Anda di halaman 1dari 24

TEKNOLOGI

PEMISAHAN MINYAK
ATSIRI

OLEH
:
ELLY DESNI RAHMAN

1
Prosedur Analisa Minyak
Atsiri

2
Tujuan Analisa Minyak Atsiri

• Untuk menguraikan suatu kesatuan bahan menjadi unsure-unsurnya (konstituen) atau


• Untuk menentukan komposisi kesatuan bahan tersebut.

Dalam bidang ilmu dan teknologi bahan makanan dan pertanian tujuan analisa dapat
dijabarkan untuk berbagai tujuan antara lain sebagai berikut:
1. Menguraikan komponen-komponen atsiri, kemudian menentukan jenis atau
jumlahnya sehingga dapat disusun komposisi keseluruhan minyak tersebut.
Analisa minyak atsiri selain tujuan diatas dapat juga menentukan mutu minyak,
apakah memenuhi atau tidak standar perdagangan.
2. Menentukan adanya suatu komponen dalam minyak atsiri dan kemungkinan
memastikan berapa kadarnya sehingga dapat ditentukan kualitas bahan.
Penentuan kualitas ini dapat berkaitan dengan adanya penentuan formal atau
aturan perundangan maupun dalam kaitannya dengan kebutuhan objektif
teknologi pengolahan maupun nilai gizi.
3. Menentukan komponen bahan atau nutrien yang terkandung dalam suatu bahan
sehingga dapat dipakai sebagai patokan untuk menyusun menu sehari-hari pada
umumnya atau diet pada khususnya

3
4. Menentukan adanya atau tidak adanya bahan ikutan atau bahan tambahan
dalam suatu minyak atsiri dalam rangka memurnikanya
5. Mendeteksi adanya zat lain, misalnya, lemak, alkohol, tambahan, minyak
pelikan yang dalam syarat mutu, tidak boleh terdapat, dimana cara penyulingannya
menurut SPSMP-24-1975, SP-SMP-23-1 975 dan SP-SMP-4 1-1975.
6. Mengikuti terjadinya perubahan-perubahan bahan baik kuntitatif maupun
kualitatif selama prosessing untuk tujuan pengawasan proses (proces control)
ataupun pengawasan mutu (quality control). Tujuan analisa ini misalnya dalam
pabrik minyak atsiri, kadar selalu diikuti selama proses sehingga dapat dilakukan
perlakuan proses yang tepat. Pada minyak atsiri kadar eugenol dalam minyak
dipengaruhi oleh proses penyulingan. Demikian juga kualitas produk akhir dapat
diperkirakan dan perubahan-perubahan yang terjadi selama proses sehingga dapat
diambil tindakan penyesuaian apabila terjadi kelainan.

4
Pengujian dan Analisa minyak
atsiri meliputi :
A. Penetapan Sifat Fisika B. Penetapan sifat Kimia
• penentuan berat jenis – bilangan ester
• putaran optic – bilangan asam
• indeks bias – bilangan penyabunan
• kelarutan dalam alkohol – minyak pelikan
• titik beku – minyak lemak
• titik cair – kadar alkohol
• titik didih – jumlah graniol, jumlah
• titik nyala citronella, alkohol
• sisa penguapan tambahan


5
1. Penentuan Berat Jenis (specific grafity)

1.Peralatan Piknometer yang memakai thermometer dengan volume 10 ml


2.Bahan yang diperlukan
a. Minyak atsiri
b. Air destilasi
c. Alkohol 95%
d. Ether
e. Daftar koreksi faktor (C) minyak atsiri
Prosedur (Pelaksanaan)

