Anda di halaman 1dari 28

Meet the Expert

INFERTILITAS
Oleh:
Presentation1840312429
Ulfah Arfi
Tagline
Preseptor :
dr. Mutiara Islam, Sp.OG (K)

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD PARIAMAN
RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
2

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


Ketidak mampuan untuk hamil setelah 12 bulan hubungan seksual
Infertilitas teratur tanpa alat kontrasepsi.

Infertilitas mempengaruhi 15% pasangan suami-istri

Berdampak besar bagi pasangan suami-istri yang


mengalaminya. Selain menyebabkan masalah medis, infertilitas
dapat menyebabkan masalah ekonomi maupun psikologis

Sekitar 40% pasangan infertil disebabkan oleh kombinasi antara


keduanya dan sekitar 15% tidak diketahui penyebabnya

6 bulan setelah melakukan hubungan seksual teratur tanpa


kontrasepsi namun belum memperoleh keturunan, maka 3

disarankan untuk mencari bantuan medis.


BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan
Batasan Masalah Tujuan Penulisan Metode Penulisan

• Batasan penulisan ini • Menambah • Penulisan makalah


membahas pengetahuan infertilitas ini
mengenai definisi, mengenai infertilitas menggunakan
klasifikasi, dalam hal definisi, metode tinjauan
epidemiologi, epidemiologi, kepustakaan yang
manifestasi klinis, etiologi, faktor merujuk pada
diagnosis, diagnosis predisposisi, berbagai literatur.
banding, terapi, dan patofisiologi, dan
prognosis infertilitas. penatalaksanaannya
secara komprehensif.
4

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


• Ketidak mampuan untuk hamil setelah 12 bulan
Infertilitas hubungan seksual teratur tanpa alat kontrasepsi.
• Infertilitas mempengaruhi 15% pasangan suami-
istri.

Infertilitas Primer yaitu merupakan kegagalan suatu


• Infertilitas secara garis pasangan untuk mendapatkan kehamilan sekurang
besar terbagi dua, kurangnya dalam 12 bulan berhubungan seksual
yaitu infertilitas primer secara teratur tanpa kontrasepsi
dan sekunder.

Infertilitas Sekunder adalah ketidak mampuan


seseorang memiliki anak atau mempertahankan
kehamilannya
6

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


2.2 Epidemiologi
• Infertilitas di negara berkembang meningkat
karena meningkatnya penyakit menular seksual
seperti Gonorhae dan Chlamydia.

• Pada beberapa negara di Asia, angka fertilitas


tertinggi pada wanita pada usia 25-49 tahun
adalah di Kamboja dengan prevalensi 6,7%.

• Sementara di Indonesia, angka infertilitas wanita


antara usia 25-49 tahun adalah 6%.

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


• Infertilitas dapat disebabkan oleh faktor ovulasi (20%), faktor utero-tubal peritoneal (30%),
dan faktor pria (40%), kombinasi (40%), dan idiopatik (15%).

Infertilitas dari
Infertilitas dari laki-laki Kelainan Kongenital
perempuan
• Disfungsi Ejakulasi • Infertilitas dari serviks • Spektrum penuh
• Varicocele berupa stenosis atau bawaan dari kelainan
• Infeksi Adneksa abnormalitas dari mullerian bervariasi
interaksi mucus- mulai dari ketiadaan
• Sistemik dan
sperma rahim dan vagina
Iatrogenik
• Infertilitas dari uterin (sindrom Rokitansky-
Kuster-Hauser)
• kelainan minor seperti
uterus bengkok 8

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


Kelainan Infertilitas dari Faktor
Faktor tuba
didapat ovarium peritoneal
• Endometritis • Gangguan dan • Kelainan atau • Cacat anatomis
terkait kegagalan kerusakan • Disfungsi
persalinan yang ovulasi pada tuba fisiologis
traumatis, • Tidak adanya fallopi rongga
dilatasi dan ovulasi dapat • Kehamilan peritoneum,
kuretase, IUD, dikaitkan ektopik • Infeksi, adhesi,
atau dengan dan massa
instrumentasi amenore adneksa,
lain primer,
• Adhesi amenore
intrauterin sekunder, atau
atau sinekia oligomenore 9

