Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN

KASUS

HERNIA
Oleh : Muhammad zakii
Sabira
Wilda hanim
Syarifah ueliya zuhra
Pendahuluan
• Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
• Secara umum, hernia terdiri dari kantong hernia, isi
hernia, pintu hernia, cincin hernia, dan locus minoris
resistance
Laporan kasus
IDENTITAS
RM : 01387535
Nama : Tn. Hasan Derman
Usia : 42 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Rusip Antara
Status : Menikah
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : Tamat SLTA
Agama : Islam
Anamnesa
• Keluhan utama
Nyeri pada benjolan di daerah lipat paha kanan
sejak 8 jam SMRS

• Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang ke RSUD Datu Beru dengan
keluhan nyeri pada benjolan di daerah lipat paha kanan
sejak 1 minggu dan memberat sejak 8 jam SMRS. Benjolan
awalnya muncul hilang timbul terutama saat pasien sedang
BAB dan tidak terasa nyeri, akan tetapi kali ini benjolan tidak
bisa masuk lagi
Pasien mengaku sejak 1 bulan terakhir BAB pasien keras
sehingga pasien harus mengejan. BAB terakhir pasien 1
hari SMRS dan pasien juga belum kentut sejak 1 hari
SMRS sehingga pasien merasa kembung. Pasien juga
mengeluh mual dan muntah ≥5 kali sehari. Pasien tidak
demam ataupun pusing. Pasien belum berobat untuk
keluhan ini sebelumnya. Pasien tidak memiliki riwayat
tekanan darah tinggi, alergi, asma, ataupun kencing man.
Pasien mengaku merokok tetapi tidak mengkonsumsi min
uman atau makanan beralkohol.
Anamnesa
Riwayat penyakit dahulu
• Pasien tidak pernah mengalami keluhan
seperti ini sebelumnya. Hipertensi (-) Dm (-)

Riwayat penyakit keluarga


• Tidak ada anggota keluarga pasien yang
pernah memiliki keluhan seperti pasien.

Riwayat kebiasaan
• Pasien merupakan seorang perokok.
Pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : Sadar
Kesadaran : Compos Mentis (GCS
E4V5M6)
Vital Signs : TD: 130/70 mmHg;
Nadi: 111 x/menit;
Respirasi rate: 22 x/i
Suhu: 36,8ºC
 Kulit : warna sawo matang, turgor kulit baik
 Kepala : normocephali
 Muka : simetris, deformitas (-)
 Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
 Telinga : normotia, sekret (-)
 Hidung : pernapasan cuping hidung (-), sekret (-)
 Mulut : bibir tidak sianosis, lembab
 Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening
Paru Hasil pemeriksaan

Inspeksi Dada kanan dan kiri simetris, tidak ada ketinggalan gerak,
pelebaran costa (-), retraksi (-),bentuk dada normal

Palpasi Tidak ada nafas yang tertinggal, Fremitus dada kanan dan
kiri sama

Perkusi Sonor diseluruh lapang paru

Auskultasi Terdengar suara dasar vesikuler (+/+), Wheezing (-/-),


Ronkhi (+/+)
Jantung Hasil pemeriksaan
Inspeksi ictus cordis tidak tampak

Palpasi Ictus cordis tidak kuat angkat, teraba di SIC V linea mid clavicula
sinistra
Perkusi Bunyi : redup
Batas Jantung :
Batas Kiri Jantung
^ Atas : SIC II linea parasternalis sinistra.
^ Bawah : SIC V linea midclavicularis sinistra
Batas Kanan Jantung
^ Atas : SIC II linea sternalis dextra
^ Bawah : SIC IV linea sternalis dextra
Auskultasi HR= 78 x/menit BJ I/II murni reguler, bising systole (-), gallop (-)
Abdomen Hasil pemeriksaan

Inspeksi cembung, tampak benjolan pada regio inguinalis dextra, benjolan


tidak tampak kemerahan

Auskultasi Bising usus (+) meningkat

Palpasi Nyeri tekan (+), defans muskuler (-), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi Hipertimpani
Benjolan, konsistensi lunak,
Nyeri tekan (+)
Ekstremitas Superior Akral Hangat (+), Edem (-) sianotik (-) clubbing fin
Dextra ger (-) macula (+) hiperpigmentasi (+)