1. Piknometer yang telah bersih diisi air destilasi yang telah dididihkan dan didinginkan,
kemudian dibiarkan sebentar dalam temperatur kamar dan diatur permukaan air dalam
piknometer sampai miniskus. Selanjutnya piknometer yang berisi air tersebut ditimbang
dengan teliti, dan suhunya dicatat.
2. Kosongkan piknometer, cuci beberapa kali dengan alkohol dan terakhir dengan ether. Buang
ether dengan pompa peniup dan biarkan piknometer kering, kemudian tentukan beratnya
dengan teliti. Kerjakan hal yang sama dengan minyak atsiri.
3. Berat jenis/spesific grafity minyak dapat ditentukan dengan menggunakan data dan berat jenis
air pada suatu suhu tertentu. Lihat faktor koreksi minyak atsiri yang akan ditentukan B.J nya
tersebut.
6
2. Penentuan Putaran Optik

Peralatan : polarimeter (sebaiknya lippich polarimeter).


Bahan yang diperlukan: minyak atsiri.

Prosedur (pelaksanaan)
1. Tempatkan tube/tabung (10 cm) yang berisi minyak yang akan diperiksa dalam instrumen
antara polarizer dan analizer.
2. Tentukan arah pemutaran; jika analizer diputar berlawanan dengan arah jarum jam dan 0
untuk mendapatkan pembacaan terakhir maka pemutaran adalah left (-); kalau searah dengan
jarum jam adalah dextro (+).
3. Sesudah arah putaran ditentukan ,tentukan sekali lagi dengan hati-hati diatur analizer sampai
diperoleh pandangan yang sama dan kedua bagian bidang pandangan.
4. Tentukan putaran dari pemutar mikro dan baca derajat secara langsung dan lakukan beberapa
kali.

7
3. Penentuan Indek Bias
Peralatan : Abbe refraktometer dan lampu.
Bahan yang diperlukan.
a. Minyak atsiri
b. Air destilasi
c. Alkohol 95%
d. Ether
e. Xylol
Prosedur (Pelaksanaan)

1. Tempatkan instrumen pada posisinya dan sebagai sumber cahaya dapat dipakai cahaya
matahari atau lampu. A dialirkan melalui prisma (thermostat) pada temperatur yang
dikehendaki.
2. Dengan hati-hati bersihkan prisma dengan alkohol, dan kemudian dengan ether. Teteskan
cairan diatas prisma yang telah bersih itu, kemudian prisma bagian atas tadi ditutupkan
kembali. Diamkan beberapa menit sampel dan prisma, agar temperaturnya sama dengan
temperatur water bath.
3. Gerakan alidade/pengatur mundur maju sampai diperoleh pembacaan/penglihatan yang
terbagi dua, gelap dan terang. Atur garis batas antara gelap dan terang (border line) sehingga
jatuh pada garis rambut persilangan.
4. Baca indek biasnya pada skala, pembacaan dilakukan lagi beberapa menit sesudahnya dan
beberapa kali. Kemudian bersihkan prisma dan minyak (sampel) dengan xylol.
8
4. Penentuan Bilangan Ester
• Peralatan • Bahan yang diperlukan
– labu penyabunan – Minyak atsiri
– refluk condensor – Phenol phthalin
– Batu didih
– water bath
– KOH dalam 0, 1 N
– buret 100 mL
– Ethanol
– pendingin tegak – Larutan alkalis KOH 0,4 N
– H2S04 0,25 N

Prosedur Pelaksanaan
Timbang dengan teliti ± 2 gram contoh dalam labu penyabunan 100 ditambah 5 mL ethanol, 2-3
tetes larutan phenol phtalin dan sedikit batu didih. Campuran tersebut dinetralkan dengan KOH
dalam alkohol 0,1 N sampai berwarna merah jambu. Kemudian ditambahkan sebanyak 25 ml
(pipet otomatis) larutan alkoholis KOH 0,4 N. Didihkan selama 1,5 jam dengan menggunakan
pendingin tegak. Setelah didinginkan kelebihan KOH titer kembali dengan larutan 0,25 N H2S04
dan phenophthlain sebagai indikator. Misalkan diperlukan a ml H2S04 0,25 N buatkanlah
penetapan blanko. Pada peniteran blanko di perlukan b ml H2SO4 0,25 N.