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


Diagnosa Infertilitas yang berhubungan dengan Faktor Istri

1.Pemeriksaan riwayat infertilitas (anamnesis) → usia, riwayat kehamilan,


panjang siklus haid, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat operasi,
frekuensi koitus, dan waktu koitus. Perlu juga diketahui pola hidup dari
pasien mengenai konsumsi alkohol, merokok, dan stress

Tahap pertama (Fase I)

2.Pemeriksaan Fisik → Indeks Massa Tubuh (IMT), pemeriksaan kelenjar


tiroid, hirsutisme, akne, sebagai pertanda hiperandrogenism
→ dilakukan juga pemeriksaan pelvik untuk mengetahui apakah ada
kelainan di vagina, serviks, dan uterus
10

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


Diagnosa Infertilitas yang berhubungan dengan Faktor Istri

3.Penilaian ovulasi → USG transvaginal dapat dilihat pertumbuhan folikel.


Bila diameter mencapai 18-25 mm, berarti menunjukkan folikel matur dan
akan terjadi ovulasi

Tahap pertama (Fase I)


4.Uji pasca senggama (UPS) → memberi informasi tentang interaksi antara
sperma dengan getah serviks
→ UPS dilakukan 2-3 hari sebelum perkiraan ovulasi dimana “spin barkeit”
dari getah serviks mencapai 5 cm atau lebih → UPS dikatakan (+) bila
ditemukan paling sedikit 5 sperma per lapang pandang besar (LPB).

11

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


Diagnosa Infertilitas yang berhubungan dengan Faktor Istri

• Pemeriksaan HSG untuk mencari patensi tuba


• Uji ini dilakukan pada paruh pertama siklus haid, dimana sebelum
tindakan dilakukan, pasien dianjurkan tidak senggama paling sedikit
Tahap kedua (Fase II)
dua hari sebelumnya
• HSG dilakukan oleh ahli radiologi dengan menyuntikkan larutan
radioopaque melalui kanalis servikalis ke uterus dan tuba fallopi.

12

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


Diagnosa Infertilitas yang berhubungan dengan Faktor Istri

• Akhir-akhir ini laparoskopi dianggap cara terbaik untuk menilai fungsi


tuba fallopi
• Kedua tuba dapat dilihat secara langsung dan potensinya dapat diuji
dengan menyuntikkan larutan metilen blue atau indigokarmir dan
Tahap ketiga (Fase III)
dengan melihat pelimpahannya ke dalam rongga peritoneum
• Dapat sekaligus melihat kelainan yang mungkin terdapat dalam rongga
peritoneal, seperti endometritis, perlengketan pelviks, dan patologi
ovarium.

13

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


Diagnosa Pemeriksaan Infertilitas yang Terkait dengan Faktor Suami

14

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


Diagnosa Pemeriksaan Infertilitas yang Terkait dengan Faktor Suami:
Pemeriksaan Fisik

Penampilan umum harus diperhatikan, meliputi tanda-tanda kekurangan rambut pada tubuh atau ginekomastia yang
menunjukkan adanya defisiensi androgen, tinggi badan, berat badan, IMT, dan tekanan darah

Palpasi skrotum saat pasien berdiri diperlukan untuk menentukan ukuran dan konsistensi testis →jika skrotum
tidak terpalpasi gunakkan Orkidometer. Rata-rata normal volume testis dewasa adalah 20 ml.

Konsistensi normal adalah konsistensi yang kenyal. Testis yang lunak dan kecil dapat
mengindikasikan spermatogenesis yang terganggu

Palpasi epididimis diperlukan untuk melihat adanya distensi atau indurasi

Adanya perbedaan ukuran testis dan sensasi seperti meraba “sekantung ulat” pada tes 15
valsava merupakan tanda-tanda kemungkinan adanya varikokel.

