karena itu di juga bisa dibuang atau dijaga seturut kehendak perempuan yang empunya badan.

MASALAH PENELITIAN Bertitik berat dari latar belakang di atas, bahwa banyak wanita melakukan tindakan induksi haid dengan alasan alasan yang sebenarnya tidak berhubungan dengan masalah medis atau kesehatan ibu.

PERTANYAAN PENELITIAN Melihat permasalahan diatas,maka dapat di rumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : apa saja faktor faktor apa yang yang memotivasi ibu untuk melakukan tindakan induksi haid di klinik raden saleh

TUJUAN PENELITIAN TUJUAN UMUM : Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi wanita untuk melakukan tindakan induksi haid

TUJUAN KHUSUS Mengetahui hubungan antara kehamilan yang tidak diinginkan dengan tindakan induksi haid Mengetahui antara kemantapan dan keinginan pasangan untuk menggunakan alat kontrasepsi Mengetahui motivasi yang paling berpengaruh terhadap wanita yang melakukan tindakan induksi haid Di peroleh gambaran tentang batasan alasan medis dan bukan alasan medis dalam melakukan tindakan induksi haid

7 MANFAAT PENELITIAN Manfaat Untuk Rumah Sakit Rumah Sakit mengembangkan ilmu pengetahuan dapat digunakan sebagai dasar atau masukan untuk dilakukannya penelitian lanjutan yang berkaitan dengan masalah tindakan induksi haid, untuk dapat menurunkan tindakan aborsi.

Manfaat Untuk Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan dapat memberikan masukan bagi pelayanan keperawatan maternitas dalam meningkatkan pemberian pelayanan kontrasepsi Dapat mengimformasikan dampak dampak melakukan tindakan induksi haid Dapat memotivasi pasien untuk melanjutkan kehamilan apabila memang tidak ada alasan indikasi medis atau mengancam keselamatan ibu dan janin tidak mungkin untuk bertahan hidup Dapat memberikan konseling bagi pasangan atau calon ibu untuk menguatkan mental mereka dalam menghadapi kehamilan yang tidak diinginkan ini

Manfaat Untuk Pendidikan Pendidikan merupakan pengalaman belajar dalam melaksanakan riset keperawatan dan dapat mengetahui informasi informasi yang dibutuhkan sehingga dapat memotivasi para wanita untuk ber-KB dalam merencenakan kehamilan secara mantap sehingga tidak terjadi kehamilan yang tidak diinginkan serta dapat menghindari pergaulan bebas yang marak terjadi pada remaja saat ini

Manfaat Untuk Responden Responden mendapatkan masukan betapa pentingnya untuk memprogram

kehamilan/ menjarangkan kehamilan, supaya kehamilan yang tidak diinginkan dapat dicegah, dan tidak melakukan aborsi atau aborsi berulang.

Manfaat Bagi Peneliti Peniliti dapat memotivasi pasien untuk memberikan pelayanan penyuluhan kesehatan, komplikasi induksi haid, penggunaan alat kontrasepsi kepada setiap pasangan, sehingga mereka dapat merencanakan kehamilan yang diinginkan.

TINJAUN PENELITIAN Lebih dari separuh kehamilan yang tidak diinginkan berakhir dengan aborsi ( Shane, 1997 ).Angka angka tersebut tdak termasuk mareka yang tidak menyadari bahwa mereka pernah hamil, tetapi terhenti pada 1 3 bulan pertama kehamilan, sehingga dianggap sebagai menstruasi biasa.

Menurut WHO, dari 210 juta kehamilan pertahun di dunia, 38 juta atau sekitar 18% merupakan kehamilan yang tidak direncanakan ( Berer, 2000 ). Jumlah aborsi pertahun di Indonesia pada tahun 2000 terdapat sekitar 2,3 juta dan pada tahun 2001 sebanyak 2,5 juta.Dari jumlah itu sebanyak 750 ribu dilakukan oleh remaja putri yang belum menikah, dan 78% wanita diperkotaan, 40% di pedesaan melakukan aborsi dengan sengaja. Salah satu alasan pokok para pendukung aborsi adalah pendapat yag mengatakan bahwa wanita berhak mengatur apa yang boleh terjadi di dalam tubuhnya dan menentukan sendiri apa yang dikehendaki dan apa yang tidak dikehendaki.Janin juga dipandang

9 sebagai pars viscerum matris ( bagian dari organ tubuh ibu ), karena itu di juga bisa dibuang atau dijaga seturut kehendak perempuan yang empunya badan. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian apakah faktor faktor yang berhubungan dengan motivasi ibu untuk dilakukan tindakan induksi haid pada kehamilan yang tidak diinginkan di klinik raden saleh.

Anda mungkin juga menyukai