Bilangan Ester = (b — a)x NH2SO4 x 56,1


gram contoh 9
5. Penetuan Bilangan Asam

• Peralatan:
Labu Penyabunan 1 00 ml
Buret 100 ml
Water bath
• Bahan yang dibutuhkan.
Minyak atsiri
Alkohol 95 %
PP (phenol phthalain) 1 %
KOH dalam alkohol 0,1 N

Prosedur pelaksanaan
Timbang dengan teliti ± 2 gram contoh dalam labu penyabunan 100 ml, tambahkan 10 ml alkohol 95% dan
2-3 tetes larutan phenol phthalin 1%. Panaskan di atas water bath sekali-sekali dikocok sampai
minyak terlarut semua. Setelah didinginkan, kemudian dititer dengan larutan 0,1 N alkohol KOH dan
larutan phenol phthalin sebagai indikator.

Bilangan asam = mKQH xNx56,l


gram contoh

10
6. Penentuan Bilangan Penyabunan
Peralatan
a. Labu penyabunan 100 ml
b. Reflux condensor
c. Water bath
d. Pendingin tegak

Bahan yang dibutuhkan:


a. KOH dalam alkohol 0,5 N
b. HC1 0,5 N
c. Phenol phthalain (P.P)
d. Minyak atsiri

Prosedur Pelaksan
1. Lebih kurang 2 gram minyak ditimbang dengan teliti dalam labu penyabunan 100 mL.
2. Tambahkan 25 mL alkohol KOH 0,5 N, labu penyabunan tersebut di sambungkan pada pendingin
tegak dan dipanaskan di atas water bath selama 1 jam.
3. Sesudah didinginkan kelebihan KOH dititer dengan larutan HCl 0,5 N dan phenol phthalin sebagai
indikator, misalnya memerlukan a mL HCL 0,5 N buat blanko, kerjakan seperti itu pula. Untuk
blanko misalkan diperlukan b mL HCI 0,5 N.

Bilangan penyabunan = (b - a) ml x N x 56.1


gram contoh
11
7. Penentuan Kelarutan Dalam Alkohol
Peralatan.
 Gelas ukur 10 mL
 Pipet ukur 5 mL
Bahan yang dibutuhkan
a. Minyak atsiri
b. Alkohol 95 %

Prosedur kerja.
1. Contoh sebanyak 1 mL dimasukan kedalam gelas ukur 10 ml
2. Tambahkan alkohol 95% 1 ml demi 1 ml,
3. Pada setiap penambahan dikocok hingga campur an rata dan diamati keadaannya misalnya 1: 1,
keruh, 1 : 2 jernih dan seterusnya 1 : 9 keruh,

12
8. Penentuan Minyak Pelikan
Peralatan
a. Tabung kimia 25 mL
b. botol termos
c. cool kast (lemari es)
d. pipet 5 mL
Bahan yang dibutuhkan