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


Makroskopis:
Warna, volume, bau, Ph,
Pemeriksaan dasar yang wajib viskositas, likuefaksi
dikerjakan pada pasangan suami istri
dengan masalah infertilitas adalah
pemeriksaan analisis sperma Mikroskopis:
volume , konsentrasi,
jumlah total setiap
ejakulasi, motilitas,
motilitas progresif,
morfologi, dan vitalitas.

16

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


Makroskopis

Volume:
Warna:
 Normospermi
 Warna normal adalah Bau:
yaitu 2-6 ml, dengan harga
putih/agak keruh,  Bau khas yang mungkin
rata-rata 2-3,5 ml.
 Warna kekuningan disebabkan oleh proses
 Aspermi bila tidak keluar
kemungkinan radang oksidasi dari spermia
sperma pada waktu
saluran kencing atau yang diproduksi oleh
ejakulasi.
abstinensia terlalu lama prostat.
 Hiperspermi bila volume
 Warna merah biasanya  Semen dapat berbau
lebih dari 6 ml.
oleh karena tercemar sel busuk atau amis bila
 Hipospermi bila volume
eritrosit terjadi infeksi.
kurang dari 1 ml

17

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


Makroskopis

pH: Likuefaksi:
 WHO memakai kriteria Viskositas:  Semen normal pada suhu
yang normal yang lazim,  Viskositas semen diukur ruangan akan mengalami
yaitu7,2-7,8 setelah mengalami likuefaksi dalam waktu 60
 berubah menjadi di atas 8 likuefaksi betul (15-20 menit, walau pada
terjadi pada infeksi kronis menit setelah ejakulasi). umumnya sudah terjadi
organ-organ (kelenjar dalam 15 menit
prostat)

18

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


Mikroskopis

Beberapa variabel dalam


analisis semen adalah:
• Oligozoospermia: <15
juta spermatozoa/mL
• Astenozoospermia:
<32% spermatozoa motil
• Teratozoospermia: <4%
bentuk yang normal

19

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


Induksi ovulasi adalah pemberian berbagai jenis obat untuk
Terapi mempengaruhi keadaan hormonal sehingga dapat menyebabkan
keadaan hiperstimulasi ovarium yang terkontrol
pada => Obat yang dapat meningkatkan FSH endogen. CC (Clomiphen
Wanita citrate) dan Aromatase inhibitor.
=> Dosis CC dimulai dengan pemberian awal 50 mg per hari selama
5 hari dan dapat ditingkatkan 50 mg setiap siklus sampai tercapai
ovulasi
=>Follow up dengan USG transvaginal secara serial dapat diukur
jumlah dan besar folikel

Jika tidak berhasil dilanjutkan dengan inseminasi atau invitro


fertilisation (IVF) 20

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


Terapi pada Pria

Kelainan volume Kelainan jumlah


semen sperma
Hipospermia: Hiperspermia:
 Volume semen  Hiperspermia adalah jika Polizoospermia:
disebut hiposperma volume semen lebih dari 6 ml.  Pada polizoospermia, Oligozoospermia:
jika kurang dari 1,5 Penyebabnya dapat berupa jumlah spermatozoa  Sampai saat ini masih
ml, yang abstinensia seksualis yang lebih dari 250 juta/ml. disepakati bahwa
disebabkan antara terlalu laima dan hipersekresi  Terapi dapat dengan jumlah spermatozoa
lain karena Stres, anjuran meningkatkan kurang dari 20 juta/ml
Retrograde
vesika seminalis frekuensi koitus atau disebut
ejaculation, dan  Hiperspermia AIH dengan treated oligozoospermia dan
frekuensi senggama disertai dengan spermiogram spermatozoa dengan jika kurang dari 5
 terapi obat atau abnormal -> terapi dengan split jalan pengenceran, juta/ml disebut
terapi khusus ejaculate atau withdrawal coitus swim up, sperm olgozoospermia berat
berupa pencucian atau dengantreated sperm invitro. washing atau filtrasi. 21

