Cacing betina
panjangnya 3,5 – 6,0 mm dan berdiameter 50 – 65
mikron dan telur berbentuk elips, berdinding tipis dan
embrio berukuran 40-64 X 20-42 mikron. Masa prepatan
7-9 hari.
Cacing jantan
panjangnya 700-825 mikron, dengan spikulum yang
kuat, melengkung dengan panjang sekitar 33 mikron dan
gubernaculum yang panjangnya 20 mikron dan lebar 2,5
m
• Strongyloides ransomi
• Strongyloides westeri
• Strongyloides stercoralis
Penularan
Gejala dan Manifestasi klinis
• Gejala klinis umum yang sering terlihat :
– Diare
– Diareanorexia
– Penurunan berat badan
– Pada waktu cacing menetap di intestinum, akan
terjadi penebalan yang luas dari dinding usus.
Pada serangan paru dapat terjadi pneumonitis
dan eosinophilia.
– Creeping eruption yang disertai dengan rasa
gatal yang hebat.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
• Serum eosinofilia
• Feses rutin
• Uji Serologi
• Dahak / cairan lavage (BAL) bronchoalveolar
• Cairan pleura / peritoneum
• Bedah drainase cairan
Imaging
• X-ray dada
• Abdominal x-ray
• Barium menelan
• Barium Enema
Pengobatan
• Ivermectin
– Dosis: 200 mg / kg sehari
– Infeksi tanpa komplikasi: 1 atau 2 hari
– Infeksi yang menyebar 5-7 hari atau sampai parasit
dimusnahkan
– Lebih efektif dari pada Albendazole
– Lebih baik ditoleransi dibandingkan thiabendazole
• Albendazole
– Dosis: 400 mg PO tawaran selama 3 hari untuk infeksi tanpa
komplikasi
– 7-10 hari untuk hyperinfection
• Thiabendazole
– Dosis: 25 mg / kg tawaran selama 2 hari (maksimal, 3 g / d)
Pencegahan
– Peningkatan sanitasi di daerah endemik
– Menghindari kontak dengan kulit berpotensi
terkontaminasi tanah
– Lakukan penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat untuk benar-benar
– Memperhatikan kebersihan perorangan dan
kebersihan lingkungan.
– Periksa semua binatang yang kontak dekat
dengan manusia, obati binatang yang terinfeksi
cacing ini.
ASKARIASIS
Definisi
– Askariasis adalah infeksi pada usus kecil
yang disebabkan oleh cacing.
– Ascaris lumbricoides adalah cacing gelang
besar yang panjangnya mencapai 40 cm.
– Askariasis lebih sering terjadi pada daerah
yang beriklim tropis dan subtropis.
Etiologi
• Ascariasis tidak menular langsung dari
orang ke orang. Penularan terjadi ketika
seseorang menelan telur Ascaris
lumbricoides, dapat berasal dari makanan
dan air yang sudah terkontaminasi kotoran
manusia.
Gejala
– Demam dan batuk kering
– Mengi
– Sakit perut
– Mual atau muntah
– Gizi buruk, terutama pada anak-anak
– Diare atau BAB berdarah
– Cacing keluar baik dari mulut, hidung atau
rektum (anus)
Komplikasi
• Yang disebabkan oleh cacing Ascaris
lumbricoides, seperti:
– Penyakit kandung empedu
– Abses hati
– Pankreatitis
– Radang usus buntu
– Peritonitis
Pengobatan
• Bentuk pengobatan untuk askariasis
adalah sebagai berikut:
– Obat:
• Mebendazol, albendazole, dan pirantel pamoat.
Obat-obat ini bekerja dengan membunuh cacing
dewasa. Cukup efektif untuk mengobati askariasis.
– Endoskopi atau pembedahan:
• Dalam kasus askariasis berat, dapat terjadi
obstruksi atau perforasi.
Pencegahan
– Menghindari mengonsumsi makanan yang
disiapkan tanpa sanitasi atau kebersihan yang
memadai.
– Menghindari air dan minuman lain yang diperoleh
dari sumber-sumber yang terkontaminasi.