a. Minyak atsiri
b. H2S04
Prosedur pelaksanaan
1. Contoh sebanyak 20 mL (gelas ukur) disuling pada kondisi vakum 12 mm Hg) dengan
menggunakan nyila api kecil. Setelah diperoleh 1 mL sulingan (suhu waktu tetes pertama dan
terakhir dicatat) , hasil sulingan biarkan sampai dingin.
2. Tetapkan indek biasnya dengan reffraktometer , Indek bias kurang dari1,46 menyatakan adanya
minyak pelikan. Untuk lebih yakin sulingan dikocok dengan 23 mL H2SO4, biarkan selama
2 jam.
3. Kalau ada lapisan atas, keruh dan lapisan dikocok lagi dengan 23 mL H2SO4,
Bila ada lapisan atas jemih tetapkan Indek bias 1,421,45 menyatakan adanya pelikan.
13
4.12. Penentuan Minyak Lemak
a. Peralatan
c. Prosedur pelaksanaan.
i. Tabung kimia 25 mL
j. Botol thermos
k. Coal kast (lemari es)
1. Pipet 5 mL
m. Gelas ukur 10 mL
n. Tabung reaksi
o. Blander.
b. Bahan yang dibutuhkan
p. Alkohol 95 %
q. es (batu es)
r. garam dapur
s. an hidrat asam borat
t. piperidin 1 %
u. nitro prusid natrium 1 %
c. Prosedur pelaksanaan
Larutan contoh dalam alkohol bekas penetapan kelarutan dituangkan ke dalam tabung kimia 25 mL dan dimasukan ke dalam botol
thermos yang berisi campuran es, dan gararn (3:1). Biarkan sekurangkurangnya 12 jam, lalu diamati apakah ada gumpalan gumpalan
minyak lemak yang membeku. Bila ada kadar minyak lemak dapat ditaksir dengan membandingkan gumpalan. Untuk menyakinkan
dilakukan uji Lewin. Gumpalan minyak dipisahkan clan cairannya, lalu lemak Ru ditambah dengan 3 gram an hidrat asam borat,
panaskan dalam tabung kimia. Uap gas yang terbentuk dialirkan kedalam campuran 1 ml piperidin 1 % dalam 5 ml nitro prusid natrium 1
%. Bila ada lemak terbentuk warna ungu biru dalam campuran larutan.
Bila kadar lemak sedikit, maka warna campuran inenjadi hijau. Pengujian mutu minyak secara fisika
biasanya untuk rnenentukan sifat- sifat minyak secara kwalitatif, sedangkan pengujian kwantitatif dilakukan secara kimia.
Metode pengujian mutu tersebut diatas meskipun dilakukan secara konvensionif namun masih tetap dipakai untuk menetapkan minyak
atsiri di pasaran dunia. Pada akhir akhir mi sudah mulai berkembang pamakaian gas chromatography untuk analisa minyak minyak atsiri,
tetapi masih terbatas dalam bidang penelitian saja. Mengingat efektif dan efisiennya alat mi, kemungkinan pemakaiannya secara
kormesial dikemudian han besar sekali, walaupun harganya mahal.

14
9. Penentuan Minyak Lemak

Peralatan
1. Tabung kimia 25 mL
2. Botol thermos
3. Coal kast (lemari es)
4. Pipet 5 mL
5. Gelas ukur 10 mL
6. Tabung reaksi
7. Blander.
Bahan yang dibutuhkan
1. Alkohol 95 %
2. es (batu es)
3. garam dapur
4. asam borat an hidrat
5. Piperidin 1%
6. natrium nitro prusid 1 %
Prosedur pelaksanaan
Larutan minyak dalam alkohol ( sesuai kelarutannya ) dituangkan ke dalam tabung kimia 25 mL dan dimasukan ke dalam thermos yang berisi
campuran es, dan gararn (3:1). Biarkan sekurangkurangnya 12 jam, lalu diamati apakah ada gumpalan gumpalan minyak lemak yang membeku. B
Untuk menyakinkan dilakukan uji Lewin. Gumpalan minyak dipisahkan dg cairannya, lalu ke dalam lemak ditambah dengan 3 gram an hidrat
asam borat, panaskan dalam tabung kimia. Uap gas yang terbentuk dialirkan kedalam campuran 1 ml piperidin 1 % dalam 5 ml nitro prusid
natrium 1%. Bila ada lemak terbentuk warna ungu biru dalam campuran larutan.
Bila kadar lemak sedikit, maka warna campuran inenjadi hijau. Pengujian mutu minyak secara fisika
biasanya untuk rnenentukan sifat- sifat minyak secara kwalitatif, sedangkan pengujian kwantitatif dilakukan secara kimia.
Metode pengujian mutu tersebut diatas meskipun dilakukan secara konvensionif namun masih tetap dipakai untuk menetapkan minyak atsiri di
pasaran dunia. Pada akhir akhir ini sudah mulai berkembang pamakaian gas chromatography untuk analisa minyak minyak atsiri, tetapi masih
terbatas dalam bidang penelitian saja. Mengingat efektif dan efisiennya alat mi, kemungkinan pemakaiannya secara kormesial dikemudian han
besar sekali, walaupun harganya mahal. 15
PENYIMPANAN DAN PEROBAHAN
SIFAT KIMIA MINYAK ATSIRI
Selama penyimpanan bahan, penguapan minyak atsiri berlangsung lambat dan kehilangan minyak kecil.
Kerusakkan minyak selama penyimpanan terutama disebabkan oleh proses oksidasi, hidrolisa dan
polimerisasi.
Sirkulasi udara yang cepat dan kelembaban udara dalam ruang penyimpanan yang relatif tinggi akan
mempercepat penguapan sebahagian minyak dan mempercepat proses oksidasi karena panas dan oksigen
udara.
Jika minyak dibiarkan lama diudara dan kena cahaya matahari pada suhu kamar, maka minyak tersebut
akan mangabsorbsi udara sehingga wama minyak akan gelap, bau minyak berubah dan bau wangi
alamiah serta minyak lebih kental dan akhirnya membentuk sejenis resin
Sifat kimia minyak eteris ditentukan oleh senyawaan kimia yang terdapat di dalamnya, terutama
persenyawaan tidak jernih, seperti terpen, ester, asam, aldehid dan beberapa jenis persenyawaan lain
yang termasuk oxygenated
1. Oksidasi
Reaksi oksidasi Pada minyak eteris terutama terjadi pada ikatan rangkap dalam terpene. Secara umum
reaksi oksidasi dapat digambarkan sebagai berikut;

