Peran orang tua yang paling penting. Tingkat pengetahuan orang tua
tentang diare pada balita sangat berpengaruh terhadap penatalaksanan dan
pencegahan terhadap diare.
DIARE
6 • Gangguan gizi
• Pengaruh enzim tertentu
7
Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas
1. Gejala Diare
Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah yang disertai
dengan suhu tubuhnya meningkat.
Tinja bayi encer, berlendir, atau berdarah.
Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan
empedu.
Anusnya lecet.
Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang.
Muntah sebelum atau sesudah diare.
Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).
Dehidrasi (kekurangan cairan).
2. Akibat Diare
Gangguan
Dehidrasi
Pertumbuhan
Pencegahan Diare
Penyiapan makanan yang higienis
Kebersihan perorangan.
Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Pluchea
Spesies : Pluchea indica (L.) Less.
(Damilarta, 1999)
Pembahasan
Rendemen 26.47
Analisis Ekstrak Daun Beluntas
Kadar Tanin
Tanin merupakan senyawa golongan polifenol yang bersifat polar. Metode uji
kuantitatif tanin menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang
gelombang 620 nm.
Tabel 2. Rerata Pengaruh Perlakuaan Metode Ekstraksi Serta Rasio Bahan
Dengan Pelarut Terhadap Kadar Tanin Ekstraksi Daun Beluntas
Jenis Tepung Rasio Bahan dengan Kadar Tanin (ppm) BNT 5%
Pelarut (b/v)
Maserasi 1:5 65212.84 ± 567.78 a 2461.70
1:7.5 70381.20 ± 2520.11 b
1:10 80329.58 ± 1463.83 c
Infusa 1:5 37989.13 ± 107.27 a 2461.70
1:7.5 40506.58 ± 865.67 b
1:10 50273.48 ± 1381.93 c
Total Fenol
Senyawa fenol adalah kelompok metabolit sekunder yang
ditemukan dalam jaringan tanaman. Pengukuran total fenol
menggunakan metode pewarnaan dengan reagen Folin Ciocalteu
yang didasarkan pada kekuatan reduksi gugus hidroksil aromatik dengan komplek
fosfomolibdat dari reagen Folin Ciocalteu.
Tabel 3. Rerata Pengaruh Perlakuan Metode Ekstraksi Serta Rasio Bahan dengan Pelarut
Terhadap Total Fenol Ekstrak Daun Beluntas
Tabel 4. Rerata Pengaruh Perlakuan Metode Ekstraksi Serta Rasio Bahan dengan Pelarut
Terhadap Rendemen Ekstrak Daun Beluntas
Jenis Tepung Rasio Bahan dengan Pelarut Total Fenol (ppm GAE) BNT 5%
(b/v)
1:5 7.56 ± 0.30 a
Maserasi 1:7.5 9.21 ± 0.20 b 0.69
1:10 12.19 ± 0.20 c
1:5 14.18 ± 0.61a
Infusa 1:7.5 16.05 ± 0.26 b 0.69
1:10 18.55 ± 0.52 c
Keterangan: Angka didampingi huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata
(α=0.05)
Uji Antibakteri
Uji antibakteri dilakukan untuk mengetahui penghambatan
terhadap bakteri patogen, bakteri patogen yang digunakan
adalah Salmonella typhimurium. Metode yang digunakan dalam uji antibakteri
ekstrak daun beluntas ini adalah metode difusi cakram.
Keterangan: Angka didampingi huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata (α=0.05)
Penentuan Konsistensi Feses
Dalam penentuan konsistensi feses dilakukan dengan melihat bentuk
feses yang terjadi, dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok,
yaitu konsistensi feses berlendir atau berair, konsistensi feses lembek, dan
konsistensi feses normal.
Tabel 7. Konsistensi Feses Berlendir atau Berair
Perlakuan Lama Terjadinya Berat Feses (g) Diare DiameterSerapan Air (cm)
(menit)
Kontrol negatif (mencit tidak mengalami 0a0a 0.058 ± 0.008 a
diare)
Kontrol positif ( diare tanpa perlakuan) 230 ± 8.16 d 1.6 ± 0.258 b 0.174 ± 0.008 b
Kontrol obat ( dengan obat loperamid) 190 ± 15.81 b 1.5 ± 0.182 b 0.166 ± 0.009 b
P1 (diare dengan perlakuan dosis 150 232.5 ± 2.89 d 1.7 ± 0.141 b 0.169 ± 0.153 b
mg/kg bb)
P2 (diare dengan perlakuan dosis 300 212.5 ± 6.45 c 1.55 ± 0.129 b 0.171 ± 0.120 b
mg/kg bb)
P3 (diare dengan perlakuan dosis 600 193.75 ± 4.79 b 1.47 ± 0.170 b 0.165 ± 0.115 b
mg/kg bb)
Keterangan: Angka didampingi huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata (α=0.05)
Konsistensi Feses Lembek
Parameter yang dilihat dari kategori ini yaitu lama terjadinya
diare, diameter serapan air, dan berat feses. Hasil yang diperoleh
dapat dilihat pada Tabel 8.