– Menghindari kontak dengan tanah yang mungkin
terkontaminasi dengan kotoran manusia.
– Mencuci dengan bersih sayuran.
– Mencuci tangan ketika selesai dari kamar mandi
SKISTOSOMIASIS
Definisi
• Terdapat beberapa jenis parasit skistosoma
yang dapat mengakibatkan skistosomiasis,
diantaranya adalah:
– S. Mansoni
– S. Mekongi
– S. Intercalatum
– S. Hematobium, dan
– S. Japonicum.
Gejala
• Akut:
– Pusing.
– Demam tinggi.
– Menggigil.
– Merasa tidak enak badan.
– Gatal dan muncul ruam merah atau bernoda pada
kulit.
– Batuk.
– Diare.
– Nyeri perut.
– Nyeri otot dan sendi.
– Merasa nyeri saat membuang urine.
• Kronis:
– Pembengkakan pada perut, ginjal, atau limpa.
– Urine dan tinja disertai darah.
– Mudah merasa lelah.
– Napas pendek disertai batuk.
– Nyeri dada.
– Jantung berdebar (palpitasi).
– Perubahan kondisi mental.
– Kejang.
– Lumpuh.
– Muncul lesi pada vulva atau area perianal.
– Peradangan pada saraf tulang belakang.
– Kerusakan organ seperti hati, kandung kemih, usus, atau
paru.
Diagnosis
• Tes darah, yang meliputi hitung darah
lengkap (HDL) dan tes hitung sel darah putih
(eosinofil)
• Tes laboratorium, seperti urinalisis dan tes
sampel tinja.
• Tes antibodi
• Tes fungsi organ
• Tes pemindaian, seperti CT scan, MRI,
Rontgen dada, ekokardiogram, atau USG.
• Biopsi jaringan
Pengobatan
Komplikasi
Jika pengobatan tidak dilakukan dengan tepat atau
terlambat, berikut ini adalah potensi komplikasi yang
dapat terjadi akibat skistosomiasis:
• Kanker kandung kemih.
• Gagal ginjal kronis.
• Kerusakan hati kronis.
• Penyumbatan hati dan kandung kemih.
• Kesulitan membuang urine.
• Peradangan usus besar (kolon).
• Hipertensi pulmonal.
• Infeksi darah secara berulang.
• Gagal jantung bagian kanan.
• Kematian
Pencegahan
• Hindari berenang atau bermain di air tawar.
• Menggunakan celana dan sepatu bot antiair saat
berjalan di sekitar area yang diduga terkontaminasi.
• Hindari kontak dengan siput yang berkeliaran di
sekitar air tawar atau lumpur.
• Segera bersihkan bagian kulit yang terkena air kotor
untuk menurunkan potensi terkena infeksi.
• Merebus air selama 1 menit sebelum diminum atau
konsumsilah air mineral kemasan yang sudah dijamin
kebersihannya.
• Gunakan air bersih untuk keperluan mandi dan
mencuci. Jika Anda tidak yakin dengan kebersihan air
di rumah Anda, disarankan untuk merebusnya selama
5 menit sebelum digunakan.
TAENIASIS
Definisi
• Taeniasis adalah penyakit parasit yang disebabkan
infeksi cacing pita, menjangkiti manusia dan hewan.
• Munculnya benjolan.
• Sakit kepala.
• Infeksi bakteri.
• Batuk atau nyeri pada paru-paru akibat abses (nanah).
• Reaksi alergi terhadap larva.
• Demam.
• Gejala neurologis, termasuk kejang-kejang
Pemeriksaan Penunjang
1. Analisis sampel tinja.
untuk meneliti telur dan larva cacing dalam tinja di laboratorium.
2. Tes darah
untuk diteliti jika penderita diduga mengidap infeksi invasif. Dan
memeriksa apakah sudah terbentuk antibodi terhadap infeksi
yang terjadi.
3. Uji pencitraan
CT-scan, sinar-X, MRI, atau ultrasound untuk mengidentifikasi
infeksi invasif.