Ekstremitas Superior Akral Hangat (+), Edema (-) sianotik (-) clubbing
Sinistra finger (-) macula (+) hiperpigmentasi (+)

Ekstremitas Inferior Akral Hangat (+), Edema (-) sianotik (-) clubbing
Dextra finger (-) macula (+) hiperpigmentasi (+)

Ekstremitas Inferior Akral Hangat (+), Edema (-) sianotik (-) clubbing
Sinistra finger (-) macula (+) hiperpigmentasi (+)
Darah Rutin Hasil Nilai Normal
HGB 12.6 g/Dl 12,3-15,3 g/Dl
RBC 4.53 106/Ul 4,1-5,1.106/Ul
HCT 37.1 % 34,0-47,0 %
MCV 81.9 Fl 80,0-97,0
MCH 27.8 pg 26,5-33,5
MCHC 34.0 g/Dl 31,5-35,0
RDW 10.0 % 11,5-14,5
WBC 12.81 103/Ul 5,0-10,03/Ul
EO 0,2 % 1-6
BASO 0,2 % 0-1
NEUT 54,0% 50-70
LYMPH 1.56 % 25-40
MONO 1.81 % 2-8
PLT 308 103/ Ul 150- 450. 103/ Ul
Cloting time 6 4-15
Bleeding time 3 3-7
Golongan Darah O
fungsi ginjal hasil normal
Ureum 56 10-50
Diagnosa
DIAGNOSIS KERJA
• Hernia inguinalis lateralis dextra strangulata

