Komunikasi Menurut Budaya Minangkabau
Komunikasi Menurut Budaya Minangkabau
ALAM MINANGKABAU
OLEH :
Dra. Silvia Rosa, M. Hum
Tujuan Pembelajaran :
Kato mandaki
Kato manurun
Kato malereang
Kato mandata
Kato Mandaki
Adalah kata-kata, kalimat, dan bahasa yang dipakai oleh
orang yang status sosialnya lebih rendah dari lawan
bicaranya (cth: dipakai oleh anak kepada orang tua,
murid kepada guru dll).
Ciri-ciri : lebih rapi tata bahasanya, pemakaian
ungkapannya jelas, menggunakan kata pengganti orang
pertama (ambo) dan panggilan kehormatan untuk yang
lebih tua ( mamak, uda, uni, inyiak, etek, amai, serta
beliau untuk orang ketiganya).
Kato Manurun
Adalah kata-kata, kalimat, dan bahasa yang dipakai oleh
orang yang status sosialnya lebih tinggi dari lawan
bicaranya (cth: dipakai oleh orang tua kepada anak, guru
kepada murid, mamak kepada kemenakan dll).
Ciri-ciri : lebih rapi tata bahasanya, tetapi dengan kalimat
yang lebih pendek, menggunakan kata pengganti orang
pertama, kedua dan ketiga yang bersifat khusus, seperti :
wak den, awak den, wak ang, awak ang, wak kau, awak
kau, awak inyo.
Kato Malereang
Adalah kata-kata, kalimat, dan bahasa yang dipakai oleh
orang yang status sosialnya sama dengan lawan bicaranya,
tetapi saling menyegani (cth: dipakai oleh ipar kepada besan,
sesama menantu dalam sebuah rumah, mertua kepada
menantu atau sebaliknya, orang-orang yang berjabatan)
Ciri-ciri : lebih rapi tata bahasanya, tetapi lebih banyak
menggunaklan peribahasa, menggunakan kata pengganti
orang pertama (wak ambo), kedua (gelar dan panggilan
kekerabatan) dan ketiga (beliau) yang bersifat khusus
Kato Mandata
Adalah kata-kata, kalimat, dan bahasa yang dipakai oleh
orang yang status sosialnya sama dan hubunganya akrab
dengan lawan bicaranya.
Ciri-ciri : tata bahasanya lebih bersifat bahasa pasar, yang
lazim memakai suku kata terakhir atau kata-kata yang
tidak lengkap dan kalimatnya pendek-pendek,
menggunakan kata pengganti orang pertama (aden, den),
kedua (ang, waang, kau) dan ketiga (inyo, anyo) yang
bersifat khusus
Paham atau mengerti dengan langgam kato nan ampek (kata yang
empat ini) akan dapat membangun komunikasi yang santun,
bertata krama, menyenangkan dan efektif bagi seorang yang
berprofesi sebagai dokter kepada pasien, keluarga pasien,
masyarakat dan teman sejawat.
Itu karena, konsep langgam kato nan ampek ini berkorelasi
dengan nilai budaya, status sosial, konsep malu dan konsep harga
diri seorang individu dalam masyarakat.