Anda di halaman 1dari 14

PEMERIKSAAN SEROLOGI

TERHADAP INFEKSI VIRUS


MENGGUNAKAN ELISA
MATAKULIAH VIROLOGI
KELOMPOK 8

Gentha Analta Ajeng Rizkia Hanum Rizky Diana


(1713453051) Putri (1713453096)

Kanja Rufaidah (1713453069) Nila Lusiana Amelia


(1713453054) (1713453097)
Yohana Laila Ashri
Dinda Andini Febrianti Yuka Ary Widyastuti
(1713453071) (1713453100)
Putri
(1713453056) Aulidita Wulan Suci
Zulfikar Abdul Aziz
(1713453101)
Jeni Herawati
(1713453067) (1713453085)  

Septiani Bunal Fitri

(1713453087)
HEPATITIS B

 Penyakit hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (VHB).


 Virus ini menyerang sel hati dengan melekat pada reseptor spesifik
dimembran hepatosit dan melakukan penetrasi ke dalam sitoplasma
hepar.
 Perjalanan klinis dan diagnosis infeksi VHB ditandai dengan
pemeriksaan serologi terhadap antigen dan antibody yang terbentuk
dan beredar di sirkulasi.
 Penanda serologi yang pertama kali dapat dideteksi yaitu HBsAg
yang muncul 2 minggu sebelum timbul gejala.
 Deteksi HBsAg dapat dilakukan dengan beberapa metode pemeriksaan,
yaitu serologi dan Polymerase Chain Reaction (PCR).
 Uji serologi antara lain menggunakan metode Enzyme Imunnoassay (EIA),
Enzyme Linked Imunnoassay (ELISA), Enzyme Linked Flouroscent Assay
(ELFA), Immunochromatography Test (ICT) atau rapid test, Radio
Immunoassay (RIA), dan Chemiluminiescent Microparticle Immunoassay
(CMIA).
 Sedangkan untuk mendeteksi DNA virus dapat digunakan PCR.
ELISA

 ELISA adalah suatu singkatan bahasa inggris yang disebut dengan


(Enzyme Linked Immunosorbent assay) atau penetapan kadar
immunosorben taut-enzim merupakan suatu uji serologis.
 Teknik ELISA pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter
Perlmann dan Eva Engvall.
 Menggunakan teknik ELISA dalam bidang immunologi untuk menganalisis
interaksi antara antigen dan antibody di dalam suatu sampel, dimana
interaksi tersebut ditandai dengan menggunakan suatu enzim yang
berfungsi sebagai pelapor/signal.
 Selanjutnya digunakan sebagai uji kualitatif untuk mengetahui
keberadaan suatu antibody atau antigen dengan menggunakan antibody
atau antigen spesifik.
 Teknik ELISA juga dapat di aplikasikan dalam uji kuantitatif
untuk mengukur kadar antibody atau antigen yang diuji
dengan menggunakan alat bantu berupa spektrofotometer dan
dengan cara menentukan jumlah penambahan kadar antibody
atau antigen,
 sehingga dapat dibuat suatu kurva standar antara kadar
antibody atau antigen yang dapat dihitung berdasarkan
absorbansinya.
 ELISA di anggap pemeriksaan yang memiliki spesifitas dan sensitifitas
yang tinggi yang mampu menunjang diagnose klinis hepatitis B.
 ELISA dibagi menjadi 2 macam yaitu homogenous EIA dan
heterogenous EIA.
1. Homogenous EIA berguna untuk pemeriksaan bahan obat-obatan
hormone dan lain-lain.
2. Sedangkan heterogenous EIA berguna untuk pemeriksaan bahan yang
memiliki berat molekul besar misalnya antigen dan antibody.

Pemeriksaan parameter petanda serologis hepatitis B termasuk dalam


kelompok ke 2 yaitu heterogenous EIA.
Tahap penting dalam uji Elisa

 Ada tiga tahapan penting dalam uji ELISA yaitu :