sperma dari urine

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


Terapi pada Pria
Kelompok diagnostik Pilihan terapi
Gangguan ovulasi Klomifen sitrat (6 siklus)
Gonadotropin (3 siklus)
Metformin-klomifen (3 siklus)
Laparoscopic ovarian diathermy
In vitro fertilization (3 siklus)
Pilihan Gangguan tuba Tubal surgery
Terapi untuk In vitro fertilization (3 siklus)
Infertilitas Endometriosis Laparoscopic ablations for stages I & II
Operasi untuk stadium III & IV
Klomifen sitrat dan IUI (6 siklus)
Gonadotropin dan IUI (3 siklus)
In vitro fertilization (3 siklus)
Faktor Suami IUI (6 siklus)
In vitro fertilization and ICSI (3 siklus)
Unexplained infertility Klomifen sitrat dan IUI (6 siklus) 22
Gonadotropin dan IUI (3 siklus)
In vitro fertilization (3 siklus)
BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan
ART ( Assisted FIVET (Fertilisasi in vitro
Inseminasi Buatan Reproductive embrio transfer) / IVF (In
Technologies) Vitro Fertilization)
• Inseminasi buatan adalah • ART merupakan teknologi • Proses fertilisasi ini
peletakan sperma ke reproduksi yang dilakukan dengan cara
vagina wanita. digunakan untuk mengambil ovum dari
• Sperma tersebut mendapatkan kehamilan ovarium dengan cara
diletakkan di follicle di luar cara alamiah yang laparoscopy, kemudian
ovarian (intrafollicular digunakan dalam sperma diinseminasikan
insemination), uterus infertilitas ke dalam media biak.
(intrauterine insemination- • Setelah terjadi
IUI), cervix (intracervical pembuahan pada masa
insemination-ICI), atau embrio stadium 2-4 sel,
tube fallopian (intratubal) lalu di transfer ke
wanita dengan dalamrahim
menggunakan cara
buatan dan bukan dengan
kopulasi alami
23

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


GIFT (Gamet ZIFT (Zygote
intra fallopian transfer) intra fallopian transfer)
• Proses fertilisasi ini • Proses fertilisasi dengan
dilakukan dengan cara cara mengambil ovum dari
mengambil ovum ovarium dengan cara
dariovarium dengan cara laparoscopy, kemudian
laparoscopy, kemudian sperma diinseminasikan
bersama spermayang telah kedalam media biak.
diolah (washed sperm) • Setelah terjadi fertilisasi
dimasukkan kedalam tuba pada fase zygote,
pada saat itu juga hasilpembuahan ini
• GIFT ini adalah untuk pasien dimasukkan kedalam tuba
yang mengalami dengan cara laparoscopy.
endometriosis dan • ZIFT ini adalah untuk pasien
unexplained infertility yang mengalami
oligozoospermia 24

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


Prognosis terjadinya kehamilan tergantung pada umur suami, umur istri, dan
lamanya dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan (frekuensi senggama dan
lamanya perkawinan).

Fertilitas maksimal wanita dicapai pada umur 24 tahun, kemudian menurun


perlahan-lahan sampai umur 30 tahun, dan setelah itu menurun dengan cepat

Fertilitas maksimal pria dicapai pada umur 24-25 tahun

Hampir pada setiap golongan umur pria proporsi terjadinya kehamilan dalam
waktu kurang dari enam bulan meningkat dengan meningkatnya frekuensi
senggama.
25

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


BAB 3
KESIMPULAN
26

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


Infertilitas dibagi menjadi 2, yaitu infertilitas primer dan infertilitas
sekunder.

Infertilitas bisa disebabkan oleh faktor suami atau istri


dan faktor keduanya.

Ada beberapa penatalaksanaa yang dapat menjadi pilihan bagi pasangan infertil sesuai dengan
masalah yang dialami, yaitu pemberian obat-obatan, pembedahan, dan assisted reproductive
technology.

Prognosis terjadinya kehamilan tergantung pada umur suami, umur istri, dan
lamanya dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan (frekuensi senggama dan 27
lamanya perkawinan).

BAB 1. Pendahuluan BAB 2. Tinjauan Pustaka BAB 3. Kesimpulan


THANK YOU ……

28

Anda mungkin juga menyukai