16
Ester akan terhidrolisa secara sempurna dengan adanya air dan
asam sebagai katalisator. Asam organik yang terdapat secara
alamiah dan yang dihasilkan dan proses hidrolisa ester, dapat
bereaksi dengan ion logam sehingga membentuk garam yang
mengakibatkan minyak esteris berubah menjadi warna gelap. Hal
yang demikian tidak dikehendaki, sebab disamping warna jadi
rusak, bau spesifiknya juga hilang.

17
2. Resinifikasi (Polimerisasi)
Resin dapat terbentuk dan hasil polimerisasi aldehid atau persenyawaan tidak jenuh
lainnya. Reaksi mi berlangsung dengan cepat di bawah pengaruh basa dan panas.
Resinifikasi mi mungkin prosesnya telah mulai akibat penyulingan dengan temperatur yang
tidak merata. Temperatur yang tenlalu tinggi waktu penyulingan, mengakibatkan beberapa
unsur dalam minyak seperti metil amil, keton dan eugenol akan rusak serta membentuk
resin. Resin yang terbentuk sukar larut dalam alkohol dan hal tersebut tidak dikehendaki
karena menimbulkan larutan keruh atau membentuk endapan minyak eteris. Peristiwa mi
merusak kualitas minyak disamping warna minyak jadi gelap, juga bau spesifiknya.

Berubah akibat adanya unsur penting seperti metil keton yang rusak akibat panas.
Untuk menghindari peristiwa mi, maka penyimpanan minyak hendaknya di dalam ruangan
dengan ventilasi yang baik, sehingga suhu kamar dapat dipertahankan.