1. Pelapisan (Coating) dengan antigen/antibody pada plate (Phase padat). Pelapisan dengan antigen untuk
penentuan antibody.
2. Penambahan bahan yang ditentukan (diperiksa), misalnya serum, plasma, saliva dan cairan tubuh yang
lain. Penambahan detector yang berfungsi untuk mendeteksi ikatan Ag-Ab yang terjadi.
Ada 2 detektor yang digunakan yaitu :
 Penambahan konjugat yaitu antigen atau antibody yang berlabel enzim, misalnya Horse Radish
Peroxidase (HRPO), Alkalin Phosphatase, Urease, Glukose-Oxidase (GOP) dll.
 Penambahan substrat yang berfungsi memberi perubahan warna pada reaksi. Misalnya TMB (Tetra
Methyl Benzidine), O-Toluidine, OPD, ABTS dll.
3. ELISA sendiri terdiri dari beberapa macam metode diantaranya ELISA kompetitif, ELISA double
sandwich antigen atau antibody dan indirect ELISA yang ketiganya memiliki prinsip dasar reaksi yang sama
yaitu Ag-Ab.
Alat dan Bahan

Alat :
Reagen :
1. Sumur mikrotiter
2. Mikropipet
1. Enzym conjugate
3. Tip 2. Positif control
4. Inkubator 3. Negative control
5. ELISA Reader 4. Sampel diluent
6. ELISA Washer 5. Color A dan B
6. Stop solution
Sampel 7. Wash buffer
1. Sampel sarum pasien
 
PEMBUATAN WASH BUFFER
1. Wash Buffer Pekat Di
Cara kerja Campurkan Dengan Aquadest
Perbandingan (1:19)
2. Campuran Yang Sudah Jadi
Disimpan Pada Suhu Ruang
Selama Seminggu
Prosedur pemeriksaan

1. reagen dan specimen dikondisikan pada suhu ruang


2. Siapkan nomer yang dibutuhkan untuk sumur, yang terdiri dari 1 sumur
blanko, 2 sumur control positif, 2 sumur control negative dan 1 sumur untuk
specimen. Tulis nomer seri dan specimen pada kolom
3. Specimen diluents ditambahkan sebanyak 20µl pada masing – masing sumur
4. Specimen, control negative, control positif ditambahkan sebanyak 100µl
sesuai dengan kolom data. (sediakan 1 sumur untuk blanko)
5. Kemudian dihomogenkan
6. Plate diinkubasi pada incubator pada suhu 37℃ ± 1 jam
7. Enzim conjugate ditambahkan pada setiap sumur ± 50µl
8. Plate diinkubasi pada incubator suhu 37℃ ± 30 menit.
9.
 Setiap
  sumur dicuci dengan wash buffer dengan prosedur:
Pencucian yang dilakukan harus sesuai dengan petunjuk apabila da pencucian yang tidak
sempurna maka akan mempengaruhi hasil.
Semua isi sumur dimasukkan pada labu cuci, kemudian ditambahkan wash buffer 350 atau
lebih.
Pastikan tidak ada cairan di dalam tip dan setelah pemipetan terakhir.
10. Coor A dan B dimasukkan pada setiap sumur sebnayak 50 µl
11. Plate diinkubasi pada waterbath atau incubator 37ºC ± 30 menit.
12. Hentikan reaksi dengan penambahan 50 µl stopping solution di ssetiap sumur.
13. Absorbansi setiap sumur dibaca pada panjang gelombang 450 nm dan
panjanggelombang 630 nm.
14. Perhitungan
Single wave length (450 nm)
OD = OD450 – ODBC50
= sampel – kontrol
Dual wave lenghth (630 nm)
OD = OD450630
Interpretasi Hasil
Hasil pemeriksaan valid jika:

 Nilai OD blanko kurang dari 0,100 (sumur dari kontrol blanko hanya
berisi kromogen dan stop solution).
 Nilai OD kontrol negatif harus sama atau kurang dari 0,100. Dieliminasi
kontrol negatif dengan nilai OD lebih besad dari 0,100. Jika dua nilai
keluar dari batas, pemeriksaan invalid dan harus diulangi.
 Nilai OD kotrol positif sama atau lebih besar 0,500. Jika nilai OD kurang
dari 0,500 pemeriksaan invalid dan harus diulangi.
Perhitungan Kontrol:
Nilai cut-off:
CO = NCx. 2,1
NCx: Nilai absorbansi rata-rata kontrl negatif (jika NCx ≤ 0,05, NCx harus dihitung
0,05).

Inerpretasi Hasil:
 Spesimen dengan absorbansi kurang dari nilai cut-off dinyatakan negatif.
 Spesimen dengan nilai absorbansi lebih besar atau sama dengan nilai cut-off
dinyatakan positif.
 

Anda mungkin juga menyukai