DIAGNOSA BANDING
• Hernia inguinalis lateralis dextra inkarserata
Penatalaksaan
• IFVD Ringer laktat 1000ml  20 gtt/i
• Inj ketorolac 1 amp/8 jam
• Inj ranitidine 1 amp/12 jam
• Inj ceftriaxone 1 gr/12 jam
• Inj ondancentron 1 amp /8 jam
• Pro hernioplasty
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad bonam
Laporan operasi
Operasi dilakukan pada tanggal 21 September pukul 20.45 WIB.
Jenis anestesi yang digunakan adalah anestesi spinal.
Diagnosis sebelum operasi : hernia inguinalis dextra strangulata
Diagnosis sesudah operasi : hernia inguinalis dextra strangulata
Nama / macam operasi : hernioplasty mesh
Komplikasi/penyulit : Tidak ada
Laporan operasi
1. Pasien terlentang dalam spinal anestesi
2. Asepsis dan antisepsis
3. Insisi oblique 2 jari medial SIAS - tuberculum pubicum
4. Identifikasi kantong hernia. Loop ileum 5 cm -> vital,
batas jepitan jelas -> kembalikan rongga abdomen
5. Ligasi kantong hernia setinggi preperitoneal fat
6. Pasang mesh pada ligamen cooper, ligamen inguinalis,
conjoint tendon
7. Jahit lapis demi lapis
8. Selesai
Nama / macam operasi : Reseksi anastomosis
Laporan operasi :
1. Posisi pasien tidur terlentang
2. Insisi di linea mediana dengan panjang sesuai perkiraan
bagian usus yang mengalami perforasi atau nekrosis.
3. Insisi diperdalam sampai mencapai cavum peritoneum
Seluruh pus, fases dan cairan kotor yang terdapat dalam
cavum abdomen dihisap keluar - Dilakukan indentifikasi
bagian usus yang mengalami nekrosis secara sistematis dan
seterusnya.
4. Sebelum melakukan reseksi, pastikan dahulu bahwa usus tidak
sehat sehingga ada indikasi untuk dilakukan reseksi. Tanda usus
tidak sehat adalah permukaannya tidak mengkilap, tampak kering,
warna kebiruan bahkan kehitaman, tidak ada kontraksi, tidak
berdarah dan tidak ada pulsasi pembuluh darah, serta seromuskuler
terkelupas.
5. Keluarkan bagian usus yang tidak sehat tersebut diluar cavum
abdomen, berikan alas dengan kain kasa dibawahnya untuk
mencegah kontaminasi kedalam cavum peritoneum. Identifikasi
lokasi pembuluh darah yang memberikan suplai pada usus yang
tidak sehat tersebut, kemudian ligasi pembuluh darah tersebut.
6. Lakukan pemotongan mesenterium menuju tepi-tepi usus yang
tidak sehat tersebut secara segmental. Tepi-tepi usus dipotong d
engan menggunakan pisau, hindari menggunakan diatermi kare
na akan merusak lapisan usus. Rawat perdarahan dengan diater
mi.
7. Evaluasi kembali vaibilitas tepi-tepi usus yang telah dipotong.
Dekatkan kedua tepi usus yang telah dipotong untuk membandi
ngkan diameter lumen yang akan disambung. Jika terdapat perb
edaan diameter lumen maka dilakukan eksisi tepi usus tersebut
sehingga tedadi kesamaan diameter lumen.
8. Dilakukan teugel pada ujung-ujung usus dengan benang silk 3/0
jarum nontraumatik. Kemudian dilakukan penjahitan secara
seromuskuler dengan benang non absorbable multi filament
sintetik 3/0 secara kontinu mulai dari sisi belakang usus. Hal yang
lama kemudian diulangi untuk sisi depan usus. Jarak antara jahitan
satu dengan lainnya kirakira 1/2 cm. Pastikan tepi-tepi serosa usus
telah tertutup rapat.
9. Setelah itu evaluasi kembali viabilitas usus, pastikan lumen tidak
terlalu sempit dengan cara mempertemukan ujung jari dengan ibu
jari operator pada lokasi anastomosis
Laporan manajemen cairan pasien :
Berat badan 60kg, puasa 8 jam, operasi besar, durasi 180 menit, per
darahan 1000
Kebutuhan cairan :
1. Defisit akibat puasa : (100 x 8) + (100 x 3) = 1100 ml
2. Operasi besar : 8 x 60 x 3 = 1440 m
l
3. Perdarahan : 1000 x 3 = 3000 m
l
4. Total kebutuhan: = 5540 ml
Cairan yang diberikan :
1. Pre OP : Maintenance 20gtt/i  500cc selama puasa (8 jam)
: Cor 300gtt/i  1000cc dalam 1 jam
2. Intra OP : Cor 300gtt/i  1000cc x 3 jam = 3000cc
3. Post OP : Cor 300gtt/i  1000cc dalam 1 jam
4. Total pemberian = 1500 + 3000 + 1000 = 5500 ml
TINJAUAN PUSTAKA
Fisiologi usus halus
Selama proses penyerapan, bahan-bahan yang tercerna masuk ke
anyaman kapiler atau lacteal sentral. Agar dapat deserap, bahan harus mene
mbus sel epitel, berdifusi melalui cairan interstisium di dalam inti jaringan i
kat vilus, dan kemudian menembus dinding pembuluh kapiler atau limfe
Penyerapn Na+ dependen energy mendorong penyerapan pasif H2O

Natrium dapat diserap secara pasif maupun aktif. Jika gradient


elektrokimia mendorong perpindahan Na+ dari lumen ke dalam darah ma
ka dapat terjadi difusi pasif antara sel-sel epitel usus melalui taut erat yan
g bocor kedala cairan interstisium di dalam villus
Penyerapan karbohidrat
Penyerapan protein
Lemak yang telah dicerna diabsorpsi secara pasif dan masuk
ke limfe

Penyerapan lemak cukup berbeda dari penyerapan karbohidrat


dan protein, karena sifat tidak larunya lemak dalam air menimbulkan
masalah tertentu. Lemak harus dipindahkan dari kimus cair melalui larutan
cairan tubuh, meskipun lemak tidak larut dalam air
Penyerapan lemak
Penyerapan vitamin umumnya berlangsung pasif

• Vitamin larut air terutama diserap secara pasif bersama air, se


dangkan vitamin larut lemak dibawa di dalam misel dan disera
p secara pasif bersama produk-produk akhir pencernaan lem
ak. Sebagian vitamin juga daoat diserap oleh pembawa, jika d
iperlukan. Vitamin B12 bersifat unik yait bahwa bahan ini haru
s berikatan dengan factor intrinsic lambung agar dapat disera
p melalui proses endositosis yang diperantarai oleh reseptor d
i ileum terminal
Hernia
• Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Kata hernia
berasal dari bahasa Yunani (Hernios) dengan definisi tunas.
Epidemiologi hernia
 Hernia lebih sering terjadi pada pria dibandingkan dengan wa
nita (8:1).