Kontrol obat ( dengan obat loperamid) 325 ± 14.72 b 0.37 ± 0.096 b 0.111 ± 0.006 b
P1 (diare dengan perlakuan dosis 150 402.5 ± 6.45 c 0.45 ± 0.058 b 0.107 ± 0.008 b
mg/kg bb)
P2 (diare dengan perlakuan dosis 300 372.5 ± 6.45 c 0.47 ± 0.126 b 0.115 ± 0.014 b
mg/kg bb)
P3 (diare dengan perlakuan dosis 600 321.25 ± 6.29 b 0.37 ± 0.096 b 0.108 ± 0.139 b
mg/kg bb)
Keterangan: Angka didampingi huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata (α=0.05)
Konsistensi Feses Normal
Parameter yang dilihat dari kategori ini yaitu lama terjadinya
diare, diameter serapan air, dan berat feses. Hasil yang diperoleh
dapat dilihat pada Tabel 9.
Keterangan: Angka didampingi huruf yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata (α=0.05)
Rentang Waktu Diare
Rentang waktu diare untuk mengetahui berapa lama diare terjadi
setalah penginduksian bakteri Salmonella typhimurium sampai
feses kembali normal. Dalam mengamati rentang waktu diare, dihitung pada waktu
terbentuknya feses kembali normal dikurangi waktu saat mulai terjadinya diare.
Tabel 10. Rentang Waktu Diare
Metode ekstraksi yang sesuai untuk ekstraksi senyawa tanin adalah metode
maserasi menggunakan pelarut etanol 96% dengan rasio bahan dengan
pelarut 1:10 (b/v).
Ekstrak daun beluntas memiliki efek antibakteri terhadap bakteri Salmonella
typhimurium dengan zona penghambatan konsentrasi minimal 5% dan
mempunyai daya hambat paling baik yaitu dengan konsentrasi 15%.
Perlakuan dosis 3 (dosis 600 mg/kg bb) merupakan dosis ekstrak daun
beluntas yang mempunyai efek sebanding dengan loperamid HCl
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1991, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik,
23-26, Yayasan Pengembangan Bahan Alam, Jakarta.
Anonim, 2003, Pemberantasan Penyakit Diare, Profil Kesehatan Propinsi Jawa
Tengah, 1-3, Pemerintah Propinsi Jawa Tengah.
Anwar, J., 2000, Farmakologi dan Terapi Obat-Obat Saluran Cerna, 511-562,
Hipocrates, Jakarta.
Bicher, J., dan Lotterer, E., 1993, Kumpulan Data Klinik Farmakologi,
diterjemahkan Oleh Widodo U., 305-306, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hargono, D., 1999, Mengikuti Jalannya Upaya Pengembangan Obat Tradisional,
Media Litbangkes,8 (3&4), 22-26.
Hutapea, J. R., dan Syamsuhidayat, S. S., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia
(1), 490, Departemen Kesehatan Republik Indenesia, Jakarta.
Jamal, S., dan Suhardi, 1999, Penggunan Obat Tradisional Oleh Anggota Rumah.
Marcellus, K. S., 2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, 179-191,
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indenesia, Jakarta.
Marcellus, K. S., dan Ari, F. S., 2004, Diagnosis dan Penatalaksanaan Diare Kronik
Divisi Gastroenterologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI RSU PN dr. Cipto
Mangunkusumo, Volume 36 (4) 236-245, Jakarta.
Ngatidjan, 1997, Metode Laboratorium dalam Toksikologi, 32-35, Pusat Antar
Universitas Bioteknologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sastroamidjojo, S., 2001, Obat Asli Indonesia, 77-78, Dian Rakyat, Jakarta.
Sunoto,1996, Peran Obat dalam Tatalaksana Diare, Majalah Kesehatan Masyarakat
Indonesia, 24 (6) 359-365.
Supandiman, I., Jusuf, H., Sudjana, P., Sujatno, M., Rosalia, J., Triani, P., 1997, Uji
Klinik Sediaan yang Mengandung Psidii Folium Extractum, Curcuma Domestica
Rhizoma Extractum dan Attapulgite pada Penderita Diare Akut Non Spesifik,
Majalah Kedokteran Indonesia, 47 (4) 156-161.
Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan
Van Steenis, C.G.G.J., 1987, Flora, Diterjemahkan oleh Moeso S., 307-308, Pradnya
Paramita, Jakarta.
Voigt, R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Noerono, S.,
Yin-Fang, Dai., dan Liu, Cheng-Jun, 2002, Pengobatan Hemat dan Aman dengan
Ribuan Resep Cina Tradisional, Terapi Buah, 23-25, Prestasi Pustaka, Jakarta.