Anda di halaman 1dari 24

M.

Muchlis Ismail Taufik Adhe Sukma Kirana Sari A-2


Anggi Larasati Alisha Nurdya Irzanti
Ahmad Sibli Daffa Arkananta Putra Yanni
Adelin Luthfiana Fajrin Fitri Hidayatul Hasanah Siregar
Seorang anak laki-laki, umur 5 tahun, dibawa orang tuanya ke puskesmas dengan
keluhan sesak nafas.
Anamnesis
- sudah berapa lama dan mulai kapan keluhan sesak nafas dirasakan ?
- pada waktu kapan saja terjadinya keluhan sesak nafas ?
- apakah pasien mengalami batuk, pilek dan apakah terjadi demam juga ?
- sudah berapa lama batuk dan pileknya terjadi ?
- apakah batuknya kering atau berdahak ?
- apakah pasien sudah minum obat ? apa nama obat yang di minum dan bagaimana reaksinya ?
- apakah pasien mempunyai riwayat alergi ?

Pemeriksaan Fisik
pemeriksaan tanda vital
- inspeksi: pernapasan cepat dan sukar serta adanya retraksi daerah supra klavikula, suprasternal,
epigastrium dan sela iga. Frekuensi nafas 40x/menit disertai batuk paroksimal dengan ekspirasi
memanjang.
- Palpasi : fremitus taktil dan vocal dalam batas normal
- Perkusi : hipersonor pada seluruh toraks
- Auskultasi : suara bronkial dengan bunyi kasar/ mengeras, ronkhi kering dan basah serta suara lendir
dan wheezing

Pemeriksaan Penunjang : rotgen toraks

Diagnosis : asma akut dengan episode yang sering

Tata Laksana : pemberian nebulizer dengan b-antagonis, bila pasien membaik boleh pulang dengan
dibekali obat bronkodilator.
GINA (Global Institute for Asthma) mendefinisikan asma secara lengkap sebagai berikut:
gangguan inflamasi kronis saluran napas dengan banyak sel yang berperan, antara lain sel
mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan, inflamasi ini menyebabkan episode
mengi yang berulang, sesak napas, rasa dada tertekan, dan batuk, khususnya pada waktu
malam atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan napas
yang luas dan bervariasi, sebagian besar bersifat reversibel baik spontan maupun dengan
pengobatan. Inflamasi ini juga berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan napas terhadap
berbagai rangsangan.
Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)
 Reaksi antigen-antibodi
 Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)

Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)


 Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
 Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
 Iritan : kimia
 Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
 Emosional : takut, cemas dan tegang
 Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus
Menurut WHO, sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia adalah penyandang

Asma. Jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 orang setiap tahunnya. Di

Indonesia, prevalensi asma belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan 2 – 5

%5 (3-8%2 dan 5-7%7) penduduk Indonesia menderita asma. Berdasarkan laporan

Heru Sundaru (Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM), prevalensi asma di

Bandung (5,2%), Semarang (5,5%), Denpasar (4,3%) dan Jakarta (7,5%).


Berdasarkan Beratnya Berdasarkan Derajat Serangan:

