Anda di halaman 1dari 13

Tata Cara Perijinan

APOTEK
PERMENKES
NO. 922/MENKES/PER/X/1993
a. Apotik adalah suatu tempat, tertentu
tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian
dan penyaluran perbekalan farmasi kepada
masyarakat.
b. Apoteker adalah mereka yang berdasarkan
peraturan perundang- undangan yang
berlaku berhak melakukan pekerjaan
kefarmasian di Indonesia sebagai Apoteker.
PERMENKES
NO. 922/MENKES/PER/X/1993
Ketentuan dan Tata cara Pemberian Ijin Apotek

Sekarang masih berlaku dan jadi


dasar pemberian ijin apotek,
sepanjang tidak diubah oleh
Kepmenkes 1332/2002 ttg
Perubahan atas Permenkes
922/1993
PERMENKES NO. 922/MENKES/PER/X/1993TENTANG
KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN APOTIK
PASAL 4
Izin Apotik diberikan oleh Menteri.
(2) Menteri melimpahkan wewenang pemberian izin
Apotik kepada Dirjend.
(3) Dirjend melimpahkan wewenang pemberian izin
Apotik kepada Kepala Kantor Wilayah.
(4) Kepala Kantor Wilayah wajib melaporkan pelaksanaan
pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin dan
pencabutan Izin Apotik sekali setahun kepada Dirjend.
(5) Dalam melaksanakan pelimpahan wewenang tersebut
dalam ayat (3), Kepala Kantor Wilayah tidak diizinkan
mengadakan pengaturan yang membatasi pemberian izin.
PERMENKES NO. 922/1993
PERSYARATAN APOTIK (Pasal 6)
(1) Untuk mendapatkan izin Apotik, Apt atau Apt
yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang
telah memenuhi persyaratan harus siap dengan
tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi
dan perbekalan lainnya yg merupakan milik sendiri
atau milik pihak lain.
(2) Sarana Apotik dapat didirikan pada lokasi yang
sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya
di luar sediaan farmasi.
(3) Apotik dapat melakukan kegiatan pelayanan
komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.
Pengelolaan
(Pasal 10 Permenkes 922/Menkes/Per/X/1993)
• Pembuatan, pengolahan, peracikan,
pengubahan bentuk, pencampuran,
penyimpanan dan penyerahan obat atau
bahan obat;
Pengadaan penyimpanan, penyaluran dan
penyerahan perbekalan farmasi lainnya;
• Pelayanan Informasi mengenai perbekalan
farmasi.
Perizinan Apotik
(Kepmenkes 1332/Menkes/SK/X/2002)
• Diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
• Persyaratan :
– Bangunan
• Sarana
• Ruangan
• Kelengkapan bangunan
– Perlengkapan
– Tenaga Kesehatan
• APA
• Apt. Pendamping
• AA
APOTEKER

KADINKES
Tidak dilakukan
KAB/KOTA
pemeriksaan 6 hari kerja
KABALAIPOM/TIM
DINKES KAB-KOTA
Apoteker pemohon
dapat membuat surat 6 hari kerja
pernyataan siap
melakukan kegiatan KADINKES
KAB/KOTA
12 hari kerja

Belum Memenuhi Tidak Memenuhi Memenuhi


Syarat Syarat Syarat

Surat Surat Penolakan Surat IJIN


Penundaan (disertai alasan) APOTEK
Permenkes 922/1993
Pasal 8
(1) Dalam hal Apt menggunakan sarana
pihak lain, maka penggunaan sarana
dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian
kerja sama antara Apt dan pemilik sarana.
(2) Pemilik sarana dimaksud dalam ayat (1)
harus memenuhi persyaratan tidak pernah
terlibat dalam pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang obat
sebagaimana dinyatakan dalam Surat
Pernyataan yang bersangkutan.
Pasal 25 Kepmenkes 1332/2002

4). APING dan Apoteker Pengganti wajib


memenuhi persyaratan dimaksud dalam
Pasal 5;
(5). Apabila Apoteker Pengelola Apotik
berhalangan melakukan tugasnya lebih
dari 2 (dua) tahun secara terus menerus,
Surat Izin Apotik atas nama Apoteker
bersangkutan dicabut.
Pasal 24 Kepmenkes 1332/2002
(1). Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka
waktu dua kali dua puluh empat jam, ahli waris APA wajib
melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota;
(2). Apabila pada Apotik tersebut tidak terdapat APING,
pada pelaporan dimaksud ayat (1) wajib disertai
penyerahan R/, narkotik, psikotropik, obat keras dan
kunci tempat penyimpanan narkotik dan psikotropik;
(3). Pada penyerahan dimaksud ayat (1) dan (2), dibuat
Berita Acara Serah Terima sebagaimana dimaksud Pasal
23 ayat (2)dengan Kepala Dinkes Kabupaten/Kota
setempat dengan menggunakan contoh formulir Model
APT. 11, dengan tembusan Kepala Balai POM setempat.
Pasal 25 Kepmenkes 1332/2002
(1). Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat
mencabut surat izin apotik apabila
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan
yang dimaksud pasal 5 dan atau;
b. Apt tidak memenuhi kewajiban dimaksud
dalamPasal 12 dan Pasal 15 ayat (2) dan atau; c.
APA terkena ketentuan dimaksud dalam pasal 19
ayat (5) dan atau;
d. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan
peraturanperundang- undangan, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 31 dan atau;
SIK DAN SIP APOTEKER
SIK : DI FASILITAS PRODUKSI (PABRIK UTK QC, QA DAN PRODUKSI)
ATAU DISTRIBUSI (PBF MAUPUN IF KAB/KOTA)
SIPA : PENANGGUNGJAWAB DI FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN
(APOTEK, RS, KLINIK, PUSKESMAS)
SIPA : PENDAMPING (SEBAGAI PENDAMPING DI FASILITAS
PELAYANAN KEFARMASIAN

SIK : HANYA SATU TEMPAT


SIPA PENANGGUNGJAWAB : HANYA SATU TEMPAT KECUALI PUSKESMAS
DAN DILUAR JAM KERJA DAPAT SEBAGAI APOTEKER PENDAMPING
SIPA PENDAMPING : 3 TEMPAT
APOTEKER PEMILIK SIK TIDAK BOLEH SEKALIGUS MEMILIKI SIPA (BAIK
PENANGGUNGJAWAB MAUPUN PENDAMPING), DEMIKIAN PULA
MEMILIKI SIPA BAIK PENANGGUNGJAWAB MAUPUN PENDAMPING
TIDAK BOLEH MEMILIKI SIK

Anda mungkin juga menyukai