18
Contoh 1 : Minyak Sereh Wangi
Ada dua jenis :
• Minyak sereh wangi Jawa (Java
citronella oil), dihasilkan dari
distilasi kukus daun sereh wangi
Jawa atau Maha Pengiri (Cym-
bopogon winterianus Jowitt);
perolehan 0,8 – 1,2 %-b kering.
• Minyak sereh wangi Srilangka
(Ceylon citronella oil), dihasil-kan
dari distilasi kukus daun sereh
wangi Srilangka (Cymbo-pogon
Cymbopogon winterianus Jowitt nardus - lenabatu -); perolehan 0,4
– 0,7 %-b kering.
- Maha Pengiri -
19
• Minyak sereh wangi Jawa jauh lebih unggul, karena selain per-
olehannya lebih tinggi, kadar terpen beroksigennya juga jauh lebih
besar.
 Maha Pengiri lalu juga dibudidayakan di Taiwan, Hainan
(Cina), Guatemala, dan Honduras ( jadi kompetitor kita !).
• Untuk cara budidaya, lihat : Hyeronymus Budi Santoso, “Sereh
Wangi”, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 1992, 70 halaman.
• Karakteristik minyak sereh wangi Jawa : d20/20 = 0,880 – 0,895; nD,20
= 1,466 – 1,473; D,20 = -5o sampai 0o; kelarutan 1 volume dlm 2
volume alkohol 80 %-v pada 20 oC; angka ester  250 ( senyawa
dapat diasetilasi  85 %-b sbg geraniol); angka karbo-nil  127 (
senyawa aldehid  35 %-b sbg sitronelal).
• Cairan kuning pucat atau coklat pucat yang berbau kuat sitrone-lal
(segak seperti jeruk) tapi juga sedikit bernuansa manis bunga mawar.

20
Komposisi tipikal minyak sereh wangi Jawa
Komponen Td,n, oC %-b
Limonen 176,5 4,0
2,6-Dimetil-5-heptenal  190 1,5
Linalool 198 1,5
3,7-Dimetil-3,6-oktadien-1-ol  200 1,5
Sitronelal 207-208 32,0
Neral  228 1,0
Geraniol 230 20,0
Geranil asetat  240 8,0
Sitronelil asetat 240 5,0
Sitronelol 244,4 14,5
Elemol ( seskuiterpen alkohol) > 270 2,5
Total 91,5
21
Pemanfaatan industrial minyak sereh wangi
• Minyak sereh wangi digunakan tidak hanya langsung sebagai bahan
ramuan parfum, melainkan juga sebagai bahan mentah paling penting
produksi sitronelal dan geraniol, yang merupa-kan bahan awal
sintesis aneka senyawa pewangi.
• Langkah pertama pengolahannya  distilasi fraksional pada tekanan
vakum menghasilkan 4 fraksi, yaitu fraksi hidrokarbon monoterpen
(limonen dsj.), fraksi (kaya dengan) sitronelal, fraksi geraniol-
sitronelol, dan fraksi alkohol seskuiterpen (elemol dsj., utk bahan
fiksatif).
• Sitronelal yang diisolasi dari fraksi 2 kemudian dapat diguna-kan
untuk mensintesis hidroksi sitronelal, mentol, sitronelol dan dimetil
oktanol, serta ester-ester dari ketiga alkohol tsb.
• Geraniol diisolasi dari fraksi 3 dan dapat digunakan untuk
mensintesis dimetil oktanol, ester-ester geranil, serta nerolidol dan
farnesol (alkohol seskuiterpen).
22
23
• Cara isolasi sitronelal (dan juga aldehid terpen lainnya). Ke
dalam fraksi (kaya dengan) sitronelal yang dingin ditambahkan
larutan akuatik NaHSO3 yang tak mengandung SO2 bebas, sehingga
membentuk padatan senyawa adisi aldehid-bisulfit. Campuran
dibiarkan pada 0 oC selama beberapa waktu dan pa-datannya
kemudian disaring serta dicuci dengan pelarut mudah menguap utk
menyingkirkan sisa-sisa terpen + pengotor. Sitronelal diperoleh
kembali via penambahan NaOH ke dalam larutan akuatik senyawa
adisi bisulfit-aldehid dan ekstraksi dengan pelarut mudah menguap.
• Cara isolasi geraniol. Fraksi geraniol direfluks dengan larutan
NaOH dalam alkohol utk (a). meresinkan sisa-sisa sitronelal dan (b).
menghidrolisis ester-ester geranil dan sitronelil. Campuran geraniol
sitronelol yang diperoleh dipisahkan dengan distilasi vakum.

24

Anda mungkin juga menyukai