Penyakit (GINA): a. Serangan asma Ringan

a. Intermitten b. Serangan asma Sedang

c. Serangan asma Berat


b. Persisten ringan
d. Serangan asma dengan
c. Persisten sedang
ancaman henti nafas
d. Persisten berat
Patofisiologi Asma (Wenzel, 2012)
 Pada serangan asma ringan → sesak saat berjalan
 Pada serangan asma sedang → sesak saat
berbicara
 Pada serangan asma berat tanpa disertai ancaman
henti nafas → sesak saat beristirahat
 Pada serangan asma berat disertai ancaman henti
nafas
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik • Pemeriksaan Laboratorium
- pemeriksaan sputum
- Inspeksi : Dinding torak tampak
mengembang, diafragma -pemeriksaan darah
terdorong kebawah
• Pemeriksaan penunjang lain
- Auskultasi : Terdengar wheezing
(mengi), ekspirasi memanjang - pemeriksaan radiologi
- pemeriksaan tes kulit
- Perkusi : Hipersonor - elektrokardiografi
- Palpasi : Fremitus vokal kanan - scanning paru
sama dengan kiri - spirometri
 Benda asing di saluran napas
 Laringotrakeomalasia
 Pembesaran kelenjar limfe
 Tumor
 Stenosis trakea
 Bronkiolitis
Tujuan Pengobatan Asma
 Menghilangkan dan 1. Agonis Reseptor Beta-2
mengendalikan gejala asma Adrenergik
 Mencegah eksaserbasi akut
2. Kortikosteroid
 Meningkatkan dan
mempertahankan faal paru optimal 3. Cromolin dan Nedocromil
 Mengupayakan aktivitas normal 4. Obat Antikolinergik
(exercise)
5. Pengubah Leukotrien
 Menghindari ESO
 Mencegah airflow limitation
irreversible
 Mencegah kematian
 Status asmatikus
 Atelektasis
 Hipoksemia
 Pneumotoraks
 emfisema
1. Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah
sensitisasi pada bayi dengan risiko asma (orangtua asma)
2. Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah
inflamasi pada anak yang telah tersentisisasi dengan cara
menghindari pajanan asap rokok, serta allergen dalam
ruangan terutama tungau debu rumah.
3. Pencegahan tersier ditujukan untuk mencegah
manifestasi asma pada anak yang telah menunjukkan
manifestasi penyakit alergi.
Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung
lama, maka akan terjadi emfisema dan mengakibatkan
perubahan bentuk toraks yaitu toraks membungkuk ke
depan dan memanjang.Bila sekret banyak dan kental, salah
satu bronkus dapat tersumbat sehingga dapat terjadi
atelektasis pada lobus segmen yang sesuai. Bila atelektasis
berlangsung lama dapat berubah menjadi bronkiektasis
dan bila ada infeksi terjadi bronkopneumonia. Serangan
asma yang terus menerus dan beberapa hari serta berat
dan tidak dapat diatasi dengan obat-obatan disebut status
asmatikus. Bila tidak ditolong dengan semestinya dapat
menyebabkan gagal pernapasan, gagak jantung, bahkan
kematian.
Terapi inhalasi adalah cara pengobatan dengan memberi
obat untuk dihirup agar dapat langsung masuk menuju
paru-paru sebagai organ sasaran obatnya. Terapi inhalasi
merupakan cara pengobatan dengan memberi obat dalam
bentuk uap secara langsung pada alat pernapasan menuju
paru-paru.
Menormalkan kembali pernapasan yang terganggu akibat
adanya lender atau karena sesak napas. Terapi inhalasi lebih
efektif, kerjanya lebih cepat pada organ targetnya, serta
membutuhkan dosis obat yang lebih kecil, sehingga efek
sampingnya ke organ lain pun lebih sedikit. Sebanyak 20-
30% obat akan masuk disaluran napas dan paru-paru.
Sedangkan 2-5% mungkin akan mengendap di mulut dan
tenggorokan. Ilustrasinya, obat akan jaln-jalan dulu
kelambung, ginjal atau jantung yakni paru-paru sehingga
ketika sampai paru-paru obat relative tinggal sedikit.
 Proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut
maupun yang kronik, misalnya asma. Penyakit asma paling
sering dijumpai pada anak-anak
 Saat bayi/anak terserang batuk berlendir
 Pada asma penggunaan obat secara inhalasi dapat
mengurang efek samping yang sering terjadi pada
pemberian parenteral atau peroral, karena dosis yang
sangat kecil dibandingkan dengan jenis lainnya
Terapi inhalasi aman bagi segala usia termasuk bayi.
Dengan terapi ini bayi cukup bersikap pasif (bernapas saja)
kalaupun menangis tak perlu khawatir karena efeknya
malah semakin bagus karena obatnya akan terhirup.
 Semprot ( inheler ). Walaupun lebih praktis, inheler lebih

pendek waktu penggunaannya sebab untuk anak-anak


belum bisa menghirup sendiri dengan benar

 Motor/pompa ( nebulizer ) bisa dikatakan lebih efektif

untuk anak karena obat akan keluar sedikit demi sedikit


hingga lebih efektif.
1. Metered-dose inhaler (MDI), berupa alat semprot yang
berisi obat yang harus dihirup dengan ukuran dosis
tertentu.
2. Dry powder inhaler (DPI), alat berisi serbuk untuk
dihisap.

Anda mungkin juga menyukai