 Usia rata-rata penderita hernia pada laki-laki adalah usia 50-6


9 tahun, sedangkan usia rata-rata penderita hernia pada wani
ta adalah usia 60-79 tahun.
Etiologi hernia
• Riwayat pekerjaan yang dapat menyebabkan peningkatan
tekanan intraabdominal secara persisten, misalkan kuli angkut,
pemain saxophon
• Batuk kronis, misalnya pada pasien dengan bronkitis kronis,
asma, emfisema, dan PPOK
• Adanya tahanan saat miksi, misalnya pada pasien dengan BPH
atau karsinoma prostat.
• Adanya tahanan saat defekasi, misalnya pada konstipasi atau
obstruksi usus besar
• Sedangkan kelemahan dinding abdomen terjadi karena:
1. Umur yang semakin bertambah
2. Malnutrisi, baik makronutrien (protein,karbohidrat) atau
mikronutrien (misalnya: VitaminC)
3. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik
4. Abnormalitas metabolisme kolagen.
Klasifikasi hernia
Klasifikasi Hernia Jenis Hernia

Berdasarkan awal mula terjadinya hernia  Hernia kongenital


 Hernia akuisita

Berdasarkan gambaran klinis hernia  Hernia reponible


 Hernia ireponible
 Hernia inkarserata
 Hernia strangulata

Berdasarkan arah dan letak penonjolan hernia  Hernia eksterna


 Hernia Interna
Manifestasi / Gejala Klinis
 Terdapat benjolan
 Nyeri
 Rasa tidak nyaman
Reseksi Anastomosis Usus Halus

 Definisi
Suatu tindakan pembedahan dengan memotong sebagian segm
en usus yang rusak atau tidak memungkinan untuk dipertahanka
n lagi karena berbagai sebab, untuk kemudian disambung kemb
ali.

 Indikasi operasi
Perforasi usus oleh karena trauma atau infeksi usus dengan
bagian usus yang tidak sehat, tumor usus halus dan usus besar
yang masih dapat dilakukan reseksi.
 Prosedur
• - Posisi : Terlentang
• - Potongan : Vertikal atau transversal
• - Persiapan : Resusitasi cairan adekuat : NGT
• - Antibiotik : Cefazolin 1-2g iv (preop)
• - Waktu operasi : 1-3 jam
• - EBL : 50-100 ml
• - Persiapan PO : NGT
• - Mortalitas : Bervariasi menurut penyebab (1-5%)
• - Morbiditas : Atelektasis <10%
Ileus intestinal <10%
Infeksi terbuka <5%
• Kebocoran usus, fistula <3%
• Skor sakit : 7-9
Pre-Operatif
 Respirasi
 Kardiovaskular
 Muskuloskeletal
 Gastroinstetinal
 Renal
 Laboratorium
 Premedikasi
Post-Operatif
 Komplikasi
 Penanganan nyeri
 Pemeriksaan
Short Bowel Syndrome

• Short Bowel Syndrome (SBS) atau sindrom usus pendek


merupakan gangguan malabsorpsi yang diakibatkan
oleh tindakan pembedahan atau reseksi pada usus
halus sehingga usus tersebut kehilangan fungsi absorpsi
nya.
Manifestasi Klinik

 Diare,
 hipersekresi gastric
 steatorrhea,
 malabsorpsi protein
 karbohidrat, air dan mineral, defisiensi vitamin.
 Manifestasi sistemik berupa batu ginjal dan empedu.
Penatalaksanaan

 Pencegahan
 Reseksi usus
 Terapi fase awal dan fase lambat
 Pemberian pengobatan untuk mengurangi motilitas usus
 Diet
Prognosis

Prognosis pasien-pasien dengan short bowel syndrome


terutama ditentukan oleh tipe dan banyaknya usus yang
direseksi dan penyakit yang mendasarinya. Hampir 50% sampai
70% pasien dengan short bowel syndrome yang awalnya
memerlukan TPN dapat tidak tergantung dengan TPN.
Thank you……..

Anda mungkin juga menyukai